Anda di halaman 1dari 3

BANGI KOPITIAM, KOTA TUA, JAKARTA

Jum’at, 8 maret 2018

“in few minutes we will arived at jakarta kota station”

Kami tiba di stasiun Jakarta Kota. Kami berjalan menuju pintu keluar stasiun. Sebelum
mentap kartu pada pintu keluar, kami duduk di bangku tunggu yang menghadap langsung ke arah rel
kereta dan menyaksikan lalu lalang orang orang di dalam stasiun sembari mendengarkan Mas Febri
ngasih arahan kepada kami.

Kami berjalan keluar meninggalkan stasiun Jakarta Kota menuju Wisata KotaTua. Sepanjang
perjalanan saya banyak melihat perubahan pada area trotoar Wisata Kota Tua. Memasuki Kota Tua,
kami tidak langsung menuju Bangi Kopitiam, kami muter muter Wisata Kota Tua, bingung mau
kemana dulu. Dan akhirnya kami memutuskan masuk Museum Wayang. Di Museum Wayang kami di
sambut oleh lorong yang di kanan kirinya terdaat berbagai macam jenis wayang. Ada yang menarik
dari Museum Wayang, yaitu dinding yang terbuat dari batu bata merah yang disusun teratur. Mungkin
menurut saya itu bisa jadi focal point dari museum wayang. Tidak banyak yang berubah dari Museum
Wayang, yang berubah hanya etalase wayang yang di cat ulang, lantainya, dan tempat boneka si unyil
yang pindah jd di dekat alat musik tradisional.

Kami keluar dari Museum Wayang, kami melanjutkan perjalanan lagi. “Kita mau langsung ke
Bangi atau mau muter muter lagi?”kata Mas Febri. Kami diem. Setelah banyak mikir akhirnya kami
masuk Museum Fatahillah. Ada rasa penasaran sama Museum ini jadi kaya gimana ya setelah di
renovasi? Masuk lah kami ke Museum Fatahillah, agak bingung si sebenernya, soalnya pintu
masuknya di pindahin di depan Bangi. Kami di sambut oleh pengelola Museum.

“maaf boleh lihat tiketnya?”

“ini mba tiketnya.” Kataku

“terimakasih, silahkan masuk.”

Masuklah kami ke museum fatahillah, banyak banget yang berubah. Mulai dari adanya ruang
pameran, taman yang di buat lebih bersih dan rapih, scan barcode buat translate ke bahasa inggris
(walaupun gatau si bisa apa enggak, soalnya mas Febri sama Irfandy nyoba gak bisa bisa hehe),
penghawaannya, ada infocus, denah dan maket jaman jaman tahun 1600an. Tapi makin sedikit barang
barang peninggalan yang bisa dilihat, ditambah lagi lantai 2 yang isiniya furniture jaman old belum
boleh di masukin oleh pengunjung. Dan diorama nya yang menrutku kurang teratur. Tapi pintu yang
gede gede banget dan plafond yang tinggi tinggi masih longlasting. Kami keluar Museum Fatahillah,
dan intu keluarnya jauh banget, jd kami muter lagi deh lewat pintu masuk di deket Museum Keramik.

Jam 3, suasana di Kota Tua makin ramai, mungkin karna jam segitu udah ga terlalu panas
(kebetulan waktu itu cuacanya cerah berawan). Ada banyak orang yang menikmati suasana Kota Tua,
ada yang naek sepeda, ada yang duduk sembari selfie, duduk sambil ngeliatin area Kota Tua, makan,
dan yang terbaru, ngasih makan burung dara kaya di Belanda. Dan kami pun langsung menuju tempat
tujuan utama kita, Bangi Kopitiam.
Bangi Kopitiam,

Tuk...tuk... Sampailah kita di Bangi Kopitiam. Ada yang masih longlasting di depan pintu
masuk Bangi Kopi, yaitu mobil ttua yang di parkir dan dijadiin objek foto. Masuk ke Bangi kami di
sambut oeleh mba pegawai Bangi.

“Selamat datang di Bangi Kopitiam, untuk berapa orang mba?” Kata mba nya sambil senyum.

“4 mba.” Kataku.

Kami masuk ke dalam Bangi. Pada area depan dekat dengan pintu masuk terdapat furniture
yang materialnya dari kayu dan lantai tegel. Ruangan tersebut terdapat hiasan seperti parabot dan
barang-barang tua (radio, tv,dll) serta terdapat meja billiard di sebelah kiri pintu masuk sebagai
hiasan. Area ruang depan dan ruang tengah dibatasi oleh pagar-pagar putih yang tingginya sekitar
80cm.

Masuk ke area ruang tengah terdapat banyak perbedaan, terutama pada furniturenya. Di ruang
tengah terdapat tempat duduk yang berupa sofa dengan sandaran tinggi dan didominasi warna coklat
dan abu-abu. Sedangakan pada lantainya tetap keramik kecil-kecil berwarna hitam putih yang menjadi
daya tarik. Di Bangi Kopitiam terdapat 2 ruangan yaitu ruang smoking area dan no smoking area.
Ruang no smoking area dibuat tertutup dan berAC. Ruangan tersebut dibatasi oleh kaca transparan
yang dihiasi dengan typography berwarna hitam putih. Terdapat 5 tempat duduk, 3 tempat duduk sofa,
2 dining table untuk 10 orang. kami langsung cari tempat duduk. Pertama kami milih duduk di
smoking area paling pojok yang bangkunya unik banget, soalnya bangkunya dari drum di cat dan
dikasih gambar gitu. Pas banget ada 4 bangkunya. Baru duduk rizky bilang “jangan disini dah,
bangkunya berisik.” Akhirnya kami memutuskan duduk di no smoking area. Kami duduk di sofa yg
berada di sudut ruangan. Lalu kami memesan makanan. Kami mulai menikmati makanan. Saat
menikmati makanan, saya merasa kurang nyaman karena ukuran mejanya yang terlalu pendek.

Setelah selesai makan saya pindah tempat ke tempat duduk dekat pintu masuk. Saya
memperhatikan sekitar, disitu sangat terasa sekali rasa tempo dulu nya. Tv, radio, foto-foto jaman
dulu menambah kesan jaman dulu banget. Saya duduk di tempat duduk yg berbatasan langsung
dengan kolom, dan membelakangi pintu masuk. Saya duduk sembari membaca buku andrea hirata.
Saya merasa nyaman duduk disitu, ditambah lagi dengan hembusan angin dari pintu masuk membuat
suasana yang lebih adem. I feel something yang ga bisa dijelasin pake kata-kata. Quality without
name atau wah.

Hampir 1 jam saya duduk disitu, lalu saya berpindah ke tempat diruang tengah. Saya duduk
disofa abu-abu, ada wall lamp yang cahanya temaram mebuat suasana disitu sepertinya lebih tenang
dan nyaman untuk menghabiskan waktu. Saat duduk di sofa tersebut saya bisa melihat langsung
kearah kasir dan bar, smooking area, non smooking area, ruang meeting. Saya duduk sembari bermain
gadget. Sesekali saya memperhatikan orang berlalu lalang, lalu kembali bermsin gadget.

Bangi kopitiam mampu menghadirkan suasana dan menarik saya kembali ke masa lalu saat
berada disana. Pajangan dan hiasan barang-barang tua menambah kesan jaman dulu yang sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai