Judul : The Art Of Listening Mendengarkan Yang Setiap manusia sebagai makhluk Tak Terucap, Tuhan dianugerahi indra pendengaran. Bahkan Memahami Yang Tak tunarungu pun telah terbantu dengan alat untuk Tersampaikan bisa menerima suara-suara yang ada di Penulis : Muthia Sayekti sekitarnya. Apa sebenarnya yang Penyunting : Sony Adams dipermasalahkan dari sebuah kemampuan diri Pemeriksa aksara : Arifian untuk “mendengarkan”? Seno Gumira pernah Penata aksara : Zulkarnaen DS menulis, “Di dunia ini semua orang sibuk Perancang sampul : Zulkarnaen DS berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata Penerbit : Psikologi Corner orang lain”. Kota Terbit : Yogyakarta Membaca tidak sekedar diartikan Tahun Terbit : 2018 sebagai kemampuan membunyikan huruf ISBN : 978-602-5638-69-5 menjadi kata, yang terangkai menjadi kalimat, yang menyusun paragraf, hingga saling terkait dalam sebuah teks. Kemampuan mendengarkan tidak sebegitu mudahnya diartikan sebagai menerima suara-suara yang diucapkan atau dibunyikan oleh orang lain, atau segala sesuatu di luar tubuh kita. Kompetensi diri untuk mendengarkan adalah tentang memahami suara-suara itu menjadi sebuah makna yang bisa kita cerna dengan baik. Beragam buku bacaan bertebaran untuk memotivasi banyak pembaca supaya mampu menjadi pembicara yang baik dan fasih membangun argumen demi menjawab pernyataan lawan bicara. Akhirnya yang terjadi adalah orang-orang lebih sibuk mendengar bukan untuk memahami, tetapi lebih untuk menjawab lawan bicara. Mereka mendengar hanya untuk mencari celah ucapan orang lain sambil menyiapkan sanggahan yang terkesan mematikan. Kini proses komunikasi hanya menjadi disalahgunakan oleh beberapa pihak orangtua arena pertarungan kuasa. Semua beradu dalam untuk memperkuat kuasa mereka atas kebenaran dengan menunjukkan kemerdekaan diri anaknya. Ada pula kutipan kemampuannya dalam berkata-kata. Siapa yang tentang kebebasan bahwasanya “kreativitas tak mampu menjawab ucapan lawan bicaranya, hanya lahir dari jiwa-jiwa yang bebas” seperti maka ia terposisikan sebagai pihak yang salah kata Pramoedya Ananta Toer. Sehingga anak juga kalah. muda kini berlomba-lomba untuk menjadi Cikal bakal konflik tidak lagi bermula manusia independen alias merdeka dan begitu karena manusia gagal dalam berbicara. ambisius sampai-sampai mereka tak acuh pada Permasalahan mudah terpelanting hanya karena masukan orangtua. Anggapan nasihat orangtua masing-masing individu terlalu sibuk dengan sebagai pemikiran kuno dan kolot menjadi argumennya dan lalai untuk mendengarkan pembenaran bagi mereka untuk tidak demi memaknai lawan bicaranya. Seandainya mengindahkan ucapan orangtua. Padahal mereka sedikit mengalah untuk diam dan independent artinya bukan bebas, tetapi mencoba mendengarkan serta memahami, merdeka. Manusia yang merdeka tidak benar- permasalahan bisa lebih dini untuk diatasi. benar bebas. Mereka berjalan bersama Dengan merenung dan meresapi suara-suara tanggung jawab yang banyak, berat, dan tidak bersama kepala yang dingin, hidup ini jauh mudah. Inilah yang belum benr-benar dipahami lebih tenang untuk dijalani. oleh anak muda, dan juga belum berhasil dipahamkan oleh orangtua keapada anak- Ranah Personal Keluarga dan Profesional anaknya. Puthut EA menulis buku yang berisi Kerja kutipan “Rumah yang tidak nyaman adalah Resensi Oleh : Rezi Zulfia Rahmi rumah yang diisi oleh anak muda yang egois dan orangtua yang tidak bijaksana”. Banyak konflik yang muncul, Arahmaiani penulis esai pernah membesar, kemudian menguap hanya karena berpendapat, “Diskusi-diskusi sering kali cuma ketimpangan proses komunikasi keluarga. jadi arena ‘unjuk gigi’, bukan ajang untuk Masalah semacam itu juga disebabkan oleh mengasah pengetahuan dan berbagi informasi, ketidakmampuan antaranggota keluarga yang lebih sering peserta ingin ‘tampil’ bicara tetapi sudi untuk mendengarkan dan memahami satu tidak mendengarkan orang lain. Jadi tidak sama lain. Seperti orangtua yang terlalu kaku terjadi dialog ataupun pembicaraan yang dan merasa tidak perlu mendengarkan suara konstruktif, semua ingin didengar tapi tidak ada hati anaknya, atau anak yang terlalu ambisius yang mau mendengar!” hingga tak mampu mendengarkan nasihat dari Keluarga merupakan bibit utama dalam orangtua yang sekiranya berseberangan. proses penanaman karakter seseorang. “Anak yang baik dan patuh harus Bagaimana ia terbentuk dalam keluarganya, mendengarkan orangtua” kalimat ini sering maka buahnya sedikit banyak akan dirasakan saat ia terjun di masyarakat, salah satunya Setiap hal yang dilakukan berorientasi