Anda di halaman 1dari 19

BAB III

HIDROLISA PATI
3.1. Tujuan Percobaan
- Memahami reaksi hidrolisa asam pati menjadi gula reduksi
- Memahami reaksi hidrolisa enzim pati menjadi gula reduksi
- Mengetahui kadar gula reduksi hasil hidrolisa kemudian membandingkan
metode hidrolisa.
3.2. Tinjauan Pustaka
Hidrolisa merupakan proses pemecahan atau penguraian antara reaktan dengan
menggunakan air (Artati, 2010). Pada proses pemecahan atau penguraian polisakarida
akan mengkasilkan monosakarida. Hidrolisa menggunakan larutan asam encer memiliki
kecepatan reaksi yang sebanding dengan konsentrasi asam (Mastuti, 2010).
Pati merupakan karbohidrat yang berupa polisakarida yaitu polimer anhidro
monosakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n. Pati tersusun atas amilosa dan
amilopektin (Endah, 2007). Pati dapat diolah menjadi makanan langsung, produk
farmasi dan gula fermentasi melalui bikonversi proses hidrolisis (Azmi, 2017).
Oat (Avena Sativa) merupakan jenis tanaman yang termasuk kedalam padi-padian
atau serelalia. Struktur biji yang dimiliki oat hampir sama dengan struktur biji gandum
yang didalamnya terkandung GLA (Gamma Linoliec Acid) dan memiliki serat terlarut
β-glukan. Serat inilah yang membuat tekstur oat menjadi seperti gel yang akan larut
dalam air (Fahmi, 2015). Oat merupakan hasil dari proses pengeringan yang memiliki
kandungan protein, magnesium, thiamin, mineral fosfor, potasium, zat besi, dan
kandugan serat tinggi (9,39g/100g) (Rohmah, 2016).
Tabel 3.1. Kandungan Gizi Oatmeal 100 g
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 370 kkal
Protein 9,9 g
Total Lipid (lemak) 10,9 g
Karbohidrat komplek 57 g
Serat 10 g
Serat larut 4,6 g
(Ayuningsih, 2010)
Gula reduksi merupakan gula yang memiliki kemampuan untuk mereduksi karena
mempunyai gugus aldehid dan keton bebas. Yang temasuk gula reduksi yaitu glukosa,
manosa, fruktosa, laktosa dan maltosa (Astuti, 2014).
Glukosa merupakan monosakarida yang berfungsi untuk memperlancar kerja
jantung dan meringankan gangguan penyakit hati, glukosa membantu kerja hati untuk
menyaring racun-racun yang merugikan tubuh dan merupakan sumber energi untuk
seluruh sistem jaringan otot. Adapun fruktosa yang berfungsi mengurangi kerusakan
hati, fruktosa dapat dikonsumsi penderita penyakit diabetes militus karena transportasi
atar sel tidak membutuhkan insulin sehingga tidak mempengaruhi keluarnya insulin
(Ratnayani, 2008). Laktosa dan maltosa merupakan kerbohidrat golongan disakarida
yang terdiri atas dua unit monosakarida. Laktosa terdiri atas satu unit glukosa dan satu
unit galaktosa sedangkan maltosa terdiri atas dua unit glukosa. Laktosa dan maltosa
berfungsi sebagai penghasil energi berupa ATP (Labetubun, 2011).
Dalam prosesnya terdapat dua metode hidrolisa pati, yaitu:
- Hidrolisa Asam
Hidrolisa asam atau hidrolisa non enzimatik merupkaan proses hidrolisa yang
menggunakan asam sebagai katalisnya seperti HCl yang merupakan asam kuat. Pada
prosesnya hidrolisa pati dengan asam memerlukan suhu sekitar 140-160 oC. Adapun
kelemahan dari hidrolisa asam ini yaitu membuat alat yang digunakan menjadi
korosi, menghasilkan spektra-spektra tertentu karena katalis asam menghidrolisa
secara acak, menyebabkan terjadinya degradasi karbohidrat maupun rekombinasi
produk degradasi yang mempengaruhi warna dan rasa bahkan menimbulkan masalah
teknik.
- Hidrolisa Enzim
Hidrolisa enzim merupakan proses hidrolisa yang menggunkan bantuan enzim
sebagai katalisnya seperti enzim α-amilase yang digunakan pada proses likuifikasi
dan enzim glukoamilase (amiloglukosidase) yang digunakan pada proses
sakarifikasi. Adapun kelebihan dari hidrolisa enzim ini seperti mencegah adanya
reaksi efek samping karena sifat katalis yang spesifik sehingga mempertahankan
flavor dan bahan dasar (Risnoyatiningsih, 2011).
Adapun reaksi dari proses hidrolisa, yaitu:
hidrolisa
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6
polisakarida air glukosa
Adanya reaksi yang terjadi pada air dan pati yang berlangsung secara lambat oleh
karena itu dibutuhkan katalisator untuk mempercepat laju reaksi air. Asam klorida
biasanya digunakan sebagai katalisator karena akan menghasilkan garam dapur yang
tidak berbahaya (Endah, 2007).

Gambar 3.1. Struktur hidrolisa pati


(Sumardjo, 2006)
Untuk mengetahui kandungan gula pada suatu karbohidrat dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif kandungan gula
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Uji Benedict
Uji dengan reagen ini akan menghasilkan endapan merah bata setelah pencampuran
sampel dengan reagen Benedict dan diikuti dengan pemanasan.
2. Uji Barfoed
Dilakukan dengan menambahkan satu mL sampel yang telah diektraksi dan
ditambahkan reagen Barfoed lalu dihomogenkan. Dilanjutkan dengan pemanasan
hingga larutan mendidih, jika positif mengandung gula akan terbentuk endapan
merah (Al-kayyis, 2016).
3. Uji fehling
Dilakukan dengan menambahkan pereaksi fehling A dan fehling B dengan jumlah
sama banyak, kemudian ditambakan ke dalam hidrolisat dan dipanaskan diatas
penangas air, maka akan terbentuk endapan merah bata yang mengindikasikan
adanya kandungan glukosa. Terbentuknya endapan ini karena glukosa mereduksi ion
Cu2+ yang terkandung dalam fehling menjadi endapan Cu2O yang berwarna merah
bata, namun hal ini hanya dapat diamati setelah dilakukan proses pemanasan (Juwita,
2013).
Sedangkan untuk uji secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode Somogyi-
Nelson dan Anthrone-sulfat.
1. Somogyi-Nelson
Pada metode ini gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+, dan ion
tersebut akan mereduksi senyawa arsenomolibdat membentuk komplek berwarna
biru kehijauan.
2. Anthrone-sulfat
Prinsip dari metode ini adalah pembentukan furfural atau turunannya dari gula
pereduksi atau non pereduksi yang direaksikan dengan asam sulfat pekat. Kemudaian
furfural yang dihasilkan akan membentuk komplek berwarna kuning kehijauan
dengan reagen anthrone (Al-kayyis, 2016).
Enzim α-amilase terdapat pada ludah manusia, pankreas dan isolasi
mikroorganisme Aspergillus oryzae dan Bacillus subtilis (pada suhu 70 -90 oC dan pH
6-10). Pemurnian enzim dilakukan berdasarkan fraksinasi garam atau panas selektif.
Kemudian mencampurkan glikoken sehingga menghasilkan kompleks enzim-glikogen.
Aktivasi α-amilase bisa dilihat dari penurunan kadar pati yang larut, kadar amilosa yang
bereaksi dengan iodium akan berwarna coklat atau pengukuran viskositas dan jumlah
pereduksi yang terbentuk (Risnoyatiningsih, 2011).

Gambar 3.2. Mekanisme Enzim α-amilase


(Rahmawati, 2015)
Enzim β-glukoamilase diperoleh dari mikroorganisme Aspergillus dan Rhizopus.
Enzin ini apat memecah pati dari luar dengan mengeluarkan unit-unit glukosa dari
ujung bukan pereduksi polimer pati sehingga hanya reaksinya hanya menghasilkan
glukosa. Enzim ini memiliki Standart Productivity 2000-3000 substansi kering
perkilogram (Risnoyatiningsih, 2011).

Gambar 3.3. Struktur Enzim β-glukoamilase


(Rahmawati, 2015)
Pada industri pangan, pati termodifikasi difungsikan sebagai bahan pengisi,
pengental, pengemulsi, dan pemantap bagi makanan. Penambahan pati termodifikasi ini
dapat meningkatkan keunggulan kulaitas dari produk pangan yang dihasilkan baik dari
tampilan fisik seperti rasa, konsistensi, warna, dan zat gizi. Selain itu penambahan pati
jenis ini dapat meningkatkan kualitas dengan proses yang lebih mudah dan waktu yang
lebih singkat. Seperti penggunaan pati termodifikasi dalam proses pembuatan permen
gum ditujukan untuk memberikan sifat produk yang lebih padat (Triyono, 2008).
3.3. Tinjauan Bahan
A. Asam klorida
- nama kimia : HCl
- bentuk fisik : cair
- massa molekul : 36,46 g/mol
- pH : 0,1
- Specific Gravity : 1,18
- titik didih : 50,5 oC
- warna : tidak berwarna
B. Asam Sulfat
- nama kimia : H2SO4
- bentuk fisik : cair
- massa molekul : 98,08 g/mol
- pH : 0,3
- Specific Gravity : 1,84
- titik didih : 270 ºC - 340 ºC
- warna : tidak berwarna
C. Aquadest
- nama kimia : H2O
- bentuk fisik : cair
- massa molekul : 18,02 g/mol
- pH :7
- Specific Gravity : 1,00
- titik didih : 100 ºC
- warna : tidak berwarna
D. Enzim α-amilase
- nama kimia : 1,4 - alpha - D - glucan glucanohydrolase
- bentuk fisik : padat
- massa molekul :-
- pH :-
- Specific Gravity :-
- titik didih :-
- warna : coklat putih
E. Enzim β-glukoamilase
- nama kimia : C24H40O20
- bentuk fisik : padat
- massa molekul : 666,575 g/mol
- pH : 6,0 – 8,0
- Specific Gravity : 1,0541 – 1,1541
- titik didih :-
- warna : transparan kuning pucat
F. Fehling A
- nama kimia : CuSO4
- bentuk fisik : cair
- massa molekul : 159,60 g/mol
- pH :7
- Specific Gravity : 1,047
- titik didih : 100 ºC
- warna : biru
G. Fehling B
- nama kimia :-
- bentuk fisik : cair
- massa molekul :-
- pH : 12
- Specific Gravity : 1,240
- titik didih : 100 ºC
- warna : tidak berwarna
H. Pati
- nama kimia : (C6H10O5)n
- bentuk fisik : padat
- massa molekul : 324 g/mol
- pH : 4-7
- Specific Gravity : 1,5
- titik didih : 100 ºC
- warna : putih
3.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan : B. Bahan-bahan yang dibutuhkan :
- Ball pipet - Pati Oatmeal (C12H20O10)
- batang pengaduk - asam klorida (HCl)
- botol Aquadest - asam sulfat (H2SO4)

- corong - Aquadest (H2O)

- Erlenmeyer - enzim -amilase


- gelas arloji - enzim -gluko β−¿ amilase
- kertas saring - fehling A
- labu ukur - fehling B
- penjepit kayu
- pipet volume
- stemper & mortar
- tabung reaksi
- tang kurs
- timbangan
- Waterbath
3.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan H2SO4 2% sebanyak 100 mL
- Membuat larutan HCl 2% sebanyak 100 mL.
B. Hidrolisa asam
- Menimbang 5 gram C12H20O10, melarutkan dalam 50 mL larutan H2SO4 2%
- Memanaskan pada suhu 100oC di waterbath dengan ditutup plastik
- Menyaring larutan
- Memipet 1 mL larutan dan memasukan kedalam tabung reaksi
- Menambahkan 3 tetes fehling A dan 3 tetes fehling B, mengamati perubahan
- Memanaskan selama 25 menit, dan amati perubahan.
C. Hidrolisa enzim
- Menimbang 5 gram C12H20O10, melarutkan dalam 50 mL air, mengatur pH
sampai 5 dengan penambahan H2SO4
- Menambahkan 1 tetes enzim α-amilase
- mendiamkan pada suhu 30oC selama 12 jam
- Menyaring larutan
- Memipet 1 mL larutan dan memasukan kedalam tabung reaksi
- Menambahkan 3 tetes fehling A dan 3 tetes fehling B, amati perubahan
- Memanaskan selama 25 menit, amati perubahan
- Mengulangi percobaan dengan menggunakan enzim β-amilase.
3.6. Data Pengamatan
Tabel 3.2. Data pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan Kesimpulan
am Proses hidrolisa asam H2SO4
Pati + H2SO4 Lar. 1 Bau : berbau khas Hidrolisa
oatmeal belum terjadi
Bentuk : cair ada
endapan putih
Warna : putih susu

Lar. 1 dipanaskan Lar.2 Bau : berbau khas Hidrolisa


oatmeal belum terjadi
Bentuk : cair ada
endapan putih
Warna : putih susu

Lar. 2 disaring Lar. 3 Bau : bau khas Padatan pati


oatmeal oatmeal yang
Bentuk : larutan belum lumat
Warna : tidak berwarna terpisah

Lar. 3 + Fehling A + Fehling Bau : tidak berbau Indikator


B Lar. 4 Bentuk : larutan belum
Warna : biru muda bereaksi
dengan gula
reduksi

Lar. 4 lar 5 Bau : tidak berbau Tidak didapat


Bentuk : larutan dengan hasil gula
gumpalan putih reduksi karena
di dasarnya tidak terjadi
Warna : biru keruh perubahan
warna ke
merah bata
2. Proses hidrolisa asam HCl
Pati + HCl Lar. 1 Bau : berbau khas Hidrolisa
oatmeal belum terjadi
Bentuk : cair ada
endapan putih
Warna : putih susu

Lar. 1 dipanaskan Lar.2 Bau : berbau khas Hidrolisa


oatmeal belum terjadi
Bentuk : cair ada
endapan putih
Warna : putih susu

Lar. 2 disaring Lar. 3 Bau : bau khas Padatan pati


oatmeal oatmeal yang
Bentuk : larutan belum lumat
Warna : tidak berwarna terpisah

Lar. 3 + Fehling A + Fehling Bau : tidak berbau Indikator


B Lar. 4 Bentuk : larutan belum
Warna : biru muda bereaksi
dengan gula
reduksi

Bau : tidak berbau Tidak didapat


Lar. 4 lar 5
Bentuk : larutan dengan hasil gula
gumpalan putih reduksi karena
di dasarnya tidak terjadi
Warna : biru keruh perubahan
warna ke
merah bata
3. Hidrolisa enzim α-Amilase
Pati + H2O Lar. 1 Bau : berbau khas Larutan sesuai
+ pH 5 + 3 tetes α-Amilase oatmeal dengan pH
Bentuk : cair ada optimal enzim
endapan putih
Warna : putih susu

Lar. 1 didiamkan 12 jam Bau : berbau susu Hidrolisa pati


Lar. 2 basi berlangsung
Bentuk : kental ada selama 12 jam
endapan putih
Warna : putih susu

disaring
Lar. 2 Lar. 3 Bau : berbau susu Didapat filtrat
basi mengandung
Bentuk : larutan glukosa
Warna : tidak berwarna

Lar. 3 + Fehling A + Fehling Bau : berbau susu Indikator


B Lar. 4 basi belum
Bentuk : larutan berekasi
Warna : biru muda dengan gula
reduksi

Lar. 4 lar 5 Bau : tidak berbau Indikator


Bentuk : larutan dengan bereaksi
gumpalan dengan gula
Warna : merah bata reduksi
sehingga
larutan
berubah warna
4. Proses hidrolisa enzim β-
Glukoamilase
Pati + H2O Lar. 1 Bau : berbau khas Larutan sesuai
+ pH 5 + 3 tetes α-Amilase oatmeal dengan pH
Bentuk : cair ada optimal enzim
endapan putih
Warna : putih susu

Lar. 1 didiamkan 12 jam Bau : berbau susu Hidrolisa pati


Lar. 2 basi berlangsung
Bentuk : kental, selama 12 jam
endapan putih
Warna : putih susu

disaring
Lar. 2 Lar. 3 Bau : berbau susu Didapat filtrat
basi mengandung
Bentuk : larutan glukosa
Warna : tidak berwarna

Lar. 3 + Fehling A + Fehling Bau : berbau susu Indikator


B Lar. 4 basi belum
Bentuk : larutan berekasi
Warna : biru muda dengan gula
reduksi

Lar. 4 lar 5 Bau : tidak berbau Indikator telah


Bentuk : larutan dengan bereaksi
gumpalan dengan gula
Warna : merah bata reduksi
sehingga
larutan
berubah warna

3.7. Dokumentasi Pengamatan


A. Hidrolisa asam

Gambar 3.4. Pelarutan oatmeal dengan Gambar 3.5. Proses pemanasan larutan 1
asam sulfat dan asam jam
klorida

Gambar 3.6. Setelah diberi fehling A Gambar 3.7. Hasil filtrasi yang telah
dan fehling B ditambahkan fehling A
dan fehling B setelah
dipanaskan

B. Hidrolisa enzim
Gambar 3.8. Pelarutan oatmeal dengan Gambar 3.9. Setelah proses pendiaman
asam sulfat dan asam larutan selama 12 jam
klorida ditambah dengan 3
tetes α-amilase dan
β-glukoamilase

Gambar 3.10. Setelah diberi fehling A Gambar 3.11. Hasil filtrasi yang telah
dan fehling B ditambahkan fehling A
dan fehling B setelah
dipanaskan

3.8. Pembahasan
- Pada proses hidrolisa asam, pati oatmeal dilarutkan menggunakan asam klorida
dan asam sulfat. Penambahan asam ini berfungsi sebagai katalisator yang akan
memecah molekul pati oatmeal secara acak sehingga menghasilkan gula
pereduksi. Setelah larutan dicampur asam selanjutnya filtrat dipanaskan dalam
Waterbath selama 1 jam dengan suhu 100 oC. Setelah itu tambahkan larutan
fehling A dan fehling B sehingga larutan menjadi warna biru muda,
penambahan fehling A dan fehling B berfungsi sebagai penguji kualitatif gula
pereduksi. Setelah semua tercampur, larutan tersebut dipanaskan lagi
menggunakan Waterbath hingga larutan berubah menjadi warna merah bata.
Namun dalam percobaan yang dilakukan larutan tersebut tidak berubah warna
menjadi merah bata, hal ini disebabkan karena adanya molekul yang tidak
terpecah secara sempurna sehingga tidak mengindikasikan adanya gula
pereduksi pada larutan.
- Proses hidrolisa enzim
Pada proses hidrolisa enzim, pati oatmeal direaksikan dengan Aquadest hangat
sebanyak 50 mL dengan penambahan enzim sebagai katalis. Enzim yang
digunakan dalam percobaan yaitu enzim α-amilase dan enzim β-glukoamilase.
Enzim tersebut akan memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian
dalam molekul. Sebelum menambahkan enzim larutan pati oatmeal tersebut
diatur keasamannya dengan asam sulfat atau asam klorida hingga pH = 5.
Setelah itu larutan pati oatmeal ditambahkan dengan enzim α-amilase dan
enzim β-glukoamilase, lalu larutan didiamkan dengan suhu 30 oC selama 12
jam. Kemudian disaring sehingga menghasilkan residu berwarna putih kental
dan filtrat bening. Selanjutnya tambahkan filtrat larutan dengan fehling A dan
fehling B sehingga larutan berwarna biru muda, penambahan fehling A dan
fehling B bertujuan untuk menguji gula pereduksi. Setelah itu larutan
dipanaskan hingga terdapat endapan merah bata yang menjadi indikasi adanya
gula pereduksi.

3.9. Kesimpulan
- Proses hidrolisa pati asam setelah filtratnya ditambah dengan fehling A dan
fehling B sebagai indikasi adanya gula pereduksi. Pada larutan percobaan
kami, larutan tidak menghasilkan warna endapan merah bata melainkan hanya
biru keruh dengan endapan putih didasarnya.
- Proses hidrolisa pati enzim setelah filtratnya ditambah fehling A dan fehling B
didapat adanya endapan merah bata yang mengindikasikan adanya gula
reduksi.
- Proses hidrolisa pati menggunakan enzim lebih menguntungkan karena tidak
banyak perlakuan adapun kelebihan lain seperti mencegah adanya reaksi efek
samping karena sifat katalis yang spesifik sehingga mempertahankan flavor
dan bahan dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kayyis, H dan Susanti, H. 2016. Perbandingan Metode Somogyi-Nelson Dan


Anthrone-Sulfat Pada Penetapan Kadar Gula Pereduksi Dalam Umbi Cilembu
(Ipomea Batatas L.). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Artati, dkk. 2010. Konstanta Kecepatan Reaksi Sebagai Fungsi Suhu Pada Hidrolisa
Selulosa Dari Ampas Tebu Dengan Katalisator Asam Sulfat. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Astuti, Indah. 2014. Kadar Protein, Gula Total, Total Padatan, Viskositas Dan Nilai Ph
Es Krim Yang Disubstitusi Inulin Umbi Gembili (Dioscorea Esculenta).
Semarang: Universitas Diponegoro
Ayuningsih, Fajar. 2010. Yuuk Makan Oats Agar Lebih Sehat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Azmi, dkk. 2017. A review on acid and enzymatic hydrolyses of sago starch. Kuala
Lumpur: International Islamic University Malaysia
Endah. 2007. Pengaruh Kondisi Fermentasi Terhadap Yield Etanol Pada Pembuatan
Bioetanol Dari Pati Garut. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Fahmi, dkk. 2015. Pengaruh Penambahan Oat (Avena Sativa) Pada Pakan Finisher
Terhadap Kandungan Kolesterol Darah Pada Ayam Pedaging Jantan. Surabaya:
Universitas Airlangga
Juwita, dkk. 2013. Isolasi Jamur Pengurai Pati Dari Tanah Limbah Sagu. Padang:
Universitas Andalas
Labetubun, J dan Siwa, I. 2011. Kualitas Spermatozoa Kauda Epididimis Sapi Bali
dengan Penambahan Laktosa atau Maltosa yang Dipreservasi pada Suhu 3–5 oC.
Ambon: Universitas Pattimura
Mastuti, Endang. 2010. Pengaruh Variasi Temperatur Dan Konsentrasi Katalis Pada
Kinetika Reaksi Hirolisis Tepung Kulit Ketela Pohon. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Rahmawati, A dan Sutrisno, A. 2015. Hidrolisis Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Batatas L.) Secara Enzimatis Menjadi Sirup Glukosa Fungsional: Kajian
Pustaka. Malang: Unversitas Brawijaya
Ratnayani, dkk. 2008. Penentuan Kadar Glukosa Dan Fruktosa Pada Madu Randu Dan
Madu Kelengkeng Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Bukit
Jimbaran: Universitas Udayana
Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Surabaya: UPN Veteran Surabaya
Rohmah, Ainur. 2016. Pengaruh Proporsi Kulit Buah Kopi Dan Oatmeal Terhadap
Hasil Jadi Masker Tradisional Untuk Perawatan Kulit Wajah. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya
Triyono, A. 2008. Karakteristik Hasil Optimalisasi Usaha Produksi Pati Termodifikasi
Secara Enzimatik Dari Umbi-Umbian Dengan Konverter Sistim Pemanas
Berjaked Oli. Subang: B2PTTG-LIPI
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
APPENDIKS
III. Hidrolisa Pati
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan H2SO4 2% sebanyak 100 mL
Diketahui : %1 = 96 %
V2 = 100 mL
%2 =2%
Ditanya : V1...?
Jawab : V1 x %1 = V 2 x %2
V1 x 96% = 100 x 2%
V1 = 2,08 mL
Jadi, volume H2SO4 yang harus diambil sebesar 2,08 mL

- Membuat larutan HCL 2% sebanyak 100 mL


Diketahui : %1 = 32 %
V2 = 100 mL
%2 =2%
Ditanya : V1...?
Jawab : V1 x %1 = V 2 x %2
V1 x 32% = 100 x 2%
V1 = 6,25 mL
Jadi, volume HCl yang harus diambil sebesar 6,25 mL

Anda mungkin juga menyukai