Anda di halaman 1dari 14

Identitas Buku Arti Penting Mendengarkan

Resensi Oleh : Rezi Zulfia Rahmi


Judul : The Art Of Listening
Mendengarkan Yang Setiap manusia sebagai makhluk
Tak Terucap, Tuhan dianugerahi indra pendengaran. Bahkan
Memahami Yang Tak tunarungu pun telah terbantu dengan alat untuk
Tersampaikan bisa menerima suara-suara yang ada di
Penulis : Muthia Sayekti sekitarnya. Apa sebenarnya yang
Penyunting : Sony Adams dipermasalahkan dari sebuah kemampuan diri
Pemeriksa aksara : Arifian untuk “mendengarkan”? Seno Gumira pernah
Penata aksara : Zulkarnaen DS menulis, “Di dunia ini semua orang sibuk
Perancang sampul : Zulkarnaen DS berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata
Penerbit : Psikologi Corner orang lain”.
Kota Terbit : Yogyakarta Membaca tidak sekedar diartikan
Tahun Terbit : 2018 sebagai kemampuan membunyikan huruf
ISBN : 978-602-5638-69-5 menjadi kata, yang terangkai menjadi kalimat,
yang menyusun paragraf, hingga saling terkait
dalam sebuah teks. Kemampuan mendengarkan
tidak sebegitu mudahnya diartikan sebagai
menerima suara-suara yang diucapkan atau
dibunyikan oleh orang lain, atau segala sesuatu
di luar tubuh kita. Kompetensi diri untuk
mendengarkan adalah tentang memahami
suara-suara itu menjadi sebuah makna yang
bisa kita cerna dengan baik.
Beragam buku bacaan bertebaran
untuk memotivasi banyak pembaca supaya
mampu menjadi pembicara yang baik dan fasih
membangun argumen demi menjawab
pernyataan lawan bicara. Akhirnya yang terjadi
adalah orang-orang lebih sibuk mendengar
bukan untuk memahami, tetapi lebih untuk
menjawab lawan bicara. Mereka mendengar
hanya untuk mencari celah ucapan orang lain
sambil menyiapkan sanggahan yang terkesan
mematikan.
Kini proses komunikasi hanya menjadi disalahgunakan oleh beberapa pihak orangtua
arena pertarungan kuasa. Semua beradu dalam untuk memperkuat kuasa mereka atas
kebenaran dengan menunjukkan kemerdekaan diri anaknya. Ada pula kutipan
kemampuannya dalam berkata-kata. Siapa yang tentang kebebasan bahwasanya “kreativitas
tak mampu menjawab ucapan lawan bicaranya, hanya lahir dari jiwa-jiwa yang bebas” seperti
maka ia terposisikan sebagai pihak yang salah kata Pramoedya Ananta Toer. Sehingga anak
juga kalah. muda kini berlomba-lomba untuk menjadi
Cikal bakal konflik tidak lagi bermula manusia independen alias merdeka dan begitu
karena manusia gagal dalam berbicara. ambisius sampai-sampai mereka tak acuh pada
Permasalahan mudah terpelanting hanya karena masukan orangtua. Anggapan nasihat orangtua
masing-masing individu terlalu sibuk dengan sebagai pemikiran kuno dan kolot menjadi
argumennya dan lalai untuk mendengarkan pembenaran bagi mereka untuk tidak
demi memaknai lawan bicaranya. Seandainya mengindahkan ucapan orangtua. Padahal
mereka sedikit mengalah untuk diam dan independent artinya bukan bebas, tetapi
mencoba mendengarkan serta memahami, merdeka. Manusia yang merdeka tidak benar-
permasalahan bisa lebih dini untuk diatasi. benar bebas. Mereka berjalan bersama
Dengan merenung dan meresapi suara-suara tanggung jawab yang banyak, berat, dan tidak
bersama kepala yang dingin, hidup ini jauh mudah. Inilah yang belum benr-benar dipahami
lebih tenang untuk dijalani. oleh anak muda, dan juga belum berhasil
dipahamkan oleh orangtua keapada anak-
Ranah Personal Keluarga dan Profesional anaknya. Puthut EA menulis buku yang berisi
Kerja kutipan “Rumah yang tidak nyaman adalah
Resensi Oleh : Rezi Zulfia Rahmi rumah yang diisi oleh anak muda yang egois
dan orangtua yang tidak bijaksana”.
Banyak konflik yang muncul, Arahmaiani penulis esai pernah
membesar, kemudian menguap hanya karena berpendapat, “Diskusi-diskusi sering kali cuma
ketimpangan proses komunikasi keluarga. jadi arena ‘unjuk gigi’, bukan ajang untuk
Masalah semacam itu juga disebabkan oleh mengasah pengetahuan dan berbagi informasi,
ketidakmampuan antaranggota keluarga yang lebih sering peserta ingin ‘tampil’ bicara tetapi
sudi untuk mendengarkan dan memahami satu tidak mendengarkan orang lain. Jadi tidak
sama lain. Seperti orangtua yang terlalu kaku terjadi dialog ataupun pembicaraan yang
dan merasa tidak perlu mendengarkan suara konstruktif, semua ingin didengar tapi tidak ada
hati anaknya, atau anak yang terlalu ambisius yang mau mendengar!”
hingga tak mampu mendengarkan nasihat dari Keluarga merupakan bibit utama dalam
orangtua yang sekiranya berseberangan. proses penanaman karakter seseorang.
“Anak yang baik dan patuh harus Bagaimana ia terbentuk dalam keluarganya,
mendengarkan orangtua” kalimat ini sering maka buahnya sedikit banyak akan dirasakan
saat ia terjun di masyarakat, salah satunya Setiap hal yang dilakukan berorientasi pada
adalah di dunia kerja yang menuntut untung-rugi, sikap dalam menghadapi lawan
profesionalitas. bicara sangat bersifat transaksional yang
Dalam dunia kerja, kita sering artinya tidak mau melakukan sesuatu apabila
menemukan ketidakseimbangan dalam proses tidak mendapat keuntungan apa-apa sehingga
komunikasi. Tidak banyak junior di kantor menyebabkan orang terdegradasi ketulusannya.
yang mendapat ruang bicara yang sama Sikap transaksional inilah yang akhirnya
leluasanya jika dibandingkan dengan berimbas pada pola masyarakat yang enggan
seniornya. Atau relasi antara atasan dan menjadi pendengar yang baik bagi orang lain.
bawahan yang sangat intimidatif dan menekan. Hal seperti ini sudah banyak terjadi dan
Sekalipun mereka diberi ruang untuk bicara, tidak hanya menyinggung ranah profesional
tetapi mereka tidak benar-benar didengarkan. tetapi juga ranah personal bahkan di lingkungan
Konsep ini terinspirasi dari tulisan Gayatri C. keluarga sekalipun. Beberapa contoh ialah
Spivak dengan esainya yang berjudul Can the dimana orangtua yang bersifat terlalu dominan
Subaltern Speak? dalam menentukan masa depan anaknya tanpa
Subaltern adalah cara Spivak memberi mau mendengarkan apa yang juga diinginkan
sebutan bagi perempuan dari golongan kelas anak maupun sebaliknya anak yang terlalu
menengah ke bawah yang tidak memiliki ruang egois dalam mengambil keputusan tanpa
dan hak bicara. Sekalipun mereka bisa mempertimbangkan nasehat orangtua.
berbicara, suara mereka tidak benar-benar Berikut merupakan beberapa pilihan
didengar dan diperhatikan. Sehingga bisa kata untuk menyebutkan mendengarkan dalam
dilihat bahwa siapa kita dan seperti apa status Bahasa Inggris :
sosial kita di masyarakat sangat menentukan 1. Hearing, ketika kita mendengar suara
seberapa kuat “suara kita” bisa didengar oleh secara tidak sengaja di suatu tempat
banyak orang. Masalah tidak didengarnya dengan radius jarak tertentu yang
sebagian orang atas sebagian yang lain paling dekat
sebenarnya masih terjadi hingga hari ini, 2. Overhearing, momen ketika kita
walaupun sifatnya lebih halus atau subtil dan mendengar sesuatu yang ternyata
tidak terang-terangan. memiliki konten tertentu untuk
didegarkan
Mendengarkan dan Konsep Pemikiran 3. Listening, orang yang memang sejak
Trasaksional awal menyimak apa yang dibicarakan
Resensi Oleh : Dhea Alviolita Warman lawan bicaranya sehingga ia tidak
hanya mendengar tetapi juga mencoba
Sikap pragmatis dan materialis dewasa menelan apa yang dibicarakan dan
ini sudah tertanam di benak masyarakat mengerti apa yang disampaikan.
khususnya yang bermukim di kota-kota besar.
Kemampuan untuk mendengar orang seperti keinginan ayahnya dengan sisa
lain sangat penting adanya. Terlihat sepele semangat yang masih ada.
namun masih banyak berakhir pada ketidak Kini ia melihat betapa para
sadaran bahwa ia juga tidak mampu mendengar prpfessional designer begitu mendapat tempat
orang lain dengan baik. Beberapa cerita yang di masyarakat. Semua tampak nyata dari tren
diambil dari kisah nyata mengenai arti penting kampong warna warni, beragam mural dengan
mendengarkan dan memahami orang lain. nilai estetis yang tinggi hingga mengetahui
Sekat antara Bakti dan Cita-cita bahwa harga jual sebuah logo tidaklah murah
Orangtua mana di dunia ini yang tidak karena eorang desainer grafis membuatnya
menginginkan anaknya untuk menjadi sukses. dengan tidak mudah. Ia sering bertanya pada
Tak urung narasi ini memang terdengar begitu diri sendiri bahwa bagaimana orang-orang
baik dan bijaksana. Sayangngnya dalam sangat diapresasi karena menggambar dan
beberapa situasi, harapan dari orangtua ini bagaimana ayahnya dulu mempertanyakan
ternyata justru bisa menjadi intervensi dalam menggambar mau jadi apa.
kehidupan si anak, banyak anak yang terbunuh Atas rasa patuhnya, ia tidak dapat
kebebasannya karna baktinya kepada orangtua. meraih cita-citanya. Di satu sisi ia jelas tidak
Sampai akhirnya anak-anak menjadi objek menyalahkan ayahnya, ia hanya menyalahkan
pasif. keadaan yang berujung sangat panjang pada
Salah satu contohnya terjadi pada hidupnya. Dialog yang terjadi dua arah tidak
seorang anak, bakat dan minatnya ialah benar-benar berjalan demikian. Relasi yang
menggambar. Selepas SMA ia mengajukan terjadi ialah tingkatan atas bawah dimana ia
kepada orangtua untuk mengambil jurusan tidak dapat bebas menyuarakan keinginannya.
desain grafis, namun orangtuanya menolak dan
berkata “Sekolah gambar besok mau jadi apa?”. Kasih Berbalas Kesah
Ia merasa bakat menggambarnya hanyalah Ia adalah seorang ayah yang memiliki
sekedar sampah. Akhirnya untuk menjadi anak anak perempuan berusia 25 tahun yang hendak
yang berbakti, ia pun memenuhi harapan meminta izinnya untuk menikah. Sekilas tidak
orangtuanya. ada yang salah, ia tidak bermaksud melarang
Ia pun menawarkan opsi lain kepada putri kesayangannya untuk menapaki
ayahnya untuk menjadi pramugari, awalnya kehidupan baru bersama lelaki pilihannya.
ayahnya menyetujui namun saat ia Namun hal yang masih mengganjal hatinya
memberitahu kabar keluluannya orangtuanya ialah keinginannya melihat putrinya
menjawab “jadi pramugari mau ngapain? Itu melanjutkan studi master dan menggapai
tidak lebih hanya jadi babu pesawat”. Untuk mimponya untuk menjadi seorang dosen.
kesekian kalinya, hatinya patah. Ia pun Dua tahun menanti pasca wisuda
melanjutkan hidup dengan berkuliah di PTN sarjana putrinya tak kunjung mendapatkan
beasiswa S2. Namun ia menawarkan kepada
putrinya untuk mrlanjutkan S2 tak usah Memupuk Rasa Pengertian
memikirkan biaya. Namun sang anak bersikeras Resensi Oleh : Afifa Salsabila Margolang
tak mau melanjutkan S2 jika tidak melalui
beasiswa. Dalam kisah Sekat Antara Bakti dan
Sang anak bercerita bagaimana ia telah Cita-cita mungkin Ayah tidak bermaksud
mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih membuat sang anak tersudut. Ia jelas
baik yang bisa ditabung untuk persiapan mengkhawatirkan kelak anaknya tidak bisa
menikah. Ayah dan ibunya tidak tahu bahwa berkarir dalam dunia kerja karena ilmu yang
anaknya telah seserius itu ingin menikah hingga dipelajari tentang desain grafis di lembaga
akhirnya ibunya memberi jalan tengah untuk pendidikan formal tak laku. Bukan
kuliahlah dulu, masalah menikah bisa materialistis, sang ayah hanya berfikir bahwa
dipikirkan sambil jalan. Sang anak pun kelak dia tak akan bisa lagi membantu anaknya
akhirnya menuruti keinginan kedua orng tuanya dalam hal finansial, sehingga ia ingin anaknya
untuk melanjutkan S2. berdikari.
Hingga pada suatu saat sang anak Pun saat ayahnya batal memberi izin
mengajukan keinginannya lagi untuk menikah. untuk anaknya menjadi pramugari ukan tanpa
Namun orangtua berpegang teguh pada prinsip alasan. Sekalipun penggunaan kata babu
selesaikanlah yang satu dulu sebelum menjadi begitu menyakitkan di telinga
menjalankan yang lain. Sang anak sambil putrinya. Beragam informasi menunjukkan
tersedu pun berkata “baiklah, saya ikut saja”. bahwa penerbangan lebih dari 4 kali dalam
Sang anak masih merasa sedih hingga sehari beresiko tinggi bagi saraf pendengaran.
keesokan harinya dan ketika orangtuanya Bukan tidak mungkin sang ayah
bertanya apa yang membuatnya sesedih itu ia memperhitungkan hal tersebut. Sayangnya sang
hanya mampu menjawab sudah tidak ingin ayah abai untuk mengomunikasikan asumsi
membicarakan tentang hal itu lagi dan menjadi analisis tersebut dengan cara yang lebih arif
dingin tiapkali ada yang membahas mengenai pada putrinya.
hal itu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Juga dalam kisah “kasih berbalas
Ketika ada sanak saudara yang kesah”. Sangat wajar jika sang ayah berprinsip
bertanya pada sang anak untuk kapan menikah untuk mengerjakan satu hal dulu sebelum
maka ia dengan mudah berkata “ya tanya bapak memulai sesuatu yang lain. Ia hana ingin
sama ibu saja pakde, bude”. Hingga akhirnya anaknya fokus mengerjakan satu hal, terleih
tidak ada lagi pembicaraan mengenai hal itu biaya kuliah masih menjadi tanggung
yang mungkin memang diawai dengan jawabnya. Maka sangat wajar sang ayah
kurangnya kemampuan mendengarkan menuntut pertanggungjawaban anaknya.
keinginan atau pendapat orang lain. Di sisi lain, kita juga tidak bisa
melupakan bahwa sebenarnya sejak awal sang
anak telah meredam keinginannya untuk
melanjutkan studi dan memilih menikah serta perempuan keluarga sudah terbiasa dengan
bekerja agar tidak merepotkan orang tuanya. profesi karyawan kantoran. Namun ia tidak
Dari kedua masalah diatas yang menjadi dasar memiliki keinginan untuk meneruskan hal
membengkakna konflik adalah gesekan dalam tersebut. Namun ia merasa bahwa dirinya telah
proses komunikasi ayah dan anak. Kalau mati untuk bermimpi dan bercita -cita.
memang masalah diatas bersumber dari Begitu juga dalam “kisah kasih
gesekan komunikasi, maka apa sebenarnya berbalas kesah” dari sisi transmission ayah dan
komunikasi itu sendiri? ibunya khawatir anaknya tak mampu menjalani
Dalam teori dasar komunikasi yang peran ganda . Dari sisi cultural tak ada satupun
ditulis oleh James W Carey pengertian keluarganya menikah ketika sedang menjalani
komunikasi terbagi atas dua sudut pandang : proses studi.
