Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Komunikasi Terhadap Proses Penyembuhan

Pasien

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Radita Dwihaning Putri
(H2A011035)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pengaruh Komunikasi Terhadap Proses Penyembuhan Pasien”. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang, Oktober 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan


salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi
komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat
dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik
kedokteran.
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya
bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan
keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien
merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter, sehingga takut
bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.
Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien
karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan
saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan
kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan
terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan
keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter
dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang
tepat bagi pasien.
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara
sangat diperlukan agar pasien mau menceritakan keluhan yang dialaminya
secara jujur dan jelas. Komunikasi dokter-pasien mampu mempengaruhi
emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan
selanjutnya.
Komunikasi tersebut diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Sebenarnya bila dokter
dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya,
banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan
baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya
kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan
pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter
sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena
yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya.
Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan
masalah kesehatannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mengajukan


rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh komunikasi terhadap proses
penyembuhan pasien?
2. Apakah perbedaan komunikasi terapeutik (komunikasi dokter-
pasien) dengan komunikasi sosial?
3. Apa sajakah faktor yang menghambat terjadinya komunikasi
antara dokter dengan pasien?

C. Manfaat Bagi Masyarakat Akademik

Secara umum manfaat penulisan makalah ini bagi masyarakat


akademik adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan bagi dokter mengenai cara
berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
2. Membantu dokter dalam melakukan komunikasi secara efektif
dengan pasien atau keluarganya, untuk dapat tercapainya
pelayanan medis secara optimal.
3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
pentingnya komunikasi yang dilakukan antara dokter dengan
pasien.

D. Tinjauan Pustaka

1. Dasar-Dasar Komunikasi
Secara umum, definisi komunikasi adalah “Sebuah proses
penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada
orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran
atau informasi”. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn,
1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Sedangkan komunikasi terapeutik sendiri adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994). Sedangkan menurut
Stuart dan Sundeen (1995), komunikasi terapeutik merupakan cara
untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi serta pertukaran perasaan dan pikiran dengan
maksud untuk mempengaruhi orang lain.

2. Elemen-Elemen dalam Model Proses Komunikasi


Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan
untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Sumber (source) atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah
orang yang menyampaikan pemikiran atau informasi yang
dimilikinya. Pengirim pesan bertanggungjawab dalam menerjemahkan
ide atau pemikiran (encoding) menjadi sesuatu yang berarti, dapat
berupa pesan verbal, tulisan, dan atau non verbal, atau kombinasi dari
ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran (channel) yang
sesuai dengan kebutuhan.
Pesan diterima oleh penerima pesan (receiver). Penerima akan
menerjemahkan pesan tersebut (decoding) berdasarkan batasan
pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi
kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang
dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan kemungkinan
hadirnya penghambat (noise). Penghambat dalam pengertian ini bisa
diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau
pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan
apakah pesan telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan
perlu berkonsentrasi agar pesan diterima dengan baik dan memberikan
umpan balik (feedback) kepada pengirim. Umpan balik penting
sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi salah
interpretasi.

E. Metode yang Digunakan


Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode
kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan berbagai macam buku untuk
dijadikan referensi dan sebagian juga megumpulkan materi-materi dasar
dari beberapa situs internet untuk dijadikan literatur.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu


alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang
apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima
pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada
titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan penerima
pesan.

A. Pengaruh Komunikasi
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Sebenarnya bila dokter dapat membangun
hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif
dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa
tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah
untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat
membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih
sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya
ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang
efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga
dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama
pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter,
lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan
efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri
dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan
berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
B. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dengan Komunikasi Sosial
Komunikasi Terapeutik
1. Terjadi antara dokter dengan pasien atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan dan
berfokus kepada pasien yang membutuhkan bantuan.
3. Seorang dokter secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau
memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara
terbuka tentang dirinya. Selain itu, membantu pasien untuk melihat dan
memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.
Komunikasi Sosial
1. Terjadi setiap hari antar orang per orang dalam pergaulan maupun
lingkungan kerja.
2. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.
3. Lebih banyak teradi dalam pekerjaan, aktivitas sosial dan lain-lain.
4. Pembicaraan tidak mempunyai fokus tertentu, tetapi lebih mengarah
pada kebersamaan dan rasa senang.
5. Dapat direncanakan, tetapi dapat juga tidak direncanakan.

C. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi


Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam proses terjadinya
komunikasi adalah sebagai berikut.
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Berbicara tersendat-
sendat dapat menyebabkan pendengar menjadi tidak sabar.
2. Sikap yang kurang tepat. Seorang dokter memberikan promosi
kesehatan sambil duduk diatas meja akan memberikan kesan kurang
baik bagi pendengar.
3. Kurang pengetahuan. Seorang dokter perlu mengetahui tingkat
pengetahuan pasien sehingga dokter dapat berinteraksi dengan baik
dan dapat memberikan asuhan yang tepat kepada pasien.
4. Kurang memahami latar belakang sistem sosial budaya. Bahasa dan
gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
5. Prasangka yang tidak mendasar.
6. Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancar apabila jarak antara
komunikator dan reseptor berjauhan.
7. Tidak ada persamaan persepsi.
8. Alat indera yang mengalami kerusakan atau gangguan.
9. Berbicara yang berlebihan akan mengakibatkan penyimpangan dari
pokok pembicaraan.
10. Emosi. Seorang dokter perlu melakukan pengkajian emosi pasien
dan keluarganya sehingga diharapkan dapat memberikan
pengobatan yang tepat dan optimal. Selain itu, dokter juga perlu
melakukan evaluasi emosiyang ada pada dirinya agar dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak terpengaruh
oleh emosi.
11. Mendominasi pembicaraan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan “Pengaruh Komunikasi Terhadap Proses
Penyembuhan Pasien”, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan komunikasi yang baik, dokter dapat mengetahui kondisi
pasien dan keluarganya yang membuat pasien percaya sepenuhnya
kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses
penyembuhan pasien selanjutnya karena pasien akan merasa tenang
dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan
dokter adalah untuk kepentingan dirinya. Maka timbullah kepercayaan
pasien kepada dokter yang dapat membantu menyelesaikan masalah
kesehatannya.
2. Komunikasi terapeutik (komunikasi dokter-pasien) merupakan
komunikasi yang sangat berbeda dari komunikasi sosial yang biasa
dilakukan oleh masyarakat. Komunikasi terapeutik terjadi antara
dokter dengan pasien atau anggota tenaga kesehatan lainnya, yang
bertujuan mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka mengenai
apa yang menjadi keluhan pasien dengan cara menunjukkan sikap mau
menerima dan mau memahami pasien tersebut.
3. Penerapan teknik berkomunikasi antara dokter dengan pasien
bergantung pada tipe pasien itu sendiri.

B. Saran
Komunikasi antara dokter dengan pasien sangat penting dalam proses
penyembuhan pasien. Maka, seorang dokter harus dapat menguasai ilmu
komunikasi untuk menggali keluhan yang dialami pasien dengan baik
sehingga dapat mempermudah dokter dalam menegakkan diagnosis
penyakit yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik.Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Mulyohadi Ali, Muhammad dan Ieda Poernomo Sigit Sidi (Eds.).2006.
Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Taufik, M, Juliane. 2010. Komunikasi Terapeutik dan Konseling Dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai