Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998
dalam Nita, 2009).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dalam Keliat, 2011).
Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan suatu
gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (Nita, 2009).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan.

B. Rentang Respons Sosial

RENTANG RESPON SOSIAL

Respons adatif Respons Maladatif

Menyendiri (solitude) Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan
Keterangan rentang respon
1. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan cultural
dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
Adapun respon adaptif tersebut:
a. Solitude
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan
dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan
menentukan langkah berikutnya.
b. Otonomi
Suaty kemmpuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide- ide
pikiran.
c. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk meberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan
Saling ketergsntungan antara individu dengan orang lain dalam hubungann
interpersonal.
2. Respon Maladaptif
Adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma- norma dan kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik perilaku maladaptif tersebut adalah:
a. Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.
b. Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang
lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan
berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki
d. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak.
e. Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah
jika orang lain tidak mendukung.
(Ernawati, dkk, 2009)

C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa
lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan
setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
b. Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti
lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas.
d. Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative
dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan
yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan
anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
2. Faktor Presipitasi
a. Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
(Ernawati, dkk, 2009)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Menyendiri di ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, efek datar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5. Berpikir menurut pikirannyasendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian kepada orang lain
7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
8. Menggunakan kata- kata simbolik
9. Menggunakan kata yang tidak berarti
10. Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara
11. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam
diri
(Farida, 2010)

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka
jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan
dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik.
Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan
biokimia dalam otak. Indikasi :
a. Depresi mayor
1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian
lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan
dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon
membaik pada ECT.
3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan
atau klien tidak dapat menerima antidepresan.

b. Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi
lain berbahaya bagi klien.
c. Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. (Dalami,
et.all, 2009)

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, sumber koping dan kemampuan koping yang
dimiliki klien (Stuart & Larai, 2001). Adapun isi dari pengkajian meliputi:
identitas klien, keluhan utama / alasan masuk, faktor predisposisi, aspek
fisik/biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, dan aspek medik. Data dalam pengkaian dikelompokkan
dalam dua macam meliputi data subyaktif dan data obyektif.
1. Isi Pengkajian:
a. Identitas klien
Ditulis identitas lengkap seperti nama, usia dalam tahun, jenis kelamin (L
untuk laki-laki dan P untuk perempuan dengan mencoret salah satu),
nomor rekam medic (CM) dan diagnosa medisnya. Hal ini dapat dilihat
pada rekam medic (CM) atau wawancara langsung dengan klien bila
memungkinkan.
b. Alasan Masuk/Keluhan
Alasan saat masuk/ keluhan utama dapat dintanyakan lansung pada klien.
Pada pasien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri biasanya ditemukan klien
mengatakan bahwa dirinya malas bergaul dan berbicara dengan orang lain,
dan tidak mau berikomunikasi.
c. Factor Predisposisi
Factor predisposisi sendiri adalah konflik emosional yang terjadi diantara
factor psikologis, factor social budaya dan factor biologis. (Stuart, 2005).
Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang
menaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan
tenaga medis, seperti dokter, perawat dan apoteker. Mengenai segala
sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah
satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini adalah
syarat utama tercapainya keberhasilan tujuan pengobatan yang dilakukan.
a) Faktor Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran,
sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada perubahan yang
terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang
paling tinggi atau lebih kompleks melalui proses pematangan
(maturasi) dan pembelajaran. Pada setiap tahapan tumbuh kembang
individu ada tugas perkembangan yang harus dilakukan dan dipenuhi
agar tidak terjadi gangguan dalam berhubungan dan berintaraksi
dengan orang lain dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas dlam
tahap perkembang ini ada yang tidak dapat dilalui atau terpenuhi maka
akan dapat mengahambat tahapan perkembangan sosial yang nantinya
dan hal ini yang menjadi penyabab timbulnya suatu masalah.
b) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi pada keluarga merupakan factor pendukung
dapat terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini
yang temasuk masalah dalam komunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu yang bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga.
c) Faktor sosial budaya
Isolasi social atau menarik diri merupakan suatu factor pendukukng
terjadinya gangguan dalam interaksi sosial. Hal ini disebabkan oleh
norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis,
dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d) Faktor biologis
Factor biologis yamg merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam berhubungan social yang baik dari
seseorang. Faktor biologis sendiri dapat dapat berupa adanya anggota
keluarga yang juga memiliki/ pernah mengalami gangguan kejiwaan
(factor herediter). Selain itu organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan dalam berhubungan social adalah oatak manusia,
misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
berhubungan sosial memiliki struktur abnormal pada otak seperti
atropi pada otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.

d. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social menurut Ade Surya Herman (2011)
juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun factor eksternal dari
seseorang. faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor social budaya seperti keluarga. Stressor sosial
budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil,
yang dirawat di rumah sakit.
b) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekatnya atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dari individu. Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik
diri).
2. Pemeriksaan/ Keadaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada system dan fungsi organ
tubuh (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi, dan hasil
pengukuran). Pada pasien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri ditemukan
kondisi fisik pada saat tidur menyerupai bentuk fetus atau janin.
3. Aspek Psikososial:
Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram,
konsep diri, hubungan sosial klien dan aspek spiritual klien.
4. Pengelompokkan data
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien maupun dari keluarga
klien ataupun dari orang terdekat klien. Dalam kasus klien Isolasi Sosial:
Menarik Diri ditemukan klien mengatakan malas bergaul dengan orang
lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendirian, klien juga mengatakan tidak mau berbicara dengan orang
lain, tidak mau berkomunikasi, dan data tentang klien biasanya dapat pula
didapat odari keluarga klien yang mengetahui keterbatasan klien seperti
suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman terekat klien.
b. Data Obyektif
Data obyektif yang didapat dari klien Isolasi Sosial: Menarik Diri antar
lain meliputi kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi
wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri,
tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya, asupan makanan
dan minuman terganggu, retensi urine, aktivitas menurun, kurang
berenergi atau bertenaga, rendah diri, postur tubuh berubah misalnya sikap
fetus atau janin (khususnya pada saat klien posisi tidur).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang akan muncul pada pasien dengan Isolasi Sosial
Menarik Diri adalah antara lain meliputi:
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronis
3. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
4. Defisit Perawatan Diri
5. Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang Lain Dan Lingkungan

C. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Defisit perawatan diri


Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


D. RENCANA TINDAKAN
Pada pasien dengan masalah kejiwaan Isolasi Sosial: Menarik Diri Perencanaan
menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) kepada klien dan keluarga. Strategi
Pelaksanaan adalah pelaksanaan standart asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada klien dan keluarga pasien yang bertujuan untuk mengurangi
masalah keperawatan jiwa yang ditangani
Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Kerusakan TUM :
Klien dapat
Interaksi
berinteraksi
sosial
dengan orang
menarik diri
lain
1. Setelah …x 1. Bina hubungan saling
TUK 1 :
interaksi klien percaya dengan :
Klien dapat
 Beri salam setiap
menunjukkan
membina
berinteraksi
tanda – tanda
hubungan  Perkenalkan nama,
percaya pada
saling percaya nama panggilan
perawat :
perawat, dan tujuan
 Wajah cerah,
perawat berinteraksi.
tersenyum
 Tanyakan dan panggil
 Mau
nama kesukaan klien
berkenalan
 Tunjukkan sikap
 Ada kontak
empati, jujur dan
mata
 Bersedia menepati janji setiap
menceritakan kali berinteraksi.
 Tanyakan perasaan
perasaan
 Bersedia klien dan masalah yang
mengungkapk dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi
an masalahnya
yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian,
ekspresi perasaan
klien.

TUK 2 : 2. Setelah …x 2.1 tanyakan pada klien


Klien mampu
interaksi klien tentang :
menyebutkan
 orang yang tinggal
dapat
penyebab
serumah/ teman
menarik diri menyebutkan sekamar klien
 orang yang paling
minimal satu
dekat dengan klien
penyebab menarik
di rumah / di ruang
diri dari :
 Diri sendiri perawatan
 Orang lain  apa yang membuat
 Lingkungan klien dekat dengan
orang tersebut
 orang yang tidak
dekat dengan klien
dirumah / di ruang
perawatan
 apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut
 upaya yang sudah
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain
2.2 Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain.
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3 : 3. Setelah …x 3.1 Tanyakan pada klien
Klien mampu
interaksi dengan tentang :
menyebutkan  Manfaat hubungan
klien dapat
keuntungan sosial
menyebutkan
berhubungan  Kerugian menarik
keuntungan
sosial dan diri
berhubungan 3.2 Diskusikan bersama
kerugian
sosial, misalnya : klien tentang manfaat
menarik diri.  Banyak teman
berhubungan sosial
 Tidak
dan kerugian menarik
kesepian
 Bisa diskusi diri.
 Apabila ada 3.3 Beri pujian terhadap
masalah ada kemampuan klien
yang mau mengungkapkan
menolong. perasaannya.
 Rasa takut dan
rasa malas
akan hilang
 Rasa
mengantuk
berkurang.
Dan kerugian
menarik diri,
misalnya:
 Sendiri
 Kesepian
 Tidak bisa
diskusi
 Apabila ada
masalah tidak
ada yang mau
menolong
 Rasa
mengantuk
akan semakin
bertambah.
TUK 4 : 4. Setelah …x 4.1 Observasi perilaku
Klien dapat
interaksi, klien klien saat
melaksanakan
dapat berhubungan sosial
hubungan 4.2 Beri motivasi dan
melaksanakan
sosial secara bantu klien untuk
hubungan sosial
bertahap. berkenalan/
secara bertahap
berkomunikasi
dengan :
 Perawat dengan :
 Klien lain  Perawat lain
 Kelompok  Klien lain
 kelompok
4.3 Libatkan klien dalam
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4.4 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.5 Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal yang
telah dibuat.
4.6 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan
TUK 5 : 5. Setelah …x 5.1 Diskusikan dengan
Klien mampu
interaksi klien klien tentang
menjelaskan
dapat perasaannya setelah
perasaannya
menjelaskan berhubungan sosial
setelah
perasaannya dengan :
berhubungan  Orang lain
setelah
sosial  Kelompok
berhubungan 5.2 Beri pujian terhadap
sosial dengan : kemampuan klien
 Orang lain
mengungkapkan
 Kelompok
perasaannya.
TUK 6 : 6.1 Setelah … x 6.1 Diskusikan pentingnya
Klien
pertemuan, peran serta keluarga
mendapat
keluarga dapat sebagai pendukung
dukungan
menjelaskan untuk mengatasi
keluarga
tentang : perilaku menarik diri
dalam  Pengerian 6.2 Diskusikan potensi
memperluas menarik diri keluarga untuk
hubungan  Tanda dan membantu klien
sosial gejala menarik mengatasi perilaku
diri menarik diri
 Penyebab 6.3 Jelaskan pada keluarga
dan akibat tentang :
menarik diri  Pengerian menarik
 Cara
merawat klien diri
 Tanda dan gejala
menarik diri
6.2 Setelah … x menarik diri
pertemuan,  Penyebab dan

keluarga dapat akibat menarik diri


 Cara merawat
mempraktekkan
klien menarik diri
cara merawat 6.4 Latih keluarga cara
klien menarik merawat klien
diri menarik diri.
6.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6 Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
untuk bersosialisasi
6.7 Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit.

TUK 7 : 7.1 Setelah … x 7.1 Diskusikan dengan


Klien dapat
interaksi, klien klien tentang manfaat
memanfaatkan
menyebutkan : dan kerugian tidak
obat dengan  Manfaat minum obat, nama,
baik minum obat warna, dosis, cara,
 Kerugian
efek terapi dan efek
tidak minum
samping penggunaan
obat
 Nama, warna, obat
7.2 Pantau klien saat
dosis, efek
penggunaan obat
terapi, dan 7.3 Beri pujian jika klien
efek samping menggunakan obat
obat dengan benar
7.2 Setelah … x 7.4 Diskusikan akibat
interaksi klien berhenti minum obat
mendemonstrasi tanpa konsultasi
kan penggunaan dengan dokter
7.5 anjurkan klien untuk
obat dengan
konsultasi kepada
benar
7.3 Setelah … x dokter / perawat jika
interaksi, klien terjadi hal – hal yang
menyebutkan tidak diinginkan.
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi
dokter
Masalah TIndakan Keperawatan untuk TIndakan Keperawatan untuk
Keperawatan Keluarga
Pasien
Isolasi Sosial Pasien Keluarga
SP I P SP I K
1. Menggali permasalahan
1. Mendiskusikan masalah yang
pasien
dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi penyebab
merawat pasien.
isolasi sosial pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Berdiskusi dengan pasien
dan gejala isolasi sosial yang
tentang keuntungan
dialami pasien beserta proses
berinteraksi dengan orang
terjadinya
lain
3. Menjelaskan cara-cara
4. Berdiskusi dengan pasien
merawat pasien isolasi sosial
tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
SP II K
lain. 1. Melatih keluarga
5. Mengajarkan pasien cara
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
merawat pasien dengan
orang
isolasi sosial.
6. Menganjurkan pasien
2. Melatih keluarga
memasukkan kegiatan
melakukan cara merawat
latihan berbincang-bincan
langsung kepada pasien
dengan orang lain dalam
isolasi sosial
kegiatan harian.

SP II P SP III K
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga
kegiatan harian pasien. membuat jadwal aktifitas
2. Memberikan kesempatan
di rumah termasuk minum
kepada pasien
obat
mempraktekkan cara 2. Menjelaskan follow up
berkenalan dengan satu pasien setelah pulang
orang.
3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian.

SP III P
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan
kepada berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

a. Pelaksanaan
Menurut Nikmatur Rohmah & Syaiful Walid (2008) Pelaksanaan adalah realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang
baru.

b. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan efek atau hasil dari suatu tindakan keperawatan,
dengan kriteria yang sudah dibuat. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif
yang dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan, dan evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan dengan cara membandingkan antara respon klien dan
tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Dalami, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media
Farida, Y. H. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Nita, F. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsep Cash Flow
    Konsep Cash Flow
    Dokumen7 halaman
    Konsep Cash Flow
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Cash Flow
    Konsep Cash Flow
    Dokumen7 halaman
    Konsep Cash Flow
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • LP CA Sinonasal
    LP CA Sinonasal
    Dokumen15 halaman
    LP CA Sinonasal
    nina dwiyani
    Belum ada peringkat
  • Woc SC
    Woc SC
    Dokumen2 halaman
    Woc SC
    Sastra Oneone
    83% (6)
  • Cvableeding 45
    Cvableeding 45
    Dokumen2 halaman
    Cvableeding 45
    gedesuryawan
    Belum ada peringkat
  • LP Menarik Diri Ari
    LP Menarik Diri Ari
    Dokumen16 halaman
    LP Menarik Diri Ari
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • LP RPK
    LP RPK
    Dokumen18 halaman
    LP RPK
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • LP Menarik Diri Ari
    LP Menarik Diri Ari
    Dokumen11 halaman
    LP Menarik Diri Ari
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Web of Caution - Solusio Plasenta
    Web of Caution - Solusio Plasenta
    Dokumen2 halaman
    Web of Caution - Solusio Plasenta
    Pahang Reforansa Putra
    Belum ada peringkat
  • Woc SN
    Woc SN
    Dokumen3 halaman
    Woc SN
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen1 halaman
    Dapus
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    citra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen1 halaman
    Dapus
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Woc SN
    Woc SN
    Dokumen3 halaman
    Woc SN
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Asam Basa dan Ginjal
    Asam Basa dan Ginjal
    Dokumen3 halaman
    Asam Basa dan Ginjal
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA KOLOREKTAL
    WOC CA KOLOREKTAL
    Dokumen2 halaman
    WOC CA KOLOREKTAL
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC Fraktur
    WOC Fraktur
    Dokumen2 halaman
    WOC Fraktur
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC CA Serviks
    WOC CA Serviks
    Dokumen1 halaman
    WOC CA Serviks
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC Fraktur
    WOC Fraktur
    Dokumen2 halaman
    WOC Fraktur
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • WOC Fraktur
    WOC Fraktur
    Dokumen2 halaman
    WOC Fraktur
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Rectosigmoid WOC
    Rectosigmoid WOC
    Dokumen2 halaman
    Rectosigmoid WOC
    danendra nararya
    Belum ada peringkat
  • Woc Stemi
    Woc Stemi
    Dokumen1 halaman
    Woc Stemi
    danendra nararya
    Belum ada peringkat