DEFINISI
A. Asesmen pasien adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sistematis dan
terencana untuk mendapatkan informasi, menganalisis, mengidentifikasi dan
menatalaksana keadaan yang membawa seorang pasien datang untuk berobat ke rumah
sakit. Proses ini berlangsung sejak dari fase pre-rumah sakit hingga manajemen pasien di
rumah sakit.
B. Asesmen pasien gawat darurat adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja,
sistematis dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang individu yang datang
ke rumah sakit sesegera mungkin untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa,
melakukan intervensi secepat mungkin dan menatalaksana cedera yang tidak mengancam
nyawa serta manajemen transfer di Instalasi Gawat Darurat
C. Asesmen pasien rawat jalan adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sistematis
dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang individu yang datang ke rumah
sakit untuk mendapatkan pelayanan medis dengan tujuan untuk memperoleh pengamatan,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan
individu tersebut untuk dirawat inap.
D. Asesmen pasien rawat inap adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sistematis
dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang individu yang datang ke rumah
sakit untuk mendapatkan pelayanan medis dengan tujuan untuk memperoleh pengamatan,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya dimana keseluruhan
proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pasien harus tinggal untuk
jangka waktu tertentu di ruangan dalam rumah sakit.
E. Asesmen tempat kejadian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh paramedis saat tiba di
tempat kejadian.
F. Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan tulang
belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
G. Asesmen segera-kasus trauma : dilakukan terhadap pasien yang mengalami cedera
signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang berpotensi mengancam nyawa. Perkirakan
juga derajat keparahan cedera, tentukan metode transfer dan pertimbangkan Bantuan Hidup
Lanjut.
H. Yang dimaksud dengan cedera signifikan adalah tabrakan motor; tabrakan mobil-pejalan
kaki; penetrasi pada kepala, dada, atau perut; terjatuh melebihi jarak 6 meter (dewasa) dan
3 meter (anak).
1
Panduan Asesmen Pasien
I. Asesemen segera-kasus medis : dilakukan terhadap pasien yang tidak sadar, delirium, atau
disorientasi; berupa identifikasi segera kondisi yang berpotensi mengancam nyawa.
J. Asesmen terfokus-kasus trauma : dilakukan terhadap pasien yang tidak mengalami cedera
signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang dapat mengancam nyawa.
Berfokus pada keluhan utama pasien.
K. Asesmen terfokus-kasus medis : dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki orientasi baik,
dan tidak mempunyai kondisi yang mengancam nyawa. Berfokus pada keluhan utama
pasien.
L. Asesmen secara menyeluruh : hanya dilakukan jika terdapat jeda waktu di tempat kejadian
saat menunggu ambulans tiba atau pada saat transfer ke rumah sakit / ruang rawat inap.
Pemeriksaan dilakukan dari kepala-kaki untuk mengidentifikasi masalah yang tidak
mengancam nyawa yang dimiliki oleh pasien.
M. Asesmen berkelanjutan : dilakukan selama transfer atau perawatan terhadap semua pasien,
untuk mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa
perburukan/perbaikan kondisi.
N. Asesmen pediatrik adalah pengkajian yang dilakukan terhadap pasien anak-anak.
O. Asesmen neurologis adalah pengkajian yang dilakukan untuk kasus cedera kepala atau
gangguan neurologis dengan berfokus kepada pemeriksaan status kesadaran.
P. Asesmen gizi adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi pasien.
Q. Asesmen nyeri adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui dan mengukur rasa
nyeri yang dialami oleh pasien.
R. Asesmen fungsional, termasuk di dalamnya asesmen resiko jatuh adalah pengkajian
terhadap kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-sehari dan mengidentifikasi
resiko kemungkinan jatuh pasien.
S. Asesmen psikologis dan sosial ekonomi awal adalah pengkajian terhadap status psikologis
pasien (apakah pasien cemas, depresi, ketakutan atau berpotensial agresif, menyakiti diri
sendiri atau orang lain) dan pengkajian terhadap status sosial ekonomi yang bisa
mempengaruhi keadaan pasien.
2
Panduan Asesmen Pasien
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Asesmen Rumah Sakit Islam “Sultan Hadlirin” Jepara meliputi :
3
Panduan Asesmen Pasien
BAB III
TATALAKSANA
A. JENIS-JENIS ASESMEN
2. ASESMEN AWAL
Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi
yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan
tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
Asesmen awal harus dilakukan pada saat kontak pertama dengan pasien. Asesmen
awal hendaknya dilakukan dengan cepat dan hanya memerlukan waktu beberapa detik
hingga satu menit. Asesmen awal yang cepat dan tepat akan menghasilkan diagnosa awal
yang dapat digunakan untuk menentukan penanganan yang diperlukan oleh pasien.
Asesmen awal dan diagnosa awal menentukan apakah pasien membutuhkan
pelayanan segera-gawat darurat (label merah), sedang-gawat tidak darurat (label kuning),
ringan–darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak darurat (label hijau). Selain itu, asesmen
awal dapat membantu menentukan apakah kondisi pasien kritis, tidak stabil, berpotensi
tidak stabil atau stabil.
5
Panduan Asesmen Pasien
Asesmen awal dapat membantu menentukan apakah pasien membutuhkan pelayanan
kesehatan gawat darurat, rawat jalan ataupun rawat inap. Sehingga dengan adanya asesmen
awal ini, pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat dilakukan secara optimal.
Panduan pelaksanaan asesmen awal adalah sebagai berikut :
a. Keadaan umum:
1) Identifikasi keluhan utama / mekanisme cedera
2) Tentukan status kesadaran (dengan Glasgow Coma Scale-GCS) dan orientasi
3) Temukan dan atasi kondisi yang mengancam nyawa
Untuk pasien geriatri : Dementia pada geriatri dapat mempersulit pengkajian status
kesadarannya. Untuk informasi yang lebih akurat dapat ditanyakan kepada keluarga
atau pengasuh sehari-hari.
b. Jalan napas:
1) Pastikan patensi jalan napas (head tilt dan chin-lift pada pasien kasus medik, dan
jaw thrust pada pasien trauma).
2) Fiksasi leher dan tulang belakang pada pasien dengan risiko cedera spinal
3) Identifikasi adanya tanda sumbatan jalan napas (muntah, perdarahan, gigi
patah/hilang, trauma wajah)
4) Gunakan oropharyngeal airway (OPA) / nasopharyngeal airway (NPA) jika perlu.
c. Pernapasan:
1) Nilai ventilasi dan oksigenasi
2) Buka baju dan observasi pergerakan dinding dada; nilai kecepatan dan kedalaman
napas
3) Nilai ulang status kesadaran
4) Berikan intervensi jika ventilasi dan atau oksigenasi tidak adekuat (pernapasan <
12x/menit), berupa: oksigen tambahan, kantung pernapasan (bag-valve mask),
intubasi setelah ventilasi inisial (jika perlu). Jangan menunda defibrilasi (jika
diperlukan).
5) Identifikasi dan atasi masalah pernapasan lainnya yang mengancam nyawa
d. Sirkulasi:
1) Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-Paru (RJP) jika diperlukan
a) Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis
b) Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan arteri karotis
c) Untuk pasien usia ≤ 1 tahun, nilai arteri brakialis
6
Panduan Asesmen Pasien
2) Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan langsung
(direct pressure) dengan kassa bersih.
3) Palpasi arteri radialis : nilai kualitas (lemah/kuat), kecepatan denyut (lambat,
normal, cepat), teratur atau tidak.
4) Identifikasi tanda hipoperfusi / hipoksia (capillary refill, warna kulit, nilai ulang
status kesadaran). Atasi hipoperfusi yang terjadi.
Untuk pasien geriatri : Pada pasien geriatri seringkali dijumpai denyut nadi yang
irreguler. Hal ini jarang sekali berbahaya. Akan tetapi frekuensi nadi, baik itu takikardi
(terlalu cepat) maupun bradikardi (terlalu lambat) dapat mengancam nyawa.
e. Identifikasi prioritas pasien: Segera - Gawat Darurat (label merah), Sedang - Gawat
Tidak Darurat (label kuning), Ringan – Darurat Tidak Gawat, Tidak Gawat Tidak
Darurat (label hijau)
1) Pada pasien trauma yang mempunyai mekanisme cedera signifikan, lakukan
asesmen segera dan terfokus kasus trauma dan imobilisasi spinal.
2) Pada pasien medis yang tidak sadar, lakukan asesmen segera dan terfokus kasus
medis
b. Kasus trauma : dilakukan pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar, yang
mengalami mekanisme cedera signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang
mengancam nyawa.
1) Imobilisasi spinal dengan collar-neck
2) Nilai status kesadaran dengan GCS
3) Nilai ventilasi dan oksigenasi
4) Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan punggung
belakang; menggunakan DCAP-BTLS:
a) D = deformitas
b) C = contusions – kontusio / krepitasi
c) A = abrasi
d) P = penetrasi / gerakan paradoks
e) B = burns – luka bakar
f) T = tenderness – nyeri
g) L = laserasi
h) S = swelling – bengkak
5) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
6) Nilai SAMPLE
7) Inisiasi intervensi yang sesuai
8) Transfer sesegera mungkin
9) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
10) Lakukan asesmen berkelanjutan
c. Asesmen terfokus : dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien yang tidak
mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan utama pasien dan
pemeriksaan fisik terkait.
1) Kasus Medis
a) Asesmen berfokus pada keluhan utama
b) Telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas, penjalaran nyeri,
derajat keparahan, durasi)
8
Panduan Asesmen Pasien
c) Nilai SAMPLE
d) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
e) Inisiasi intervensi yang sesuai
f) Transfer sesegera mungkin
g) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
h) Lakukan asesmen berkelanjutan
2) Trauma
1) Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami cedera dengan
menggunakan DCAP-BTLS
2) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
3) Nilai SAMPLE
4) Inisiasi intervensi yang sesuai
5) Transfer sesegera mungkin
6) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
7) Lakukan asesmen berkelanjutan
9
Panduan Asesmen Pasien
3) Perintahkan pasien untuk menarik napas dalam; inspeksi adanya nyeri,
kesimetrisan, keluarnya udara dari luka.
4) Auskultasi: ronki, mengi (wheezing), penurunan suara napas pokok.
e. Abdomen:
1) Inspeksi: luka, hematoma, distensi
2) Palpasi semua kuadran: nyeri, defans muscular
f. Pelvis dan genitourinarius:
1) Palpasi dan tekan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS) secara bersamaan
untuk menilai adanya nyeri, instabilitas, atau krepitasi
2) Inspeksi dan palpasi: inkontinensia, priapismus, darah di meatus uretra
3) Palpasi denyut arteri femoralis
g. Anggota gerak:
1) Inspeksi: angulasi, penonjolan tulang abnormal (protrusion), simetris
2) Palpasi: nyeri, krepitasi
3) Nilai nadi distal : intensitas (kuat/lemah), teratur, kecepatan (lambat, normal,
cepat)
4) Nilai sensasi (saraf sensorik)
5) Nilai adanya kelemahan / parese (jika tidak ada kecurigaan fraktur): perintahkan
pasien untuk meremas tangan pemeriksa
6) Nilai pergerakan anggota gerak (jika tidak ada kecurigaan fraktur)
h. Punggung:
1) Imobilisasi jika ada kecurigaan cedera tulang belakang.
2) Palpasi: luka, fraktur, nyeri
3) Nilai ulang fungsi motorik dan sensorik pasien
5. ASESMEN BERKELANJUTAN
Merupakan bagian dari asesmen ulang. Dilakukan pada semua pasien saat transfer ke
rumah sakit atau selama dirawat di rumah sakit.
a. Tujuan:
1) Menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin membutuhkan
intervensi tambahan
2) Mengevaluasi efektifitas intervensi sebelumnya
3) Menilai ulang temuan klinis sebelumnya
b. Pada pasien stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit
c. Pada pasien tidak stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit
1) Nilai ulang status kesadaran
2) Pertahankan patensi jalan napas
10
Panduan Asesmen Pasien
4) Pantau kecepatan dan kualitas pernapasan
5) Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi
6) Pantau warna dan suhu kulit
7) Nilai ulang dan catat tanda vital
a. Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien
b. Periksa intervensi:
1) Pastikan pemberian oksigen adekuat
2) Manajemen perdarahan
3) Pastikan intervensi lainnya adekuat
6. ASESMEN PEDIATRIK
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak sering tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara verbal.
Amati adanya pergerakan spontan pasien terhadap area tertentu yang dilindungi.
3) Circulation (Sirkulasi) : Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 2 detik, nadi
cepat dan lemah.
a) Hentikan perdarahan
b) Berikan oksigen
c) Jaga anak tetap hangat
Bila tidak gizi buruk : Pasang infus dan berikan cairan secepatnya. Bila akses iv
perifer tidak berhasil, pasang intraoseus atau jugularis eksterna
Bila gizi buruk : Bila lemah atau tidak sadar, berikan glukosa iv dan pasang infus
serta berikan cairan. Bila tidak lemah atau tidak sadar (tidak yakin syok), berikan
glukosa oral atau per NGT. Lanjutkan segera untuk pemeriksaan dan terapi
selanjutnya.
Consciousness : Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)?
Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
i. Bila kejang, berikan diazepam rectal.
ii. Posisikan anak tidak sadar
iii. Berikan glukosa iv
Untuk pasien anak-anak :
Frekuensi nadi pada pasien anak-anak normalnya lebih cepat dibandingkan dengan
pasien dewasa.
Pada pasien anak-anak, harus dilakukan pemeriksaan capillary refilling time.
Biasanya kurang dari 2 detik. Pada bayi dan anak-anak, mekanisme kompensasi saat
kehilangan cairan masih bisa berjalan dengan sangat baik sehingga terkadang bayi
dan anak-anak bisa saja menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang masih stabil.
12
Panduan Asesmen Pasien
Akan tetapi, shock bisa terjadi dengan cepat secara tiba-tiba. Oleh karena itu,
pemeriksaan capillary refilling time bisa sangat membantu untuk mengkaji lebih
cepat keadaan sirkulasi bayi dan anak-anak.
4) Dehydration (Dehidrasi) : Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah,
mata cekung, turgor menurun)
Bila tidak gizi buruk : pasang infus dan berikan cairan secepatnya. Terapi diarenya.
Bila gizi buruk : jangan pasang infus (bila tanpa syok /tidak yakin syok). Lanjutkan
segera untuk pemeriksaan dan terapi definitif
Asesmen pediatrik dengan tanda proritas
Anak ini perlu segera mendapatkan pemeriksaan dan penanganan (konsep 4T3PR
MOB)
Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut dengan segera. Bila ada trauma atau masalah bedah lain, segera
cari pertolongan bedah.
13
Panduan Asesmen Pasien
2) ubun-ubun besar (jika masih terbuka): cekung atau menonjol
c. Wajah:
1) pupil: ukuran, kesimetrisan, refleks cahaya
2) hidrasi: air mata, kelembaban mukosa mulut
d. Leher: kaku kuduk
e. Dada:
1) stridor, retraksi sela iga, peningkatan usaha napas
2) auskultasi: suara napas meningkat/menurun, simetris kiri dan kanan, ronki,
mengi (wheezing); bunyi jantung: regular, kecepatan, murmur
f. Abdomen: distensi, kaku, nyeri, hematoma
g. Anggota gerak:
1) nadi brakialis
2) tanda trauma
3) tonus otot, pergerakan simetris
4) suhu dan warna kulit, capillary refill
5) nyeri, gerakan terbatas akibat nyeri
h. Pemeriksaan neurologis
7. ASESMEN NEUROLOGIS
a. Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis.
b. Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau kondisi
pasien selanjutnya
c. Tahapan asesmen berupa:
1) Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan, keteraturan, usaha
napas)
2) Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
3) Pergerakan: apakah keempat ekstremitas bergerak simetris
4) Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera spinal)
5) Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS): secara akurat
menggambarkan fungsi serebri.
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadarannya baik dapat memfokuskan
pandangan mata dan mengikuti gerakan tangan pemeriksa, merespons terhadap stimulus
yang diberikan, memiliki tonus otot normal dan tangisan normal.
14
Panduan Asesmen Pasien
Glasgow Coma Scale Dewasa
Tidak merespons 1
15
Panduan Asesmen Pasien
Glasgow Coma Scale Anak
8. ASESMEN NUTRISI
Kaji status gizi pasien dengan metode skrining, sebagai berikut :
a. Menanyakan identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin )
b. Menanyakan riwayat penyakit pasien :
1) Penyakit sekarang, penyakit yang pernah di derita
2) Hamil ; berat badan menyimpang dari normal
3) Anorexia
4) Mual, muntah
5) Keadaan yang memerlukan penambahan/pengurangan zat gizi tertentu, seperti ;
kanker, mal absorbs, diare
16
Panduan Asesmen Pasien
c. Menanyakan riwayat gizi pasien :
1) Gangguan mengunyah /menelan, nafsu makan
2) Sering jajan/makan di luar rumah
3) Intake makanan
4) Berdiet yang memungkinkan terjadinya defisiensi gizi, seperti ; makan cair lebih dari
3 hari, berdiet ketat
d. Tanyakan riwayat sosial pasien ( pendidikan, pekerjaan, penghasilan )
e. Antropometri :
1) Status nutrisi pada dewasa dapat dinilai dengan cara :
a) Ukur tinggi badan dengan alat pengukur tinggi badan
b) Timbang berat badan dengan timbangan berat badan
c) Hitung berat badan ideal
BB Ideal ( Kg ) = ( Tinggi Badan dalam cm – 100 – 10 % ) atau
BB Relatif ( % ) = BB x 100 %
( TB-100 )
IMT = Berat Badan ( kg )
Tinggi Badan ( m² )
d) Nilai status gizi
i. BB Ideal
> 20 %, Obesitas
> 11 %, Over Weight
9 – 11 %, Ideal
7 – 9 %, Under Weight
< 7 %, Severe Under Weight
ii. BB Relatif
>120 %, Obesitas
>110 %, Over Weight
90 – 110, Normal
<90, Under Weight
iii. IMT
>27, Obesitas
>25 – 27, Over Weight
>18,5 – 25, Normal
17 – 18,5, Under Weight
<17, Severe Under Weight
17
Panduan Asesmen Pasien
Pengukuran alternative
Jika tinggi badan dan berat badan tidak diketahui, untuk memperkirakan IMT, dapat
menggunakan pengukuran lingkar lengan atas ( LLA )
Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90o terhadap siku, dengan lengan atas
paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion) dengan siku
(olekranon). Tandai titik tengahnya.
Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas di
titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat
iv. Pada anak – anak : pertumbuhan di bawah atau di atas normal di lihat dari
standar PB/BB/umur dan BB/umur
e) Menanyakan riwayat obat yang sering digunakan :
- Penurun tekanan darah
- Vitamin dan mineral
f) Menayakan data laboratorium ( Hb, GDS, SGOT, SGPT )
f. Bila telah diidentifikasi adanya masalah gizi, dan memerlukan assesmen lebih
mendalam/lanjut untuk mengidentifikasikan pasien yang membutuhkan intervensi
nutrisional maka perlu dikonsulkan atau di rujuk ke ahli gizi.
g. Ahli gizi malakukan terapi gizi/ asuhan gizi
9. ASESMEN NYERI
Nyeri Merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi
untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Dan bersifat subyektif dimana individu mempelajari
apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka, yang dimulai
dari awal masa kehidupannya.
18
Panduan Asesmen Pasien
Asesmen nyeri dilakukan kepada setiap pasien baik di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Rawat Jalan maupun Instalasi Rawat Inap.
Tatalaksana asesmen nyeri :
a. Perawat atau dokter melakukan asesmen awal mengenai nyeri terhadap semua pasien yang
datang kebagian IGD, poliklinik, ataupun pasien rawat inap.
b. Asesmen nyeri menggunakan NRS (Numerical Rating Scale)
1) Indikasi : digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia >7 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
2) Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
0. Tidak ada nyeri.
1. Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan
2. Nyeri seperti melilit atau terpukul.
3. Nyeri seperti perih atau mules.
4. Nyeri seperti kram atau kaku
5. Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
6. Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
7,8,9. Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas
yang bisa dilakukan.
10. Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh pasien.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19
Panduan Asesmen Pasien
d. Metode NRS dan VAS tidak dapat digunakan untuk semua pasien karena skala tersebut
tidak efektif pada pasien yang memiliki gangguan kognitif atau motorik, pasien yang tidak
responsif, anak usia muda, pasien umur tua. Untuk pasien-pasien tersebut bisa digunakan
skala nyeri Wong Baker Faces Pain Scale.
e. Asesmen nyeri menggunakan WONG BAKER FACES PAIN SCALE (gambar wajah
tersenyum – cemberut – menangis)
1) Indikasi: Digunakan pada pasien 3-7 tahun , pasien dewasa yang tidak kooperatif ,
pasien manula, pasien lemah , pasien dengan gangguan konsentrasi, pasien nyeri
hebat, pasien kritis .
2) Instruksi: Perawat menilai intensitas nyeri pasien dengan cara melihat mimik wajah
dan diberi score antara 0-10.
0 2 4 6 8 10
20
Panduan Asesmen Pasien
SCORE
KATEGORI
0 1 2
Ekspresi wajah Ekspresi wajah, Sering meringis,
WAJAH normal kadang meringis menggertakkan gigi
menahan sakit menahan sakit
ANGGOTA Posisi anggota Anggota gerak bawah Anggota gerak bawah
GERAK gerak bawah (lower ekstremitas) (lower ekstremitas)
BAWAH (lower ekstremits) kaku, gelisah menendang - nendang
(LOWER normal atau rileks
EXTREMITAS)
Berbaring tenang, Gelisah, berguling- Kaku, gerakan abnormal
AKTIVITAS posisi normal, guling (posisi tubuh melengkung
gerakan normal atau gerakan menyentak)
Tidak menangis Mengerang atau Menangis terus-menerus,
(tenang) merengek, kadang- menjerit, sering kali
MENANGIS kadang mengeluh mengeluh
21
Panduan Asesmen Pasien
Menangis
0 : Tidak menangis atau menangis dengan nada tinggi (melengking)
2. : Menangis dengan nada tinggi namun bayi mudah ditenangkan
3. : Menangis dengan nada tinggi tetapi bayi tidak dapat ditenangkan
Ekspresi Wajah
0 : Tidak ada ekspresi wajah meringis
1 : Wajah meringis
2 : Wajah meringis, menangis tanpa bersuara
Tidur
0 : Bayi tidur nyenyak
1 : Bayi kadang terbangun
2 : Bayi seringkali terbangun
TOTAL SCORE
h. Setelah selesai menentukan score intensitas nyeri, lanjutkan dengan menentukan tipe nyeri
apakah termasuk nyeri ringan, sedang, berat atau sangat berat.
1) Perawat menanyakan mengenai faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
kepada pasien.
2) Tanyakan juga mengenai deskripsi nyeri :
a) Lokasi nyeri.
b) Kualitas dan atau penjalaran/penyebaran.
c) Onset, durasi, dan faktor pemicu.
d) Riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektifitasnya.
e) Efek nyeri terhadap aktivitas sehari – hari.
22
Panduan Asesmen Pasien
f) Obat- obatan yang dikonsumsi pasien.
3) Pada pasien dalam pengaruh obat anastesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen
dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi
tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
4) Asesmen ulang nyeri : dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam
dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
a) Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan pemeriksaan
fisik pada pasien.
b) Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri,
setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun), pasien yang menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pulang dari rumah
sakit.
c) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat – obat intravena.
d) Pada nyeri akut lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah pemberian
obat.
24
Panduan Asesmen Pasien
ASESMEN RESIKO JATUH MENGGUNAKAN ‘SKALA MORSE’
Kategori:
Resiko tinggi = ≥ 45
Resiko sedang = 25 – 44
Resiko rendah = 0 – 24
25
Panduan Asesmen Pasien
PETUNJUK PENGGUNAAN ASESMEN RESIKO JATUH MORSE
Riwayat jatuh :
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat kejadian jatuh
fisiologis dalam 12 bulan terakhir ini seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan, berikan skor 25.
Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
Diagnosis sekunder :
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan skor 0.
Alat bantu :
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika pasien menggunakan
tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0.
Status mental :
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan. Jika
pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen
pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.
26
Panduan Asesmen Pasien
b. Asesmen Ulang
1) Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang Resiko Jatuh setiap 2 kali sehari,
saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian
jatuh pada pasien.
2) Penilaian resiko jatuh akan diperbaharui sesuai dengan hasil asesmen ulang.
3) Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke resiko rendah, diperlukan skor <
25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut
c. Tatalaksana
1) Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
a) Pastikan posisi pagar pengaman tempat tidur terpasang dengan baik pada
pasien yang ditransfer dengan brancard/tempat tidur
b) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
c) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan
tempat tidur tepasang dengan baik
d) Pastikan ruangan rapi, jalur ke kamar kecil bebas hambatan dan terang
e) Pastikan bel tempat tidur berfungsi dan dalam jangkauan pasien. Memanggil
petugas dengan bel.
f) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, air minum,
kacamata)
g) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
h) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
i) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih
dan berfungsi)
j) Pantau efek obat-obatan
k) Anjurkan kepada pasien memakai alas kaki anti selip.
l) Amati lingkungan yang berpotensi tidak aman dan segera laporkan untuk
perbaikan.
m) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
n) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
2) Kategori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal
berikut ini.
a) Beri tulisan di depan kamar pasien ‘Pencegahan Jatuh’
b) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di
pergelangan tangan pasien
c) Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot setiap 2 jam (saat
pasien bangun), dan secara periodik (saat malam hari)
d) Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
27
Panduan Asesmen Pasien
e) Pasang aling-aling di kedua sisi pagar pengaman tempat tidur
f) Lakukan restrain (untuk pasien dengan kondisi gelisah dan tidak koperatif)
g) Nilai kebutuhan akan:
i. Fisioterapi dan terapi okupasi
ii. Alarm tempat tidur
iii. Tempat tidur rendah (khusus)
iv. Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station)
28
Panduan Asesmen Pasien
N Pertanyaan Sko Penilai
o r an
1 Dapatkah anda melakukan pekerjaan rumah tangga..
Tanpa bantuan (dapat membersihkan lantai, dan lain- 2
lain)?
Dengan bantuan (dapat melakukan pekerjaan ringan 1
tetapi membutuhkan bantuan untuk pekerjaan berat)?
Atau tidak mampu melakukan sama sekali? 0
2 Dapatkah anda melakukan perjalanan jauh..
Tanpa bantuan (dapat mengemudi sendiri, bepergian 2
sendiri dengan bus atau taksi
Dengan bantuan (membutuhkan bantuan seseorang atau 1
ditemani saat bepergian)
Atau tidak mampu melakukan sama sekali kecuali dalam 0
keadaan emergensi dengan pengaturan khusus seperti
menggunakan ambulans
3 Dapatkah anda pergi berbelanja kebutuhan rumah tangga
atau pakaian..
Tanpa bantuan (dapat berbelanja seluruh keperluan 2
sendiri)
Dengan bantuan (membutuhkan seseorang untuk 1
menemani berbelanja)
Atau tidak mampu berbelanja sama sekali 0
4 Dapatkan anda minum obat sendiri..
Tanpa bantuan (dengan dosis yang tepat dan waktu yang 2
tepat)
Dengan bantuan (mampu minum obat sendiri jika ada 1
seseorang yang menyiapkan dan/atau mengingatkan
anda untuk minum obat)
Atau tidak mampu minum obat sendiri sama sekali 0
5 Dapatkah anda mengelola keuangan anda sendiri..
Tanpa bantuan (bayar tagihan, menghitung uang, dan 2
lain-lain)
Dengan bantuan (mampu mengurus keuangan sehari-hari 1
tetapi membutuhkan seseorang untuk membayar tagihan
dan urusan keuangan yang lebih berat)
Tidak mampu mengurus keuangan sama sekali 0
29
Panduan Asesmen Pasien
Tidak perlu menanyakan 2 pertanyaan berikut ini jika pasien mendapat skor 2
pada semua pertanyaan diatas (dapat melakukan semua aktifitas diatas tanpa
bantuan). Pada pasien yang mendapatkan skor 2 untuk semua hal diatas maka
berikan penilaian angka 9 untuk menunjukkan bahwa anda tidak menanyakan 2
pertanyaan dibawah ini.
