Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat.
Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah orang-orang yang menetap di
Indonesia. Berdasarkan publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), hasil sensus
pada tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 202,9 juta
jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk yang demikian banyaknya, Indonesia
menduduki urutan keempat sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk
merupakan modal dasar dalam pembangunan, tapi dari sisi lain juga bisa menjadi
beban oleh negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang
besar mempunyai dampak terhadap proses dan hasil usaha pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar tersebut apabila mampu berperan sebagai tenaga kerja yang
berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang besar dan akan sangat
menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman
alam serta budaya yang luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia
termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun. Indonesia merupakan negara
dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China,
India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk
Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar
1,49 % per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan
angka pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya
adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh penduduk di
Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby booming di
Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau
lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak
ekosistem yang ada. Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
1,98% per tahun, penduduk Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan
akan berlipat ganda yakni menjadi 480 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang
meningkat drastis, tentunya menyisakan penduduk miskin. Penduduk miskin
mempunyai keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya berpengaruh
pada tubuh yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak
dapat mencari nafkah dengan baik, tentunya hal ini membawa konsekuensi pada
kemiskinan yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut
lingkaran setan kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
Banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama oleh negara untuk
kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan merupakan salah satu
masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia. Jika pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan kenaikan tersebut,
maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi
ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan
Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan
tekanan yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan
dan kelaparan yang merajalela.
Hal tersebut ditakutkan semua kota mengingat pertumbuhan jumlah
penduduk yang begitu tinggi di khawatirkan akan membawa atau mengakibatkan
kemiskinan yang tinggi. Malthus mengungkapkan (Sutikno, 2006:58) bahwa
penduduk yang banyak akan menyebabkan terjadinya kemiskinan karena
menurutnya pertumbuhan penduduk berkembang menurut deret ukur, sedangkan
produksi pangan berkembang menurut deret hitung. Sehingga laju pertumbuhan
penduduk tidak akan terkejar oleh pertumbuhan makanan dan minuman. Melihat
hal yang demikian maka pemerintah harus mengupayakan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk, yang dirasa merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dapat dikatakan kompleks karena
banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkannya hal tersebut terjadi.
Faktor tersebut dapat dapat dari faktor internal yaitu dari diri seseorang itu sendiri
atau dari faktor eksternal yaitu lingkungan, pendidikan, keluarga, masyarakat
dll. Beberapa faktor penyebab kemiskinan lainnya adalah pertumbuhan ekonomi
lokal dan global yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan stabilitas
politik yang tidak kondusif. Kemiskinan jelas memberikan dampak negatif bagi
masyarakat, lingkungan, dan orang-orang yang berada dalam kemiskinan.
Masalah kemiskinan tersebut sulit untuk dihilangkan dari kehidupan manusia,
sehingga memerlukan suatu upaya penanggulangan secara keseluruhan dan
berkelanjutan. Banyak sudut pandang orang tentang kemiskinan, mulai dari
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, kemiskinan dalam
hal pendidikan, moral dan tingkah laku sesorang. Hal ini lah yang menyebabkan
kemiskinan erat kaitannya dengan keterbelakangan seseorang. Tanpa disadari,
masalah kemiskinan sangatlah mempengaruhi perekonomian suatu Negara.
Sehingga membuat kondisi ekonomi dan social yang semakin parah dan
memprihatinkan.
Banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama oleh negara untuk
kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan merupakan salah satu
masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia. Jika pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan kenaikan tersebut,
maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi
ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan
Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan
tekanan yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan
dan kelaparan yang merajalela.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud pembangunan ekonomi?


2. Apa saja syarat - syarat pembangunan ekonomi?
3. Apa hubungan penduduk dengan pertumbuhan pembangunan?
4. Bagaimana pembangunan dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk?
5. Bagaimana penjelasan teori nasionalis, malthus, dan marxis tentang
pembangunan ekonomi?
6. Bagaimana kebijakan kependudukan dalam menekan laju pertumbuhan
dengan program keluarga berencana?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan penduduk dengan pembangunan ekonomi, serta penjelasan dari
beberapa teori-teori ekonomi dan Mengenal tentang kebijakan penduduk.
Mengetahui macam-macam kebijakan penduduk , Mengetahui kebijakan
penduduk yang diambiil pemerintah Indonesia dalam menekan laju pertumbuhan
penduduk.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomui dan Kependudukan


Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi
tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi Yang dimaksud dengan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara
keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif,
yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang
dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan
hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti
dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.
Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi:
 Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai
contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi
dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap
bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang
adil, makmur, dan sejahtera.
 Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan
semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
 Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak
berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus.
Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik,
maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran.
Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara
tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.

Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan


suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang. Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ketahui
bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting, yaitu sebagai berikut
:
1. Pembangunan ekonomi sebagai proses, yang berarti pembangunan
merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.
2. Pembangunan ekonomi sebagai usaha untuk menaikan tingkat
pendapatan perkapita.
3. Kenaikan pendapatan perkapita ini harus terus berlangsung dalam
jangka panjang.
Pengertian Kependudukan
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan,
persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan (UU No.
23 Th 2006). Ilmu Kependudukan dimaksudkan untuk memberikan pengertian
yang lebih luas daripada demografi, karena sejumlah ahli demografi telah
menggunakan istilah demografi untuk menunjuk pada demografi formal,
demografi murni, atau kadang-kadang demografi teoritis. Sedangkan arti dari
demografi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata:
 demos, yang artinya rakyat/penduduk
 grafein, yang artinya menggambar atau menulis.
 Demografi: adalah tulisan atau karangan tentang rakyat atau
penduduk.
Demografi adalah suatu studi mengenai jumlah distribusi dan komposisi dan
koposisi penduduk serta komponen-komponen yang menyebabkan perubahan
yang diidentifikasi sebagai natalitas, gerak penduduk teritorial dan mobilitas
sosial (perubahan status). Merupakan analisa statistik penduduk, hanya
mempersoalkan hubungan antar variable demografi (Dependen dan independen).
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga
komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis
yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula
dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam
kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang
mendiami dunia atau bagian-bagiannya. Kepadatan penduduk dihitung dengan
membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.
Ekonomi Kependudukan adalah Ilmu yang mengaitkan antara variabel
ekonomi dengan variabel demografi. Demografi adalah Ilmu yang mempelajari
secara statistik & matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk &
perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui lima komponen yaitu kelahiran,
kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Sedangkan, Studi
Kependudukan: Ilmu yang mempelajari tentang kaitan antara variabel demografi
dengan variabel non demografi ( Hardiani, 2011).

2.2 Syarat – syarat Pembangunan Ekonomi


1. Kekayaan sumber daya alam, baik fisik maupun manusia.
2. Pendapatan per kapita dan tingkat PNK di sejumlah negara lain.
3. Perbedaan iklim.
4. Tingkat pertumbuhan dan penyebaran penduduk.
5. Peranan sejarah migrasi dunia.
6. Keuntungan-keuntungan dari perdagangan dunia.
7. Pengetahuan dasar, riset teknologi dan kemampuan membangun
8. Stabilitas dan fleksibilitas lembaga-lembaga politik.

