Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN “EPIDURAL HEMATOMA”

DI KAMAR OPERASI IGD RSSA

Oleh :
Nur Hanifah
1501410040
(Pelatihan Instrumentator 2016)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2016
A. DEFINISI
Epidural hematom adalah adanya pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan
duramater akibat pecahnya pembuluh darah/cabang-cabang arteri meningeal media yang
terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat
berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 – 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu
dilobus temporalis dan parietalis.

B. ETIOLOGI
Epidural hematom adalah adanya pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan
duramater akibat pecahnya pembuluh darah/cabang-cabang arteri meningeal media yang
terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat
berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 – 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu
dilobus temporalis dan parietalis.
C. PATOFISIOLOGI
Hematom epidural, perdarahan antara tulang tengkorak dan dura meter. Perdarahan
lebih sering terjadi di daerah temporal; cabang arteria meningea media robek. Robekan sering
terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di
daerah frontal atau oksipital.
Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan
jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi
menimbulkan hematom epidural. Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan
tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam.
Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran
tentorium. Tekanan dari herniasi pd sirkulasi arteria yang mengurus formation retikularis di
medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah
yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut
peningkatan tekanan intracranial antara lain: kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda
vital dan fungsi pernafasan.

D. TANDA GEJALA
Pasien dengan EDH seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga.
Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan EDH antara lain:
 Penurunan kesadaran, bisa sampai koma
 Bingung
 Penglihatan kabur
 Susah bicara
 Nyeri kepala yang hebat
 Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
 Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.
 Mual
 Pusing
 Berkeringat
 Pucat
 Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penanganan darurat :
 Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom.
 Dekompresi dengan trepanasi sederhana.
2. Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau
gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan
meningkakan drainase vena.(9)
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason
(dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis 1-
3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi akan tetapi hal
ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan
terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah
timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan
dengan karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer
yang dapat masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium
bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai
unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap
otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10
mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta
drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.(8)
3. Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat :
 Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml).
 Keadaan pasien memburuk
 Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk
fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi
operasi emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
a. >25cc, desak ruang supra tentorial
b. >10cc, desak ruang infratentorial
c. >5cc, desak ruang thalamus
Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
a. Penurunan klinis
b. Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan
penurunan klinis yang progresif.
c. Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan
penurunan klinis yang progresif.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
 Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan
otak akibat edema, perdarahan, trauma.
 X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan / edema), fragmen tulang.
 Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
 Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan
intrakranial.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


 Pengkajian
1. BREATHING
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa
berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing (
kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan
napas.
2. BLOOD:
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan
pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung
yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi
dengan bradikardia, disritmia).
3. BRAIN
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan
otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan
hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka
dapat terjadi :
 Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
 Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, foto fobia.
 Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
 Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
 Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
 Menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
 Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,
disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
4. BLADER
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
5. BOWEL
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan
terganggunya proses eliminasi alvi.
6. BONE
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya
hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi
penurunan tonus otot.
Pre Operatif
Diagnosa keperawatan Intervensi
Cemas berhubungan dengan kurang 1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien.
pengetahuan dan stres pembedahan
2. Menjelaskan bahwa operasi ini sudah
sering dilakukan dan ditangani oleh
tim ahli
3. Menjelaskan rangkaian kegiatan dan
kejadian rutin
Nyeri berhubungan dengan adanya luka 1. Mengidentifikasi skala nyeri pasien.
2. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Kolaborasi dengan obat-obatan
farmakologis untuk meredakan nyeri.

Intra Operatif
Diagnosa keperawatan Intervensi
Risiko jatuh berhubungan dengan 1. Membantu pasien berpindah dari
perpindahan pasien branchart/ kursi roda
2. Mengangkat pasien dari branchart
dengan 3 orang
3. Mendorong pasien ke ruang tindakan
dengan hati-hati.
4. Mengatur pasien sesuai dengan jenis
operasinya.
5. Menjaga pasien dari jatuh dan bila
perlu lakukan restrain.
6. Memasang pelindung pada tempat
tidur supaya pasien tidak jatuh
Resiko kekurangan volume caira 1. Cek tanda-tanda vital pasien
berhubungan dengan perdarahan
2. Pantau balance cairan masuk dan
keluar serta jumlah perdaharan
3. Siaplan labu PRC sebelum tindakan
operasi dimulai.
4. Membantu melakukan rawat
perdarahan pada proses pembedahan.
Risiko injury berhubungan dengan 1. Melekatkan arde pada lapisan kulit
pemasangan arde yang datar, berlemak, dan tidak luka.
2. Pastikan arde melekat pada kulit
pasien, jika diperlukan lakukan fiksasi
dengan kassa/plester.
3. Hindari pemasangan pada bagian
lekukan tubuh.
Post Operatif
Diagnosa keperawatan Intervensi
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya 1. Lakukan rawat luka dengan
luka post pembedahan prinsip menjada kesterilan.
2. Lakukan tindakan cuci tangan
sebelum tindakan aseptik.
3. Kolaborasi pemberian antibiotic.
4. KIE keluarga pasien untuk selalu
menjaga kebersihan area
perawatan pasien.
Nyeri berhubungan dengan proses 4. Mengidentifikasi skala nyeri pasien.
penyembuhan luka post pembedahan
5. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Kolaborasi dengan obat-obatan
farmakologis untuk meredakan nyeri.

Anda mungkin juga menyukai