PENDAHULUAN
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat.
Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah orang-orang yang menetap di
Indonesia. Berdasarkan publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), hasil sensus
pada tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 202,9 juta
jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk yang demikian banyaknya, Indonesia
menduduki urutan keempat sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk
merupakan modal dasar dalam pembangunan, tapi dari sisi lain juga bisa menjadi
beban oleh negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang
besar mempunyai dampak terhadap proses dan hasil usaha pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar tersebut apabila mampu berperan sebagai tenaga kerja yang
berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang besar dan akan sangat
menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman
alam serta budaya yang luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia
termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun. Indonesia merupakan negara
dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China,
India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk
Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar
1,49 % per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan
angka pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya
adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh penduduk di
Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby booming di
Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau
lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak
ekosistem yang ada. Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
1,98% per tahun, penduduk Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan
akan berlipat ganda yakni menjadi 480 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang
meningkat drastis, tentunya menyisakan penduduk miskin. Penduduk miskin
mempunyai keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya berpengaruh
pada tubuh yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak
dapat mencari nafkah dengan baik, tentunya hal ini membawa konsekuensi pada
kemiskinan yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut
lingkaran setan kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
Banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama oleh negara untuk
kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan merupakan salah satu
masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia. Jika pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan kenaikan tersebut,
maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi
ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan
Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan
tekanan yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan
dan kelaparan yang merajalela.
Hal tersebut ditakutkan semua kota mengingat pertumbuhan jumlah
penduduk yang begitu tinggi di khawatirkan akan membawa atau mengakibatkan
kemiskinan yang tinggi. Malthus mengungkapkan (Sutikno, 2006:58) bahwa
penduduk yang banyak akan menyebabkan terjadinya kemiskinan karena
menurutnya pertumbuhan penduduk berkembang menurut deret ukur, sedangkan
produksi pangan berkembang menurut deret hitung. Sehingga laju pertumbuhan
penduduk tidak akan terkejar oleh pertumbuhan makanan dan minuman. Melihat
hal yang demikian maka pemerintah harus mengupayakan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk, yang dirasa merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dapat dikatakan kompleks karena
banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkannya hal tersebut terjadi.
Faktor tersebut dapat dapat dari faktor internal yaitu dari diri seseorang itu sendiri
atau dari faktor eksternal yaitu lingkungan, pendidikan, keluarga, masyarakat
dll. Beberapa faktor penyebab kemiskinan lainnya adalah pertumbuhan ekonomi
lokal dan global yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan stabilitas
politik yang tidak kondusif. Kemiskinan jelas memberikan dampak negatif bagi
masyarakat, lingkungan, dan orang-orang yang berada dalam kemiskinan.
Masalah kemiskinan tersebut sulit untuk dihilangkan dari kehidupan manusia,
sehingga memerlukan suatu upaya penanggulangan secara keseluruhan dan
berkelanjutan. Banyak sudut pandang orang tentang kemiskinan, mulai dari
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, kemiskinan dalam
hal pendidikan, moral dan tingkah laku sesorang. Hal ini lah yang menyebabkan
kemiskinan erat kaitannya dengan keterbelakangan seseorang. Tanpa disadari,
masalah kemiskinan sangatlah mempengaruhi perekonomian suatu Negara.
Sehingga membuat kondisi ekonomi dan social yang semakin parah dan
memprihatinkan.
Banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama oleh negara untuk
kemakmuran rakyatnya, dan masalah kependudukan merupakan salah satu
masalah yang dialami hampir setiap daerah di Indonesia. Jika pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan upaya untuk mengendalikan kenaikan tersebut,
maka kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi
ancaman berat bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan
Malthus(2004:104) bahwa pertambahan penduduk kian hari kian memberikan
tekanan yang berat, dan jika tidak tercegah maka mengakibatkan kesengsaraan
dan kelaparan yang merajalela.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan penduduk dengan pembangunan ekonomi, serta penjelasan dari
beberapa teori-teori ekonomi dan Mengenal tentang kebijakan penduduk.
Mengetahui macam-macam kebijakan penduduk , Mengetahui kebijakan
penduduk yang diambiil pemerintah Indonesia dalam menekan laju pertumbuhan
penduduk.
BAB II
ISI
Teori Nasionalis
Kaum Nasionalis beranggapan bahwa pertumbuhan penduduk akan
menstimuli pembangunan ekonomi. Ide dasarnya adalah dengan penduduk yang
banyak akan berakibat pada produktifitas yang tinggi dan kekuasaan yang tinggi
pula.
Inspirasi pendapat ini didasarkan juga atas pengalaman negara-negara Eropa pada
zaman revolusi industri. Pada saat itu kenaikan produksi pertanian selalu diikuti
oleh pertumbuhan penduduk. Argumentasinya adalah bahwa dengan penduduk
yang banyak akan menyebabkan mereka untuk membuka lahan pertanian yang
baru, membangun irigasi, membuat pupuk dan inovasi-inovasi yang lain yang
berkaitan dengan revolusi pertanian. Akibatnya produksi pertanian akan naik
dengan cepat.
Pendapat ini muncul kembali pada dasawarsa 70-an. Pelopornya adalah Julian
L. Simon. Dalam bukunya “The Economi of Population Growth”, Simon (1977)
berpendapat bahwa pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan
ekonomi dapat dibagi menjadi dua. Pertama, pertumbuhan penduduk dalam
jangka pendek memang berpengaruh negatif. Kedua, dalam jangka panjang justru
pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembangunan
ekonomi. Argumen ini berdasarkan studinya terhadap beberapa negara di dunia.
Teori Thomas Robert Malthus
Analisis dampak pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian khususnya
terhadap ancaman kekurangan pangan mendapat perhatian lebih luas ketika
Malthus mengemukakan teorinya tentang dampak pertumbuhan penduduk
terhadap kecukupan bahan pangan. Dalam tulisannnya yang berjudul Essay on the
Principle of Population Malthus mendebat ramalan Godwin tentang suatu masa
depan dunia yang sempurna dengan kebutuhan semua orang terpenuhi. Menurut
Malthus, hal itu tidak mungkin tercapai karena penduduk cenderung bertambah
lebih cepat daripada bahan pangan.
Malthus merasa terdapat konflik antara dua kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan “makanan” dan nafsu antar jenis kelamin (hubungan sex)”.
Apabila bahan makanan meningkat, maka tanpa dikendalikan, penduduk akan
bertambah hingga batas maksimal persediaan bahan makanan. Malthus
berpendapat sementara penduduk bertambah searah deret ukur (1,2,4,8,16,...)
dalam parkteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebh cepat dari pada
deret hitung (1,2,3,4,5...).
Deret hitung Malthus banyak dikritik, tetapi menurut Parson (1977 Malthus
hanya mencoba menunjukkan bahwa penduduk dapat bertambah lebih cepat
daripada bahan makanan, dan suatu waktu pertumbuhan penduduk akan terhambat
oleh produksi makanan yang tidak mencukupi.
Robert Malthus berpendapat bahwa proses pembangunan tidak terjadi dengan
sendirinya tetapi memerlukan usaha yang konsisten dari rakyat. Dia tidak
memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan stasioner tetapi yang
ditekankannya adalah bahwa perekonomian terlebih dahulu akan mengalami
kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari pembangunan.
Menurutnya pula proses pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas
ekonomi lebih daripada sekedar lancar tidaknya aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan
ekonomi, malahan pertumbuhan penduduk adalah adalah akibat dari proses
pembangunan. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan hanya
bila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan efektif. Proses akumulasi
modal merupakan faktor paling penting bagi pembangunan ekonomi. Sumber
akumulasi modal adalah laba yang berasal dari tabungan para pemilik modal dan
bukannya berasal dari pengurangan pengeluaran pada barang-barang mewah, jika
pengeluaran untuk konsumsi dikurangi justru perekonomian akan lamban.
Menurut Malthus tidak seluruhnya benar bahwa komoditi selalu dipertukarkan
dengan komoditi karena pada kenyataannya komoditi dalam jumlah yang besar
dipertukarkan secara langsung dengan tenaga kerja daripada dengan komoditi.
Dengan demikian ada kelebihan penawaran komoditi di pasar dibanding dengan
permintaan. Selain itu ia yakin bahwa penawaran buruh dalam jangka pendek
sangat tidak elastis.
Malthus memiliki beberapa saran saran untuk pembangunan ekonomi, saran-
saran tersebut adalah:
1. Harus adanya pertumbuhan berimbang antara sector pertanian dan
sector industri
2. Harus adanya upaya untuk menaikkan permintaan efektif dengan
cara pendistribusian kesejahteraan dan pemilikan tanah secara lebih adil
3. Perlunya melakukan perluasan perdagangan internal dan eksternal.
Teori Neo-Marxist
Kelompok Marxist. Kelompok aliran ini tidak sependapat dengan teori
Malthus, karena menurutnya paham Malthus bertentangan dengan nurani
manusia. Kelompok ini percaya bahwa tidak ada kaitan antara pertumbuhan
penduduk dan pembangunan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa semua
masalah yang berhubungan dengan kurangnya pembangunan ekonomi, seperti
kemiskinan, kelaparan, dan masalah sosial lainnya, bukan karena pertumbuhan
penduduk, tetapi semata-mata sebagai hasil dari ketidakbenaran dari institusi
sosial maupun ekonomi di daerah yang bersangkutan.
Menurut Marx, pemerintah di negara kapitalis akan mempertahankan
pertumbuhan penduduk agar upah tetap rendah. Tetapi di dalam pemerintahan
sosialis, hal tersebut tidak akan terjadi. Jadi, dalam hal ini letak persoalannya
adalah apakah suatu negara itu kapitalis atau sosialis. Dan menurut Marxist
tekanan penduduk suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan
makanan, tetapi terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist
berpendapat semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan.
Tetapi pengalaman di Kuba setelah revolusi menunjukkan bahwa justru yang
terjadi adalah apa yang diungkapkan oleh Malthus. Pada saat itu tingkat kematian
kasar melonjak tinggi, usia kawin cenderung turun dan pelarangan terhadao
keluarga berencana. Jelas hal-hal tersebut merupakan “Malthusian response”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi kependudukan pada dasarnya memiliki dua aspek pengertian.
Pertama, ekonomi kependudukan adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana
dampak ekonomi yang ditimbulkan dari dinamika penduduk. Kedua, ekonomi
kependudukan adalah ilmu yang menganalisis dinamika penduduk dengan
menggunakan “peralatan ekonomi”. Pengertian dinamika penduduk sendiri
mencakup perubahan jumlah, struktur dan persebaran penduduk yang diakibatkan
oleh variabel fertilitas, mobilitas dan mortalitas.
Kajian tentang dampak ekonomi dari dinamika penduduk kemudian
berkembang dengan melihat karakteristik ekonomi penduduk. Persoalan-
persoalan seperti kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan sebagainya
pada awalnya sebenarnya merupakan juga ekonomi kependudukan dan terus
berkembang sampai akhirnya muncul sebuah kajian ekonomi pembangunan
(development economics).
Menurut teori Nasionalis bahwa pertumbuhan penduduk akan menstimuli
pembangunan ekonomi. Ide dasarnya adalah dengan penduduk yang banyak akan
berakibat pada produktifitas yang tinggi dan kekuasaan yang tinggi pula. Teori
Malthus dengan deret hitungnya berpendapat bahwa penduduk cenderung
bertambah lebih cepat daripada bahan pangan, sedangkan proses pembangunan
tidak terjadi dengan sendirinya tetapi memerlukan usaha yang konsisten dari
rakyat. Sedangkan teori Marxist beranggapan bahwa tidak ada kaitan antara
pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi tetapi pertumbuhan penduduk
tergantung pada apakah suatu negara tersebut kapitalis atau sosialis.
Kebijakan Kependudukan adalah kebijakan yang ditujukan untuk
mempengaruhi besar, komposisi, distribusi dan tingkat perkembangan penduduk
Kebijakan kependudukan dapat dilakukan melalui tiga komponen
perkembangan penduduk yaitu:
1) Kelahiran (fertilitas)
2) Kematian (mortalitas)
3) Perpindahan penduduk (migrasi).
Sedangkan Mencegah pertumbuhan penduduk sebenarnya dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti : peningkatan migrasi keluar, peningkatan jumlah
kematian atau penurunan jumlah kelahiran.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar masyarakat
menyadari betapa pentingnya mengetahui angkatan dan bukan angkatan kerja
serta model proyeksi penduduk.
Penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Siasah Masruri, Muhsinatun dkk. 2002 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Yogyakarta:UPT MKU UNY