1. Transmission : Lebih mengutamakan
tujuan utama berkomunikasi yaitu Perempuan yang Tak Bisa Bicara
mentransfer pesan dan memiliki Resensi Oleh : Afifa Salsabila Margolang
maksud untuk mengontrol. Siapapun
yang menyampaikan pesan ia memiliki Di zaman ini ketika beragam gerakan
pengaruh besar terhadap lawan
feminisme dengan segala pro kontranya telah
bicaranya.
menjelma bak garam dilautan . Perempuan
2. Cultural : Komunikasi leih diartikan
sebagai proses untuk menggambarkan semakin diberi tempat untuk unjuk gigi. Tetapi
atau bahkan menciptakan realitas dan
jika diamati lebih teliti sebenarnya masih
memaparkan nilai-nilai kebenaran
banyak perempuan yang tak benar-benar
yang ada didalamnya.
Contoh kasusnya seperti dalam “sekat mendapat ruang bicara.
antara bakti dan cita-cita” selisih paham
Salah satu contoh pembungkaman
didalam transmission terlihat dari cara ayah
perempuan adalah tentang penilaian
gagal dalam menyampaikan maksud baiknya
pada anaknya. Bagi sang ayah profesi desain masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk
grafis serta menjadi pramugari bukanlah
emosional yang tak stabil dalam menggunakan
pekerjaan yang cukup baik untuk anaknya.
logika. Sekalipun ada yang berani dan tegas
Sayangnya ia lupa bahwa dunia yang meliputi
zamannya tidak bertahan lama karena pada saat mereka akan berkonotasi negatif : galak,
ini orang-orang yang bekerja di dunia seni
cerewet, tukang ngomel, dan sebagainya.
sudah mampu menciptakan target mereka
Hal semacam itulah yang terjadi dalam
sendiri.
Selanjutnya dalam kacamata dua kisah tersebut. Kalau mereka mampu
komunikasi cultural dari penuturan anak
sebenarnya bisa saja nekat berontak pada ayah tersampaikan. Mungkin situasi seperti ini
sering terjadi kepada sang anak dimana
mereka namun mereka memilih tunduk pada
kelembutan sikap ibunya menjadi ujung
norma sosial yang berlaku.
tombak senjata ayahnya yang ingin
mengalahkan pergulatan pendapat dengan
dirinya.
Terkadang Dialog Bukan Solusi
Sebuah teori dari Norman Fairclough,
Resensi Oleh : Imelda Kristin Napitupulu
bahwasanya bahasa adalah senjata terhebat
untuk mendapat kuasa. Dengan penggunaan
Cara bicara empat mata tidak
bahasa yang baik dan menyenangkan, maka
sepenuhnya bisa memberikan jalan terang dari
lawan bicara akan dengan mudah luruh dalam
masalah yang dihadapi. Tidak sedikit pertikaian
pangkuan. Hal ini juga dilakukan sang ibu yaitu
justru semakin sengit dari dialog empat mata
dengan cara memberi perhatian agar sang putri
yang dilakukan. Sekarang sila ke-4 dalam
dapat luruh oleh halusnya nasihat sang ibu.
pancasila sudah tak lagi mampu
Tetapi sang anak peka akan sikap sang
menampungkan beragam pertikaian di negeri
ibu sehingga ia menutup ruang dialog dengan
ini bahkan di lingkup keluarga sudah tidak lagi
ibunya, karena ia mengetahui sikap ibunya tak
bisa. Terbukti dalam kisah “Kasih Berbalas
lebih untuk membuatnya bisa sepakat dengan
Kesah” dimana sang anak memilih jalur perang
kata orangtuanya.
dingin dengan ayahnya. Ia lebih memilih
Itulah kenyataan yang terjadi, pujian,
menyindir ayahnya sendiri saat dihadapan
kenyamanan, dan kebaikan (apalagi yang
keluarga besar daripada harus berbicara
berlebihan) selalu bersifat melemahkan. Tesis
langsung empat mata dengan ayahnya.
ini sudah cukup membuktikan bahwa tidak
Ibu sebagai sosok keperempuan dari
sedikit manusia yang gagal dalam ujian
diri anaknya, dan berperan sebagai orangtua
kenikmatan. Seperti sang anak ia akan bersifat
yang mewakili suaminya berniat untuk
garang ketika berhadapan dengan ayahnya
menjembatani sekat jurang antara perbedaan
tetapi berbalik lemah dan tak berdaya dengan
pandangan yang dimiliki oleh dua orang yang
sikap kelembutan yang diberikan ibunya.
sedang dia hadapi. Sang ibu ingin melakukan
Anak zaman sekarang memang tidak
dialog dengan anaknya. Tapi dia lupa bahwa
bisa di hadapi dengan cara yang kasar. Mereka
sebagai manusia biasa dan sebagai subjek ia
selalu membutuhkan sentuhan khusus. Maka
sebernanya sulit untuk bersifat objektif, karena
wajar jika ibu melakukan hal tersebut kepada
setiap manusia suka tidak suka, disadari atau
putrinya. Walaupun pada akhirnya misi utama
tidak, keberpihakan pasti ada dalam dirinya.
adalah untuk menjadi kepanjangan tangan
Sang anak sudah mampu membaca
suaminya dalam memahamkan putrinya
maksud dari ibunya melakukan mediasi yaitu
tentang maksud baik mereka sebagai orangtua
sebagai mediator pesan ayah yang tak
Seperti Sebuah Rongga gesekan itu harus terus-menerus memanas
Resensi Oleh : Imelda Kristin Napitupulu sampai akhirnya api yang membakar keduanya.

Begitulah kira-kira kompleksitas dalam Nirtoleransi atas Kesalahan


relasi anak dan orang tua yang sekatnya Resensi Oleh : Ivan Yogi Sihite
terpisah karena kurangnya rasa saling
menahami, yang diawali enggannya keinginan U seringkali menjadi pesakitan ketika
untuk saling mendengarkan satu sama lain. mempresentasikan untuk sebuah tayangan di
perusahaan media massa. U bercerita bahwa
Orangtua merasa memiliki otoritas dalam
memberi tuntutan. senior ditempat dia bekerja tidak segan untuk
mengkritiknya secara tidak baik atas apa yang
bahkan belum ia sampaikan.
Sesedangkan anak merasa memiliki hak untuk Tetapi U dengan tidak takut meminta
menentukan pilihan hidupnya sendiri.
seniornya itu untuk berbicara secara empat-
Keduanya tidaklah salah tetapi bukan mata. Setelah mendengarkan seacara saksama,
berarti keduanya berhak untuk adu kuat, seniornya hanya manggut-manggut tanpa
sebegitu kaku dalam berpendirian. Bahkan permintaan maaf. Hanya saja U menerima
identitas kita sangatlah cair. orang yang hari ini perintaj untuk mengeksekusi materi yang
berkata A, kemudian besok berkata B, bukan dipresentasikannya sebelumnya.
berarti ia adalah orang yang plin plan. Mengambil sikap positif, U bercerita
Manusia hakikatnya memang tercipta bahwa sistem kritik pedas di arena forum bersar
untuk bisa bernegosiasi pada banyak halyang dari senior kepada junior ternyata sudah
berbeda. Meskipun ada inti yang dipegang menjadi budaya di kantornya. Ada satu nilai
teguh dan tidak bisa di ganggu gugat, diri kita yang direproduksi di kantor U, yaitu atmosfer
sebenarnya diberi rongga dalam hati dan kerja karyawan di perusahaannya. Seakan-akan
pikiran untuk bisa menerima dan mencoba bahwa hal ini sudah menjadi hal yang biasa, dan
memahami pandangan orang lain. Kita memang ketika hal itu sudah dimaklumi oleh banyak
tidak diwajibkan menyepakati pandangan orang lama-kelamaan hal itu akan menjadi
orang lain yang berbeda dengn kita saat kebenaran bagi mereka.
berdialog. Tetapi setidaknya kita belajar untuk
tidak sebegitu kaku dan memaksa orang lain Antara Dibina atau Dibinasakan
sepaham dengan kita. Menjadi pemula di dunia kerja adalah
Seperti dalam keluarga, orangtua dan hal yang biasa. R yang berprofesi sebagai
anak tidaklah tabu mengalami gesekan seorang graphic designer disebuah perusahaan
pendapat. Sebab gsekan hanya bisa terjadi jika milik warga negara asing. Sebelumnya dia
dua beenda bergerak tidak searah dan posisinya banyak melakukan freelance dan pekerjaan
berdekatan yang menjadi ngilu adalah ketika pekerjaan kecil. Bisa dikatakan R adalah orang
yang cukup profesional dan bisa diandalkan kabar bahwa banyak pegawai baru yang hanya
dalam pekerjaannya. Sesuai standar bertahan selama beberapa bulan.
profesionalisme di perusahaan tersebut, R harus Ternyata, untuk mengapresiasikan
mengikuti masa training selama tiga bulan. seseorang, asosiasinya tidak harus melulu
Awal mula cerita ia mengaku bahwa ia menjadi penjilat yang gemar memuji. R dan si
hendak mengajukan inovasi barunya dalam pegawai baru itu mungkin tidak terlalu butuh
membuat design terhadap atasannya. Kebetulan sanjungan dari atasannya. Sekedar mendapat
istri dari pemilik perusahaan tersebut adalah kesempatan untuk didengarkan serta diberi
warga negara Indonesia. Sebelum memaparkan ruang bicara untuk memperbaiki kesalahannya
idenya ke pemilik persuahaan R menceritakan mugkin sudah cukup. Betapa “mendengarkan”
idenya terhadap istri atasannya. Dia mendapat yang terkesan sepele.
apresiasi yang baik, dan diminta untuk
mempresentasikan idenya kepada suaminya. Selang Seling dalam Selisih
Tetapi apa yang didapatnya adalah Resensi Oleh : Ivan Yogi Sihite
penolakan secara sepihak. Semangatnya pupus
begitu saja. Sebisa mungkin R mencari celah Cerita dari seorang senior dari
agar bosnya bisa menerima idenya. Namun dia universitas yang sama. Dia sekarang bekerja
hanya mendapat penolakan secara praktis menjadi staf diperguruan tinggi negri di bagian
maupun ideologis. perizinan luar negri. Dia yang biasanya tidak
Hal ini diceritakan kepada rekan suka untuk mengeluh terhadap pekerjaan,
magang yang kenyataannya masih pemula sekarang menjadi suka mengeluh.
dibidang ini. Temannya tersebut pun mencoba Ia bercerita bahwa kesalahan kesalahan
untuk mengajukan ide miliknya. Namun apa yang kecil bisa berakibat sangat fatal. Di kantor
yang terjadi sangat berbeda. Ide temannya tempat ia bekerja, atasannya meminta
diterima oleh atasannya walaupun harus sekretarisnya untuk memberikan pekerjaan
melakukan beberapa kali revisi. Tidak tau apa terhadap A yang sendirinya masih memiliki
yang terjadi sebenarnya, dari hasil pekerjaan pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya.
mereka, sudah jelas bahwa ide milik R jauh Melihat keadaan, si A menjadi emosi dan
lebih baik. Apakah desain milik R seburuk itu menyalahkan sekretaris tersebut.
untuk tidak mendapat kesempatan? Terjadilah konflik diantara sekeretaris
Di akhir cerita, R dengan senang dan A. Walaupun tidak lama, tetapi hal ini
menerima kabar bahwa dia tidak mendapatkan membuat pekerja lain menjadi sungkan satu
pekerjaan diperusahaan tersebut. Setelah masa sama lain. Menyebabkan hal hal lain yang bisa
training-nya selesai, R memutuskan akan menambah masalah.
berhenti dan mencari pekerjaan lain. Cukup Kemungkinan yang dapat diambil dari
lama dia bekerja di tempat lain, ia mendengar masalah ini, bahwasanya mungkin saja
sekretaris tersebut yang kurang memperhatikan
situasi dan kondisi A saat menyampaikan pesan penting bagi kita adalah bagaimana kita
dari atasan. Bisa saja hal ini terjadi pada kita, meresponinya.
kurang tenggang rasa saat berbicara pada orang Pada dasarnya, manusia juga memiliki
lain. batas kesabaran. Oleh sebab itu, setiap
Selain itu, bisa saja A yang terlalu mudah untuk perkataan menyakitkan dan melelahkan yang
emosi. Hal ini pun bisa terjadi pada kita. kita dengar bisa saja tidak bisa kita simpan lagi
Mungkin jika saja sekretaris atau A dapat saling sendirian. Kita bisa saja merasa sesak kemudian
mendengarkan dengan baik, mungkin konflik cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah
ini tidak akan terjadi. menumpahkannya secara lisan maupun tulisan.
Kita dapat memilih cara-cara yang tepat tanpa
“When you have to face a problem, the choices menimbulkan perkara baru atau merusak
are: you need to face it, then you need to solve hubungan kita kepada sesama.
it, or you need to pass it.”
Positives Vibes Only. Oh. Really?
Sebegitu Kompleksnya Resensi Oleh : Reniati Simanjuntak
Resensi Oleh : Reniati Simanjuntak

Rasa lelah dan bosan bisa kita hadapi


Seringkali posisi membuat kita tutup
dilingkungan manapun. Saat kita selalu
mulut. Apabila kita memiliki status lebih
diingatkan akan kesalah dan tidak pernah dipuji
rendah daripada yang lain kita seolah tak
juga bisa membuat kita merasa sedih. Sebagai
berdaya melawan setiap perkataan mereka. Saat
manusia yang terbatas kita juga menginginkan
kita menerima cacian atau perkataan apapun
pesan yang terdengar enak ditelinga kita.
yang membuat hati kita sedih, kadang kita
Perkataan pahit ingin rasanya ditiadakan saja.
hanya mendiamkannya tanpa mau melawan
Hal inilah yang kemudian
sedikitpun. Kita membiarkan diri kita
memunculkan adanya tulisan kampanye
merasakan sakit hati terlebih dahulu lalu
“Positive Vibes Only”. Tulisan ini mengajak
kemudian mengobati rasa sakit itu.
kita untuk berpikir positif. Tulisan ini
Saat kita tertalu sering mendapatkan
berdampak baik, ada banyak orang yang
perkataan-perkataan yang menyakitkan
termotivasi denngan kalimat ini. Namun tulisan
akhirnya kita bisa kebal dengan rasa sedih itu.
ini membuat sebagian orang tidak ingin lagi
Mungkin kita bisa saja memilih pergi
mendengar hal-hal negatif seperti kritikan dan
meninggalkan lingkungan itu, namun kita
ucapan pedas. Padahal perkaataan seperti itu
memiliki tanggung jawab yang harus
bisa saja mengandung kejujuran. Bahkan,
diselesaikan. Mari berpikir bahwa setiap
perkataan yang terdengar enak ditelinga
perkataan itu bisa menciptakan luka dan
kitapun kadang hanya sebagai pelican untuk
pembelajaran yang mendewasakan. Hal yang
mencapai kepentingan tertentu.
Dalam hal ini kita harus benar-benar satu frekuensi. Mereka tidak membiarkan ada
bisa mengontrol diri kita. Saat seseorang gelombang-gelombang yang terasa tidak satu
melakukan hal baik maka kita bisa lafaz yang sama.
mengapresiasinya missal dalam bentuk pujian.
Namun jika seseorang berbuat salah kita juga Konsep ini dalam dunia kajian media sering
bisa menegurnya supaya bisa memperbaiki diri disebut dengan echo chamber. Dari kata
kedepannya. Kita juga harus memperhatikan echo yang artinya gema, dan chamber
siapa yang ingin kita tegur. Kita harus melihat yang artinya kamar atau ruang. Konsep ini
seberapa besar kedekatan kita dengannya. Kita mendeskripsikan bagaimana khalayak hanya
tidak bisa seenaknya saja menegur seseorang berkenan mendengar gema suara yang sama
yang yang bahkan sudah lama tidak dengan apa yang diucapkannya.
berkomunikasi dengan kita. Bisa saja kita
menjadi seseorag yang memuakkan bagi Jika ditarik ke dalam kasus kisah tadi,
mereka. rasa subjektivitas dari si bos kepada R
cenderung membuat si bos tidak bisa melihat
Tak Sepaham Boleh Saja. Tapi… potensi yang ingin ditunjukkan oleh si R. Kalau
Resensi Oleh : Prameswari Ekarahma Putri memang kualitas pekerjaan si R sendiri masih
jauh dibawah ekspektasi si bos, bukankah itu
bisa menjadi jalan bagi si bos untuk menuntut
Untuk kasus yang terjadi di kisah
R menyesuaikan harapannya ? Paling tidak R
“Dibina atau Dibinasakan”, seperti melihat
sudah memiliki antusiasnya dalam bekerja.
ketidaksepahaman yang dibumbui rasa
Tetapi yang terjadi justru sebaliknya,
subjektivitas. Orang bisa saja tidak suka secara
dengan sikap si bos yang seolah tak memberi
personal dengan orang lain, tetapi ketika orang
ruang untuk berkembang, bukan tidak mungkin
tersebut memiliki ide yang brilian atau paling
R menjadi merasa patah dan membunuh
tidak bisa dipertimbangkan, maka rasa
potensinya sendiri atau malah R lama-lama
subjektivitas perlu sedikit kita kesampingkan.
geram dan memilih untuk mengambil jalan
“Jangan mendengar siapa yang berbicara,
berontak.
tapi dengar apa yang dibicarakan”
Sejak tahun 2014 silam, dimana kubu
Bernegosiasi atas perbedaan pendapat
Indonesia seolah dibagi menjadi dua. Maka rasa
dan juga standar memang bukan perkara
subjektivitas menjadi sesuatu yang biasa kita
mudah. Apalagi jika lawan bicara kita secara
hadapi sebagai makanan sehari-hari. Jika si A
status sosial memiliki kedudukan yang lebih
berada di kubu kiri, maka ia tidak mau
tinggi. Bagaimana menjadi patuh tanpa harus
mendengarkan hal-hal yang objektif dari kubu
menjadi keset, juga bagaimana tetap hormat
kanan begitu pula sebaliknya. Orang-orang
walaupun dalam keadaan tidak sepakat.
hanya mau mendengarkan mereka yang dirasa
Keduanya bukan sesuatu yang sederhana,
terlebih jika si lawan bicara secara asumtif Mendengarkan juga bisa bermakna memahami
memiliki tendensi sikap yang sangat subjektif keadaan. Ini bukan urusan mengerti apa yang
kepada bawahannya. diucapkan lawan bicara, tetapi juga mengerti
Hanya masalah “mendengarkan” situasi apa yang sedang kita hadapi. Tidak
saja kok sampai ke ranah melulu soal pesan yang tersampaikan, lebih dari
kemanusiaan segala sih? itu, hal ini menyangkut kode-kode lain yang
Urusan berkomunikasi yang harus kita pahami untuk kemudian membentuk
menyangkut relasi sosial antarmanusia kita harus bersikap seperti apa.
memang tidak sekedar menyampaikan pesan, Rasa tidak enakan juga kadang
lawan bicara paham, lalu selesai. Di balik membuat kondisi serbasulit dan berbelit-belit.
semua itu, ada partikel-partikel kecil lainnya Kalau sudah begini, biasanya orang menjadi
yang mungkin selama ini kita abaikan sampai kapok untuk tidak terlalu berinteraksi lebih
akhirnya kita membuat manusia lain seperti jauh. Mau mengingatkan sedikit, dibawa
robot yang sudah tersistem. perasaan. Mau menyampaikan amanah, karna
Kompleksitas dalam keragaman pada situasi hati sedang tidak berkenan tiba-tiba jadi
tiap individu itulah yang membuat masing- marah. Kalau tidak disampaikan malah
masing dari kita berpotensi memiliki sisi menanggung beban.
implicit yang sebenarnya ingin didengarkan, Itulah mengapa hal-hal yang implicit,
tapi sulit untuk disampaikan. Sebab kita sadar tak terlihat juga tak terucap menjadi penting
diri tidak setiap orang bisa menerima sisi juga untuk didengarkan dan dipahami. Supaya
implicit dari diri kita, dan kita sendiri juga tak kita melatih diri untuk bertoleransi dan tidak
siap atas penolakan mereka. cepat terbawa suasana. Ketika orang lain
menyampaikan apa-apa yang tidak ingin kita
Salah Paham dengar, kita tidak buru-buru tutup telinga.
Resensi Oleh : Prameswari Ekarahma Putri Pahami kondisinya kenapa ia harus mengatakan
itu, dan siapa tahu ada baiknya juga
Kegagalan dalam mendengarkan akan mendengarkan apa yang dikatakannya.
dekat dengan situasi kesalahpahaman. Yang Ya begitulah, mendengarkan memang
namanya salah paham seringnya memang tidak tidak sebercanda itu. Kontekstual, situasional,
disengaja. Tetapi ketidaksengajaan yang terjadi dan belajar bernegosiasi dengan keadaan,
secara berulang, pastinya membuat tidak supaya “suara-suara sumbang” di sekeliling
nyaman. Walaupun orang-orang menjadi kita tetap terdengar merdu lagi syahdu.
maklum, tetapi kebiasaan untuk menjadi
manusia yang “gagal paham” pastinya tidak
ingin kita pelihara selamanya bukan?
Salah dengar untuk urusan yang
pritilan, dampaknya bisa sangat vital.
