Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Pembatasan ini
tidak mengecualikan apakah abortus itu termasuk abortus spontan atau abortus buatan.
Abortus spontan adalah abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan apa pun.
Abortus macam ini lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan manusia,
misalnya pendarahan atau kecelakaan. Adapun abortus buatan (abortus provocatus)
adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus macam ini masih
dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus yang dilakukan
berdasarkan pertimbangan medik, dan abortus provocatus criminalis atau abortus yang
dilakukan tanpa berdasarkan pertimbangan medik.
Abortus artificialis therapicus selalu positif karena bertujuan menyelamatkan jiwa ibu
yang terancam jika kehamilannya dipertahankan, sedangkan abortus provocatus
criminalis selalu negatif mengingat bencana yang banyak ditimbulkannya. Banyak
contohnya. Sebelum Undang-Undang tentang abortus disahkan di negara bagian
California Amerika Serikat pada era 1960-an misalnya, komplikasi yang timbul akibat
pengguguran tidak sah menyebabkan satu dari lima kematian yang berhubungan dengan
kelahiran, umumnya terjadi di kalangan wanita berpenghasilan rendah.
Hasil penelitian di Kolombia pada tahun 1964 menunjukkan bahwa komplikasi
penyakit akibat pengguguran tidak sah merupakan faktor utama yang menyebabkan
kematian di kalangan wanita usia 15 hingga 35 tahun. Data di Santiago Chile selama
tahun 1980-an mengungkapkan separuh dari kematian yang berhubungan dengan
kelahiran adalah akibat pengguguran tidak sah.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan abortus?
b. Apakah penyebab dari abortus?
c. Jelaskan manifestasi klinis dari abortus?
d. Jelaskan patofisiologi dari abortus?
e. Jelaskan penatalaksanaan (pemeriksaan penunjang, pengobatan dan pencegahan) dari
abortus?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan abortus?

C. Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan abortus.
b. Mahasiswa mampu memahami apa penyebab dari abortus.
c. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari abortus.
d. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari abortus.
e. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan (pemeriksaan penunjang, pengobatan
dan pencegahan) dari abortus.
f. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
abortus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400
gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus. Berdasarkan kejadiannya abortus dapat dibagi
atas dua golongan:
1. Abortus spontan terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provakatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukan dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu,
dan faktor bapak.
1. Kelainan ovum
- Ovum patologis
- Kelainan letak embrio
- Plasenta yang abnormal
2. Kelainan genitalia ibu
- Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah

3
dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma
submukosa
- Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
- Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
4. Penyakit-penyakit ibu
- Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, plelitis,
rubeola, demam malta, dll
- Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll
- Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia
gravis
- Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A,C, atau E, diabetes melitus
5. Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnya fetus
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
7. Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat
terkajut, obat-obat uterotonika, katakulan laparotomi, dll
8. Penyakit bapak: usia lanjut, penyakit kronis

C. Manifestasi Klinis
Klinis Abortus Spontan
1. Abortus Immines (threatened abortian)
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat
dipertahankan dengan cara: tirah baring, gunakan preparat progesteron, tidak
berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat
perkembangan janin.

4
2. Abortus insipien
Adalah keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan berusia 20 minggu
dan konsepsi masih didalam uterus. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah
terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Ostum bisa ditemukan
sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan.

3. Abortus inkompletus (keguguran bersisa)


Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta. Gejala: amenorea, sakit perut, mulas - mulas, perdarahan
sedikit/ banyak, dan biasa berupa stolsel(darah beku), sudah ada fetus atau jaringan
yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar
semua akan menyebabkan syok. Ini tejadi sebelum kehamilan berusia 20 minggu.

4. Abortus komplitus (keguguran lengkap)


Artinya seluruh hasil kondepsi dikeluarkan( desudua dan fetus), sehingga rahim
kosong.

5. Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam rahim sebelum
berusia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan selama 6
minggu atau lebih. Dapat diketahui dengan USG.

Komplikasi Abortus:
1. Perdarahan
2. Porforasi: sering terjadi waktu dilatasi dan kuratase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis.

5
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari delapan minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8-14 minggu vili koriales
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna
yang dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature. Hasil
konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong
amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted
ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).

E. Penatalaksanaan
1. Abortus imminens
a. Tirah baring total
b. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
c. Jika perdarahaan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung nilai
kondisi janin (uji kehamilan atau USG) jika perdarahan berlanjut, khususnya
jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan mungkin
menunjukan kehamilan ganda atau moia.
2. Abortus insipen
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera berikan ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu eksplusi spontan hasil konsepsi
lalu evalusi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin

6
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mg per
oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan
misoprostosol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (maksimal 800mcg) evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus.
4. Abortus komplit
a. Tidak perlu evaluasi lagi
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah
5. Abortus terapeutik
Menurut Sastrawinata (2005) abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara :
a. Kimiawi : pemberian secara ekstrauterin atau intrasuterin obat abortus, seperti :
prostaglandin, antiprogesteron atau oksitosin
b. Mekanis:
 Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara
perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan
kuret tajam atau vakum

7
 Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi dipakai dilator hegar
dilanjutkan dengan kuretasi
 Hasil/histerektomi.

a) Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bhakan 2-3 minggu
setelah abortus
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

b) Penanganan abortus
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi
atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk
mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
1. Penanganan abortus imminens:
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
b. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
c. Jika perdarahan :
 Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian
jika perdarahan terjadi lagi.
 Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG).
Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan
berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang
diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
d. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik
(misalnya salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat
mencegah abortus.
2. Penanganan abortus insipiens :
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
 Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam bila perlu).

8
 Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
 Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan
40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Penanganan abortus inkomplit :
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg
per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
 Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
 Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Penanganan abortus komplit :
a. Tidak perlu evaluasi lagi
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

9
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per
hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
e. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABORTUS
A. Pathway

Patofisiologi terganggu Abortus (mati janin < 16-28


penyakit Ibu/Bapak Panggul minggu/BB < 400-1000 gram)
sempit

Abortus spontan Abortus Provokatus

Intoleransi
Aktivitas
 Ab imminens  Ab Medisinalis
 Ab insipiens  Ab Krimanalis Gangguan rasa
 Ab inkompletus nyaman
 Ab komplitus
 Missed abortion Nyeri abdomen

curetase Kurang Ansietas


pengetah
uan

Post Anastesi Jaringan terputus/terbuka Resiko infeksi

Penurunan syarat
oblongata

Penurunan syarat Nyeri gangguan Invasi bakteri


vegetatif pemenuhan ADI

pendarahan
Paristaltik? Penyerapan cairan
di kolon?
Kekurangan volume cairan
resiko infeksi resiko syok
(hipovolamik)
Gangguan eliminasi
(konstipasi)

11
B. Pengkajian
Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi :
1. Lama kehamilan
2. Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi.
3. Karakteristik darah : merah terang, kecoklatan, adanay gumpalan darah, dan lendir.
4. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas,
serta pusing.
5. Gejala-gejala hipovolemia seperti sinkop.

C. Diagnosis Keperawatan & Intervensi Keperawatan


1. Diagnosis 1 : kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
vaskular yang berlebihan.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh
tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta pengeluaran
dan berat jenis urine adekuat secara individual.
Rencana intervensi Rasional
Mandiri
1. Evaluasi, laporan, serta catat jumlah Perkirakan kehilangan darah membantu
dan sifat kehilangan darah, lakukan membedakan diagnosis. Setiap gram
perhitungan pembalut, kemudian peningkatan berat pembalut sama dengan
timbang pembalut. kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2. Lakukan tirah baring,instruksikan ibu Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi
untuk menghindari valsalva manuver aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen
atau posisi semifowler atau orgasme dapat merangsang
perdarahan.
3. Posisikan ibu dengan tepat, telentang Menjamin keadekuatan darah yang tersedia
dengan panggul ditinggikan atau untuk otak,peninggan panggul menghindari
posisi semifowler kompresi ven kaya. Posisi semifowler
memungkinkan janin bertindak sebagai
tampon.

12
4. Catat tanda tanda-tanda vital, Membantu menentukan beratnya
pengisian kapiler pada dasar kuku, kehilangan darah, meskipun sianosis dan
warna membran mukosa atau kulit perubahan pada tekanan darah dan andi
dan suhu. Ukur tekanan vena sentral adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan
bila ada. volume sirkulasi.
5. Pantau aktivitas uterus, status janin, Membantu menentukan sifat hemoragi dan
dan adanya nyeri tekanan pada kemungkinan akibat dari peristiwa
abdomen. hemoragi.
6. Hindari pemeriksaan rektal atau Dapat meningkatkan hemoragi.
vagina.
7. Pantau masukan/keluaran cairan. Menentukan luasnya kehilangan cairan dan
Dapatkan sampel urine setiap jam, menunjukan perfusi ginjal.
ukur berat jenis.
8. Auskultasi bunyi napas Bunyi napas adventitus menunjukkan
ketidaktepatan/kelebihan pergantian.
9. Simpan jaringan atau hasil konsepsi Dokter perlu mengevaluasi kemungkianan
yang keluar retensi jaringan, pemeriksaan histologi
mungkindiperlukan
Kolaborasi
10. Dapatkan pemriksaan darah dengan Menentukan jumlah darah yang hilang dan
cepat : HDL jenis dan pencocokan dapat memberikan informasi mengenai
silang, titer Rh, kadar fibrinogen, penyebab harus dipertahankan di atas 30%
hitung trombosit, APTT, dan kadar untuk mendukung transpor oksigendan
LCC. nutrien.
11. Pasang kateter Haluaran kurang dari 30 ml/jam
menandakan penurunan perfusi ginjal dan
kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler.
Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat
individual dan kecepatan penggantian.
12. Berikan larutan intravena,ekspander Meningkatkan volume darah sirkulasi dan
plasma, darah lengkap, atau sel-sel mengatasi gejala-gejala syok
kemasan sesuai indikasi.

13
2. Diagnosis 2 : perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
Kriteria hasil : perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung janin (DJJ)
dalam batas normal.
Rencana intervensi Rasional
Mandiri
1. Perhatikan status fisiologi ibu, Kejadian perdarahan petensial
status sirkulasi, dan volume merusak hasil kehamilan.
darah. Kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta.
2. Auskultasi dan laporkan DJJ. Mengkaji berlanjutnnya hiposia janin,
Catat bradikardi atau takikardi. pada awalnya janin berespons pada
Catat perubahan pada aktivitas penurunan kadar oksigen dengan
janin. takikardi dan peningkatan gerakan.
Bila tetap defisit, badikardi dan
penurunan aktivitas terjadi.
3. Catat kehilangan darah ibu Bila kontraksi uterus disertai dilatasi
karena adanya kontraksi uterus. serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif dalam
mempertahankan kehamilan.
Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi
plasenta.
4. Catat tinggi fundus ibu. Menghilangkan tekanan pada vena
kava inferior dan meningkatkan
sirkulasi plasenta/janin dan
pertukaran oksigen.

14
5. Anjurkan tirah baring pada Meningkatkan ketersediaan oksigen
posisi miring. untuk janin. Janin mempunyai
beberapa kepastian perlengkapan
untuk mengatasi hipoksia, di mana
disosiasi Hb janin lebih cepat dari
pada Hb dewasa dan jumlah eritrosit
janin lebih besar dari dewasa,
sehingga kapasitas oksigen yang
dibawa janin meningkat.
Kolaborasi :
6. Berikan suplemen oksigen pada Mengevaluasi dengan menggunakan
ibu. Lakukan sesuai indikasi. Doppler respons DJJ terhadap
gerakan janin, bermanfaat dalam
menentukan janin apakah janin dalam
keadaan asfiksia.
7. Ganti kehilangan darah/cairan Mempertahankan volume sirkulasi
ibu. yang adekuat untuk transpor
oksigen.Hemoragi materal
memngaruhi transpor oksigen
uteroplasenta secara negatif,
menimbulakan kemungkinan
kehilangan kehamilan atau
memburuknya status status janin. Bila
penyimpanan oksigen menetap, janin
akan kehilangan tenaga untuk
melakukan mekanisme koping dan
kemungkinan susunan saraf pusat
(SSP) rusak/janin, sehingga janin
dapat meninggal.
8. Bantuan dengan ultrasonografi Menentukan maturitas janin dan usia
dan amniosentesis getasi. Membantu menentukan
viabilitas dan perkiraan hasil secara
realistis.

15
9. Dapatkan tes darah ibu untuk Membedakan darah ibu dari darah
mengevaluasi serum ibu, darah janin dalam cairan amnion
Hb, atau produk lavase menunjukkan implikasi terhadap
lambung. pemberian oksigen serta kebutuhan
ibu terhadap injeksi imunolobulin Rh
(RhlgG) bila kelahiran terjadi.
10. Siapkan ibu untuk intervensi Pembedahan perlu dilakukan bila
bedah dengan tepat. terjadi pelepasan plasenta yang berat
atau bila pendarahan berlebihan,
terjadi penyimpanan oksigen janin,
dan kelahiran melalui vagina tidak
mungkin seperti pada kasus plasenta
previa total, di mana pembedahan
mungkin perlu diindikasikan untuk
menyelamatkan hidup janin

3. Diagnosis 3 : ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri


sendiri dan janin.
Kriteria hasil : ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri sendiri janin dan masa
depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
Rencana intervensi Rasional
Mandiri :
1. Diskusikan tentang situasi dan Memberikan informasi tentang reaksi
pemahaman tentang situasi individu terhadap apa yang terjadi.
dengan ibu dan pasangan.
2. Pantau respons verbal dan Memandai tingkat rasa takut yang
nonverbal ibu dan pasangan sedang dialami ibu/pasangan.
3. Dengarkan masalah ibu dengan Meningkatkan rasa kontrol terhadap
saksama. situasi dan memberikan kesempatan
pada ibu untuk mengembangkan
solusi sendiri.

16
4. Berikan informasi dalam bentuk Pengetahuan akan membantu ibu
verbal dan tertulis serta beri untuk mengatasi apa yang sedang
kesempatan klien untuk terjadi dengan lebih efektif.
mengajukan pertanyaan. Informasi sebaiknya tertulis, agar
nantinya memungkinkan ibu untuk
mengulang informasi akibat tingkat
stres, ibu mungkin tidak dapat
mengasimilasi informasi. Jawaban
yang jujur dapat meningkatkan
pemahaman denagn lebih baik serta
menurunkan rasa takut.
5. Libatkan ibu dalam perencanaan Menjadi mampu melakukan sesuatu
dan berpartisipasi dalam untuk membantu mengontrol situasi
perawatan sebanyak mungkin. sehingga dapat menurunkan rasa
takut.
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala. Pengetahuan dapat membantu
menurunkan rasa takut dan
meningkatkan rasa kontrol terhadap
situasi.

C. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
 Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
 Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang berdasarkan hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

D. Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan dengan
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

17
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini yaitu diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca tentang abortus.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Nanda nic-noc aplikasi jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Padang : Salemba Medika.

https://www.scribd.com/doc/25026418/patofisologi-abortus

20

Anda mungkin juga menyukai