2.3 Hubungan antara Penduduk dan Ekonomi


Ekonomi kependudukan pada dasarnya memiliki dua aspek pengertian.
Pertama, ekonomi kependudukan adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana
dampak ekonomi yang ditimbulkan dari dinamika penduduk. Kedua, ekonomi
kependudukan adalah ilmu yang menganalisis dinamika penduduk dengan
menggunakan “peralatan ekonomi”. Pengertian dinamika penduduk sendiri
mencakup perubahan jumlah, struktur dan persebaran penduduk yang diakibatkan
oleh variabel fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
Pada pengertian pertama, ekonomi kependudukan mengkaji tentang “posisi”
penduduk dalam pembangunan ekonomi, baik di tingkat mikro maupun di tingkat
makro. Berbagai teori ekonomi mencoba menjelaskan tentang posisi penduduk
dalam pembangunan ekonomi. Secara umum “penduduk” ditempatkan sebagai (a)
input produksi -dalam konteks menyediakan tenaga kerja yang diperlukan dalam
proses produksi, dan; (b) sebagai konsumen yang menggunakan berbagai
sumberdaya ekonomi.
Sebagai input produksi, posisi penduduk dalam pembangunan ekonomi
diredusir dalam kaitan dengan penyedia tenaga kerja. Itulah sebabnya ekonomi
kependudukan pada dasarnya juga mencakup ekonomi ketenagakerjaan. Dalam
banyak hal analisis ekonomi ketenagakerjaan bahkan lebih maju dibanding
dengan ekonomi kependudukan dalam pengertian yang luas. Demikian
berkembangnya analisis ekonomi ketenaga- kerjaan sehingga muncul kesan
seolah-olah ekonomi ketenagakerjaan menjadi suatu disiplin tersendiri yang
terlepas dari ekonomi kependudukan.
Sebagai konsumen, penduduk memiliki peran “menghabiskan” sumberdaya
ekonomi yang tersedia. Padahal sumberdaya yang tersedia jumlahnya amat
terbatas, dibanding jumlah penduduk yang terus meningkat. Dalam kaitan ini
ekonomi kependudukan mengkaji tentang dampak ekonomi yang ditimbulkan dari
meningkatnya jumlah, struktur dan persebaran (dinamika) penduduk. Berbagai
kajian telah dilakukan oleh banyak ahli dalam kaitan tentang hal ini. Pada
perkembangan selanjutnya kajian ekonomi terhadap terbatasnya sumberdaya alam
--relatif dibanding dengan meningkatnya jumlah penduduk-- lebih banyak dibahas
dalam ekonomi lingkungan.
Kajian tentang dampak ekonomi dari dinamika penduduk kemudian
berkembang dengan melihat karakteristik ekonomi penduduk. Persoalan-
persoalan seperti kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan sebagainya
pada awalnya sebenarnya merupakan juga ekonomi kependudukan. Kajian-kajian
tersebut kemudian terus berkembang sampai akhirnya muncul sebuah kajian
tersendiri yang dinamakan dengan ekonomi pembangunan (development
economics). Kajian ekonomi pembangunan bermula dari ketertarikan para
ekonom negara maju untuk menganalisis ekonomi negara berkembang yang
memiliki karakteristik penduduk berbeda dengan negara maju .
Dengan demikian pada aspek pertama, pengertian ekonomi kependudukan
pada dasarnya mencakup tema-tema yang dibahas dalam ekonomi
ketenagakerjaan, ekonomi lingkungan dan ekonomi pembangunan. Namun karena
kajian tentang ekonomi ketenagakerjaan, ekonomi lingkungan dan ekonomi
pembangunan sudah demikian maju maka tema-tema yang diangkat dalam
ekonomi kependudukan mengambil topik yang lebih spesifiik lagi menyangkut
variabel dinamika penduduk yaitu migrasi, mobilitas, ageing dan sebagainya.
Pada pengertian kedua, penduduk tidak hanya sebagai “bagian pasif ” dari
analisis ekonomi melainkan sebagai “subyek yang dikaji” dengan menggunakan
peralatan ekonomi. Topiknya pun lebih spesifik, tidak hanya terbatas pada jumlah
penduduk tetapi lebih tajam lagi terhadap (a) struktur dan persebaran penduduk,
serta; (b) variabel- variabel dinamika penduduk yaitu fertilitas, mobilitas dan
mortalitas. Dalam pengertian kedua ini, ekonomi kependudukan menganalisis
“dinamika penduduk” (fertilitas, mobilitas, mortalitas dan struktur penduduk)
dengan menggunakan “peralatan ekonomi”. Dalam pengertian kedua ini ekonomi
kependudukan dapat dikatakan menampilkan wajahnya sendiri. Dalam pengertian
ini topik-topik yang dibahas dalam ekonomi kependudukan betul-betul berkaitan
erat dengan variabel dinamika kependudukan seperti fertilitas, mobilitas dan
mortalitas.

2.4 Teori Nasionalis, Malthus, dan Marxis

Teori Nasionalis
Kaum Nasionalis beranggapan bahwa pertumbuhan penduduk akan
menstimuli pembangunan ekonomi. Ide dasarnya adalah dengan penduduk yang
banyak akan berakibat pada produktifitas yang tinggi dan kekuasaan yang tinggi
pula.
Inspirasi pendapat ini didasarkan juga atas pengalaman negara-negara Eropa pada
zaman revolusi industri. Pada saat itu kenaikan produksi pertanian selalu diikuti
oleh pertumbuhan penduduk. Argumentasinya adalah bahwa dengan penduduk
yang banyak akan menyebabkan mereka untuk membuka lahan pertanian yang
baru, membangun irigasi, membuat pupuk dan inovasi-inovasi yang lain yang
berkaitan dengan revolusi pertanian. Akibatnya produksi pertanian akan naik
dengan cepat.
Pendapat ini muncul kembali pada dasawarsa 70-an. Pelopornya adalah Julian
L. Simon. Dalam bukunya “The Economi of Population Growth”, Simon (1977)
berpendapat bahwa pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan
ekonomi dapat dibagi menjadi dua. Pertama, pertumbuhan penduduk dalam
jangka pendek memang berpengaruh negatif. Kedua, dalam jangka panjang justru
pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembangunan
ekonomi. Argumen ini berdasarkan studinya terhadap beberapa negara di dunia.
Teori Thomas Robert Malthus
Analisis dampak pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian khususnya
terhadap ancaman kekurangan pangan mendapat perhatian lebih luas ketika
Malthus mengemukakan teorinya tentang dampak pertumbuhan penduduk
terhadap kecukupan bahan pangan. Dalam tulisannnya yang berjudul Essay on the
Principle of Population Malthus mendebat ramalan Godwin tentang suatu masa
depan dunia yang sempurna dengan kebutuhan semua orang terpenuhi. Menurut
Malthus, hal itu tidak mungkin tercapai karena penduduk cenderung bertambah
lebih cepat daripada bahan pangan.
Malthus merasa terdapat konflik antara dua kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan “makanan” dan nafsu antar jenis kelamin (hubungan sex)”.
Apabila bahan makanan meningkat, maka tanpa dikendalikan, penduduk akan
bertambah hingga batas maksimal persediaan bahan makanan. Malthus
berpendapat sementara penduduk bertambah searah deret ukur (1,2,4,8,16,...)
dalam parkteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebh cepat dari pada
deret hitung (1,2,3,4,5...).
Deret hitung Malthus banyak dikritik, tetapi menurut Parson (1977 Malthus
hanya mencoba menunjukkan bahwa penduduk dapat bertambah lebih cepat
daripada bahan makanan, dan suatu waktu pertumbuhan penduduk akan terhambat
oleh produksi makanan yang tidak mencukupi.
Robert Malthus berpendapat bahwa proses pembangunan tidak terjadi dengan
sendirinya tetapi memerlukan usaha yang konsisten dari rakyat. Dia tidak
memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan stasioner tetapi yang
ditekankannya adalah bahwa perekonomian terlebih dahulu akan mengalami
kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari pembangunan.
Menurutnya pula proses pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas
ekonomi lebih daripada sekedar lancar tidaknya aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan
ekonomi, malahan pertumbuhan penduduk adalah adalah akibat dari proses
pembangunan. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan hanya
bila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan efektif. Proses akumulasi
modal merupakan faktor paling penting bagi pembangunan ekonomi. Sumber
akumulasi modal adalah laba yang berasal dari tabungan para pemilik modal dan
bukannya berasal dari pengurangan pengeluaran pada barang-barang mewah, jika
pengeluaran untuk konsumsi dikurangi justru perekonomian akan lamban.
Menurut Malthus tidak seluruhnya benar bahwa komoditi selalu dipertukarkan
dengan komoditi karena pada kenyataannya komoditi dalam jumlah yang besar
dipertukarkan secara langsung dengan tenaga kerja daripada dengan komoditi.
Dengan demikian ada kelebihan penawaran komoditi di pasar dibanding dengan
permintaan. Selain itu ia yakin bahwa penawaran buruh dalam jangka pendek
sangat tidak elastis.
Malthus memiliki beberapa saran saran untuk pembangunan ekonomi, saran-
saran tersebut adalah:
1. Harus adanya pertumbuhan berimbang antara sector pertanian dan
sector industri
2. Harus adanya upaya untuk menaikkan permintaan efektif dengan
cara pendistribusian kesejahteraan dan pemilikan tanah secara lebih adil
3. Perlunya melakukan perluasan perdagangan internal dan eksternal.

Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh teori Malthus yaitu:


1. Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal karena pada
kenyataannya konsumsi rendah bukanlah suatu gejala tetap namun hanya
sementara.
2. Pandangan negatif terhadap akumulasi modal. Menurut kenyataan
akumulasi modal tidak menyebabkan berkurangnya permintaan atas
barang-barang konsumen dan turunnya laba.

Teori Neo-Marxist
Kelompok Marxist. Kelompok aliran ini tidak sependapat dengan teori
Malthus, karena menurutnya paham Malthus bertentangan dengan nurani
manusia. Kelompok ini percaya bahwa tidak ada kaitan antara pertumbuhan
penduduk dan pembangunan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa semua
masalah yang berhubungan dengan kurangnya pembangunan ekonomi, seperti
kemiskinan, kelaparan, dan masalah sosial lainnya, bukan karena pertumbuhan
penduduk, tetapi semata-mata sebagai hasil dari ketidakbenaran dari institusi
sosial maupun ekonomi di daerah yang bersangkutan.
Menurut Marx, pemerintah di negara kapitalis akan mempertahankan
pertumbuhan penduduk agar upah tetap rendah. Tetapi di dalam pemerintahan
sosialis, hal tersebut tidak akan terjadi. Jadi, dalam hal ini letak persoalannya
adalah apakah suatu negara itu kapitalis atau sosialis. Dan menurut Marxist
tekanan penduduk suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan
makanan, tetapi terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist
berpendapat semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan.
Tetapi pengalaman di Kuba setelah revolusi menunjukkan bahwa justru yang
terjadi adalah apa yang diungkapkan oleh Malthus. Pada saat itu tingkat kematian
kasar melonjak tinggi, usia kawin cenderung turun dan pelarangan terhadao
keluarga berencana. Jelas hal-hal tersebut merupakan “Malthusian response”

2.5 Kebijakan Kependudukan Indonesia

Ruang Lingkup Kebijakan Penduduk


Kebijakan penduduk berkaitan erat dengan dinamika kependudukan yaitu
perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas,mortalitas,dan migrasi.Kebijakan
penduduk menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberi pengertian sebagai
berikut :
“…..langkah-langkah dan program-program yang membantu tercapainya
tujuan-tujuan ekonomi,social,demografis dan tujuan-tujuan umum yang lainnya
dengan jalan mempengaruhi variable-veriabel demografi yang utam, yaitu besar
dan pertumbuhan penduduk serta perubahan dan cirri-ciri demografinya…..”
Kebijakan penduduk dapat mempengaruhi fertilitas baik untuk menaikan
maupun menurunkan angka kelahiran. Pada waktu ini kebijakan mengenai
fertilitas hanya di hubungkan dengan penurunan fertilitas melalui Keluarga
Berencana. Bahkan banyak orang beranggapan bahwa kebijakn penduduk identik
dengan Keluarga Berencana.
Kebijakan tentang mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan
kesehatan, bahkan sering dihubungkan dengan klinik,rumah sakit, dan dokter.
Mortalitas mempunyai hubungan yang erat dengan morbiditas ( tentang sakit ).
Sehingga besar orng yang mati disebabkan karena sakit, dan hanya sedikt yang
meninggal karena kecelakan. Sebagian sangat kecil mati karena bunuh diri.
Karena itu mortalitas dan morbiditas harus di pahami sekaligus.
Migrasi merupakan mekanisme redistribusi penduduk. Hanya dengan migrasi
distribusi penduduk dapat dipengaruhi dalam jangka relative pendek. Dalam
membahas migrasi biasanya urbanisasi dicakup pula didalamnya. Urbanisasi
sebagi keadaan dan proses pemusatan penduduk di daerah urban (perkotaan)
banyak dipengaruhi oleh migrasi dari desa ke kota. Karena itu ada anggapan
seolah-olah urbanisasi hanya disebabkan migrasi dari desa ke kota, atau urbanisasi
di anggap identik dengan migrasi dari desa ke kota. Padahal urbanisasi disebabkan
oleh tiga factor, yaitu pertambahan alami,migrasi desa kota dan reklasifikasi
daerah pedesaan (rural) menjadi perkotaan (urban).
Masalah yang dapat mempengaruhi fertilitas ialah nuptialitas, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan perkawinan. Umur pekawinan pertama, gampang atau
sukarnya perceraian serta perkawinan ulang dapat dihubungkan dengan kebijakan
kependudukan juga.

Macam-Macam Kebijakan Penduduk


Kebijakan kependudukan dapat bersifat nasional terpadu atau sektoral.
Kebijakan nasional terpadu mencakup segala segi kehidupan dengan satu tujuan
mengenai kependudukan. Semua komponen yang mempunyai hubungan dengan
kependudukan mempunyai orientasi yang sama,sehingga merupakan satu system.
Masing-masing komponen mempunyai kaitan dengan komponen-komponen lain
yang menuju pada satu sasaran yang ditentukan,misalnya penurunan
fertilitas,penurunan mortalitas atau peningkatan migrasi penduduk.
Kebijakan sektoral menyerahkan masalah kependudukan kepada satu sector.
Kegiatan sektoral dapat dikoordinasikan,tetapi dalam kenyataan koordinasi sukar
di laksanakan.
Program-Program Kependudukan :
Kegiatan nyata untuk melaksanakan kebijakansanaan dengan sasaran
tertentu,batas waktu dan dana tertentu merupakan satu program. Kegiatan
demikian yang bertujuan mempengaruhi atau menanggapi aspek-aspek
kependudukan merupakanprogram kependudukan antara lain:
1) Transmigrasi
Transmigrasi merupakan kebijaksanaan kependudukan mengenai migrasi.
Kebijaksanaannya adalah reditribusi penduduk melalui migrasi yang di atur oleh
pemerintah. Transmigrasi yang di atur itu hanya meliputi bagian kecil migrasi,
tetapi di lakukan dengan secara sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sejak tahun
1972 dengan Undang-Undang No. 3 tahun 1972 yang mengatur Pokok-Pokok
penyelengaraan transmigrasi, trnsmigrasi tidak hanya mampunyai aspek
kependudukan tetapi juga aspek ekonomi, politik, social budaya dan pertahanan.
Akan tetapi karena itu di jalankan dengan mempengaruhi variabel migrasi, maka
transmigrasi merupakan satu program kependudukan.
2) Keluarga Berencana
Kegiatan keluaraga berencana adalah program kependudukan. Peningkatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang akan menurunkan angka kematian bayi
juga merupakan kebijakan program kependudukan. Bagian besar penduduk dunia
diam di Negara-negara sedang berkembang. Kebijaksanaan kependudukan oleh
sebagian pemerintahnya melalui program KB hasilnya sudah mulai Nampak.
Sebagian penduduk dunia di Negara yang sedang berkembang belum banyak
dijamah oleh keluarga berencana baik melalui kebijaksanaan pemerintah maupun
oleh organisasi masyarakat.

Kebijakan Penduduk Di Indonesia


Kebijakan kependudukan Indonesia telah di atur dalam GBHN yang meliputi:
1. Bidang-bidang pendendalian kelahiran
2. Penurunan tingkat kematian terutama kematian ana-anak,
3. Perpanjangan harapan kerja,
4. Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang,
5. Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata,
6. Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja

Kebijaksanaan yang menyangkut distribusi penduduk sudah diikuti sejak


pemulaan abad ini oleh pemerintah hindia belanda. Kolonisasi kebeberapa daerah
luar jawa dengan memindahkan penduduk dari jawa adalah usah reditribusi
penduduk. Usaha itu merupakan kebijaksanaan kependudukan. Sekalipun hasilnya
tidaklah besar, tetapi pemerintah hindia belanda telah memulai program itu dan
setelah mengalami berbagai hambatan, menjelang perang dunia ke II kolonisasi
itu menjadi cukup penting.
1. Pemerintah Indonesia merdeka meneruskan program pemindahan
penduduk itu dengan transmigrasi. Konsep transmigrasi yang dicetuskan pada
permulaan kemerdekaan Indonesia merupakan kebijaksanaan kependudukan yang
secara sadar hendak mengurangi penduduk jawa dengan jalan memindahkannya
keluar pulau jawa.
Kebijaksanaan kependudukan itu di jalankan sampai pemerintahan orde baru
memberikan orientasi yang luas mulai tahun 1972. Undang-undang no. 3 tahun
1972 memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi dimana pertimbangan
demografis hanya merupakan satu dari 7 sasaran yang terdiri atas :
a) Peningkatan taraf hidup
b) Pembangunan daerah
c) Keseimbangan penyebaran penduduk
d) Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia
e) Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
f) Kesatuan dan persatuan bangsa
g) Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional
2. Kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijaksanaan
KB. Kebijaksanaan ini sudah luas di ketahui oleh semua petugas KB maupun
masyarakat luas. KB dapat di laksanakan di daerah pedesaan secara efektif. Ini
berbeda dengan pola penyebaran KB yang biasanya mulai dari kota ke pedesaan,
sehingga prosesnya lamb

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi kependudukan pada dasarnya memiliki dua aspek pengertian.
Pertama, ekonomi kependudukan adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana
dampak ekonomi yang ditimbulkan dari dinamika penduduk. Kedua, ekonomi
kependudukan adalah ilmu yang menganalisis dinamika penduduk dengan
menggunakan “peralatan ekonomi”. Pengertian dinamika penduduk sendiri
mencakup perubahan jumlah, struktur dan persebaran penduduk yang diakibatkan
oleh variabel fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
Kajian tentang dampak ekonomi dari dinamika penduduk kemudian
berkembang dengan melihat karakteristik ekonomi penduduk. Persoalan-
persoalan seperti kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan sebagainya
pada awalnya sebenarnya merupakan juga ekonomi kependudukan dan terus
berkembang sampai akhirnya muncul sebuah kajian ekonomi pembangunan
(development economics).
Menurut teori Nasionalis bahwa pertumbuhan penduduk akan menstimuli
pembangunan ekonomi. Ide dasarnya adalah dengan penduduk yang banyak akan
berakibat pada produktifitas yang tinggi dan kekuasaan yang tinggi pula. Teori
Malthus dengan deret hitungnya berpendapat bahwa penduduk cenderung
bertambah lebih cepat daripada bahan pangan, sedangkan proses pembangunan
tidak terjadi dengan sendirinya tetapi memerlukan usaha yang konsisten dari
rakyat. Sedangkan teori Marxist beranggapan bahwa tidak ada kaitan antara
pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi tetapi pertumbuhan penduduk
tergantung pada apakah suatu negara tersebut kapitalis atau sosialis.
Kebijakan Kependudukan adalah kebijakan yang ditujukan untuk
mempengaruhi besar, komposisi, distribusi dan tingkat perkembangan penduduk
Kebijakan kependudukan dapat dilakukan melalui tiga komponen
perkembangan penduduk yaitu:
1) Kelahiran (fertilitas)
2) Kematian (mortalitas)
3) Perpindahan penduduk (migrasi).
Sedangkan Mencegah pertumbuhan penduduk sebenarnya dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti : peningkatan migrasi keluar, peningkatan jumlah
kematian atau penurunan jumlah kelahiran.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar masyarakat
menyadari betapa pentingnya mengetahui angkatan dan bukan angkatan kerja
serta model proyeksi penduduk.
Penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Siasah Masruri, Muhsinatun dkk. 2002 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Yogyakarta:UPT MKU UNY

Simanjuntak, P. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas


Ekonomi UI. Jakarta
Sri Mulyani, Editor Inna Ratna Sari Dewi S.W, Iswanti, Ilustrasi Haryana
Humardani. 2009. Ekonomi dan Kehidupan SMA/MA Untuk Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Dapartemeen pendidikan Nasional.

Subanti, Sri dan Arif Rahman Hakim.Ekonomi kependudukan Provinsi Sulawesi


Selatan: kependudukan dan ekonomi. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Volume 10. Nomor 1. April 2009:13-33.

Sukirno, Sadono. 2006 . Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar


Kebijakan Edisi kedua . Jakarta: Kencana.

Todaro, Michael P . Ekonomi Untuk Negara Berkembang . Suatu Pengantar


Tentang Prinsip-Prinsip, Masalah Dan Kebijakan Pemerintah Edisi Ketiga .
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai