HIDROLISA PATI
3.1. Tujuan Percobaan
- Memahami reaksi hidrolisa asam pati menjadi gula reduksi
- Memahami reaksi hidrolisa enzim pati menjadi gula reduksi
- Mengetahui kadar gula reduksi hasil hidrolisa kemudian membandingkan
metode hidrolisa.
3.2. Tinjauan Pustaka
Hidrolisa merupakan proses pemecahan atau penguraian antara reaktan dengan
menggunakan air (Artati, 2010). Pada proses pemecahan atau penguraian polisakarida
akan mengkasilkan monosakarida. Hidrolisa menggunakan larutan asam encer memiliki
kecepatan reaksi yang sebanding dengan konsentrasi asam (Mastuti, 2010).
Pati merupakan karbohidrat yang berupa polisakarida yaitu polimer anhidro
monosakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n. Pati tersusun atas amilosa dan
amilopektin (Endah, 2007). Pati dapat diolah menjadi makanan langsung, produk
farmasi dan gula fermentasi melalui bikonversi proses hidrolisis (Azmi, 2017).
Oat (Avena Sativa) merupakan jenis tanaman yang termasuk kedalam padi-padian
atau serelalia. Struktur biji yang dimiliki oat hampir sama dengan struktur biji gandum
yang didalamnya terkandung GLA (Gamma Linoliec Acid) dan memiliki serat terlarut
β-glukan. Serat inilah yang membuat tekstur oat menjadi seperti gel yang akan larut
dalam air (Fahmi, 2015). Oat merupakan hasil dari proses pengeringan yang memiliki
kandungan protein, magnesium, thiamin, mineral fosfor, potasium, zat besi, dan
kandugan serat tinggi (9,39g/100g) (Rohmah, 2016).
Tabel 3.1. Kandungan Gizi Oatmeal 100 g
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 370 kkal
Protein 9,9 g
Total Lipid (lemak) 10,9 g
Karbohidrat komplek 57 g
Serat 10 g
Serat larut 4,6 g
(Ayuningsih, 2010)
Gula reduksi merupakan gula yang memiliki kemampuan untuk mereduksi karena
mempunyai gugus aldehid dan keton bebas. Yang temasuk gula reduksi yaitu glukosa,
manosa, fruktosa, laktosa dan maltosa (Astuti, 2014).
Glukosa merupakan monosakarida yang berfungsi untuk memperlancar kerja
jantung dan meringankan gangguan penyakit hati, glukosa membantu kerja hati untuk
menyaring racun-racun yang merugikan tubuh dan merupakan sumber energi untuk
seluruh sistem jaringan otot. Adapun fruktosa yang berfungsi mengurangi kerusakan
hati, fruktosa dapat dikonsumsi penderita penyakit diabetes militus karena transportasi
atar sel tidak membutuhkan insulin sehingga tidak mempengaruhi keluarnya insulin
(Ratnayani, 2008). Laktosa dan maltosa merupakan kerbohidrat golongan disakarida
yang terdiri atas dua unit monosakarida. Laktosa terdiri atas satu unit glukosa dan satu
unit galaktosa sedangkan maltosa terdiri atas dua unit glukosa. Laktosa dan maltosa
berfungsi sebagai penghasil energi berupa ATP (Labetubun, 2011).
Dalam prosesnya terdapat dua metode hidrolisa pati, yaitu:
- Hidrolisa Asam
Hidrolisa asam atau hidrolisa non enzimatik merupkaan proses hidrolisa yang
menggunakan asam sebagai katalisnya seperti HCl yang merupakan asam kuat. Pada
prosesnya hidrolisa pati dengan asam memerlukan suhu sekitar 140-160 oC. Adapun
kelemahan dari hidrolisa asam ini yaitu membuat alat yang digunakan menjadi
korosi, menghasilkan spektra-spektra tertentu karena katalis asam menghidrolisa
secara acak, menyebabkan terjadinya degradasi karbohidrat maupun rekombinasi
produk degradasi yang mempengaruhi warna dan rasa bahkan menimbulkan masalah
teknik.
- Hidrolisa Enzim
Hidrolisa enzim merupakan proses hidrolisa yang menggunkan bantuan enzim
sebagai katalisnya seperti enzim α-amilase yang digunakan pada proses likuifikasi
dan enzim glukoamilase (amiloglukosidase) yang digunakan pada proses
sakarifikasi. Adapun kelebihan dari hidrolisa enzim ini seperti mencegah adanya
reaksi efek samping karena sifat katalis yang spesifik sehingga mempertahankan
flavor dan bahan dasar (Risnoyatiningsih, 2011).
Adapun reaksi dari proses hidrolisa, yaitu:
hidrolisa
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6
polisakarida air glukosa
Adanya reaksi yang terjadi pada air dan pati yang berlangsung secara lambat oleh
karena itu dibutuhkan katalisator untuk mempercepat laju reaksi air. Asam klorida
biasanya digunakan sebagai katalisator karena akan menghasilkan garam dapur yang
tidak berbahaya (Endah, 2007).
disaring
Lar. 2 Lar. 3 Bau : berbau susu Didapat filtrat
basi mengandung
Bentuk : larutan glukosa
Warna : tidak berwarna
disaring
Lar. 2 Lar. 3 Bau : berbau susu Didapat filtrat
basi mengandung
Bentuk : larutan glukosa
Warna : tidak berwarna
Gambar 3.4. Pelarutan oatmeal dengan Gambar 3.5. Proses pemanasan larutan 1
asam sulfat dan asam jam
klorida
Gambar 3.6. Setelah diberi fehling A Gambar 3.7. Hasil filtrasi yang telah
dan fehling B ditambahkan fehling A
dan fehling B setelah
dipanaskan
B. Hidrolisa enzim
Gambar 3.8. Pelarutan oatmeal dengan Gambar 3.9. Setelah proses pendiaman
asam sulfat dan asam larutan selama 12 jam
klorida ditambah dengan 3
tetes α-amilase dan
β-glukoamilase
Gambar 3.10. Setelah diberi fehling A Gambar 3.11. Hasil filtrasi yang telah
dan fehling B ditambahkan fehling A
dan fehling B setelah
dipanaskan
3.8. Pembahasan
- Pada proses hidrolisa asam, pati oatmeal dilarutkan menggunakan asam klorida
dan asam sulfat. Penambahan asam ini berfungsi sebagai katalisator yang akan
memecah molekul pati oatmeal secara acak sehingga menghasilkan gula
pereduksi. Setelah larutan dicampur asam selanjutnya filtrat dipanaskan dalam
Waterbath selama 1 jam dengan suhu 100 oC. Setelah itu tambahkan larutan
fehling A dan fehling B sehingga larutan menjadi warna biru muda,
penambahan fehling A dan fehling B berfungsi sebagai penguji kualitatif gula
pereduksi. Setelah semua tercampur, larutan tersebut dipanaskan lagi
menggunakan Waterbath hingga larutan berubah menjadi warna merah bata.
Namun dalam percobaan yang dilakukan larutan tersebut tidak berubah warna
menjadi merah bata, hal ini disebabkan karena adanya molekul yang tidak
terpecah secara sempurna sehingga tidak mengindikasikan adanya gula
pereduksi pada larutan.
- Proses hidrolisa enzim
Pada proses hidrolisa enzim, pati oatmeal direaksikan dengan Aquadest hangat
sebanyak 50 mL dengan penambahan enzim sebagai katalis. Enzim yang
digunakan dalam percobaan yaitu enzim α-amilase dan enzim β-glukoamilase.
Enzim tersebut akan memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian
dalam molekul. Sebelum menambahkan enzim larutan pati oatmeal tersebut
diatur keasamannya dengan asam sulfat atau asam klorida hingga pH = 5.
Setelah itu larutan pati oatmeal ditambahkan dengan enzim α-amilase dan
enzim β-glukoamilase, lalu larutan didiamkan dengan suhu 30 oC selama 12
jam. Kemudian disaring sehingga menghasilkan residu berwarna putih kental
dan filtrat bening. Selanjutnya tambahkan filtrat larutan dengan fehling A dan
fehling B sehingga larutan berwarna biru muda, penambahan fehling A dan
fehling B bertujuan untuk menguji gula pereduksi. Setelah itu larutan
dipanaskan hingga terdapat endapan merah bata yang menjadi indikasi adanya
gula pereduksi.
3.9. Kesimpulan
- Proses hidrolisa pati asam setelah filtratnya ditambah dengan fehling A dan
fehling B sebagai indikasi adanya gula pereduksi. Pada larutan percobaan
kami, larutan tidak menghasilkan warna endapan merah bata melainkan hanya
biru keruh dengan endapan putih didasarnya.
- Proses hidrolisa pati enzim setelah filtratnya ditambah fehling A dan fehling B
didapat adanya endapan merah bata yang mengindikasikan adanya gula
reduksi.
- Proses hidrolisa pati menggunakan enzim lebih menguntungkan karena tidak
banyak perlakuan adapun kelebihan lain seperti mencegah adanya reaksi efek
samping karena sifat katalis yang spesifik sehingga mempertahankan flavor
dan bahan dasar.
DAFTAR PUSTAKA