6 Dapatkah anda berjalan..
Tanpa bantuan (atau dengan tongkat dan sejenisnya) 2
Dengan bantuan dari seseorang atau dengan penggunaan 1
walker, atau crutchesdan lainnya
Atau tidak mampu berjalan sama sekali 0
7 Dapatkan anda mandi..
Tanpa bantuan 2
Dengan bantuan (membutuhkan bantuan seseorang 1
untuk pergi ke kamar mandi)
Atau tidak mampu mandi sendiri sama sekali 0
Catatan :
1) Jika tidak dapat dijawab, skor X
2) Beri penilaian berdasarkan apa yang mereka mampu lakukan sekarang. Dalam
mengkaji kemampuan, perhitungkan bukan hanya fungsi secara fisik saja tetapi juga
fungsi kognitif (seperti masalah yang ditimbulkan karena dementia atau
ketidakmampuan intelektual) dan perilaku (seperti perilaku agresif yang tidak dapat
diprediksi).
3) Pada pasien yang hanya bisa menyelesaikan suatu pekerjaan secara verbal saja tidak
bole dianggap mandiri (hanya diberikan skor 1).
4) Dalam memberikan penilaian terhadap hal yang irrelevant (sebagai contoh tidak ada
toko yang dekat atau tidak sedang mengkonsumsi obat), berikan penilaian sesuai
kemampuan mereka jika hal-hal tersebut terjadi pada mereka.
Nomor 6 (berjalan). Pasien yang menggunakan kursi roda diberi skor 1 jika mereka bisa
menggunakannya secara mandiri atau skor 0 jika tidak mampu mandiri.
30
Panduan Asesmen Pasien
No Pertanyaan Penilaian
skor
8 Apakah pasien mempunyai masalah dengan daya ingat atau
kebingungan?
Tidak – skor 2
Ya – skor 0
9 Apakah pasien mempunyai masalah dengan prilaku seperti
agresif, melamun atau gelisah?
Tidak – skor 2
Ya – skor 0
e. Sesuai dengan hasil penilaian maka pasien akan dirujuk ke Rehabilitasi Medis untuk
mendapatkan asesmen lanjutan terhadap fungsi :
5) Domestik
Jika pasien hanya dapat melakukan kurang dari 3 aktifitas tanpa bantuan dari
orang lain (Lihat terutama pada pertanyaan no. 1 sampai no. 5. Hitung jumlah
pertanyaan yang mendapat skor 2 yaitu jumlah aktifitas yang dapat dilakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain.
6) Self care
Jika pasien mendapat skor < 2 pada pertanyaan no. 6 (mobilitas) atau no.7
(mandi)
7) Kognitif
Jika :
a) Pasien mendapat skor < 2 pada pertanyaan no. 4 (minum obat) atau no. 5
(pengaturan keuangan) dan telah dipastikan bahwa pasien tidak
mempunyai cacat fisik atau masalah dengan bahasa yang bisa
mempengaruhi jawaban atas pertanyaan ini.
b) Pasien mendapat skor 0 pada pertanyaan no. 8
8) Perilaku
Jika :
a) Pasien mendapat skor < 2 pada pertanyaan no. 4 (minum obat) atau no. 5
(pengaturan keuangan) dan telah dipastikan bahwa pasien tidak
mempunyai cacat fisik atau masalah dengan bahasa yang bisa
mempengaruhi jawaban atas pertanyaan ini.
b) Pasien mendapatkan skor 0 pada pertanyaan no. 9
32
Panduan Asesmen Pasien
15. ASESMEN KEPERAWATAN
Untuk asesmen keperawatan, dapat dilihat dalam panduan asuhan keperawatan
tersendiri
33
Panduan Asesmen Pasien
7) Asesmen ulang harus didokumentasikan di dalam rekam medis dalam bentuk
SOAP (Subyektif, Objektif,Asesmen,Planing).
Subjektif (S) : berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang
diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain, atau yang merawat. Jenis
informasi dalam bagian ini meliputi :
a) Keluhan / gejala – gejala atau alasan utama pasien datang kerumah sakit,
menggunakan kata- katanya sendiri ( keluhan utama ).
b) Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat
penyakit saat ini ).
c) Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau ).
d) Riwayat pengobatan ,termasuk kepatuhan dan efek samping ( dari
pasien,bukan dari profil obat yang terkomputerisasi ).
e) Alergi.
f) Riwayat sosial dan / atau keluarga
g) Tinjauan / ulasan system organ.
35
Panduan Asesmen Pasien
Prosedur dan pedoman asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Islam “Sultan
Hadlirin” Jepara adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien rawat jalan harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian
pelayanan kesehatan.
b. Dokter melakukan asesmen awal dan menentukan apakah pasien bisa dilayani di
Instalasi Rawat Jalan atau seharusnya mendapatkan pelayanan segera di Instalasi
Gawat Darurat. Pasien yang harus mendapatkan pelayanan segera ditransfer ke
Instalasi Gawat Darurat.
c. Dokter melakukan asesmen terfokus kasus medis atau trauma sesuai dengan
kondisi pasien.
d. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan atau meminta pasien untuk
menceritakan keluhan yang dirasakan sehingga membuat pasien datang untuk berobat.
Dokter menambahkan atau memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan keluhan pasien sehingga keluhan pasien menjadi lebih lengkap dan terperinci.
e. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat alergi atau
pemakaian obat sebelumnya.
f. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital : kesadaran, tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan suhu badan serta berat badan, terutama untuk
pasien anak-anak. Apabila perawat atau dokter meragukan hasil pemeriksaan yang
dilakukan maka dokter akan melakukan sendiri pemeriksaannya.
g. Dokter melakukan asesmen menyeluruh dan terarah sesuai dengan keluhan pasien.
h. Perawat mengkaji status nyeri dan status psikologis pada setiap pasien rawat jalan.
Pengkajian status nyeri dilakukan berdasarkan asesmen status nyeri yang telah
ditetapkan.
i. Apabila diperlukan, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang
baik laboratorium atau radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti patalogi
anatomi dan lain-lain untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit pasien secara
lebih pasti.
j. Dokter membuat kesimpulan dari semua informasi yang diperoleh selama proses
rawat jalan berupa diagnosa sementara dan differensial diagnosa.
k. Dokter memberikan pengobatan dan/atau rencana pelayananan selanjutnya seperti
rawat inap, konsultasi spesialisasi lain atau tindakan lainnya. Untuk rawat inap, pasien
dan keluarga diarahkan ke prosedur pasien rawat inap. Konsultasi spesialisasi harus
dilakukan secara tertulis melalui lembaran konsultasi dan hasil konsultasi dicatat
dalam rekam medis.
l. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan tindakan medis (informed consent)
dari pasien atau keluarga pasien.
36
Panduan Asesmen Pasien
m. Semua informasi diatas wajib diperoleh dari pasien dan/atau keluarga pasien dan harus
dicatat secara lengkap dan terperinci dalam status rawat jalan dan didokumentasikan
dalam buku rekam medis.
n. Untuk pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi ditambahkan odontogram dalam
rekam medisnya.
38
Panduan Asesmen Pasien
h. Perawat melakukan asesmen keperawatan sesuai dengan pedoman dan panduan
yang telah ditetapkan.
i. Perawat melakukan asesmen nyeri dan asesmen jatuh pada setiap pasien rawat
inap sesuai dengan pedoman dan panduan yang ada.
j. Pengkajian ulang pasien dilakukan sesuai dengan perubahan kondisi pasien yang
bisa terjadi secara tiba-tiba. Setiap perubahan dan perkembangan dari kondisi
pasien harus diketahui dan dilaporkan kepada DPJP.
k. Setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien harus mendapat persetujuan dari
pasien atau keluarga/penanggung jawab. Tindakan dilakukan setelah adanya
persetujuan (informed consent).
l. Seluruh informasi yang diperoleh dan tindakan pengobatan serta pelayanan yang
diberikan kepada pasien harus didokumentasikan secara terintegrasi dalam rekam
medis dan dapat diakses sewaktu-waktu apabila diperlukan.
m. DPJP membuat resume medis berupa ringkasan dari seluruh pelayanan kesehatan
yang telah diberikan selama perawatan saat pemulangan pasien.
n. Untuk pelayanan kesehatan gigi ditambahkan odontogram dalam rekam medisnya.
39
Panduan Asesmen Pasien
Isi minimal asesmen pasien rawat inap Rumah Sakit Islam “Sultan Hadlirin” Jepara
mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau aleri
obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta
e. Penilaian skala nyeri dan manajemennya
f. Penilaian resiko jatuh dan manajemennya
g. Diagnosis
h. Rencana penatalaksanaan dan rencana pulang (discharge plan)
i. Pengobatan dan/atau tindakan
j. Catatan observasi klinis yang terintegrasi dan hasil pengobatan
k. Ringkasan pulang (discharge summary)
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (informasi mengenai
penyakit, edukasi kepada pasien dan keluarga)
m. Persetujuan tindakan bila diperlukan
n. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
o. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
41
Panduan Asesmen Pasien
BAB IV
DOKUMENTASI
42
Panduan Asesmen Pasien
DAFTAR PUSTAKA
Lucas Country Emergency Medical Services. Tab 600: pre-hospitalpatient assessment. Oleh
:Toledo; 2010.
San Mateo Country EMS Agency. Patient assesment, routine medicalcare, primary
and secondary survey; 2009.
National Instute of Health warren Grant Magnuson Clinical Center,Pain intensity instruments:
numeric rating scale; 2003
Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakovich P, Nursing assesment, plain ofcare, and patient
education: the foundation of patient care. USA:HCPro, Inc; 2006
43
Panduan Asesmen Pasien