Ruang, Waktu dan Kepercayaan dengan datar, enggak ngapa-ngapain. Memang
Resensi Oleh : Josua Andre P.A kakak dari penulis ini memilik karakter yang
tenang. Penulis merasa kesal dengan jawaban si
Kisah ini tidak benar-benar diambil kakak. Saat di ujung telepon sang kakak
dari proses wawancara dengan orang lain. mengatakan, dari pada aku bohong, mending
Sebab pada bagian ini penulis yang nggak aku jawab sekalian. GLEK.
mengalaminya sendiri. Kejadian ini dialami Seketika itu ia merasa tetampar.
ketika penulis sedang menjalani program Terkadang ia terburu-buru untuk menerima
internship di sebuah institusi pemerintahan di jawaban yang sebetulnya belum waktunya
Jakarta selama kurang lebih satu bulan untuk didengarkan. Hanya karena hasrat ingin
lamanya. Selama di Jakarta penulis tinggal tahu. Yang akhirnya kita puas dengan
dengan kakaknya, sang kakak yang mengantar manipulasi dan kebohongan, dari jawaban
jemput karena saat itu ojek online tidak ada. yang seharusnya belum kita dengarkan.
Dan seperti biasa, petang ia menelpon Lalu penulis bertanya oh, gitu ya? Apa
sang kakak, untuk bertanya pulang pukul semua cowok gitu? Nggak mau jawab karena
berapa. Dia tukang lembur, mungkin kultur nggak mau bohong? Pertanyaan yang terlalu
jakarta yang membuatnya malas bermacet- lugu. Jelas dengan mudah sang kakak
macetan ketika pulang dan menunggu malam menepisnya. Lalu sang kakak menjawab
sekalian. Alhasil penulis, menunggunya pulang dengan tawa yang puas ya nggak juga. Dan
dengan mampir ke bioskop atau memanfaatkan penulis juga ikut tertawa.
WIFI di kantor tempatnya magang. Dari kejadian ini, ia jadi paham
Dalam percakapannya di telepon waktu menjadi pendengar yang baik, bukan dengan
itu, ia cukup mendapatkan pelajaran moral dari menyiapkan telinga, hati dan pikiran yang siap.
sang kakak. Pertama ia hanya bertanya kepada Lebih dari itu. Pendengar yang baik yaitu
kakaknya bahwa jam berapa ia akan pulang. memberikan pembicara keluasan untuk
Kakak menjawab dia pulang habis Isya. Namun menentukan waktu dan pilihan kata yang tepat.
ia iseng bertanya keberadaan dari kakaknya. Selanjutnya, penulis sudah dibonceng oleh
Sang kakak menjawab lagi di Menteng. kakaknya pulang dan akhirnya ia bercerita
Awalnya hanya bertanya basa-basi namun, tentang apa yang ia lakukan di Menteng.
dengan keberadan kakaknya, penulis merasa Begitulah... setiap informasi memiliki
bingung dan menciptakan rasa penasaran, hak atau wewenang untuk disampaikan,
karena pekerjaan sang kakak sangat dibalik didengarkan dan didiskusikan dalam ruang dan
meja dan tidak perlu kelapangan atau menemui waktu tertentu. Menjadi pendengar, juga harus
pihak eksternal. Lalu penulis bertanya kepo dapat dipercaya narasumbernya untuk untuk
layaknya seorang adik perempuan yang mengetahui sesuatu atau mengetahui sesuatu
bertanya kepada kakak laki-lakinya. Wihh... informasi.
lagi ngapain. Namun sang kakak menjawab
Untuk menjaga sebuah kepercayaan pembicara akan merasa lega dan dapat
bukanlah suatu hal yang mudah, itulah mengambil hikmah dari apa yang dibicarakan.
mengapa, jika kita dipercaya oleh seseorang, Penulis tidak menjanjiikan bahwa
walaupun sebagai tempat curhat atau keluh menjadi pendengar yang baik maka hidup lebih
kesahnya, tahan diri untuk tidak balik enak, namun setidaknya kita dapat belajar
mengeluh, atau malah mengumbar keluh bahwa saat senang kita tahu diri dan sedih kita
kesahnya kepada orang banyak. bisa melawan diri. Sungguh tidak bisa
Walaupun terkadang informasi itu didefenisikan, namun menjadi penanda dalam
tidak menjadi masalah untuk dikonsumsi publik sebuah bahasa.
namun, pendengar harus menjamin keamanan
dari informasi itu, agar kita tidak dirugikan atas
sikap dari pendengar yang telah menyebarkan
informasi tersebut kepada khalayak ramai.

Semacam Coretan Senja


Resensi Oleh : Josua Andre P.A

Dalam halaman ini, penulis tidak ingin


menuliskan kesimpulan apapun. Pembaca dapat
melakukan multiinterpretasi atas tulisan saya,
yang mungkin jauh dari kata ekspektasi saat
membaca judulnya. Sebagian lain bisa
menduga buku ini adalah hasil penelitian
etnograpi, yang didukung oleh konsep
berpikir psikologi, sosial, juga budaya.
Sebab penulis takut menjadi terlalu
esensialis dan dinisbatkan menjadi sebagai
motivator. Penulis sering tetampar dengan
tulisan penulis sendiri. Sehingga penulis
meyakini bahwa tidak ada solusi yang praktis di
dunia ini. Lagi pula segala hal yang dilakukan
dengan instan biasanya tidak baik. Ini menjadi
efisien, malah mengabaikan hal yang
seharusnya tetap terjaga. Termasuk didalam
menjadi pendengar yang baik. Penulis hanya
menyarankan, menjadi pendengar yang baik
dan tidak menggangu si pembicara, maka si

Anda mungkin juga menyukai