Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik
Stase KMB (Keperawatan Medikal Bedah)
DisusunOleh: Romadi NIM.SN181146
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2018 ANALISIS SINTESIS TINDAKAN KOMPRES HANGAT PADA Tn. A DI RUANG CEMPAKA RS DKT SLAMET RIYADI
Hari/Tanggal : Selasa, 06 /11/2018
Jam : 19.00 WIB
1. Keluhan utama: Pasien mengatakan demam
2. Diagnosa medis: Demam thypoid 3. Diagnosa keperawatan: Hipertermi bd penyakit 4. Data yaang mendukung diagnosa keperawatan a. Data subjektif: Pasien mengatakan demam b. Data obyektif: Kulit pasien teraba hangat, Suhu 380C. 5. Dasar pemikiran Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. (Simanjuntak, 2009) Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam, 2005) Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007) 6. Prinsip tindakan keperawatan Tindakaninidilakukan agar menurunkan suhu tubuh pasien ke rentang yang normal: a. Persiapan alat 1) Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan 2) Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai 3) Kasa perban atau kain segitiga 4) Pengalas 5) Sarung tangan bersih di tempatnya 6) Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%) 7) Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan 8) Pinset anatomi 2 buah 9) Korentang b. Prosedur 1) Mendekatkan alat-alat kedekat klien 2) Memperhatikan privacy klien 3) Mencuci tangan 4) Mengatur posisi klien yang nyaman 5) Memasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres 6) Memakai sarung tangan lalu membuka balutan perban bila diperban. Kemudian, membuang bekas balutan ke dalam bengkok kosong 7) Mengambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu memasukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat. 8) Kemudian mengambil kasa tersebut, lalu membentangkan dan meletakkan pada area yang akan dikompres 9) Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga 10) Melakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan kompres tiap 5 menit 11) Melepaskan sarung tangan 12) Mengatur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman 13) Membereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali 14) Mencuci tangan 15) Mendokumentasikan tindakan ini beserta responnya 7. Analisa tindakan Kompres air hangat pada pasien dengan Demam thypoid di bagian aksila sangat berpengaruh terhadap menurunan suhu tubuh. Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. Lingkungan luar yang hangat akan membuat tubuh menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas sehingga akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga mempermudah pengluaran panas dari tubuh. Pelaksanaan kompres sebagai salah satu tindakan mandiri untuk menangani demam masih sering di abaikan oleh pasien dan keluarga(Ayu, Irwanti, dan Mulyanti, 2015). Menurut Aden (2010) pemberian kompres hangat pada daerah aksila akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus di rangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai keringat dan fasodilatasi ferifer. Perubahan ukuran pembuluh darah di atur oleh pusat fasemotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi fasodilatasi. Terjadinya fasodilatasi ini menyebabkan pembuangan atau kehilangan energy atau panas melalu kulit meningkat (berkeringat), dan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. 8. Bahaya dilakukannya tindakan Pemberian kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel epitel, menyebabkan kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi kelepuhan. 9. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan a. Mengkaji TTV b. Menganjurkan pemenuhan kebutuhan cairan c. Kolaborasi pemberian antipiretik 10. Hasil yang didapat setelah dilakukan tindakan: S: Pasien mengatakan sudah tidak demam O: Kulit tidak tampak kemerahan, Suhu :kulit tidak tampak kemerahan, suhu:6,70C A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi 11. Evaluasi diri Kesenjangan yang di dapatkan adalah saat melakukan kompres hangat yaitu menggunakan handuk hangat. 12. Daftar pustaka Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C., 2013, Nursing interventions classification (NIC), sxth edition, Missouri: Elsevier Mosby
EnyIndaAyu, WindaIrwanti, Mulyanti, (2015). Kompres Air Hangatpada
Daerah AksiladanDahiTerhadapPenurunanSuhuTubuhpadaPasienDemam di PKU MuhammadiyahKutoarjo. Journal Ners and Journal Ners Midwifery Indonesia, Vol. 3, No. 1, 10-14 Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi11 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC. Pujiarto (2018). Gambaran Penerapan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Tifoid Di Ruang Nuri Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 Wardiyah, A, Setiawati, Romayati, U, (2016). Perbandingan Eektifitas Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol 10, No 1, 36-44 Widoyono. (2008) Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga