Anda di halaman 1dari 9

PENANGGULANGAN BENCANA DI RSUD KARANGANYAR

Oleh : Laksita Paramastuti (G99172100)


Hari Jumat tanggal 10 Agustus 2018, kami mendapatkan pengarahan
mengenai sistem penanggulangan bencana di RSUD Karanganyar. Awal
bimbingan kami ditampilkan video yang menunjukkan proses penanggulangan
bencana kebakaran yang dilakukan di RSUD Karanganyar. Setelah bimbingan,
kami melakukan pengamatan ke lingkungan RSUD Karanganyar untuk
mendapatkan kondisi sarana prasarana yang digunakan dalam penanggulangan
bencana internal. Selain itu kami juga mencari informasi lain mengenai kondisi
sistem penanggulangan bencana melalui Bapak Ariyanto yang menjadi koordinator
penanggulangan bencana di RSUD Karanganyar. Beberapa hal yang kami dapatkan
dari bimbingan dan pencarian informasi adalah sebagai berikut:
A. Susunan Tim Penanggulangan Bencana RSUD Karanganyar
Susunan tim penanggulangan bencana di RSUD Karanganyar adalah dr.
Azhar sebagai penanggung jawab utama yang berasal dari bidang pelayanan medis
(Yanmed). Kemudian Bapak Ariyanto sendiri sebagai koordinator Tim
Penanggulangan bencana. Kemudian dibagi menjadi Tim Dalam dan Tim Luar.
Tim Dalam bergabung dengan Tim K3 menjadi tim yang menanggulangi bencana
yang terjadi didalam rumah sakit dalam hal ini penanggulangan bencana internal
(siaga bencana) dan tim code blue. Sedangkan Tim Luar merupakan tim yang
menanggulangi bencana yang terjadi diluar rumah sakit.
B. Definisi dan Klasifikasi Bencana
Bencana adalah suatu keadaan terjadinya kecelakaan/bencana alam/bencana
yang dibuat oleh manusia dalam waktu singkat dan menimbulkan korban dalam
jumlah yang banyak, baik korban jiwa maupun harta benda, yang tidak dapat
ditangani oleh satu unit kerja, sehingga harus melibatkan unit kerja lain.
Peanggulangan Bencana yang ada di rumah sakit diperlukan agar tidak terjadi
kekacauan saat terjadinya suatu bencana khususnya oleh tenaga medis. Bencana
ada yang dapat ditangani sendiri oleh IGD dan ada yang memerlukan bantuan
kesehatan dari bagian lain.
Klasifikasi bencana adalah sebagai berikut:
1. Bencana internal
Bencana yang terjadi di sekitar lingkungan rumah sakit, dapat menimpa
rumah sakit dan segala objek vital dari rumah sakit didalamnya adalah
pasien, pegawai rumah sakit, material, dan dokumen.
Contoh bencana internal adalah kebakaran yang terjadi di area rumah
sakit, gempa yang mengakibatkan kerusakan gedung rumah sakit, banjir
yang menggenangi lingkungan rumah sakit, ancaman bom di
lingkungan rumah sakit.
2. Bencana eksternal
Bencana yang terjadi diluar lingkungan rumah sakit yang dalam waktu
relatif singkat dan mengakibatkan adanya korban dalam jumlah
melebihi rata-rata keadaan biasanya sehingga memerlukan penanganan
khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.
Contoh bencana eksternal: kecelakaan massal lalu lintas yang terjadi di
wilayah Karanganyar sehingga korban dibawa ke RSUD Karanganyar,
keracunan makanan dalam hajatan sehingga menyebabkan korban yang
banyak, bencana alam yang mengakibatkan korban yang banyak dan
kerusakan bangunan diluar lingkungan rumah sakit.
Tingkatan bencana ada dibagi menjadi 4 tingkat:
1. Tingkat I : bencana dengan jumlah korban 10 – 49 orang
2. Tingkat II : bencana dengan jumlah korban 50 – 99 orang
3. Tingkat III : bencana dengan jumlah korban 100 – 299 orang
4. Tingkat IV : bencana dengan jumlah korban >300 orang
Sedangkan definisi sendiri dari bencana massal adalah bencana yang
memerlukan pertolongan segera, dimana penanggulangannya tidak hanya
membutuhkan satu unit/bagian tertentu, tetapi melibatkan unit lain dari rumah sakit.
Untuk bencana kecil adalah bencana yang hanya terjadi pada sebagian kecil bagian
dari rumah sakit dan tidak menyebabkan kerusakan dan korban.
Pada bencana massal, korban dibagi menjadi korban massal dan korban
bencana. Korban massal merupakan korban yang berjumlah lebih dari satu korban
dan harus dikelola oleh lebih dari satu penolong. Sedangkan korban bencana adalah
korban yang memerlukan penerapan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
sehari-hari dan bencana (SPGDT-S dan SPGDT-B). SPGDT-S ini bekerja sama
dengan dinas kesehatan bagian penanggulangan bencana daerah.
C. Hospital Disaster Plan
Pada situasi bencana rumah sakit harus siap dalam melakukan proses
penanggulangan bencana. Proses penanggulangan bencana akan berjalan dengan
baik apabila sudah dilakukan persiapan dan perencanaan terlebih dahulu.
Perencanaan dan persiapan penanggulangan bencana di rumah sakit dimuat dalam
Rencana Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan.
Kedudukan tim disaster seperti pada grafik berikut:

