Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN

I. KONSEP DASAR RISIKO PERILAKU KEKERASAN


A. Pengertian
Menurut Berkowitz (1993) perilaku kekerasan adalah perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis,
sedangkan menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006)
perilaku kekerasan adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak
dan berkonotasi sebagai agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain dan atau sesuatu.
Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa perilaku kekerasan
adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik)
sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman
serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari
stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan
dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan
tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Keliat dkk, 2002).
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
memperlihatkan individu tersebut dapat mengancam secara fisik,
emosional dan atau seksual kepada orang lain (Herdman, 2012).
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
a) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).
c) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Respon Adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian


masalah yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan,
sedangkan respon maladaptive yaitu respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial dan budaya
lingkungannya.
B. Rentang Respon
Rentang kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif
sampai maladaptif. Rentang respon kemarahan (Keliat, 2003) dapat
digambarkan sebagai berikut :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Ngamuk(kekerasan)

a. Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai


perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapi tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Kekerasan


Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari
faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan,
meliputi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan
terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik yang terganggu,
hubungan social yang terganggu. Salah satu kebutuhan manusia
adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul
adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan
sosial yang mengancam kebutuhan individu yang mempengaruhi
sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat
mempengaruhi individu untuk berespon asertif atau agresif.
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learning theory), merupakan proses meniru dari
lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara
menyelesaikan masalah
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan
pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang
yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang bersifat
faktor eksternal maupun internal dari individu.
Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi,
perasaan kehilangan dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan,
pendidikan, dan kehilangan orang yang dicintai), kekhawatiran
terhadap penyakit fisik.
Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang
berubah seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang
menghina, lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan
social/kerja/sekolah.
Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi tiga, yakni :
a. Bersumber dari klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak
berdayaan, percaya diri kurang.
b. Lingkungan : ribut, padat, krtitikan mengarah penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan/
c. Interaksi dengan orang lain : provokatif dan konflik.
D. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien
dan didukung dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif:
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Mengatupkan rahang dengan kuat
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Berdebat
i. Mondar mandir
j. Memaksakan kehendak
k. Memukul jika tidak senang
l. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
m. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua
pasien berada ada resiko tinggi
n. Memperlihatkan permusuhan
o. Melempar atau memukul benda/orang lain.
Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda-tanda marah adalah sebagai
berikut :
a. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah(dendam),
jengkel.
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit
fisik, penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan,
tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.
e. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
dan humor.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut
Depkes (2000), jenis obat psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi,
ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi,
waham, dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada
penderita skizofrenia, mania depresif, gangguan personalitas,
psikosa involution, psikosa masa kecil.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma
gilles de la toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada
gangguan perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk
dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan berat.
Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma,
penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek
samping nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.
3) Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya
gejala skizofrenia.
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-
5 joule/detik.

2. Tindakan Keperawatan
Keliat, dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat
dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :
 Latihan secara non verbal /perilaku(memukul)
Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak
sseperti bantal, kasur.
 Latihan cara sosial atau verbal
Bantu klien relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga.
Latihan pernapasan 2 x/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan
hembusan napas. Kemudian Berteriak, menjerit untuk melepaskan
perasaan marah. Bisa juga mengatasi marah dengan dilakukan tiga
cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar.
Bantu melalui humor. Jaga humor tidak menyakiti orang,
observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi
cara umum yang sesuai.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Risiko Perilaku Kekerasan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Direja, 2011, hal.
36)
1. Pengumpulan data
1) Identitas Klien dan penanggung Jawab
Pada identitas mencakup Initial, Umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamat dan
hubungan dengan penanggung.
2) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit,
keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang
kerumah sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat
penyakit terdapat faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung
klien untuk melalukan prilaku kekerasan. Faktor presipitasi
dikaji tentang faktor pencetus yang membuat klien melakukan
prilaku kekerasan
3) Pemeriksaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan
fungsi organ tubuh dan kondisi fisik (dengan cara observasi,
auskultasi, palpasi, perkusi dan hasil pengukuran) dalam
pengukuran dilakukan pengukuran tanda-tanda vital
4) Pengkajian Psikososial
Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada
genogram, konsep diri, hubungan sosial dan aspek spiritual
a) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian yaitu :
(1) Kajian adopsi : yang membandingkan sifat antara
anggota keluarga biologis/satu keturunan dengan
keluarga adopsi
(2) Kajian kembar : yang membandingkan sifat antara
anggota keluarga yang kembar identik secara
genetik dengan saudara yang tidak kembar.
(3) Kajian keluarga : yang membandingkan apakah
suatu sifat banyak kesamaan antara keluarga
tinggkat pertama(seperti orang tua, saudara
kandung) dengan keluarga yang lain.
b) Konsep Diri
(1) Citra Tubuh
Yaitu sikap, persepsi masa lalu atau saat ini
tentang ukuran, penampilan, fungsi dan potensi
tubuh, serta pengetahuan individu secara sadar
atau tidak sadar terhadap tubuhnya. Ini
merupakan persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian tubuhnya yang paling disukai dan tidak
disukai
(2) Identitas Diri
Merupakan kesadaran klien untuk menjadi diri
sendiri yang tidak ada duanya dengan
mensintesa semua gambaran diri sebagai satu
kesatuan utuh dan perasaan berbeda dengan
orang lain. Ini merupakan bagaimana persepsi
tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut
(sekolah, pekerjaan, kelompok, keluarga,
lingkungan masyarakat sekitarnya) kepuasan
klien sebagai laki-laki atau perempuan (gender)
(3) Peran
Yaitu pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisisnya dalam keluarga, kelompok,
dimasyarakat dan bagaimana kemampuan klien
dalam melaksnakan tugas/perannya tersebut.
(4) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku sesuai dengan standar personal. Ideal
diri dapat berupa gambaran individu yang
disukai, tujuan atau nilai yang diinginkan. Ini
merupakan bagaimana harapan klien terhadap
tubuhnya, posisi, status, tugas atau peran dan
harapan klien terhadap lingkungan.
(5) Harga Diri
Penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa sejauh mana perilaku
mencapai ideal diri. Pencapain cita-cita yang
gagal akan menimbulkan HDR (harga diri
rendah) yaitu perasaan negative terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri.Sebaliknya pencapaian cita-cita yang
sukses akan menimbulkan HDT (harga diri
tinggi). Harga diri tinggi merupakan perasaan
yang berakar dalam menerima dirinya tanpa
syarat, meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa
sebagai orang penting dan berharga.
c) Hubungan Sosial
(1) Orang yang Terdekat
Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien,
tempat mengadu, bicara, minta bantuan baik
secara material maupun secara non-material.
(2) Peran Serta Dalam kegiatan Kelompok atau
Masyarakat
klompok apa saja yang diikuti klien
dilingkungannya dan sejauh mana klien terlibat.
(3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Hambatan apa saja yang dialami klien dalam
berhubungan dengan orang lain/kelompok
tersebut.
d) Spiritual
Mengkaji aspek spiritual klien yang meliputi:
(a) Agama serta keyakinan yang dianut
klien/keluarganya. Bagaimana nilai, norma,
pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa sesuai
dengan norma budaya dan agama yang dianut.
(b) Kegiatan keagamaan, ibadah dan kegiatan
keagamaan apa saja yang dilakukan klien dirumah/
dilingkungan sekitarnya baik secara individu
maupun kelppmpok serta pendapat klien/keluarga
tentang ibadah tersebut.
5) Pengkajian status mental
Pengkajian pada status mental dapat dilakukan pada
penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi.
a) Penampilan
Observasi pada penampilan umum klien yang
merupakan karakteristik klien yaitu penampilan usia,
cara berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan,
ekskresi wajah, kontak mata, dilatasi/konstruksi pupil,
status gizi/kesehatan umum.
Pada klien dengan prilaku kemungkinan penampilan
yang ditunjukkan adalah mata melotot / pandangan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b) Pembicaraan
Pada pembicaraan perhatikan bagaimana pembicaraan
yang didapat pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
inkoherensi, apatis, lambat, membisu, tidak mampu
memulai pembicaraan, pembicaraan berpindah-pindah
dari satu kalimat kekalimat lainnya yang tidak
berkaitan,
Pada klien dengan prilaku kekerasan kemungkinan
akan berbicara dengan mengancam, mengumpat dengan
kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
ketus.
c) Aktivitas Motorik
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu
dicatat dalam hal tingkat aktivitas (letargi, tegang,
gelisah, agitasi) jenis (tik, seringai, tremor) dan isyarat
tubuh/mannerisme yang tidak wajar
Aktivitas motorik yang mungkin dilakuakan adalah
menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
d) Alam Perasaan
Yang perlu diobservasi antara lain : sedih, putus asa
atau perasaan gembira yang berlebih, ketakukan dan
khawatir
e) Afek
Adapun beberapa gangguan afek dan emosi adalah
sebagai berikut :
(1) Depresi yaitu keadaan psikologis (dengan
manifestasi rasa sedih, susah, rasa tak berguna,
gagal, kehilangan, rasa berdosa, putus asa,
penyesalan tak ada harapan)
(2) Ketakutan/takut yaitu afek emosi terhadap objek
yang ditakuti sudah jelas.
(3) Khawatir, cemas, ansietas yaitu ketakutan pada
sesuatu objek yang belum jelas atau keadaan tidak
enak/tidak nyaman yang tidak jelas penyebabnya.
Jenis cemas antara lain : kecemasan
mengambang/free floating anxietas, agitasi, panik
atau kecemasan hebat dengan kegelisahan.
(4) Anhedoneia yaitu tidak timbul perasaan senang
dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan
bagi dirinya.
(5) Euforia yaitu rasa senang, riang, gembira, bahagia,
yang berlebihan yang tidak sesuai dengan keadaan.
Elasa adalah bentuk euforia yang lebih hebat dan
Exaltasi atau extaci adalah suatu bentuk euforia
yang sangat hebat.
(6) Kesepian adalah merasa dirinya
ditinggalkan/dipisah-kan dari atau oleh yang
lainnya.
(7) Kedangkalan/tumpul/datar adalah kemiskinan
afek/ emosi secara umum atau kuantitas, tidak ada
perubah-an dalam roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan,
bereaksi bila ada stimulus yang lebih kuat.
(8) Labil adalah emosi yang secara cepat berubah-
rubah, tanpa suatu pengendalian yang baik.
(9) Tak wajar/tidak sesuai adalah emosi yang tidak
sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang
ada, keadaan tertentu secara kuantitatif atau
dengan isi pembicaraan/ pikirannya.
(10) Ambivalensi adalah afek/emosi yang berlawanan
dan timbul secara bersama-sama terhadap
seseorang, objek atau kondisi tertentu.
(11) Apatis adalah berkurangnya afek/emosi terhadap
sesuatu semua hal yang disertai rasa terpencil dan
tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
(12) Amarah atau kemurkaan adalah permusuhan yang
bersifat agresif, tidak realistik, menghancurkan
dirinya, orang lain, lingkungan yang sifatnya
bukan untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapinya.
f) Interaksi selama wawancara
Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung,
kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara),
defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat
dan kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukan
sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain).
g) Persepsi
Gangguan pada persepsi sensorik diantaranya
halusinasi, ilusi, derealisasi, depersonalisasi, agnosia,
gangguan somatosensorik.
Gangguan persepsi juga dapat memicu klien untuk
melakuakan prilaku kekerasan.
h) Proses Pikir
Gangguan pada arus dan bentuk pikir dapat dijelaskan
dan dibedakan yaitu Sirkumtansila (pikiran berputar-
putar), Tangensial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit
dan tidak sampai pada tujuan/maksud yang dibeikan,
Asosiasi longgar (asosiasi bebas/kehilangan asosiasi)
yaitu tidak ada hubungan yang dikatakan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lain. Flight of idea
(pikiran melayang) yaitu pembicaraan pada beberapa
ide-ide yang melompat-lompat. Blocking (benturan)
yaitu pembicaraan yang berhenti secara tiba-tiba tanpa
adanya gangguan secara eksternal. Perseverasi yaitu
pembicaraan yang berulang-ulang pada suatu ide,
pikiran dan tema secara berlebihan. Inkoheren
(irrelevansi) yaitu pembicaraan dimana satu kalimatpun
sulit dipahami maksudnya, pembicaraan tidak ada
hubungannya dengan stimulus/pertanyaan atau hal-hal
yang sedang dibicarakan, Logorhoe yaitu banyak bicara
yang bertubi-tubi tanpa adnya kontrol yang jelas bisa
koheren atau inkoheren.
i) Isi Pikir
Gangguan pada isi pikir yaitu Ekstasi/extacy : isi
pikiran yang tidak dapat diceritakan yang
dimanifestasikan dengan kegembiraan, fantasi: yaitu isi
pikiran tentang keadaan/kejadian yang
diharapkan/diinginkan sebagai hal-hal yang tidak nyata
sebagai pelarian terhadap keinginan yang tiddak dapat
dipenuhinya. Obsesi : isi pikiran yang telah
muncul/kokoh walaupun pasien berusaha
menghilangkannya, Hipokondria : isi pikiran yang
meyakinkan adanya suatu gangguan organ didalam
tubuh yang dimanifestasikan sebagai keluhan atau sakit
secara fisik, depersonalisasi : yaitu isi pikiran yang
berupa perasaan yang aneh/asing/terhadap dirinya
sendiri, orang lain atau lingkungan sekitarnya.
Mengobservasi tingkat kesadaran klien, kesadaran
dapat digambarkan sebagai berikut : Apatis ( tidak
mengacuhkan terhadap rangsangan/lingkungan
sekitarnya, mulai mengantuk, Somnolensia
(menganatuk dan tidak ada perhatian sama sekali),
Bingung delirium, sedasi : (kacau, merasa melayang
antara sadar dan tidak sadar), sopor (ingatan, orientasi,
pertimbangan hilang, hanya berespon terhadap
rangsangan yang keras dan kuat), stupor, subkoma,
soporoskomatus tidak ada terhadap rangsngan yang
keras dan tidak mengerti semua yang terjadi di
lingkungan), koma (tidur yang sangat dalam, beberapa
reflek hilang seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat
timbul reflek yang patologis)
j) Tingkat Kesadaran
Mengobservasi tingkat kesadaran klien, kesadaran
dapat digambarkan sebagai berikut : Apatis ( tidak
mengacuhkan terhadap rangsangan/lingkungan
sekitarnya, mulai mengantuk, Somnolensia
(menganatuk dan tidak ada perhatian sama sekali),
Bingung delirium, sedasi : (kacau, merasa melayang
antara sadar dan tidak sadar), sopor (ingatan, orientasi,
pertimbangan hilang, hanya berespon terhadap
rangsangan yang keras dan kuat), stupor, subkoma,
soporoskomatus tidak ada terhadap rangsngan yang
keras dan tidak mengerti semua yang terjadi di
lingkungan), koma (tidur yang sangat dalam, beberapa
reflek hilang seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat
timbul reflek yang patologis)
k) Memori
Daya ingat klien atau kemampuan mengingat hal-hal
yang telah terjadi, daya ingat jangka panjang (memori
masa lalu, lama/lebih dari 1 tahun), daya ingat jangka
menengah memori yang diingat dalam 1 minggu terahir
sampai 24 jam terahir, Daya ingat jangka pendek
memori yang sangat baru, tidak dapat mengingat
kejadian yang baru saja terjadi.
l) Tingkat konsentrasi berhitung
Gangguan konsentrasi dan berhitung antara lain :
Mudah beralih/mudah dialihkan, mudah berganti
perhatiannya/konsentrasi dari suatu objek ke objek
lainnya. Tidak mampu berkonsentrasi, klien selalu
meminta agar pertanyaan sebelumnya diulang. Tidak
mampu berhitung yaitu tidak dapat melakukan
penambahan/pengurangan angka-angka atau benda-
benda yang nyata, sederhana, banyak, rumit atau
kompleks.
m) Kemampuan Penilaian
Data yang perlu dikaji melalui wawancara antara lain:
Gangguan ringan yaitu bilamana gangguan ini terjadi ia
tetap dapat mengambil keputusan secara sederhana
dengan bantuan orang lain, seperti ia dapat memilih
akan mandi sebelum makan atau sebaliknya. Gangguan
bermakna bilamana gangguan ini terjadi ia tetap tidak
dapat/tidak mampu mengambil suatu keputusan
meskipun secara sederhana dan mendapatkan bantuan
orang lain.
n) Daya Tilik Diri
Gangguan pada daya tilik diri adalah :
(1) Mengingkari penyakit yang diderita, dimana ia tidak
menyadari gejala gangguan jiwa/penyakitnya,
perubahan fisik, dan emosi dirinya.
(2) Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya, bilamana
ia cenderung menyalahkan orang lain/lingkungan
dan ia merasa orang lain/lingkungan diluar dirinya
yang menyebabkan ia seperti ini/kondisi saat ini.
6) Kebutuhan persiapan pulang
Data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang
mungkin akan terjadi atau akan dihadapi klien, kluarga atau
masyarakat sekitarnya pada saat klien pulang atau setelah
klien pulang dari rumah sakit, data yang harus dikaji adalah :
Perawatan diri (Mandi, kebersihan, makan, buang air kecil,
buang air besar, dan ganti pakaian) secara mandiri, perlu
bantuan minimal atau bantuan total
2. Analisa data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa
data untuk merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data
tersebut diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif:
1) Data Subyektif (Farida, 2010, hal. 50)
Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
pasien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat
kepada klien dan keluarga
Data subyektif yang mungkin didapat yaitu, klien mengeluh
perasaan terancam, marah dan dendam. Perasaan tak berguna,
jengkel atau mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada
berdebar, dada sesak dan bingung.
2) Data Obyektif
Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat seperti, wajah tegang, mudah tersinggung saat diajak
berbicara, tatapan mata tajam, muka tampak merah, posisi tubuh
condong kedepan dengan tangan mengepal.

2. Daftar Masalah
a. Risiko Perilaku Kekerasan
b. Risiko Mencederai Diri Sendiri
c. Koping Individu tidak Efektif

3. Pohon Masalah
Effect ...... Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

Core Problem ................. Resiko Perilaku Kekerasan

Etiologi .............................. Koping Individu Tidak Efektif


B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat,
walaupun saat ini tidak melakukan prilaku kekerasan tetapi pernah
melakukan ataumempunyai riwayat perilaku kekerasan dan
belummempunyai kemampuan mencegah / mengontrol perilaku
kekerasan tersebut.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk maslah prilaku
kekerasan adalah:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Risiko Mencederai Diri Sendiri
3. Koping Individu tidak Efektif
C. RENCANA KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
NO. KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab resiko Mendiskusikan masalah yang
perilaku kekerasan. diharapkan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala merawat klien .
resiko perilaku kekerasan. Menjelaskan pengertian
3. Mengidentifikasi resiko perilaku perilaku kekerasan, tanda dan
kekerasan yang di lakukan. gejala perilaku kekerasan, serta
4. Mengidentifikasi akibat resiko proses terjadinya perilaku
perilaku kekerasan. kekerasan.
5. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
6. Membantu klien mempraktekan
latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1 : latihan
7. nafas dalam.
Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikan
klien. cara merawat klien dengan
2. Melatih klien mengontrol perilaku perilaku kekerasan.
kekerasan dengan cara fisik 2: pukul Melatih keluarga melakukan
kasur dan bantal . cara merawat langsung kepada
3. Menganjurkan klien memasukan ke klien perilaku kekerasan.
dalam kegiatan harian
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat
klien jadwal aktifitas di rumah
2. Melatih klien mengontrol perilaku termasuk minum obat
kekerasan dengan cara sosial/ verbal (discharge planning).
3. Menganjurkan klien memasukan ke Menjelasakan follow up klien
dalam kegiatan harian. setelak pulang.
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2. harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual.
Menganjurkan klien memasukan ke
dalam kegiatan harian.
SP5P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2. Melatih klien mengontrol perilaku
3. kekerasan dengan minum obat.
Menganjurkan klien memasukan
kedalam kegiatan harian.

(Mukhripah dan Iskandar, 2012)

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Menurut Keliat (2005), Implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengutamakan masalah utama yang aktual adan mengancam integritas
klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien
pada saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi menurut Keliat (2005) adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : evaluasi proses atau formatif) dan
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon
klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil yang diharapkan pada
asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan adalah :
1. Klien membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasikan penyebab resiko perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala perilaku
kekerasan.
4. Klien dapat mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
5. Klien dapat mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan.
6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
8. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah
perilaku kekerasan.
9. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk
untuk mencegah perilaku kekerasan.
10. Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan.
11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara
pencegahan perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa


Schizofrenia, FKUI; Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Direja, Ade Herman Surya.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B. A. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI :


Jakarta.

Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta:


EGC.

Pramuditya, Arindra. 2014. Laporan Pendahuluan Risiko Perilaku


Kekerasan. Terdapat pada arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-
pendahuluan-resiko-perilaku.html. Diakses pada 12 Mei 2014.

Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa:
Ramona P, Kapoh. Jakarta: EGC.

Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Menarik Diri Ari
    LP Menarik Diri Ari
    Dokumen11 halaman
    LP Menarik Diri Ari
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Web of Caution - Solusio Plasenta
    Web of Caution - Solusio Plasenta
    Dokumen2 halaman
    Web of Caution - Solusio Plasenta
    Pahang Reforansa Putra
    Belum ada peringkat
  • Cvableeding 45
    Cvableeding 45
    Dokumen2 halaman
    Cvableeding 45
    gedesuryawan
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • LP Menarik Diri Ari
    LP Menarik Diri Ari
    Dokumen16 halaman
    LP Menarik Diri Ari
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen1 halaman
    Dapus
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Woc SN
    Woc SN
    Dokumen3 halaman
    Woc SN
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    citra
    Belum ada peringkat
  • LP Menarik Diri Ari
    LP Menarik Diri Ari
    Dokumen16 halaman
    LP Menarik Diri Ari
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Woc SC
    Woc SC
    Dokumen2 halaman
    Woc SC
    Sastra Oneone
    83% (6)
  • LP CA Sinonasal
    LP CA Sinonasal
    Dokumen15 halaman
    LP CA Sinonasal
    nina dwiyani
    Belum ada peringkat
  • Woc SN
    Woc SN
    Dokumen3 halaman
    Woc SN
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen1 halaman
    Dapus
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Asam Basa dan Ginjal
    Asam Basa dan Ginjal
    Dokumen3 halaman
    Asam Basa dan Ginjal
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA KOLOREKTAL
    WOC CA KOLOREKTAL
    Dokumen2 halaman
    WOC CA KOLOREKTAL
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC Fraktur
    WOC Fraktur
    Dokumen2 halaman
    WOC Fraktur
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Woc Stemi
    Woc Stemi
    Dokumen1 halaman
    Woc Stemi
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Rectosigmoid WOC
    Rectosigmoid WOC
    Dokumen2 halaman
    Rectosigmoid WOC
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC Fraktur
    WOC Fraktur
    Dokumen2 halaman
    WOC Fraktur
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Cash Flow
    Konsep Cash Flow
    Dokumen7 halaman
    Konsep Cash Flow
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Cash Flow
    Konsep Cash Flow
    Dokumen7 halaman
    Konsep Cash Flow
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC Fraktur
    WOC Fraktur
    Dokumen2 halaman
    WOC Fraktur
    danendra nararya
    Belum ada peringkat