Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan


pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejalanya terutama
adalah muntah, dehidrasi dan diare. Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari, dengan atau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak pada orang yang sebelumnya sehat.1

Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian di dunia.


Perkiraan terdahulu menempatkan diare sebagai penyebab kematian lima teratas di
dunia yang sering terjadi pada anak-anak. Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal
meliputi bakteri, virus, parasit, toksin, dan obat. Penyebab utama yang paling umum
adalah virus dan bakteri. Virus dan bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan
dan air yang telah terkontaminasi. Dalam 50% kasus diare, tidak ditemukan penyebab
yang spesifik. Virus menjadi penyebab kasus kematian dengan persentasi yang
signifikan pada semua umur. 1,2

Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena gastroenteritis adalah
karena penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang tidak memenuhi sehingga
memungkinkan penyebaran agen penginfeksi, dan/ atau kondisi fisiologis seperti
malnutrisi yang menebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi. 1,2

Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita membunuh 5 sampai
8 juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak dibawah
umur. Setidaknya 50% kasus gastroenteritis yang penyebarannya melalui makanan
disebabkan karena infeksi norovirus. Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan
oleh rotavirus. 1,2

1
BAB II
LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

STATUS PASIEN KASUS


Nama Mahasiswa : Luzelia M.S Saldanha Pembimbing : dr. Harmon, SpA
NIM : 030.10.163 Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. KJ Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 tahun Suku Bangsa : Betawi
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 28 Maret 2013 Agama : Islam
Alamat : Jl. Panca Warga II No.10, RT 06 RW 02, Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur
Pendidikan :-
Orang tua / Wali
Ayah Ibu
Nama Tn. S Ny. R
Umur 33 tahun 33 tahun
Alamat Jl. Panca Warga II No.10, RT Jl. Panca Warga II No.10, RT 06
06 RW 02, Cipinang Besar RW 02, Cipinang Besar Selatan,
Selatan, Jatinegara, Jakarta Jatinegara, Jakarta Timur
Timur
Pekerjaan Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga
Penghasilan Rp 3500000 -
Pendidikan Tamat SMA Tamat SMA
Suku Betawi Betawi
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung

2
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. R (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 512
Tanggal / waktu : 28 Maret 2015 pukul 11.00 WIB
Tanggal masuk : 28 Maret 2015 pukul 05.10 WIB (di IGD)
Keluhan utama : muntah sejak 1 hari SMRS
Keluhan tambahan : mencret, lemas, dan nyeri perut

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh kedua orang tuanya dengan
keluhan muntah-muntah sejak 1 hari SMRS. Muntah dengan frekuensi ± 5 kali dalam
sehari, muntah beri makanan, tidak ada warna kemerahan (darah), tidak ada warna
kehijauan, sekali muntah banyaknya ± 1 gelas aqua. Ibu pasien mengatakan setiap
kali diberi makan atau minum pasien muntah. Selain muntah pasien juga mengalami
mencret, dengan frekuensi BAB 5x dalam sehari, konsistensi encer, warna coklat,
tidak terdapat darah, terdapat lendir dan berbau busuk seperti telur busuk, sekali BAB
banyaknya kurang lebih setengah gelas aqua. Kata ibu pasien anak terlihat kesakitan
dan memegang perutnya terutama saat BAB. Semenjak muntah-muntah dan mencret
ini anak terlihat lemas serta makin rewel dan keinginan untuk minum bertambah,
makin banyak dan sering minum. Demam disangkal. Batuk dan pilek disangkal.
Sebelum keluhan ini pasien tidak memakan makan jenis baru atau susu merk baru,
makanan yang dimakan sebelum sakit adalah nasi dan lauk berupa tahu dan tempe.
Riwayat alergi terhadap makanan atau minuman di sangkal. Sebelum sakit pasien
tidak minum obat apapun. Belum berobat atau minum obat apapun untuk mengatasi
keluhan. Di IGD pasien BAB 4x.
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan Tidak ada. Anemia (-), HT (-), DM (-),
KEHAMILAN
penyakit jantung (-), penyakit paru (-),

3
infeksi (-)
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke puskesmas 1x setiap
bulan dan saat menginjak usia tujuh bulan
dilakukan 2x setiap bulan, sudah
melakukan imunisasi TT 2x
Tempat persalinan Puskesmas
Penolong persalinan Bidan
Spontan
Cara persalinan
Penyulit : -
Masa gestasi Cukup Bulan (39 minggu)
Berat lahir : 3800 gram
KELAHIRAN Keadaan bayi
Panjang lahir : 50 cm
Lingkar kepala : ibu tidak tahu
Langsung menangis (+)
Kemerahan (+)
Nilai APGAR : (ibu tidak tahu)
Kelainan bawaan : -
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : pasien lahir secara pervaginam,
spontan dengan penyulit tidak ada, cukup bulan dan tidak ada kelainan bawaan.

C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 9 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Ibu lupa (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Ibu lupa (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : Umur 18 bulan (Normal: 12-18 bulan)

4
Pengucapan kata : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : tidak terdapat


kertelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan pasien, baik sesuai usia.
D. RIWAYAT MAKANAN
Umur Buah /
ASI/PASI Bubur Susu Nasi Tim
(bulan) Biskuit

0–2 ASI - - -

2–4 ASI - - -

4–6 ASI - - -

7–8 ASI + Susu formula + + -

8 – 10 ASI + Susu formula + + -

10 -12 ASI + Susu formula + + +

12-24 Susu formula + + +

Umur diatas 1 Tahun


Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi / Pengganti Nasi/bubur 3x/hari, sekali makan ½-1piring

Sayur 2-3x/minggu

Daging 2x/minggu

Telur 4x/minggu

Ikan 2x/minggu

Tahu 4x/ minggu

5
Tempe 4x/ minggu

Susu (merk / takaran) Susu dancow 2-3 kali/hari

Lain – lain Biskuit/ roti/ buah 1x/ hari.

Kesulitan makanan : Tidak ada


Kesimpulan riwayat makanan: Pasien mendapat ASI secara eksklusif. Asupan
makanan pasien sehari-hari cukup baik.

E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )

BCG 2 bulan - -

DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Polio 0 bulan 2 bulan 6 bulan

Campak - - 9 bulan

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar lengkap dan sesuai jadwal. Tidak
dilakukan imunisasi tambahan.

F. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
Tanggal lahir Jenis Lahir Mati Keterangan
No Hidup Abortus
(umur) kelamin mati (sebab) kesehatan
kakak pasien
1. 20 -11-2006 Laki-laki + - - -
(Sehat)
kakak Pasien
2. 3-5-2008 Laki-laki + - - -
(Sehat)

6
3. 28 Maret 2013 Laki-laki + - - - Pasien (Sakit)

b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. S Ny. R
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 23 tahun 23 tahun
Pendidikan terakhir Tamat SMA Tamat SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi Betawi
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -

c. Riwayat Penyakit Keluarga : Pada anggota keluarga pasien, tidak ada yang
menderita gejala atau penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien.
d. Riwayat Kebiasaan Keluarga : Pada anggota keluarga pasien tidak ada yang
memiliki kebiasaan merokok, pada keluarga terdapat kebiasaan makan menggunakan
tangan.

Kesimpulan Riwayat Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala
dan penyakit yang serupa dengan pasien.

G. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur


Penyakit
Alergi (-) Difteria (-) (-)
jantung
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)

7
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain: - (-)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah


mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN


Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya serta kedua kakaknya di rumah yang
terletak di perkampungan. Lingkungan sekitar rumah padat, tetapi ventilasi dan
pencahayaan baik. sumber air minum dari air sumur, sumber air minum dari air
galon. Rumah tidak dekat tempat pembuangan sampah, sampah dibuang setiap hari.
Rumah berlantai 1 dengan lantai dari keramik.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Lingkungan rumah padat.

J. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI

Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai karyawan dengan penghasilan


Rp.3.500.000,-/bulan. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu untuk masalah kesehatan, pasien
memiliki BPJS kesehatan.

Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup umtuk memenuhi kebutuhan pokok.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 28 Maret 2015 jam 11.00 WIB)


STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Gizi baik

8
Keadaan lain : Pucat (-), ikterik (-), sesak (-), sianosis (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 10,1 kg
Tinggi Badan : 83 cm
Lingkar Kepala : 47 cm
Lingkar Lengan Atas : 15 cm

Status Gizi
BB/U = 10,1/12,8 x 100% = 78,9% (gizi kurang)
TB/U = 83/87 x 100% = 95% (tinggi normal)
BB/TB = 10,1/11,8 x 100% = 85,5% (Gizi kurang)
Status gizi diatas berdasarkan kurva CDC 2000, pasien termasuk dalam kategori
gizi kurang. Dari ketiga parameter yang digunakan diatas didapatkan gizi kurang
untuk parameter BB/U dan BB/TB, sedangkan untuk parameter TB/U didapatkan
tinggi normal.
Tanda Vital

Tekanan Darah: (Tidak dilakukan)


Nadi : 100 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas : 33 x / menit, teratur, tipe abdomino-thoracal
Suhu : 37.3°C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
STATUS GENERALIS
KEPALA : Normosefali, ubun-ubun sudah menutup, ubun-ubun tidak cekung
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
MATA :

Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-


Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjungtiva anemis : -/- Cekung : +/+

9
Exophthalmus : -/- Enophtalmus : -/-
Strabismus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

TELINGA :
Bentuk : normotia Nyeri tarik aurikula : -/-
Nyeri tekan tragus : -/- Liang telinga :lapang
Membran timpani : sulit dinilai Serumen : -/-
Refleks cahaya : sulit dinilai Cairan : -/-
Ruam merah : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/- Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/- Konka : eutrofi

Mulut : mukosa bibir berwarna merah muda, kering (+), sianosis (-), pucat (-),
Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, hiperemis (-), lidah kotor (-).

TENGGOROKAN : dinding posterior faring tidak hiperemis, uvula terletak di


tengah, ukuran tonsil T1/T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, tidak ada detritus
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak tampak
dan tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea tampak dan
teraba di tengah.
THORAKS :
 Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra

10
Perkusi : (Tidak dilakukan karena anak menangis melawan/ tidak
kooperatif)
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-) , gallop (-)
 Paru
Inspeksi : bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
bagian yang tertinggal saat bernapas, pernafasan abdomino-thoracal , pada
sela iga tidak terlihat adanya retraksi, pembesaran KGB aksila -/-, ruam
merah pada dinding dada (-)
Palpasi : benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal
fremitus sama kuat kanan dan kiri.
Perkusi : (Tidak dilakukan karena anak menangis melawan/ tidak
kooperatif).
Auskultasi : suara napas vesikuler, regular, ronkhi -/-, wheezing -/-

ABDOMEN :
 Inspeksi : perut cembung, warna kulit sawo matang, ruam merah (-), kulit
keriput (-), umbilicus normal, gerak dinding perut saat pernapasan simetris,
gerakan peristaltik (-)
 Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 4x / menit
 Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut
 Palpasi : supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium, turgor kulit kembali lambat,
hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar.

GENITALIA : jenis kelamin laki-laki ,tidak ditemukan adanya kelainan, tanda


radang (-), ulkus (-), sekret (-), fissure ani (-), pada sekitar anus tampak kemerahan.

KELENJAR GETAH BENING:

11
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar

EKSTREMITAS :
Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki,
serta sikap badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat
ekstremitas, sianosis (-), edema (-), capillary refill time < 2 detik.

Kanan Kiri
Ekstremitas atas
Tonus otot Normotonus Normotonus
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan otot Tidak dilakukan karena Tidak dilakukan karena
anak belum bisa mengikuti anak belum bisa mengikuti
perintah perintah
Ekstremitas bawah
Tonus otot Normotonus Normotonus
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan otot Tidak dilakukan karena Tidak dilakukan karena
anak belum bisa mengikuti anak belum bisa mengikuti
perintah perintah

12
STATUS NEUROLOGIS

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Biseps + +

Triceps + +

Patella + +

Achiles + +

Refleks Patologis Kanan Kiri

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

Rangsang meningeal

Kaku kuduk -

Kanan Kiri

Kerniq - -

Laseq - -

Brudzinski I - -

Brudzinski II - -

13
Saraf cranialis
- N. I (Olfaktorius)
Tidak dilakukan pemeriksaan
- N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)
Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
- N. III, IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)
Gerakan bola mata baik ke segala arah
- N. V (Trigeminus)
Tidak dilakukan pemeriksaan
- N. VII (Facialis)
Wajah simetris
Motorik: dapat menutup mata sempurna
Sensorik: tidak diperiksa
- N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)
Tidak diperiksa
- N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Tidak ada gangguan menelan, uvula terletak di tengah, arkus faring simetris
- N. XI (Aksesorius)
Tidak dilakukan pemeriksaan
- N. XII (Hipoglosus)
Lidah dapat dijulurkan, tidak ada deviasi.

PUNGGUNG : tulang belakang bentuk normal, tidak terdapat deviasi, massa (-),
ruam/ efloresensi (-), gibbus (-), nyeri tekan (-)

KULIT : warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit
kembali lambat (menurun), lembab, capillary refill time < 2 detik

14
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Lab. Dari IGD pada tanggal 28 Maret 2015 jam 07.16 WIB)

Hematologi Hasil Nilai Normal

Leukosit 16500 ribu/ μL(↓) 5.5 – 15.5

Eritrosit 5,7 jt/ μL 3.6 – 5.2

Hemoglobin 14,8 g/ dL 10.8 – 12.8

Hematokrit 43 % 35 – 43

Trombosit 578ribu / μL (↓) 217 – 497

MCV 76,0 fL 73 – 101

MCH 26,0 pg 23 – 31

MCHC 34,2 g/dL 26 – 34

RDW 15,4 % <14

Kimia Klinik Hasil Nilai Normal

Metabolisme Karbohirat
Gula Darah Sewaktu 117 mg/dl 33-111 mg/dl

Elektrolit Serum Hasil Nilai Normal

Natrium 142 mmol/L 135-155 mmol/L

Kalium 4,3 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L

Clorida 109 mmol/L 98-109 mmol/L

15
IV. RESUME

Pasien anak laki-laki usia 2 tahun, datang dengan keluhan muntah – muntah
disertai mencret. Muntah tiap kali makan dan minum dan terdapat nyeri perut
terutama saat BAB. Tidak ada demam, tidak ada batuk pilek, tidak ada alergi
terhadap makanan dan minuman. Pasien tampak lemas serta sering dan banyak
minum setelah keluhan timbul. Sebelum sakit tidak ada riwayat ganti merk susu
maupun makan makanan jenis baru.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang, compos
mentis, nadi masih dalam batas normal (100x/menit), laju napas normal (33x/menit)
dan suhu subfebris (37,3˚C). Dari status gizi ditemukan bahwa pasien termasuk
dalam kategori gizi kurang menurut kurva CDC. Status generalis dalam normal
kecuali mata tampak cekung, bibir kering, turgor kulit menurun dan nyeri tekan
epigastrium serta daerah sekitar anus tampak kemerahan.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya leukositosis dan
trombositosis.

V. DIAGNOSIS BANDING

- Gastroenteritis akut et causa bakteri dengan dehidrasi derajat sedang


- Gastroenteritis akut dengan et causa virus dehidrasi derajat sedang

VI. DIAGNOSIS KERJA


 Gastroenteritis akut et cause bakteri dengan dehidrasi derajat sedang

 Gizi Kurang

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

 Pemeriksaan Feses

16
 Hematologi ulang

VIII. PENATALAKSANAAN

 Non medika Mentosa


1. Tirah baring
2. Diet lunak minus sayur
3. Banyak minum (1-2 liter/hari)
4. Komunikasi, informasi, dan edukasi orang tua pasien tentang penyakit
pasien
5. Observasi tanda-tanda vital
6. Konsul ahli gizi
 Medika Mentosa

- IVFD Asering 5 cc/kgBB/jam


- Domperidon 3 x ½ cth (po) sebelum makan
- Probiokid 1x1 bungkus (po)
- zinkid 1x 20 mg (po) bila muntah tunda dulu

IX. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Ad Bonam
- Ad Functionam : Ad Bonam

- Ad Sanationam : dubia ad Bonam

FOLLOW-UP

17
Tanggal S O A P
30/3/15 - Muntah 1x, - TSS, CM - GEA - Tirah Baring
Perawatan berisi - TV : dengan - Diet makanan
hari 3 makanan - Nadi: 100x/m dehidrasi lunak minus
BB 9,9 kg - BAB 6x, - RR: 33x/m sedang sayur
M: 2190 encer, warna - Suhu: 38,10C - Gizi - IVFD Asering
cc hijau, ampas - Kepala : normosefali kurang 5cc/kgBB/jam
U: 1650 (+), berbau - Mata : Tampak - Domperidon
cc + 6x busuk. cekung +/+, CA -/-, 3x2,5mg
bercampur - Demam (+) SI -/- (3x1/2 cth)
BAB sejak semalam - Mulut: Bibir kering (po) sebelum
hingga (+) makan
sekarang - Leher : KGB ttm - Probiokid 1x1
- Anak tampak - Thorax : bungkus
lemas Paru: SN vesikuler, - Zinkid 1x20
- Anak sering rh -/-, wh -/-, mg (po)
minum seperti Jantung: BJ I-II ditunda bila
kehausan reguler, m (-), g (-) muntah
- Abd : BU (+) - Parasetamol
4x/menit, NT syrup 3x120
epigastrium (+), mg (3x1 cth)
Hepar dan lien tidak (po) k/p
teraba membesar, - Pantau
turgor kulit kembali keadaan umum
lambat dan Tanda
- Extremitas : akral vital
hangat ++/++ - Pantau balance
- CRT <3 detik cairan

18
31/3/15 - Muntah (-) - TSS, CM - GEA - Tirah Baring
Perawatan - BAB 3x, - TV : dengan - Diet makanan
hari 4 encer, warna - Nadi: 100x/m dehidrasi lunak minus
BB 9,7 kg hijau, ampas - RR: 30x/m sedang sayur
M: 1650 (+), berbau - Suhu: 36˚C - Gizi - IVFD Asering
cc busuk, - Kepala : normosefali kurang 5cc/kgBB/jam
U: 2440 konsistensi - Mata : Tampak - Cefixime 2x50
cc + 1870 lebih kental cekung +/+, CA -/-, mg (po)
cc dari kemarin SI -/- - Domperidon
bercampur - Demam (-) - Mulut: Bibir kering 3x2,5mg
BAB sejak semalam (+) (3x1/2 cth)
hingga - Leher : KGB ttm (po) sebelum
sekarang - Thorax : makan
- Anak tampak Paru: SN vesikuler, - Probiokid 1x1
lemas rh -/-, wh -/-, bungkus
- Anak sering Jantung: BJ I-II - Zinkid 1x20
minum seperti reguler, m (-), g (-) mg (po)
kehausan - Abd : BU (+) ditunda bila
- BAK banyak 4x/menit, NT muntah
epigastrium (+), - Parasetamol
Hepar dan lien tidak syrup 3x120
teraba membesar, mg (3x1 cth)
turgor kulit kembali (po) k/p
lambat - Pantau
- Extremitas : akral keadaan umum
hangat ++/++ dan Tanda
- CRT <3 detik vital
- Pantau balance

19
cairan

1/4/15 - Muntah (-) - TSS, CM - GEA - Tirah Baring


Perawatan - BAB 2x, - TV : dengan - Diet makanan
hari 5 sudah agak - Nadi: 100x/m dehidrasi lunak minus
BB 9,7 kg padat - RR: 35x/m sedang sayur
M: 4000 - Demam hilang - Suhu: 38,2˚C - Gizi - IVFD Asering
cc timbul - Kepala : normosefali kurang 5cc/kgBB/jam
U: 4190 - Anak tampak - Mata : Tampak - Cefixime 2x50
cc lemas cekung +/+, CA -/-, mg (po)
- Anak sering SI -/- - Domperidon
minum seperti - Mulut: Bibir kering 3x2,5mg
kehausan (-) (3x1/2 cth)
- BAK banyak - Leher : KGB ttm (po) sebelum
- Thorax : makan
Paru: SN vesikuler, - Probiokid 1x1
rh -/-, wh -/-, bungkus
Jantung: BJ I-II - Zinkid 1x20
reguler, m (-), g (-) mg (po)
- Abd : BU (+) ditunda bila
2x/menit, NT(-), muntah
Hepar dan lien tidak - Parasetamol
teraba membesar, syrup 3x120
turgor kulit kembali mg (3x1 cth)
lambat (po) k/p
- Extremitas : akral - Pantau
hangat ++/++ keadaan umum
- CRT <3 detik dan Tanda
vital

20
- Pantau balance
cairan

FOLLOW UP LABORATORIUM
PEMERIKSAAN FESES 28 Maret 2015 jam 21.57 WIB

Jenis pemeriksaan Normal nilai rujukan hasil

Feses rutin

Makroskopik

Warna Hijau Coklat

Konsistensi Lunak Lunak

Lendir Positif Negatif

Darah Negatif Negatif

Mikroskopik

Leukosit Positif Negatif

Eritrosit Negatif Negatif

Amoeba coli Negatif Negatif

Amoeba Histolitika Negatif Negatif

Telur Cacing Negatif Negatif

Pencernaan

Lemak Negatif Negatif

Amilum Negatif Negatif

Serat Negatif Negatif

21
Ragi Negatif Negatif

Lab. Hematologi Lengkap tgl 1 April 2015


Pemeriksaan Normal Hasil

Leukosit 5.500- 15.500/uL 10600

Eritrosit 3,8 – 5 juta/mm3 5,3 juta

Hemoglobin (Hb) 10,8 – 15,5 g/dL 13,3

Hematokrit (Ht) 35 – 43% 38

Trombosit 229.000-497.000/mm3 472000

LED 0-10 mm//jam 5

MCV 73 – 101 Fl 71,1

MCH 23-31 pg 25,1

MCHC 26-34 g/dL 35,3

RDW <14 % 12,8

Different count

- Basofil 0-1% 1
- Eusinofil 1-5% 0
- Netrofil batang 3-6% 2
- Netrofil segmen 25-60% 46
- Limfosit 25-50% 43

- Monosit 1-6% 8

22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan


gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan
suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB
dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250
gram. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah
yang melebihi 4 kali) dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau
lendir.1,3

Gastroenteritis juga dikenal dengan gastro, gastric flu, atau stomach flu, akan
tetapi tidak ada hubungannya dengan influenza. Keluhan yang biasa dilaporkan pada
penderita gastroenteritis bervariasi dari sakit ringan di perut selama satu atau dua hari
sampai menderita muntah dan diare selama beberapa hari atau lebih lama.
Gastroenteritis adalah infolamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan
oleh beberapa varian enteropatogen yang luas, yaitu bakteri, virus, dan parasit.
Manifestasi klinik tergantung pada respon penderita terhadap infeksi yaitu infeksi
asimptomatik, diare, diare dengan darah, diare kronik, dan manifestasi ekstrainternal
dari infeksi.

A. Definisi.

Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari Bahasa Yunani
yaitu “diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Terdapat beberapa pendapat tentang definisi
penyakit diare. Menurut Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan
abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia,
diare atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal.
Menurut WHO diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih

23
menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi berak. Ibu-ibu
biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka biasanya mengatakan
bahwa berak anaknya encer atau cair. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP,
diare adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari).1

B. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.1-4
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per
1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar
280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan
balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3
dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2.5 Diare pada anak merupakan
penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat
pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3
juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.

C. Etiologi

Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
adalah non-inflamatory dan inflammatory.1

24
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.1,6

Tabel 1. Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN


PARASIT
Aeromonas Astrovirus Balantidiom coli
Bacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)Blastocystis homonis
Canpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium
parvum
Clostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolytica
Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia
Eschercia coli Norwalk virus Isospora belli
Plesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides
stercoralis
Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica

Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun

25
Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan
umur7

Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak
antara lain:

Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak


Kesulitan makanan Neoplasma
 Neuroblastoma
 Phaeochromocytoma
 Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis Lain-lain:

26
 Malrotasi  Infeksi non gastrointestinal
 Penyakit Hirchsprung  Alergi susu sapi
 Short Bowel Syndrome  Penyakit Crohn
 Atrofi mikrovilli  Defisiensi imun
 Stricture  Colitis ulserosa
 Ganguan motilitas usus
 Pellagra
Malabsorbsi Keracunan makanan
 Defesiensi disakaridase  logam berat
 Malabsorbsi glukosa dan  Mushrooms
galaktosa
 Cystic fibrosis
 Cholestosis
 Penyakit celiac
Endokrinopati
 Thyrotoksikosis
 Penyakit Addison
 Sindroma Androgenital

D. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare


osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi
karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi
oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan
menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c
AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan
diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol

27
otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta
hipertiroid.7,8

E. Manifestasi kinis

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi
ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan
berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.7-9

Derajat Dehidrasi

Keadaan Estimasi
Gejala & Mulut/
Mata Rasa Haus Kulit BB % def.
Tanda Lidah
Umum cairan

Minum
Tanpa Turgor
Baik, Sadar Normal Basah Normal, <5 50 %
Dehidrasi baik
Tidak Haus

Dehidrasi
Gelisah Tampak Turgor 5 – 50–100
Ringan - Cekung Kering
Rewel Kehausan lambat 10 %
Sedang

Sangat
Letargik, Turgor
Dehidrasi cekung Sangat Sulit, tidak
Kesadaran sangat >10 >100 %
Berat dan kering bisa minum
Menurun lambat
kering

28
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu :
dehidrasi hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150 mEg/L)
dan dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi
adalah tipe iso – natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh,
sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis


metabolik dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai
hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah
kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan
kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru
(pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi pemecahan
protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya produksi asam sehingga
menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat dengan
hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.10

Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga


pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga
melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat
pula menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari
hipokalemia, pertama kali pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi
arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus
menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T
yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U. Pada ginjal
kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus dan
menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.7

F. Penatalaksanaan

29
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
efektif diare akut.3,5,6 Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan
yang hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.5,6

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat
menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila
diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau
muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali,
atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral
tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun
sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan
gangguan sirkulasi.3,5,6 Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat
diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk
rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan
dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L.11 Anak yang diare dan tidak
lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.6

Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan


pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan
secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan
setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah
3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare
atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.12

30
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar
yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang
pada anak, yaitu12 :

1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

2. Cairan hipotonik

3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam

4. Realiminasi cepat dengan makanan normal

5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus

6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

7. ASI diteruskan

8. Suplemen dengan CRO ( CRO rumatan )

9. Anti diare tidak diperlukan

Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi
dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma,
pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan
elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan
sebagai berikut 12-16 :

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan
penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya
menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet

31
sebagaimana biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi
cairan diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan /
minuman sebagai biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak
memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat dilanjutkan.17

Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau


tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta
memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang
banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup
laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi
kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia.
Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung
elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang
saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare
dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan
efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.11, 18

Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

Osmolalitas Glukosa Na+ CI-


K+(mEq/L) Basa(mEq/L)
(mOsm/L) (g/L) (mEq/L) (mEq/L)

NaCl 0,9
308 - 154 154 - -
%

NaCl 0,45 428 50 77 77 - -

32
%+D5

NaCl
0,225%+D 253 50 38,5 38,5 - -
5

Riger
273 - 130 109 4 Laktat 28
Laktat

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

Standard
311 111 90 80 20 Citrat 10
WHO-ORS

Reduced
osmalarity 245 70 75 65 20 Citrat 10
WHO-ORS

EPSGAN
recommen 213 60 60 70 20 Citrat 3
dation

33
Komposisi elektrolit pada diare akut:6

Komposisi rata-rata elektrolit


mmol/L
Macam

Na K Cl HCO3

Diare Kolera
140 13 104 44
Dewasa

Diare Kolera Balita 101 27 92 32

Diare Non Kolera


56 26 55 14
Balita

Mengobati kausa Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji
klinis.18 Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa,
tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin,
neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan
menyebabkan malabsorpsi.1,3 Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting).12 Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya
kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus
(Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya
sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.15

34
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi
sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.

Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi diare pada anak3,6,15,18

Kolera :

Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)

Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella :

Trimetroprim 5-10mg/kg/hari

Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)

Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

Amebiasis:

Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)

Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)
(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis :

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Antisekretorik - Antidiare

Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano Heredia, Lima,Peru,


melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang merupakan
enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup
efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak

35
mengganggu motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan
bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila
dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama
juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas
masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan melibatkan
sampel yang lebih besar.19,20

Probiotik

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang


menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,
diarrhea. 19,20

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana


diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus
aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan
lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari
ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.14,20
Pemberian Suplementasi Zink

36
Pemberian zink di awal diare dan selama 10 hari ke depan secara signifikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Zink termasuk mikronitrien yang
mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yan optimal. Cara kerja zink dalam
menanggulangi diare ada beberapa efek dan juga masih diteliti.
Zinc diketahui mempunyai peran penting pada enzim metalloproteinase,
poliribosom, dan membran sel, dan fungsi seluler, yang juga dipercaya memainkan
peran sentral dalam pertumbuhan seluler dan fungsi sistem imun. Walaupun teori
dasar tentang potensi zinc dipostulasikan untuk beberapa waktu,dan meyakinkan
bukti pada kesehatan anak yang hanya meyakinkan bukti tentang arti penting zinc
pada kesehatan anak yang diteliti baru-baru ini, dari percobaan-percobaan kontrol
acak suplementasi zinc.Banyak studi telah menunjukkan suplementasi zinc (10-20
mg/hari sampai diare berhenti)mengurangi keparahan dan durasi dari anak diare
dibawah usia 5(lima) tahun secara signifikan. Studi tambahan menunjukkan dengan
pemberian zinc jangka pendek (10-20 mg/hari untuk 10-14 hari) mengurangi kejadian
diare untuk 2-3 bulan ke depan. Berdasarkan studi ini, saat ini dianjurkan pemberian
suplemen zinc diberikan dosis: < 6 bulan = 10 mg/hari, > 6 bulan = 20 mg/hari
selama 10-14 hari

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,
terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan
dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi
yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan
terjadinya diare kronik.21-23 Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding)
secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare
akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada
umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan

37
oleh Lama more RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu
formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena
nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel
epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang
direkomendasikan meliputi tajin ( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum (
beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan dengan
kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat memperburuk diare seperti minuman
kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena
karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita
yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi
laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe
yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan
pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam
waktu 2 – 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik.

Menanggulangi Penyakit Penyerta

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain.
Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang
ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara
lain : infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi
sistemik lain (sepsis,campak), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.18

38
BAB IV

ANALISIS KASUS

1. Analisis Anamnesis
Pasien anak laki-laki usia 2 tahun, datang dengan keluhan muntah – muntah
disertai mencret. Muntah tiap kali makan dan minum dan terdapat nyeri perut
terutama saat BAB. Tidak ada demam, tidak ada batuk pilek, tidak ada alergi
terhadap makanan dan minuman. Pasien tampak lemas serta sering dan banyak
minum setelah keluhan timbul. Sebelum sakit tidak ada riwayat ganti merk susu
maupun makan makanan jenis baru.
Dari anamnesis ditemukan beberapa masalah yaitu BAB cair, muntah, nyeri
perut dan lemas. Dari masalah tersebut dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa pasien
sedang mengalami gastroenteritis akut.
BAB cair yang dialami oleh pasien disebut sebagai diare akut. Diare akut adalah
buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah, dengan atau tanpa
muntah, dan berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Pasien saat ini
berusia 2 tahun. Berdasarkan epidemiologi umur, sebagian besar episode diare terjadi
pada 2 tahun pertama kehidupan.
Muntah pada diare merupakan indikasi terhadap peradangan gastrointestinal
akibat dari sinyal aferan vagal ke central pattern generator yang dipicu oleh pelepasan
lokal mediator inflamasi dari mukosa yang rusak dengan pelepasan sekunder
neurotransmitters eksitasi yang paling penting adalah serotonin dari sel
entrochromaffin mukosa. Muntah pada diare adalah simptom yang non spesifik akan
tetapi muntah mungkin disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, giardia, dan
Crystosporidium. Muntah juga sering terjadi pada noninflamatory diare. Biasanya

39
penderita tidak panas, hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery
diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena.

2. Analisis Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang, compos
mentis, nadi masih dalam batas normal (100x/menit), laju napas normal (33x/menit)
dan suhu subfebris (37,3˚C). Dari status gizi ditemukan bahwa pasien termasuk
dalam kategori gizi kurang menurut kurva CDC. Status generalis dalam normal
kecuali mata tampak cekung, bibir kering, turgor kulit menurun dan nyeri tekan
epigastrium serta daerah sekitar anus tampak kemerahan.
Berdasarkan tanda vital yang didapatkan, suhu tubuh meningkat dan
didapatkan mata sedikit cekung serta bibir kering. Demam pada diare berdasarkan
literature dapat disebabkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Yang
penting pada kasus diare adalah menilai ada tidaknya tanda – tanda dehidrasi serta
penyebabnya.
Tanda dehidrasi
Tanda-tanda atau gejala dehidrasi akan tampak apabila penderita banyak kehilangan
cairan dan eletrolit akibat diare. Tingkat beratnya atau derajat dehidrasi dapat
ditentukan dengan cara:
 Objektif: membandingkan BB sebelum dan sesudah diare (namun hal ini sulit
untuk dilakukan)
 Subjektif: menggunakan kriteria MMWR 2003, kriteria WHO, skor Maurice
King, dll.
Pada pasien ini berat badan awal masuk ruangan rawat adalah 10,1 kg kemudian pada
hari ke 3 perawatan menjadi 9,9 kg dan pada hari kelima perawatan menjadi 9,7 kg.
3. Analisis Pemeriksaan Penunjang

40
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya leukositosi dan trombositosis pada
hematologi lengkap dan pada pemeriksaan feses ditemukan perubahan warna feses,
yaitu hijau dan ditemukan lendir dan leukosit pada feses.

4. Analisis Diagnosis
GEA virus GEA bakteri
 Diare akut tanpa disertai  Diare yang disertai lendir dan
lendir dan darah darah
 Demam naik secara tiba-tiba  Keluhan abdominal seperti
 Nyeri perut mulas sampai nyeri seperti
 Tanda dehidrasi kolik, mual, muntah, demam
yang naik perlahan, tenesmus
 Gejala dan tanda dehidrasi

Berdasarkan gejala yang telah dikeluhkan pasien, lebih dicurigai pasien ini
mengalami GEA akibat infeksi bakteri.
Skor Maurice King
Bagian tubuh yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Gelisah, cengeng,
Sehat Mengigau, koma
mengantuk, apatis
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun – ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering, membiru
Nadi Kuat < 120x/menit Sedang (120 – 140) > 140
Nilai : 0 - 2 = d. ringan, 3 - 6 = d. sedang, 7 - 12 = d. Berat
Skor Maurice King pada pasien = 4. Ini menunjukan pada anak terdapat tanda
dehidrasi derazat sedang.

41
5. Analisis Penatalaksanaan
Pada pasien diberi IVFD Asering 5 cc/kgBB/jam. WHO menyarankan pada
anak dengan dehidrasi tidak berat (dehidrasi ringan-sedang) diberikan cairan dengan
dosis 75 ml/kgBB dalam 3 jam, dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang
berlangsung sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah. Sudah mendapat
tablet zink sebagai salah satu suplemen yang di anjurkan WHO pada penderita diare,
yang terbukti dapat menurunkan angka kematian pada kasus diare akut. Serta pada
pasien diberikan probiotik untuk mencegah kuman pathogen berkembang dalam usus,
dan domperidon untuk mengurangi keluhan muntah pada pasien. Dan Cefixime yang
adalah antibiotic diberikan atas indikasi di curigai kuman penyebab adalah bakteri
ynag didukung dengan adanya leukositosis dan leukosit pada feses yang positif.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition.


United Stated of Amrica, Lippincot wiliams
2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan (2);Jakarta:2011
3. Cakrawardi, Wahyudin E, Saruddin B. Pola Penggunaan Antibiotik Pada
Gastroenteritis Berdampak Diare Akut Pasien Anak Rawat Anak 2009.
Majalah Farmasi dan Farmakologi (15):2011.p.69-72

4. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

5. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna.


dalam Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

6. WHO. Dierrhoea Treatment Guidelines for Clinic-Based Healthcare


Workers.2005
7. Dwipoerwantoro PG, Hegar B, Witjaksono PAW. Pola Tata laksana Diare
Akut di Beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta; apakah sesuai dengan
protokol WHO? Sari Pediatri(6); Jakarta:2005.p.182-87.
8. Sinthamurniwaty. Faktor-Faktor Risiko Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus
di Kabupaten Semarang). Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro;2006
9. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-
Hepatologi IDAI. 2010:87-110
10. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta: Sagung Seto. 2007:1-24

43
11. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The
Journal of Infectious disease 200: S188-94, 2009.
12. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
13. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology
and Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced
Based Guidelines for Management of Acute Gastroenteritis in Children in
Europe. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 46: S81-
184.2008.
14. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta:
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
15. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the
tight junction barrier, ion transport and inflammation. Dalam
http:www.glut.bmj.com.[diunuduh tanggal 10 Juli 2011].
16. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota.
Jakarta: WHO Indonesia.2009.
17. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
18. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood
Diarrhea and respiratory illness. A merk analisis. Pediatric 2007 ;119:1120.
19. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and
inflammation. Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
20. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-
111
21. Comitte Infection Disease. Prevention of Rotavirus Diseases: Upadated
Guidelines for use of Rotavirus Vaccine. Pediatrics 123,1412,2009.

44
22. Boom et al. Effectiveness of Pentavalent Rotavirus Vaccine in a large Urban
population in The United States. Pediatrics:125e,e199,2010.
23. Purniti dkk. Imunisasi penyakit Enteral dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:122-31

45

Anda mungkin juga menyukai