DKK

DIREKTUR RS

-Ambulans 118
TIM TIM DISARTER RS -PMI
PENDUKUNG -RS Lain
DISARTER -Puskesmas

Syarat penanganan penanggulangan bencana di rumah sakit meliputi:


1. Memperhatikan pelayanan kesehatan individu dengan patient safety
Dalam hal ini, saat penanggulangan bencana yang terjadi baik dalam
maupun luar rumah sakit harus tetap memperhatikan pasien sesuai
dengan kode etik dan patient safety pada masing-masing pasien.
2. Tetap merawat pasien sebelumnya
Tetap melakukan perawatan terhadap pasien yang sudah mendapatkan
pelayanan sebelum terjadi bencana dengan tetap melakukan penanganan
bencana
3. Menangani permasalahan bencana
Menangani permasalahan bencana secara tuntas dengan tidak
meninggalkan masalah lain untuk pasien.
4. Membantu kebutuhan logistik dan medis
Untuk penanggulangan bencana eksternal, apabila memungkinkan
pasien dikirimkan ke rumah sakit, atau apabila bencana yang terjadi
merupakan bencana eksternal yang bersifat bencana nasional, rumah
sakit dapat memberikan bantuan dengan mendirikan rumah sakit
darurat.
5. Membuat informasi satu pintu
Dalam penyampaian informasi ke media massa mengenai bencana harus
dikeluarkan secara resmi oleh Tim Humas Rumah Sakit. Informasi
dikeluarkan setelah dilakukan evaluasi bersama oleh semua orang yang
terlibat. Apabila informasi disampaikan oleh selain Tim Humas,
ditakutkan akan menyebabkan kesalahan informasi.