pada adalah di dunia kerja yang menuntut untung-rugi, sikap dalam menghadapi lawan profesionalitas. bicara sangat bersifat transaksional yang Dalam dunia kerja, kita sering artinya tidak mau melakukan sesuatu apabila menemukan ketidakseimbangan dalam proses tidak mendapat keuntungan apa-apa sehingga komunikasi. Tidak banyak junior di kantor menyebabkan orang terdegradasi ketulusannya. yang mendapat ruang bicara yang sama Sikap transaksional inilah yang akhirnya leluasanya jika dibandingkan dengan berimbas pada pola masyarakat yang enggan seniornya. Atau relasi antara atasan dan menjadi pendengar yang baik bagi orang lain. bawahan yang sangat intimidatif dan menekan. Hal seperti ini sudah banyak terjadi dan Sekalipun mereka diberi ruang untuk bicara, tidak hanya menyinggung ranah profesional tetapi mereka tidak benar-benar didengarkan. tetapi juga ranah personal bahkan di lingkungan Konsep ini terinspirasi dari tulisan Gayatri C. keluarga sekalipun. Beberapa contoh ialah Spivak dengan esainya yang berjudul Can the dimana orangtua yang bersifat terlalu dominan Subaltern Speak? dalam menentukan masa depan anaknya tanpa Subaltern adalah cara Spivak memberi mau mendengarkan apa yang juga diinginkan sebutan bagi perempuan dari golongan kelas anak maupun sebaliknya anak yang terlalu menengah ke bawah yang tidak memiliki ruang egois dalam mengambil keputusan tanpa dan hak bicara. Sekalipun mereka bisa mempertimbangkan nasehat orangtua. berbicara, suara mereka tidak benar-benar Berikut merupakan beberapa pilihan didengar dan diperhatikan. Sehingga bisa kata untuk menyebutkan mendengarkan dalam dilihat bahwa siapa kita dan seperti apa status Bahasa Inggris : sosial kita di masyarakat sangat menentukan 1. Hearing, ketika kita mendengar suara seberapa kuat “suara kita” bisa didengar oleh secara tidak sengaja di suatu tempat banyak orang. Masalah tidak didengarnya dengan radius jarak tertentu yang sebagian orang atas sebagian yang lain paling dekat sebenarnya masih terjadi hingga hari ini, 2. Overhearing, momen ketika kita walaupun sifatnya lebih halus atau subtil dan mendengar sesuatu yang ternyata tidak terang-terangan. memiliki konten tertentu untuk didegarkan Mendengarkan dan Konsep Pemikiran 3. Listening, orang yang memang sejak Trasaksional awal menyimak apa yang dibicarakan Resensi Oleh : Dhea Alviolita Warman lawan bicaranya sehingga ia tidak hanya mendengar tetapi juga mencoba Sikap pragmatis dan materialis dewasa menelan apa yang dibicarakan dan ini sudah tertanam di benak masyarakat mengerti apa yang disampaikan. khususnya yang bermukim di kota-kota besar. Kemampuan untuk mendengar orang seperti keinginan ayahnya dengan sisa lain sangat penting adanya. Terlihat sepele semangat yang masih ada. namun masih banyak berakhir pada ketidak Kini ia melihat betapa para sadaran bahwa ia juga tidak mampu mendengar prpfessional designer begitu mendapat tempat orang lain dengan baik. Beberapa cerita yang di masyarakat. Semua tampak nyata dari tren diambil dari kisah nyata mengenai arti penting kampong warna warni, beragam mural dengan mendengarkan dan memahami orang lain. nilai estetis yang tinggi hingga mengetahui Sekat antara Bakti dan Cita-cita bahwa harga jual sebuah logo tidaklah murah Orangtua mana di dunia ini yang tidak karena eorang desainer grafis membuatnya menginginkan anaknya untuk menjadi sukses. dengan tidak mudah. Ia sering bertanya pada Tak urung narasi ini memang terdengar begitu diri sendiri bahwa bagaimana orang-orang baik dan bijaksana. Sayangngnya dalam sangat diapresasi karena menggambar dan beberapa situasi, harapan dari orangtua ini bagaimana ayahnya dulu mempertanyakan ternyata justru bisa menjadi intervensi dalam menggambar mau jadi apa. kehidupan si anak, banyak anak yang terbunuh Atas rasa patuhnya, ia tidak dapat kebebasannya karna baktinya kepada orangtua. meraih cita-citanya. Di satu sisi ia jelas tidak Sampai akhirnya anak-anak menjadi objek menyalahkan ayahnya, ia hanya menyalahkan pasif. keadaan yang berujung sangat panjang pada Salah satu contohnya terjadi pada hidupnya. Dialog yang terjadi dua arah tidak seorang anak, bakat dan minatnya ialah benar-benar berjalan demikian. Relasi yang menggambar. Selepas SMA ia mengajukan terjadi ialah tingkatan atas bawah dimana ia kepada orangtua untuk mengambil jurusan tidak dapat bebas menyuarakan keinginannya. desain grafis, namun orangtuanya menolak dan berkata “Sekolah gambar besok mau jadi apa?”. Kasih Berbalas Kesah Ia merasa bakat menggambarnya hanyalah Ia adalah seorang ayah yang memiliki sekedar sampah. Akhirnya untuk menjadi anak anak perempuan berusia 25 tahun yang hendak yang berbakti, ia pun memenuhi harapan meminta izinnya untuk menikah. Sekilas tidak orangtuanya. ada yang salah, ia tidak bermaksud melarang Ia pun menawarkan opsi lain kepada putri kesayangannya untuk menapaki ayahnya untuk menjadi pramugari, awalnya kehidupan baru bersama lelaki pilihannya. ayahnya menyetujui namun saat ia Namun hal yang masih mengganjal hatinya memberitahu kabar keluluannya orangtuanya ialah keinginannya melihat putrinya menjawab “jadi pramugari mau ngapain? Itu melanjutkan studi master dan menggapai tidak lebih hanya jadi babu pesawat”. Untuk mimponya untuk menjadi seorang dosen. kesekian kalinya, hatinya patah. Ia pun Dua tahun menanti pasca wisuda melanjutkan hidup dengan berkuliah di PTN sarjana putrinya tak kunjung mendapatkan beasiswa S2. Namun ia menawarkan kepada putrinya untuk mrlanjutkan S2 tak usah Memupuk Rasa Pengertian memikirkan biaya. Namun sang anak bersikeras Resensi Oleh : Afifa Salsabila Margolang tak mau melanjutkan S2 jika tidak melalui beasiswa. Dalam kisah Sekat Antara Bakti dan Sang anak bercerita bagaimana ia telah Cita-cita mungkin Ayah tidak bermaksud mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih membuat sang anak tersudut. Ia jelas baik yang bisa ditabung untuk persiapan mengkhawatirkan kelak anaknya tidak bisa menikah. Ayah dan ibunya tidak tahu bahwa berkarir dalam dunia kerja karena ilmu yang anaknya telah seserius itu ingin menikah hingga dipelajari tentang desain grafis di lembaga akhirnya ibunya memberi jalan tengah untuk pendidikan formal tak laku. Bukan kuliahlah dulu, masalah menikah bisa materialistis, sang ayah hanya berfikir bahwa dipikirkan sambil jalan. Sang anak pun kelak dia tak akan bisa lagi membantu anaknya akhirnya menuruti keinginan kedua orng tuanya dalam hal finansial, sehingga ia ingin anaknya untuk melanjutkan S2. berdikari. Hingga pada suatu saat sang anak Pun saat ayahnya batal memberi izin mengajukan keinginannya lagi untuk menikah. untuk anaknya menjadi pramugari ukan tanpa Namun orangtua berpegang teguh pada prinsip alasan. Sekalipun penggunaan kata babu selesaikanlah yang satu dulu sebelum menjadi begitu menyakitkan di telinga menjalankan yang lain. Sang anak sambil putrinya. Beragam informasi menunjukkan tersedu pun berkata “baiklah, saya ikut saja”. bahwa penerbangan lebih dari 4 kali dalam Sang anak masih merasa sedih hingga sehari beresiko tinggi bagi saraf pendengaran. keesokan harinya dan ketika orangtuanya Bukan tidak mungkin sang ayah bertanya apa yang membuatnya sesedih itu ia memperhitungkan hal tersebut. Sayangnya sang hanya mampu menjawab sudah tidak ingin ayah abai untuk mengomunikasikan asumsi membicarakan tentang hal itu lagi dan menjadi analisis tersebut dengan cara yang lebih arif dingin tiapkali ada yang membahas mengenai pada putrinya. hal itu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Juga dalam kisah “kasih berbalas Ketika ada sanak saudara yang kesah”. Sangat wajar jika sang ayah berprinsip bertanya pada sang anak untuk kapan menikah untuk mengerjakan satu hal dulu sebelum maka ia dengan mudah berkata “ya tanya bapak memulai sesuatu yang lain. Ia hana ingin sama ibu saja pakde, bude”. Hingga akhirnya anaknya fokus mengerjakan satu hal, terleih tidak ada lagi pembicaraan mengenai hal itu biaya kuliah masih menjadi tanggung yang mungkin memang diawai dengan jawabnya. Maka sangat wajar sang ayah kurangnya kemampuan mendengarkan menuntut pertanggungjawaban anaknya. keinginan atau pendapat orang lain. Di sisi lain, kita juga tidak bisa melupakan bahwa sebenarnya sejak awal sang anak telah meredam keinginannya untuk melanjutkan studi dan memilih menikah serta perempuan keluarga sudah terbiasa dengan bekerja agar tidak merepotkan orang tuanya. profesi karyawan kantoran. Namun ia tidak Dari kedua masalah diatas yang menjadi dasar memiliki keinginan untuk meneruskan hal membengkakna konflik adalah gesekan dalam tersebut. Namun ia merasa bahwa dirinya telah proses komunikasi ayah dan anak. Kalau mati untuk bermimpi dan bercita -cita. memang masalah diatas bersumber dari Begitu juga dalam “kisah kasih gesekan komunikasi, maka apa sebenarnya berbalas kesah” dari sisi transmission ayah dan komunikasi itu sendiri? ibunya khawatir anaknya tak mampu menjalani Dalam teori dasar komunikasi yang peran ganda . Dari sisi cultural tak ada satupun ditulis oleh James W Carey pengertian keluarganya menikah ketika sedang menjalani komunikasi terbagi atas dua sudut pandang : proses studi. 1. Transmission : Lebih mengutamakan tujuan utama berkomunikasi yaitu Perempuan yang Tak Bisa Bicara mentransfer pesan dan memiliki Resensi Oleh : Afifa Salsabila Margolang maksud untuk mengontrol. Siapapun yang menyampaikan pesan ia memiliki Di zaman ini ketika beragam gerakan pengaruh besar terhadap lawan feminisme dengan segala pro kontranya telah bicaranya. menjelma bak garam dilautan . Perempuan 2. Cultural : Komunikasi leih diartikan sebagai proses untuk menggambarkan semakin diberi tempat untuk unjuk gigi. Tetapi atau bahkan menciptakan realitas dan jika diamati lebih teliti sebenarnya masih memaparkan nilai-nilai kebenaran banyak perempuan yang tak benar-benar yang ada didalamnya. Contoh kasusnya seperti dalam “sekat mendapat ruang bicara. antara bakti dan cita-cita” selisih paham Salah satu contoh pembungkaman didalam transmission terlihat dari cara ayah perempuan adalah tentang penilaian gagal dalam menyampaikan maksud baiknya pada anaknya. Bagi sang ayah profesi desain masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk grafis serta menjadi pramugari bukanlah emosional yang tak stabil dalam menggunakan pekerjaan yang cukup baik untuk anaknya. logika. Sekalipun ada yang berani dan tegas Sayangnya ia lupa bahwa dunia yang meliputi zamannya tidak bertahan lama karena pada saat mereka akan berkonotasi negatif : galak, ini orang-orang yang bekerja di dunia seni cerewet, tukang ngomel, dan sebagainya. sudah mampu menciptakan target mereka Hal semacam itulah yang terjadi dalam sendiri. Selanjutnya dalam kacamata dua kisah tersebut. Kalau mereka mampu komunikasi cultural dari penuturan anak sebenarnya bisa saja nekat berontak pada ayah tersampaikan. Mungkin situasi seperti ini sering terjadi kepada sang anak dimana mereka namun mereka memilih tunduk pada kelembutan sikap ibunya menjadi ujung norma sosial yang berlaku. tombak senjata ayahnya yang ingin mengalahkan pergulatan pendapat dengan dirinya. Terkadang Dialog Bukan Solusi Sebuah teori dari Norman Fairclough, Resensi Oleh : Imelda Kristin Napitupulu bahwasanya bahasa adalah senjata terhebat untuk mendapat kuasa. Dengan penggunaan Cara bicara empat mata tidak bahasa yang baik dan menyenangkan, maka sepenuhnya bisa memberikan jalan terang dari lawan bicara akan dengan mudah luruh dalam masalah yang dihadapi. Tidak sedikit pertikaian pangkuan. Hal ini juga dilakukan sang ibu yaitu justru semakin sengit dari dialog empat mata dengan cara memberi perhatian agar sang putri yang dilakukan. Sekarang sila ke-4 dalam dapat luruh oleh halusnya nasihat sang ibu. pancasila sudah tak lagi mampu Tetapi sang anak peka akan sikap sang menampungkan beragam pertikaian di negeri ibu sehingga ia menutup ruang dialog dengan ini bahkan di lingkup keluarga sudah tidak lagi ibunya, karena ia mengetahui sikap ibunya tak bisa. Terbukti dalam kisah “Kasih Berbalas lebih untuk membuatnya bisa sepakat dengan Kesah” dimana sang anak memilih jalur perang kata orangtuanya. dingin dengan ayahnya. Ia lebih memilih Itulah kenyataan yang terjadi, pujian, menyindir ayahnya sendiri saat dihadapan kenyamanan, dan kebaikan (apalagi yang keluarga besar daripada harus berbicara berlebihan) selalu bersifat melemahkan. Tesis langsung empat mata dengan ayahnya. ini sudah cukup membuktikan bahwa tidak Ibu sebagai sosok keperempuan dari sedikit manusia yang gagal dalam ujian diri anaknya, dan berperan sebagai orangtua kenikmatan. Seperti sang anak ia akan bersifat yang mewakili suaminya berniat untuk garang ketika berhadapan dengan ayahnya menjembatani sekat jurang antara perbedaan tetapi berbalik lemah dan tak berdaya dengan pandangan yang dimiliki oleh dua orang yang sikap kelembutan yang diberikan ibunya. sedang dia hadapi. Sang ibu ingin melakukan Anak zaman sekarang memang tidak dialog dengan anaknya. Tapi dia lupa bahwa bisa di hadapi dengan cara yang kasar. Mereka sebagai manusia biasa dan sebagai subjek ia selalu membutuhkan sentuhan khusus. Maka sebernanya sulit untuk bersifat objektif, karena wajar jika ibu melakukan hal tersebut kepada setiap manusia suka tidak suka, disadari atau putrinya. Walaupun pada akhirnya misi utama tidak, keberpihakan pasti ada dalam dirinya. adalah untuk menjadi kepanjangan tangan Sang anak sudah mampu membaca suaminya dalam memahamkan putrinya maksud dari ibunya melakukan mediasi yaitu tentang maksud baik mereka sebagai orangtua sebagai mediator pesan ayah yang tak Seperti Sebuah Rongga gesekan itu harus terus-menerus memanas Resensi Oleh : Imelda Kristin Napitupulu sampai akhirnya api yang membakar keduanya.
Begitulah kira-kira kompleksitas dalam Nirtoleransi atas Kesalahan
relasi anak dan orang tua yang sekatnya Resensi Oleh : Ivan Yogi Sihite terpisah karena kurangnya rasa saling menahami, yang diawali enggannya keinginan U seringkali menjadi pesakitan ketika untuk saling mendengarkan satu sama lain. mempresentasikan untuk sebuah tayangan di perusahaan media massa. U bercerita bahwa Orangtua merasa memiliki otoritas dalam memberi tuntutan. senior ditempat dia bekerja tidak segan untuk mengkritiknya secara tidak baik atas apa yang bahkan belum ia sampaikan. Sesedangkan anak merasa memiliki hak untuk Tetapi U dengan tidak takut meminta menentukan pilihan hidupnya sendiri. seniornya itu untuk berbicara secara empat- Keduanya tidaklah salah tetapi bukan mata. Setelah mendengarkan seacara saksama, berarti keduanya berhak untuk adu kuat, seniornya hanya manggut-manggut tanpa sebegitu kaku dalam berpendirian. Bahkan permintaan maaf. Hanya saja U menerima identitas kita sangatlah cair. orang yang hari ini perintaj untuk mengeksekusi materi yang berkata A, kemudian besok berkata B, bukan dipresentasikannya sebelumnya. berarti ia adalah orang yang plin plan. Mengambil sikap positif, U bercerita Manusia hakikatnya memang tercipta bahwa sistem kritik pedas di arena forum bersar untuk bisa bernegosiasi pada banyak halyang dari senior kepada junior ternyata sudah berbeda. Meskipun ada inti yang dipegang menjadi budaya di kantornya. Ada satu nilai teguh dan tidak bisa di ganggu gugat, diri kita yang direproduksi di kantor U, yaitu atmosfer sebenarnya diberi rongga dalam hati dan kerja karyawan di perusahaannya. Seakan-akan pikiran untuk bisa menerima dan mencoba bahwa hal ini sudah menjadi hal yang biasa, dan memahami pandangan orang lain. Kita memang ketika hal itu sudah dimaklumi oleh banyak tidak diwajibkan menyepakati pandangan orang lama-kelamaan hal itu akan menjadi orang lain yang berbeda dengn kita saat kebenaran bagi mereka. berdialog. Tetapi setidaknya kita belajar untuk tidak sebegitu kaku dan memaksa orang lain Antara Dibina atau Dibinasakan sepaham dengan kita. Menjadi pemula di dunia kerja adalah Seperti dalam keluarga, orangtua dan hal yang biasa. R yang berprofesi sebagai anak tidaklah tabu mengalami gesekan seorang graphic designer disebuah perusahaan pendapat. Sebab gsekan hanya bisa terjadi jika milik warga negara asing. Sebelumnya dia dua beenda bergerak tidak searah dan posisinya banyak melakukan freelance dan pekerjaan berdekatan yang menjadi ngilu adalah ketika pekerjaan kecil. Bisa dikatakan R adalah orang yang cukup profesional dan bisa diandalkan kabar bahwa banyak pegawai baru yang hanya dalam pekerjaannya. Sesuai standar bertahan selama beberapa bulan. profesionalisme di perusahaan tersebut, R harus Ternyata, untuk mengapresiasikan mengikuti masa training selama tiga bulan. seseorang, asosiasinya tidak harus melulu Awal mula cerita ia mengaku bahwa ia menjadi penjilat yang gemar memuji. R dan si hendak mengajukan inovasi barunya dalam pegawai baru itu mungkin tidak terlalu butuh membuat design terhadap atasannya. Kebetulan sanjungan dari atasannya. Sekedar mendapat istri dari pemilik perusahaan tersebut adalah kesempatan untuk didengarkan serta diberi warga negara Indonesia. Sebelum memaparkan ruang bicara untuk memperbaiki kesalahannya idenya ke pemilik persuahaan R menceritakan mugkin sudah cukup. Betapa “mendengarkan” idenya terhadap istri atasannya. Dia mendapat yang terkesan sepele. apresiasi yang baik, dan diminta untuk mempresentasikan idenya kepada suaminya. Selang Seling dalam Selisih Tetapi apa yang didapatnya adalah Resensi Oleh : Ivan Yogi Sihite penolakan secara sepihak. Semangatnya pupus begitu saja. Sebisa mungkin R mencari celah Cerita dari seorang senior dari agar bosnya bisa menerima idenya. Namun dia universitas yang sama. Dia sekarang bekerja hanya mendapat penolakan secara praktis menjadi staf diperguruan tinggi negri di bagian maupun ideologis. perizinan luar negri. Dia yang biasanya tidak Hal ini diceritakan kepada rekan suka untuk mengeluh terhadap pekerjaan, magang yang kenyataannya masih pemula sekarang menjadi suka mengeluh. dibidang ini. Temannya tersebut pun mencoba Ia bercerita bahwa kesalahan kesalahan untuk mengajukan ide miliknya. Namun apa yang kecil bisa berakibat sangat fatal. Di kantor yang terjadi sangat berbeda. Ide temannya tempat ia bekerja, atasannya meminta diterima oleh atasannya walaupun harus sekretarisnya untuk memberikan pekerjaan melakukan beberapa kali revisi. Tidak tau apa terhadap A yang sendirinya masih memiliki yang terjadi sebenarnya, dari hasil pekerjaan pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. mereka, sudah jelas bahwa ide milik R jauh Melihat keadaan, si A menjadi emosi dan lebih baik. Apakah desain milik R seburuk itu menyalahkan sekretaris tersebut. untuk tidak mendapat kesempatan? Terjadilah konflik diantara sekeretaris Di akhir cerita, R dengan senang dan A. Walaupun tidak lama, tetapi hal ini menerima kabar bahwa dia tidak mendapatkan membuat pekerja lain menjadi sungkan satu pekerjaan diperusahaan tersebut. Setelah masa sama lain. Menyebabkan hal hal lain yang bisa training-nya selesai, R memutuskan akan menambah masalah. berhenti dan mencari pekerjaan lain. Cukup Kemungkinan yang dapat diambil dari lama dia bekerja di tempat lain, ia mendengar masalah ini, bahwasanya mungkin saja sekretaris tersebut yang kurang memperhatikan situasi dan kondisi A saat menyampaikan pesan penting bagi kita adalah bagaimana kita dari atasan. Bisa saja hal ini terjadi pada kita, meresponinya. kurang tenggang rasa saat berbicara pada orang Pada dasarnya, manusia juga memiliki lain. batas kesabaran. Oleh sebab itu, setiap Selain itu, bisa saja A yang terlalu mudah untuk perkataan menyakitkan dan melelahkan yang emosi. Hal ini pun bisa terjadi pada kita. kita dengar bisa saja tidak bisa kita simpan lagi Mungkin jika saja sekretaris atau A dapat saling sendirian. Kita bisa saja merasa sesak kemudian mendengarkan dengan baik, mungkin konflik cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah ini tidak akan terjadi. menumpahkannya secara lisan maupun tulisan. Kita dapat memilih cara-cara yang tepat tanpa “When you have to face a problem, the choices menimbulkan perkara baru atau merusak are: you need to face it, then you need to solve hubungan kita kepada sesama. it, or you need to pass it.” Positives Vibes Only. Oh. Really? Sebegitu Kompleksnya Resensi Oleh : Reniati Simanjuntak Resensi Oleh : Reniati Simanjuntak
Rasa lelah dan bosan bisa kita hadapi
Seringkali posisi membuat kita tutup dilingkungan manapun. Saat kita selalu mulut. Apabila kita memiliki status lebih diingatkan akan kesalah dan tidak pernah dipuji rendah daripada yang lain kita seolah tak juga bisa membuat kita merasa sedih. Sebagai berdaya melawan setiap perkataan mereka. Saat manusia yang terbatas kita juga menginginkan kita menerima cacian atau perkataan apapun pesan yang terdengar enak ditelinga kita. yang membuat hati kita sedih, kadang kita Perkataan pahit ingin rasanya ditiadakan saja. hanya mendiamkannya tanpa mau melawan Hal inilah yang kemudian sedikitpun. Kita membiarkan diri kita memunculkan adanya tulisan kampanye merasakan sakit hati terlebih dahulu lalu “Positive Vibes Only”. Tulisan ini mengajak kemudian mengobati rasa sakit itu. kita untuk berpikir positif. Tulisan ini Saat kita tertalu sering mendapatkan berdampak baik, ada banyak orang yang perkataan-perkataan yang menyakitkan termotivasi denngan kalimat ini. Namun tulisan akhirnya kita bisa kebal dengan rasa sedih itu. ini membuat sebagian orang tidak ingin lagi Mungkin kita bisa saja memilih pergi mendengar hal-hal negatif seperti kritikan dan meninggalkan lingkungan itu, namun kita ucapan pedas. Padahal perkaataan seperti itu memiliki tanggung jawab yang harus bisa saja mengandung kejujuran. Bahkan, diselesaikan. Mari berpikir bahwa setiap perkataan yang terdengar enak ditelinga perkataan itu bisa menciptakan luka dan kitapun kadang hanya sebagai pelican untuk pembelajaran yang mendewasakan. Hal yang mencapai kepentingan tertentu. Dalam hal ini kita harus benar-benar satu frekuensi. Mereka tidak membiarkan ada bisa mengontrol diri kita. Saat seseorang gelombang-gelombang yang terasa tidak satu melakukan hal baik maka kita bisa lafaz yang sama. mengapresiasinya missal dalam bentuk pujian. Namun jika seseorang berbuat salah kita juga Konsep ini dalam dunia kajian media sering bisa menegurnya supaya bisa memperbaiki diri disebut dengan echo chamber. Dari kata kedepannya. Kita juga harus memperhatikan echo yang artinya gema, dan chamber siapa yang ingin kita tegur. Kita harus melihat yang artinya kamar atau ruang. Konsep ini seberapa besar kedekatan kita dengannya. Kita mendeskripsikan bagaimana khalayak hanya tidak bisa seenaknya saja menegur seseorang berkenan mendengar gema suara yang sama yang yang bahkan sudah lama tidak dengan apa yang diucapkannya. berkomunikasi dengan kita. Bisa saja kita menjadi seseorag yang memuakkan bagi Jika ditarik ke dalam kasus kisah tadi, mereka. rasa subjektivitas dari si bos kepada R cenderung membuat si bos tidak bisa melihat Tak Sepaham Boleh Saja. Tapi… potensi yang ingin ditunjukkan oleh si R. Kalau Resensi Oleh : Prameswari Ekarahma Putri memang kualitas pekerjaan si R sendiri masih jauh dibawah ekspektasi si bos, bukankah itu bisa menjadi jalan bagi si bos untuk menuntut Untuk kasus yang terjadi di kisah R menyesuaikan harapannya ? Paling tidak R “Dibina atau Dibinasakan”, seperti melihat sudah memiliki antusiasnya dalam bekerja. ketidaksepahaman yang dibumbui rasa Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, subjektivitas. Orang bisa saja tidak suka secara dengan sikap si bos yang seolah tak memberi personal dengan orang lain, tetapi ketika orang ruang untuk berkembang, bukan tidak mungkin tersebut memiliki ide yang brilian atau paling R menjadi merasa patah dan membunuh tidak bisa dipertimbangkan, maka rasa potensinya sendiri atau malah R lama-lama subjektivitas perlu sedikit kita kesampingkan. geram dan memilih untuk mengambil jalan “Jangan mendengar siapa yang berbicara, berontak. tapi dengar apa yang dibicarakan” Sejak tahun 2014 silam, dimana kubu Bernegosiasi atas perbedaan pendapat Indonesia seolah dibagi menjadi dua. Maka rasa dan juga standar memang bukan perkara subjektivitas menjadi sesuatu yang biasa kita mudah. Apalagi jika lawan bicara kita secara hadapi sebagai makanan sehari-hari. Jika si A status sosial memiliki kedudukan yang lebih berada di kubu kiri, maka ia tidak mau tinggi. Bagaimana menjadi patuh tanpa harus mendengarkan hal-hal yang objektif dari kubu menjadi keset, juga bagaimana tetap hormat kanan begitu pula sebaliknya. Orang-orang walaupun dalam keadaan tidak sepakat. hanya mau mendengarkan mereka yang dirasa Keduanya bukan sesuatu yang sederhana, terlebih jika si lawan bicara secara asumtif Mendengarkan juga bisa bermakna memahami memiliki tendensi sikap yang sangat subjektif keadaan. Ini bukan urusan mengerti apa yang kepada bawahannya. diucapkan lawan bicara, tetapi juga mengerti Hanya masalah “mendengarkan” situasi apa yang sedang kita hadapi. Tidak saja kok sampai ke ranah melulu soal pesan yang tersampaikan, lebih dari kemanusiaan segala sih? itu, hal ini menyangkut kode-kode lain yang Urusan berkomunikasi yang harus kita pahami untuk kemudian membentuk menyangkut relasi sosial antarmanusia kita harus bersikap seperti apa. memang tidak sekedar menyampaikan pesan, Rasa tidak enakan juga kadang lawan bicara paham, lalu selesai. Di balik membuat kondisi serbasulit dan berbelit-belit. semua itu, ada partikel-partikel kecil lainnya Kalau sudah begini, biasanya orang menjadi yang mungkin selama ini kita abaikan sampai kapok untuk tidak terlalu berinteraksi lebih akhirnya kita membuat manusia lain seperti jauh. Mau mengingatkan sedikit, dibawa robot yang sudah tersistem. perasaan. Mau menyampaikan amanah, karna Kompleksitas dalam keragaman pada situasi hati sedang tidak berkenan tiba-tiba jadi tiap individu itulah yang membuat masing- marah. Kalau tidak disampaikan malah masing dari kita berpotensi memiliki sisi menanggung beban. implicit yang sebenarnya ingin didengarkan, Itulah mengapa hal-hal yang implicit, tapi sulit untuk disampaikan. Sebab kita sadar tak terlihat juga tak terucap menjadi penting diri tidak setiap orang bisa menerima sisi juga untuk didengarkan dan dipahami. Supaya implicit dari diri kita, dan kita sendiri juga tak kita melatih diri untuk bertoleransi dan tidak siap atas penolakan mereka. cepat terbawa suasana. Ketika orang lain menyampaikan apa-apa yang tidak ingin kita Salah Paham dengar, kita tidak buru-buru tutup telinga. Resensi Oleh : Prameswari Ekarahma Putri Pahami kondisinya kenapa ia harus mengatakan itu, dan siapa tahu ada baiknya juga Kegagalan dalam mendengarkan akan mendengarkan apa yang dikatakannya. dekat dengan situasi kesalahpahaman. Yang Ya begitulah, mendengarkan memang namanya salah paham seringnya memang tidak tidak sebercanda itu. Kontekstual, situasional, disengaja. Tetapi ketidaksengajaan yang terjadi dan belajar bernegosiasi dengan keadaan, secara berulang, pastinya membuat tidak supaya “suara-suara sumbang” di sekeliling nyaman. Walaupun orang-orang menjadi kita tetap terdengar merdu lagi syahdu. maklum, tetapi kebiasaan untuk menjadi manusia yang “gagal paham” pastinya tidak ingin kita pelihara selamanya bukan? Salah dengar untuk urusan yang pritilan, dampaknya bisa sangat vital. Ruang, Waktu dan Kepercayaan dengan datar, enggak ngapa-ngapain. Memang Resensi Oleh : Josua Andre P.A kakak dari penulis ini memilik karakter yang tenang. Penulis merasa kesal dengan jawaban si Kisah ini tidak benar-benar diambil kakak. Saat di ujung telepon sang kakak dari proses wawancara dengan orang lain. mengatakan, dari pada aku bohong, mending Sebab pada bagian ini penulis yang nggak aku jawab sekalian. GLEK. mengalaminya sendiri. Kejadian ini dialami Seketika itu ia merasa tetampar. ketika penulis sedang menjalani program Terkadang ia terburu-buru untuk menerima internship di sebuah institusi pemerintahan di jawaban yang sebetulnya belum waktunya Jakarta selama kurang lebih satu bulan untuk didengarkan. Hanya karena hasrat ingin lamanya. Selama di Jakarta penulis tinggal tahu. Yang akhirnya kita puas dengan dengan kakaknya, sang kakak yang mengantar manipulasi dan kebohongan, dari jawaban jemput karena saat itu ojek online tidak ada. yang seharusnya belum kita dengarkan. Dan seperti biasa, petang ia menelpon Lalu penulis bertanya oh, gitu ya? Apa sang kakak, untuk bertanya pulang pukul semua cowok gitu? Nggak mau jawab karena berapa. Dia tukang lembur, mungkin kultur nggak mau bohong? Pertanyaan yang terlalu jakarta yang membuatnya malas bermacet- lugu. Jelas dengan mudah sang kakak macetan ketika pulang dan menunggu malam menepisnya. Lalu sang kakak menjawab sekalian. Alhasil penulis, menunggunya pulang dengan tawa yang puas ya nggak juga. Dan dengan mampir ke bioskop atau memanfaatkan penulis juga ikut tertawa. WIFI di kantor tempatnya magang. Dari kejadian ini, ia jadi paham Dalam percakapannya di telepon waktu menjadi pendengar yang baik, bukan dengan itu, ia cukup mendapatkan pelajaran moral dari menyiapkan telinga, hati dan pikiran yang siap. sang kakak. Pertama ia hanya bertanya kepada Lebih dari itu. Pendengar yang baik yaitu kakaknya bahwa jam berapa ia akan pulang. memberikan pembicara keluasan untuk Kakak menjawab dia pulang habis Isya. Namun menentukan waktu dan pilihan kata yang tepat. ia iseng bertanya keberadaan dari kakaknya. Selanjutnya, penulis sudah dibonceng oleh Sang kakak menjawab lagi di Menteng. kakaknya pulang dan akhirnya ia bercerita Awalnya hanya bertanya basa-basi namun, tentang apa yang ia lakukan di Menteng. dengan keberadan kakaknya, penulis merasa Begitulah... setiap informasi memiliki bingung dan menciptakan rasa penasaran, hak atau wewenang untuk disampaikan, karena pekerjaan sang kakak sangat dibalik didengarkan dan didiskusikan dalam ruang dan meja dan tidak perlu kelapangan atau menemui waktu tertentu. Menjadi pendengar, juga harus pihak eksternal. Lalu penulis bertanya kepo dapat dipercaya narasumbernya untuk untuk layaknya seorang adik perempuan yang mengetahui sesuatu atau mengetahui sesuatu bertanya kepada kakak laki-lakinya. Wihh... informasi. lagi ngapain. Namun sang kakak menjawab Untuk menjaga sebuah kepercayaan pembicara akan merasa lega dan dapat bukanlah suatu hal yang mudah, itulah mengambil hikmah dari apa yang dibicarakan. mengapa, jika kita dipercaya oleh seseorang, Penulis tidak menjanjiikan bahwa walaupun sebagai tempat curhat atau keluh menjadi pendengar yang baik maka hidup lebih kesahnya, tahan diri untuk tidak balik enak, namun setidaknya kita dapat belajar mengeluh, atau malah mengumbar keluh bahwa saat senang kita tahu diri dan sedih kita kesahnya kepada orang banyak. bisa melawan diri. Sungguh tidak bisa Walaupun terkadang informasi itu didefenisikan, namun menjadi penanda dalam tidak menjadi masalah untuk dikonsumsi publik sebuah bahasa. namun, pendengar harus menjamin keamanan dari informasi itu, agar kita tidak dirugikan atas sikap dari pendengar yang telah menyebarkan informasi tersebut kepada khalayak ramai.
Semacam Coretan Senja
Resensi Oleh : Josua Andre P.A
Dalam halaman ini, penulis tidak ingin
menuliskan kesimpulan apapun. Pembaca dapat melakukan multiinterpretasi atas tulisan saya, yang mungkin jauh dari kata ekspektasi saat membaca judulnya. Sebagian lain bisa menduga buku ini adalah hasil penelitian etnograpi, yang didukung oleh konsep berpikir psikologi, sosial, juga budaya. Sebab penulis takut menjadi terlalu esensialis dan dinisbatkan menjadi sebagai motivator. Penulis sering tetampar dengan tulisan penulis sendiri. Sehingga penulis meyakini bahwa tidak ada solusi yang praktis di dunia ini. Lagi pula segala hal yang dilakukan dengan instan biasanya tidak baik. Ini menjadi efisien, malah mengabaikan hal yang seharusnya tetap terjaga. Termasuk didalam menjadi pendengar yang baik. Penulis hanya menyarankan, menjadi pendengar yang baik dan tidak menggangu si pembicara, maka si
ESSAY RISET FESTIVAL - RAKHMAD HIDAYAT - ANDRA PARASDYAH - UTM - MyTravel Perangkat Aplikasi Mobile Berbasis E-Tourism Untuk Pariwisata Madura Menuju Revolusi Industri 4.0