D. Fase dalam Penanggulangan Bencana


1. Fase informasi
Merupakan fase pertama yang dilakukan saat penanggulangan bencana.
Dalam fase ini berita adanya bencana harus diterima dengan baik dan benar.
Kepala IGD mendapat kepastian kebenaran informasi mengenai bencana
dan memencet sirine bencana dilakukan pada fase ini. Untuk bencana yang
terjadi pada jam pelayanan, penanggulangan dapat dilakukan oleh semua
orang sesuai tugasnya. Tetapi untuk penanggulangan ada bencana yang
terjadi diluar jam pelayanan dapat dilakukan oleh dokter jaga di IGD.
Informasi kebencanaan harus disampaikan langsung kepada direktur bahwa
rumah sakit akan menerima korban bencana. Kemudian disampaikan pada
Ketua Tim Penanggulangan Bencana dan dilanjutkan pada Tim Siaga
Bencana (didalamnya terdapat tim dokter, tenaga medis).
2. Fase siaga
Fase ini merupakan fase dimana seluruh bagian rumah sakit sudah siap
dalam menangani korban bencana massal. Pada fase ini pasien dan petugas
penolong seharusnya sudah disiapkan sesuai protokol yang nanti akan
mengarahkan pada penanganan pasien. Fase ini dilakukan di IGD.
3. Fase triage pelayanan
Fase triage merupakan fase dimana dimulainya tindakan penanganan pasien
ataupun korban bencana massal sesuai penentuan triage pasien.
4. Fase evaluasi
Dalam fase ini dilakukan penilaian semua pasien yang telah ditangani dan
mengidentifikasi ulang korban (dengan mengidentifikasi ciri-ciri, baju,
umur perkiraan dengan tujuan saat keluarga datang untuk mencari pasien,
dapat ditemukan secara cepat).
E. Alur Siaga Bencana
Alur pesan siaga dimulai dari Pusat Komunikasi di bagian umum kemudian
disampaikan langsung kepada IGD melalui telpon dan kemudian dilanjutkan
kepada Direktur, Kabid Pelayanan, Kepala Keperawatan, Kepala IGD, dan Ketua
Tim Disaster. Anggota tim berkoordinasi untuk menentukan status siaga. Kemudian
operator akan memanggil/memulai mobilisasi dari tenaga penolong yang sudah
tercantum pada daftar.
Dalam penanggulangan bencana terdapat pengelolaan tindakan sesuai
kondisi penyakit, perlukaan korban dilakukan pengelompokkan dengan
menggunakan Triage. Triage terdapat kelompoknya sebagai berikut:
1. Biru : pasien sangat gawat dengan harapan hidup kecil
2. Merah : pasien gawat darurat dan memerlukan tindakan cepat
3. Kuning : pasien darurat tetapi tidak gawat
4. Hijau : pasien tidak gawat dan tidak darurat
5. Putih : pasien gawat dan tidak darurat
6. Hitam : pasien meninggal dunia
Triage yang digunakan di RSUD Karanganyar hanyalah merah
(memerlukan penanganan utama), kuning, hijau, hitam. Sedangkan untuk warna
biru (misalkan kondisi sekarat yang sudah maksimal dalam perlakuan RJP) dan
warna putih (misalkan pada pasien dengan kondisi penyakit kronis seperti pasien
yang sudah mengalami stroke sebelum terjadi bencana) tidak digunakan di RSUD
Karanganyar karena dapat menyebabkan kebingungan penggolongan.
F. Tim Disaster Rumah Sakit
1. Pimpinan Disaster
Saat jam dinas, dipimpin oleh Direktur sedangkan untuk diluar jam dinas
dipimpin oleh dokter jaga IGD yang bertugas sampai tim yang berwenang
datang. Bertugas untuk mengoordinasikan unsur di rumah sakit untuk
bersiap dalam penanggulangan bencana.
2. Tim Evakuasi
Tim ini bertugas membantu pasien dan keluarga dalam proses penyelamatan
baik, dan penyelamatan harta benda miliki rumah sakit dan pasien.
Didalamnya terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi
dan keuangan.
3. Tim Keamanan
Tim ini bertugas mengamankan lokasi bencana, jalur lalu lintas ambulan,
tenaga medis, dokumen dan harta benda. Dalam tim ini adalah satuan
pengamanan di rumah sakit.
4. Tim Medis
Tim ini dipimpin oleh dokter IGD dan dibantu oleh perawat. Dokter
berwenang untuk menentukan kondisi kegawatdaruratan korban dan
penanganan korban serta keperluan rujukan.
5. Tim Logistik Umum
Tim ini bertugas melakukan perencanaan dan menyediakan logistik yang
dibutuhkan oleh petugas dan korban saat penanggulangan bencana.
6. Tim Penunjang
Tim penunjang medik seperti radiologi, farmasi, lab, ambulan, rekam
medis. Sedangan tim penunjang umum seperti petugas teknik. Tim ini
memberikan bantuan sesuai dengan bidangnya.
7. Tim Khusus
Petugas perawat di kamar operasi bersiap apabila harus dilakukan operasi
secara cito. Saat penanggulangan bencana, operasi elektif dapat ditunda,
sedangkan untuk operasi cito tetap dilanjutkan. Apabila perlu perawat ruang
operasi menjeput pasien yang membutuhkan operasi cito di IGD.
Bagian penanggung jawab sesuai triage :

Penanggung Jawab Triage Penanggung Jawab RL. Hijau


Saat jam kerja : Ka Unit IGD Saat jam kerja : dokter IGD
Diluar jam kerja : Dokter jaga IGD Diluar jam kerja : perawat IGD
Melakukan triage korban dan Memeriksa ulang triage,
mengevaluasi data setelah keadaan memberikan pelayanan pada
siaga. korban, lengkapi data korban.

Penanggung Jawab RL. Kuning Penanggung Jawab RL. Merah


Saat jam kerja : Dokter IGD Saat jam kerja : Dokter Spesialis
bedah
Diluar jam kerja : Perawat jaga
Diluar jam kerja : dokter jaga IGD
IGD
Memberi tindakan medis,
Memeriksa ulang triage,
menentukan rujukan, menentukan
memberikan pelayanan pada
tingkat operasi, lengkapi data
korban, lengkapi data korban.
korban.
Penanggung Jawab RL. Hitam
Saat jam kerja : Kepala IGD
Diluar jam kerja : Petugas kamar
mayat
Mencatat identitas pasien,
informasikan keluarga, transport
korban, evaluasi data korban

Ketentuan untuk seluruh tim bencana adalah memiliki keahlian dan


melewati pelatihan BTCLS, pelatihan Kebencanaan, pelatihan Kebencanaan diluar
Rumah Sakit.
Pembagian tim kebencanaan adalah luar dan dalam. Tim luar terdiri dari tim
yang berasal dari ICU, UGD, HCU. Untuk tim dalam adalah semua tenaga yang
telah melakukan pelatihan BLS dan BTCLS yang terdiri dari Wakil Kepala Ruang
dan Bangsal. Ada pelatihan Code Blue yang dilakukan setiap hari jumat pagi yang
diikuti oleh semua pegawai RSUD Karanganyar.
Untuk sarana prasarana penanggulangan bencana internal sudah ada, seperti
penanda jalur evakuasi disetiap sudut bagian rumah sakit, tangga evakuasi, tombol
emergency di kamar mandi dan beberapa bagian rumah sakit, paduan bila terjadi
kebakaran, helm petugas evakuasi, APAR ada dibanyak bagian rumah sakit dan
terjangkau, serta denah jalur evakuasi dan titik kumpul evakuasi.
Hanya beberapa bagian bangunan baru saja yang sudah memiliki alarm dan
smoke detector, sedangkan untuk bangunan lama belum dilakukan pemasangan
smoke detector.
Kekurangan yang dirasa perlu ditambah dan ditingkatkan adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan jumlah SDM yang terlatih sebagai tenaga siap bencana
2. Perlu ditingkatkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan
penanggulangan bencana seperti alarm bencana, smoke detector
3. Perlu memperbanyak latihan untuk tim sendiri sebagai sarana
peningkatan kualitas sesuai dengan perkembangan jaman.
4. Mempermudah proses penggunaan sarpras dalam proses
penanggulangan bencana, tidak harus rumit seperti terikat dengan juknis
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai