Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KERJA KUNJUNGAN LAPANGAN

“Medical Evacuation”
(Klinik Layanan Primer Gili dan KKP)

Oleh:

Kelompok III

Ewaldo Amirullah Hadi H1A013020


Ristania Ellya John H1A013055
Siti Nurul Muharrom H1A013060

Pembimbing:
dr. Chairil Anhar (Klinik Blue Island Gili Trawangan)
Sahudi, Amd. Kep (Puskesmas Pembantu Gili Indah)
dr. Imelda Noviana Paranna (Kantor Kesehatan Pelabuhan)

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN MUATAN LOKAL DOKTER KEPULAUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN

1. Mengetahui fasilitas kesehatan di Mataram yang melaksanakan medical


evacuation (Klinik Layanan Primer Gili, KKP)

2. Mengetahui prosedur untuk melakukan medical evacuation ke luar daerah

3. Menjelaskan prosedur evakuasi ke luar Lombok (KKP, Klinik Layanan


Primer Gili)

4. Mengetahui fasilitas kesehatan di Mataram untuk medical evacuation dan


pelayanan wisatawan mancanegara (Klinik Layanan Primer di Gili, KKP)

2
EVAKUASI MEDIS

Fasilitas Kesehatan Mataram yang Melaksanakan Evakuasi Medis

Beberapa fasilitas kesehatan di Mataram yang melaksanakan medical


evacuation adalah KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan), Klinik Layanan Primer
Gili Indah (Puskesmas Pembantu Gili, dan Puskesmas Nipah), dan Klinik Swasta
Gili Trawangan 1,2.

Prosedur Medical Evacuation pasien keluar daerah

Hal-hal yang harus dipertimbangkan, yaitu 1,3:

- Indikasi merujuk pasien, dalam merujuk pasien keluar daerah harus


berdasarkan atas indikasi, indikasi tersebut dapat karena kondisi medis,
fasilitas dan tenaga ahli.
- Tempat Rujukan yang dituju harus memiliki sarana, fasilitas, atau tenaga
medis yang sesuai dengan kebutuhan pasien yang dirujuk. Selain itu jarak
tempat rujukan harus dipertimbangkan apakah lebih menguntungkan
pasien dibandingkan resiko pasien bila tidak dirujuk.
- Persetujuan medis (inform consent), informasi evakuasi medis/merujuk
pada keluarga atau pasien perlu diberikan serta disetujui dalam melakukan
rujukan. Dalam inform consent diberikan juga informasi tentang indikasi
dan komplikasi yang dapat timbul selama evakuasi/merujuk.
- Transportasi dan tenaga medis, dalam evakuasi/merujuk juga perlu
dipertimbangkan alat transportasi mana yang dapat digunakan dalam
merujuk, serta tenaga medis yang berpengalaman dalam melakukan
evakuasi, karena dalam evakuasi kondisi pasien/korban tidak dapat
dipastikan.
- Biaya juga perlu dipertimbangkan dalam merujuk/evakuasi pasien, pihak
asuransi atau BPJS juga perlu dipertimbangkan dalam hal ini.

3
Persiapan Evakuasi Medis/Merujuk 1:

 Persiapan Alat & Obat


 Persiapan Dokumen
 Persiapan Medical Escort Team
 Persiapan Transportasi
 Persiapan Pasien/Korban
 Persiapan Rumah Sakit Tujuan

4
LEMBAR KERJA KUNJUNGAN LAPANGAN

Klinik Blue Island

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 26 Juni 2018
Jam : 08.30-09.30 WITA

B. Fasilitas Khusus untuk Penanganan Awal dan Evakuasi Medis


1. Obat-obatan
Obat-obatan kegawatdaruratan umum untuk resusitasi jantung
paru dan perbaikan sirkulasi tersedia pada klinik ini, dan diletakan
pada tempat khusus atau on call bag. Contoh obat-obatan gawat
darurat yang tersedia pada klinik (on call bag) ini ialah:
 Epinefrin Ampul 2 ml (1 mg/ ml)
 Dobutamine Ampul 5 ml (50 mg/ml)
 Lidocaine 2% Ampul 2 ml
 Diazepam Ampul 2 ml (5 mg/ ml)

Gambar: Contoh On Call Bag 1


Selain itu, karena pada beberapa waktu sering terjadi serangan
hewan laut seperti bulu babi, telah disediakan juga beberapa sediaan
anti inflamasi topikal dan intravena sebagai penanganan awal, yaitu:
 Na. Metamizole Ampul 2 ml (500 mg/ ml)

5
 Dexamethasone Ampul 1 ml (5 mg/ ml)
 Krim Hidrokortison 2,5 % Tube 10 gr
Untuk penatalaksanaan kecelakaan di laut, telah disediakan
obat-obatan untuk mengobati luka-luka seperti infus NaCl 0,9%,
povidone iodine, alkohol 70%, anestesi lokal (Lidocaine 2% Ampul 2
ml). Secara keseluruhan ketersediaan obat-obatan gawat darurat dan
terkait evakuasi di pesisir pada klinik ini baik. Obat-obatan distok
secara berkala setiap 1 bulan sekali (dari Apotek Blue Island
Mataram), dan biasanya untuk kasus yang sering terjadi disediakan
stok yang lebih banyak. Obat-obatan sederhana untuk penyakit-
penyakit umum (seperti diare, gastritis, mual dan muntah, demam, dll)
juga disediakan.

2. Peralatan
 Peralatan untuk memeriksa tanda vital
 Stetoskop: 2 buah
 Tensimeter: 2 buah (aneroid dan digital)
 Termometer: 3 buah (1 buah raksa dan 2 buah digital)
 Pulse Oximetry: 1 buah

Gambar: stetoskop, tensimeter, termometer, alat suction (dokumentasi

 Peralatan Resusitasi
 Automated External Defibrilation: 1 buah (digantung di
tembok), masih berfungsi dengan baik

6
 Alat bagging: 1 buah (dengan 1 buah masker dewasa, dan 1
buah masker anak)
 Alat suction: 1 buah (masih berfungsi dengan baik, tersedia
selang suction tipe soft sebanyak 1 kotak)
 Pipa orofaring: 2 buah

Gambar: Alat Bagging (Dokumentasi)

Gambar: AED, pulse oximetry (Dokumentasi)


 Penanganan Luka
 Handscoen: non steril ukuran medium tersedia 1 kotak,
steril ukuran 7,5 tersedia 12 bungkus.
 Kasa
 dan Plester: tersedia beberapa bungkus dan rol.
 Alat hecting: terdapat 1 paket alat hecting (disediakan
benang non absorbable dan jarum ukuran 6.0 dan 5.0)
 Pembalut elastis: 3 buah
 Mitela: 2 buah

7
 Peralatan untuk transportasi pasien
 Stretcher portable: memiliki 1 buah, namun belum
dikembalikan oleh fasilitas kesehatan tempat merujuk
ketika membawa pasien ke sana (masih di Puskesmas
Tanjung)
 Stretcher khusus cedera spinal: 1 buah
 Matras air: 1 buah (dipergunakan untuk evakuasi pasien
kecelakaan di laut, sudah jarang dikeluarkan karena berat
dan kasus kecelakaan sudah jarang yang dibawa ke klinik
melainkan langsung dibawa ke Puskesmas Tanjung

Gambar: Stretcher khusus cedera spinal (Dokumentasi)

Gambar: Stretcher portable 1

Gambar: Matras Air 1

8
 Peralatan untuk pemeriksaan laboratorium sederhana
 Alat sentrifugasi: 1 buah, masih bekerja dengan baik
 Alat pemeriksaan darah lengkap otomatis Merk Medonic: 1
buah (bisa cek 16 komponen termasuk darah lengkap, gula
darah, serta fungsi ginjal dan hati)
 Botol sampel darah: tersedia lebih dari 30 botol sampel
bertutup merah dan ungu.
 Spuit: tersedia spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc, dan 10 cc masing-
masing 1 kotak (kotak sudah terbuka)
 Alat Tes gula darah otomatis: 1 buah (bersama dengan strip
pengecek tersedia setengah kotak, blood lancet setengah
kotak)
 Printer: 1 buah

Gambar: Alat sentrifugasi (Dokumentasi)

Gambar: Alat pemeriksaan darah lengkap otomatis Merk Medonic


(Dokumentasi

Gambar: Printer dan botol sampel darah (Dokumentasi)

9
3. Alat Transportasi Khusus
 Di Laut
 Water sea ambulance
Water sea ambulance yang dimiliki berjumlah 1
buah, dengan fasilitas kursi yang dapat menampung sekitar
6 orang, monitor, oksimetri, alat imobilisasi untuk pasien
fraktur. Water sea ambulance digunakan untuk membawa
pasien apabila ada pasien yang akan dirujuk ke RSUD
Tanjung atau yang terdapat di Mataram melalui bangsal
Pemenang maupun ke RS di Bali melalui Amed Harbour
Karang Asem dan untuk membawa pasien yang berada di
klinik swasta di Gili Meno atau Gili Air menuju ke klinik
swasta di Gili Trawangan. Water sea ambulance yang
digunakan menuju ke Bali biasanya berukuran lebih besar
(menyewa) dan membutuhkan ijin untuk berlabuh sehingga
membutuhkan waktu persiapan sekitar 1 jam.

10
Gambar: Water Sea Ambulances 1

 Di Darat
 Kursi roda
Kursi roda berjumlah 1 buah dan berfungsi untuk
membawa pasien yang tidak kuat untuk berjalan namun
masih kuat untuk duduk.

Gambar: Kursi roda 1


 Mobil ambulan
Mobil ambulan berjumlah satu buah yang
ditempatkan di senggigi, apabila sewaktu waktu di perlukan
maka ambulan akan menjemput pasien di bangsal.

Gambar: Mobil Ambulans 1

11
 Motor listrik
Motor listrik berjumlah 2 buah yang digunakan oleh
para dokter yang mendapat panggilan on call, sehingga
dokter bisa menjangkau ke tempat pasien

Gambar: Motor Listrik 1


 Di Udara
 Helikopter air ambulance
Fasilitas helikopter untuk melakukan evakuasi
pasien yang di sewa melalui PT. Bali Air Transport.
Helikopter ini akan datang ke tujuan untuk melakukan
evakuasi pasien. Heli pad terletak di bagian barat pulau.

Gambar: Helikopter 1
 Evakuasi medis dengan penerbangan komersial/private jet
Hal ini untuk melakukan evakuasi pasien menuju daerah
atau negara asalnya maupun apabila ingin melanjutkan
terapi di luar negeri (Singapore dan Malaysia).

12
Gambar: Pesawat Jet 1

C. Prosedur Rujukan Evakuasi


1. Pertimbangan Perujukan
Terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan dalam merujuk
pasien ke fasilitas yang lebih tinggi, yaitu:
 Keadaan pasien:
Keadaan pasien yang membutuhkan penanganan
lebih lanjut atau dalam kondisi gawat darurat yang
membutuhkan fasilitas ICU. Pasien yang dirujuk
berdasarkan indikasi pasien biasanya adalah pasien-pasien
yang mengalami cedera muskuloskeletal yang
membutuhkan tindakan operasi, sedangkan pasien dengan
urgensi (penurunan kesadaran, syok) sudah jarang datang
ke klinik.
 Indikasi sosial:
Pasien mancanegara yang ingin dirujuk atas indikasi
sendiri dan memiliki asuransi yang bisa menanggung
perujukan tersebut
2. Alur Rujukan
Klinik Blue Island merupakan klinik swasta yang sudah
menerima beberapa asuransi kesehatan mandiri yang biasanya dipakai
turis mancanegara. Untuk pasien mancanegara, perujukan biasanya
dapat langsung dilakukan ke rumah sakit yang memadai, diinginkan
oleh pasien atau mencakup asuransi pasien (lebih sering ke RS

13
Harapan Keluarga, RS GUM Mataram, RSUD Kota Mataram, untuk
terapi hiperbarik ke RSUD Kota Mataram dan KKP). Untuk kasus
pasien lokal, biasanya perujukan pertama akan dilakukan ke
Puskesmas Pemenang atau RSUD Tanjung.

Evakuasi ke Luar Gili


Apabila terdapat pasien warga negara asing maka pasien akan
ditangani sesuai prosedur dan dilakukan stabilisasi jika perlu, jika
terdapat indikasi untuk melakukan perujukan maka pasien akan
dirujuk. Hal tersebut tidak terlepas dari persetujuan maupun
permintaan keluarga dan kondisi pasien.
- Alur evakuasi jalur laut
Dari Gili Trawangan menyeberang dengan Water sea
ambulance, kemudian di pindahkan ke ambulance darat
milik klinik swasta kemudian di bawa ke RS rujukan.
- Alur evakuasi jalur udara
o Pasien datang ke klinik kemudian ditangani sesuai
prosedur dengan fasilitas yang ada
o Petugas kesehatan di klinik akan menghubungi help
line 24 hours di kantor blue island, kemudian petugas
kantor yang akan mengatur penyewaan helikopter.
o Helikopter dari Bali terbang dan mendarat di helipad
Gili.
o Pasien dibawa menggunakan helikopter didampingi
oleh dokter

Evakuasi ke Luar Lombok


- Pasien diterima di Klinik Swasta Gili Trawangan kemudian
ditangani sesuai prosedur dengan fasilitas yang ada

14
- Petugas kesehatan di klinik akan menghubungi help line 24
hours di kantor blue island, kemudian petugas kantor yang
akan mengatur penyewaan helikopter.
- Dilakukan evakuasi pasien dengan menggunakan helikopter
dari Gili Trawangan.
- Tujuan rujukan (RSUP Sanglah Bali) ataupun melalui bandara
menuju negara tujuan pasien

3. Aspek Admininstratif
Pada saat perujukan, dokter telah membuatkan surat rujukan
sebagaimana biasanya yang mencantumkan identitas pasien,
anamnesis singkat, hasil pemeriksaan fisik, hasil laboratorium yang
sudah dilakukan, diagnosis awal, serta tata laksana yang telah
dilakukan. Selain itu, pasien juga dapat didampingi dengan berkas-
berkas kesehatan yang dibutuhkan untuk klaim asuransi. Data pasien
yang masuk maupun dirujuk dikirimkan via telepon ke Kantor Klinik
Blue Island di Mataram.

D. Epidemiologi Kasus Medical Evacuation


 Kasus evakuasi medis belum didapatkan pada Bulan Juni 2018
 Proses evakuasi medis sering dilakukan pada kasus kecelakaan laut
yang menyebabkan kelainan ortopedi atau near-drowning.
 Kasus evakuasi medis terkait gangguan akibat penyelaman biasanya
akan langsung dievakuasi oleh keluarga atau tim penyelaman ke
Puskesmas Pemenang/ Nipah, KKP KLU atau RSUD Tanjung
menggunakan speed boat tanpa dibawa ke klinik ini terlebih dahulu.

E. Contoh Kasus
Seorang wisatawan lokal berjenis kelamin laki-laki usia 30 tahun
sedang snorkeling di pantai Gili Trawangan bersama dengan 3 orang
temannya. Pasien diketahui kurang bisa berenang dan pasien saat itu

15
berenang ke bagian laut yang dalam. Kemudian, teman-teman pasien
melihat pasien melembaikan tangan pertanda meminta tolong. Salah
seorang teman pasien langsung menolong pasien dan membawanya ke
pinggir pantai. Saat itu, pasien dalam keadaan somnolen dan pasien
langsung dibawa ke Klinik swasta Blue Island Gili Trawangan. Sesampai
di klinik, keadaaan umum pasien masih lemah, tekanan darah
90/60mmHg, pasien bernapas cepat, nadi lemah dan akral teraba dingin.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, mulut pasien tampak sedikit kebiruan.
Saat itu, pasien langsung ditatalaksanai dengan menggunakan prinsip
ABCDE. Pada pasien dilakukan suction, pemasangan infus iv line,
pemasangan oksigen dan posisi syok. Setelah kondisi pasien stabil, pasien
dirujuk ke klinik BMC Bali. Pasien diketahui memiliki asuransi kesehatan.
Selama perjalanan saat dilakukan perujukan, kondisi tanda vital pasien
tetap dipantau sampai pasien tiba di tempat rujukan.

Analisa Kasus:
1. Indikasi dilakukan evakuasi
- Klinik hanya dapat memberikan fasilitas one day care, tidak
terdapat fasilitas rawat inap, unit perawatan intensif, dan
pemeriksaan rontgen (bertujuan untuk mengetahui apakah
pasien mengalami pneumonia aspirasi).
- Pasien memilih rumah sakit yang lebih lengkap karena memiliki
asuransi kesehatan swasta.
2. Dari mana dan kemana evakuasi
Dari klinik swasta Blue Island ke helipad Gili Trawangan
menggunakan cidomo yang disewa dan dimodifikasi agar dapat
membawa pasien, kemudian ke klinik BMC Bali menggunakan alat
transportasi berupa helikopter
3. Alasan pemilihan tempat rujukan
- Fasilitas di BMC Bali lebih lengkap
- Adanya asuransi kesehatan yang dimiliki oleh pasien

16
- Pasien memilih sendiri tempat perujukan yang ditawarkan oleh
dokter klinik.
4. Kendala yang ditemui dalam perujukan pasien
- Prosedur klaim asuransi kesehatan menghabiskan waktu yang
cukup lama, jadi proses evakuasi tidak bisa cepat dilakukan, dan
bergantung pada pihak asuransi dalam memberikan claim.
(menentukan tempat dan alat transportasi yang digunakan).
- Penggunaan transportasi udara dapat terhambat apabila cuaca
kurang baik, dan tidak dapat dilakukan lebih dari jam 18.00
WITA

17
LEMBAR KERJA KUNJUNGAN LAPANGAN

Puskesmas Pembantu Gili Indah (Gili Trawangan)

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 26 Juni 2018
Jam : 10.00 – 11.00 WITA

B. Fasilitas Khusus untuk Penanganan Awal dan Evakuasi Medis


1. Obat-obatan
Obat-obatan kegawatdaruratan umum untuk resusitasi jantung
paru dan perbaikan sirkulasi tidak tersedia pustu ini. Namun,
karena pada beberapa waktu sering terjadi serangan hewan laut
seperti bulu babi, telah disediakan juga beberapa sediaan anti
inflamasi topikal dan intravena sebagai penanganan awal, yaitu:
 Dexamethasone Ampul 1 ml (5 mg/ ml)
 Krim Hidrokortison 2,5 % Tube 10 gr
Untuk penatalaksanaan kecelakaan di laut, telah disediakan
obat-obatan untuk mengobati luka-luka seperti infus NaCl 0,9%,
povidone iodine, alkohol 70%, anestesi lokal (Lidocaine 2%
Ampul 2 ml).
Secara keseluruhan ketersediaan obat-obatan gawat darurat
dan terkait evakuasi di pesisir pada klinik ini belum lengkap. Obat-
obatan distok secara berkala setiap 1 bulan sekali sekaligus
menjalankan program puskesmas. Obat-obatan yang tersedia
adalah obat untuk kasus luka minor, dan obat-obatan sederhana
untuk penyakit-penyakit umum (seperti diare, gastritis, mual dan
muntah, demam, dll).

18
2. Peralatan
o Peralatan untuk memeriksa tanda vital
 Stetoskop: 1 buah
 Tensimeter: 1 buah (aneroid)
 Termometer: 1 buah (raksa)

Gambar: Lemari obat dan alat (Dokumentasi)

o Peralatan Resusitasi: tidak ada


o Penanganan Luka
 Handscoen: non steril ukuran medium tersedia 1 kotak
 Kasa dan Plester: tersedia 1 bungkus dan rol.
 Alat hecting: terdapat 1 paket alat hecting (disediakan
benang non absorbable dan jarum ukuran 6.0)

Gambar: Peralatan penanganan luka (Dokumentasi)


o Peralatan untuk transportasi pasien: tidak ada

19
o Peralatan untuk pemeriksaan laboratorium sederhana:
tidak ada
3. Alat Transportasi Khusus
Di Darat
o Gerobak roda dua
Terdapat 1 buah gerobak yang digunakan untuk
membawa pasien dari pustu ke speed boat untuk di rujuk ke
PKM atau pasien dari pantai ke pustu yang tidak sadarkan
diri atau tidak bisa berjalan.

Gambar: Gerobak Pustu (Dokumentasi)

o Lain-lain:
Puskesmas pustu mendapat pelayanan dari dokter,
bidan dan perawat. Alat transportasi berupa cidomo dapat
digunakan untuk membawa pasien dari pustu ke speedboat
untuk di rujuk ke PKM atau pasien dari pantai ke pustu
yang tidak sadarkan diri atau tidak bisa berjalan. Namun
apabila pasien mengalami kecelakaan kerja dekat dengan
pelayanan kesehatan, pasien tersebut akan dibawa ke
tempat pelayanan kesehatan tersebut.

20
Di Laut
Untuk transportasi laut, hingga saat ini Pustu belum
memiliki fasilitas tersebut, sehingga apabila ada pasien yang harus
di rujuk maka di gunakan public boat atau speedboat dan untuk
biaya administrasi ditanggung sendiri oleh pasien.

C. Prosedur Rujukan
1. Perujukan ke Luar Gili
Prosedur untuk medial evacuation di pustu terbilang masih
sangat kurang akibat kurangnya fasilitas. Jika ada pasien yang perlu
dirujuk atau di evakuasi lebih lanjut di RS yang lain maka pasien akan
dibawa ke Puskesmas nipah terlebih dahulu dengan menggunakan
speed boat atau public boat yang biaya administrasi ditanggung oleh
pasien. Kemudian ambulance Puskesmas Nipah akan menjemput
pasien dan dibawa ke Puskesmas Nipah, apabila tidak bisa ditangani
akan di rujuk ke RS KLU atau RSUD Provinsi. Jika kasus emergency,
maka akan langsung di bawa ke RS KLU atau RSUD Provinsi dengan
mobil ambulance dari Puskesmas Nipah
2. Perujukan ke Luar Lombok
Belum ada fasilitas untuk evakuasi pasien menuju luar lombok.

D. Epidemiologi Kasus Evakuasi Medis


Alat-alat kesehatan dan obat-obatan yang terdapat di pustu masih
sangat minimal untuk kasus yang memerlukan evakuasi medis. Kasus -
kasus yang paling sering didapatkan sepert diare, gatal-gatal, tenggelam
dan terkena tusukan pari atau bulu babi. Selain itu juga, terdapat kegiatan
pelayanan kesehatan setiap bulannya seperti posyandu, lansia, kesehatan
gizi, dan kunjungan rumah.
Kasus yang sering memerlukan evakuasi medis dan perujukan
adalah kasus tenggelam, tertusuk pari, atau nelayan yang terbawa arus dan
terbentur batu karang.

21
Berikut merupakan tabel pasien yang diterima oleh Pustu Gili
Indah di Bulan Juni 2018 hingga saat kunjungan (Dokumentasi):

Jenis kelamin
Tanggal Alamat Anamnesa
Laki-laki Perempuan
Gili trawangan 1 3 Batuk flu demam
Gatal-gatal
2/5/18
pengunjung 1 Nyeri ulu hati
diare
Gili trawangan 2 2 Batuk flu demam
Sakit pada gigi
3/5/18
Pengunjung 1 Nyeri ulu hati
Luka pada lutut
Sakit pada gigi
4/5/18 Gili trawangan 3 1 Nyeri kepala
Sulit BAK
Batuk flu demam
Nyeri pinggang
5/5/18 Gili trawangan 2 3
diare
Nyeri kepala
Batuk flu demam
7/5/18 Gili trawangan 2 2
Nyeri lutut
Gili trawangan 1 1 Batuk flu demam
Nyeri kepala
8/5/18
pengunjung 1 1 Mual muntah
Sulit BAK
Gili trawangan 2 2 Kontrol tekanan darah
9/5/18 Batuk flu demam
pengunjung 1
diare
Nyeri ulu hati
11/5/18 Gili trawangan 3 2 Demam flu batuk
Nyeri sendi lutut
Batuk flu demam
12/5/18 Gili trawangan 3 1 Mual muntah
Nyeri sendi lutut
Batuk flu demam
Mual muntah
14/5/18 Gili trawangan 3 2
Nyeri kepala
Nyeri sendi
Gili trawangan 2 2 Batuk flu demam
diare
15/5/18 Sakit pada gigi
pengunjung 2
Nyeri sendi
Nyeri kepala
Gili trawangan 4 Batuk flu demam
Pengunjung diare
16/5/18
1 Nyeri ulu hati
Nyeri kepala

22
E. Contoh Kasus
Seorang nelayan lokal berjenis kelamin laki-laki usia 37 tahun
sedang memancing di batu karang pinggir Pantai sebelah timur Gili
Trawangan bersama dengan 2 orang nelayan lainnya. Saat itu diketahui
ombak cukup tinggi dengan kisaran 2 – 2,5 meter, namun pasien dan
temannya tetap kukuh untuk memancing. Ketika sedang memancing,
pasien terhempas ke arah batu karang, kedua teman pasien langsung
menolong pasien dan membawanya ke pinggir pantai. Saat itu, pasien
dalam keadaan sadar dan mengeluhkan nyeri dan pendarahan di betis kiri.
Pasien langsung dibawa ke Pustu Gili Indah Gili Trawangan. Sesampai di
pustu, keadaaan umum pasien nampak kesakitan, tekanan darah
110/70mmHg, pasien bernapas normal, nadi kuat angkat dan akral teraba
hangat. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, pada betis kiri terlihat adanya
pemendekan dan angulasi ke arah medial disertai luka berukuran 5 x 2 cm
dengan penonjolan tulang yang masih berdarah. Saat itu, pasien langsung
ditatalaksanai dengan menggunakan prinsip ABCDE. Pada pasien
pemasangan infus iv line, rawat luka, hecting situasional, dan pemasangan
balut dan bidai di betis kiri. Setelah kondisi pasien stabil dan telah
dipasangkan balut bidai, pasien dibawa ke Teluk Nara menggunakan
public boat, kemudian dibawa ke PKM Nipah dan dirujuk RSUD Tanjung
menggunakan ambulance. Pasien diketahui memiliki asuransi kesehatan
BPJS. Selama perjalanan saat dilakukan perujukan, kondisi tanda vital
pasien tetap dipantau sampai pasien tiba di tempat rujukan.

Analisa Kasus:
1. Indikasi dilakukan evakuasi
- Sarana dan prasarana kurang memadai untuk memenuhi
penatalaksaan pasien dengan komprehensif
- Tenaga kesehatan memilih rumah sakit yang lebih lengkap dan
tedekat untuk melakukan pemeriksaan penunjang dan tindakan
operatif.

23
2. Dari mana dan kemana evakuasi
Dari Pustu Gili Indah Gili Trawangan menggunakan gerobak
yang agar dapat membawa pasien ke dermaga, kemudian ke Teluk
Nara menggunakan alat transportasi berupa public boat. Pasien
dibawa ke PKM Nipah menggunakan mobil pinjaman warga sekitar,
dan dirujuk ke RSUD Tanjung menggunakan ambulance.
3. Alasan pemilihan tempat rujukan
- Fasilitas di RSUD Tanjung lebih lengkap
- Adanya asuransi kesehatan BPJS yang dimiliki oleh pasien
- Pasien dan keluarga setuju untuk dirujuk
4. Kendala yang ditemui dalam perujukan pasien
- Keluarga menghabiskan waktu yang lama untuk berdiskusi ya
sehingga proses evakuasi tidak bisa cepat dilakukan.
- Penggunaan transportasi air dengan public boat tidak memiliki
monitor dan alat imobilisasi fraktur, jadi pemantauan keadaan
umum pasien hanya dapat dilakukan seadanya.
- Penggunaan publlic boat sebagai alat transportasi
membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 30-45 menit, dan
bergantung pada cuaca.

24
LEMBAR KERJA KUNJUNGAN LAPANGAN

Kantor Kesehatan Pelabuhan

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 25 Juni 2018
Jam : 08.00-10.30 WITA

B. Fasilitas Khusus untuk Evakuasi Medis


o Kantor Kesehatan Pelabuhan Mataram memiliki 2 buah mobil
ambulan untuk membantu pelayanan.
o Kantor Kesehatan Pelabuhan Mataram memiliki 1 unit hyperbaric
chamber untuk penangan pasien dengan sindrom dekompresi.
o Kantor Kesehatan Pelabuhan Mataram juga memiliki poliklinik untuk
pemeriksaan pasien sebelum dan pasca terapi hiperbarik.

C. Prosedur Medical Evacuation Keluar Daerah


1. Untuk evakuasi pasien di KKP KLU:
o Apabila ada pasien datang ke KKP dan apabila tidak bisa
ditangani maka akan dirujuk ke PKM pemenang dengan
ambulance yang datang dari PKM pemenang yang menjemput
atau menggunakan kendaraan pribadi
o Apabila ada pasien yang butuh terapi hiperbarik maka KKP
KLU akan merujuk langsung ke KKP Mataram dengan
menggunakan ambulance dari PKM Pemenang
2. Untuk KKP mataram:

o Bertugas menerima rujukan pasien


o Ambulance biasanya digunakan untuk merujuk pasien yang
tidak bisa ditangani di KKP Mataram.

25
PEMBAHASAN

Terdapat beberapa kekurangan dari segi fasilitas dan tenaga dalam


melakukan proses evakuasi medis, terutama Klinik Layanan Primer Gili Indah
yang didalamnya terbagi menjadi Puskesmas Pembantu Gili Trawangan dan
Puskesmas Nipah. Di Puskesmas Pembantu Gili Trawangan tidak terdapat alat
transportasi yang dimiliki oleh Puskesmas dalam melakukan evakuasi medis,
sehingga proses ini tidak mudah dilakukan karena pihak Puskesmas harus
meminta bantuan/ bekerja sama dengan “Koperasi Karya Bahari” untuk
meminjam kapal/ perahu untuk melakukan evakuasi medis.

Selain dari fasilitas yang kurang memadai, Puskesmas Pembantu Gili


Trawangan juga kekurangan SDM, pada Puskesmas ini hanya terdapat 1 orang
dokter, 1 orang bidan, dan 1 orang perawat yang akan bergiliran mengontrol 3
Gili (Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno). Desa Gili Indah berada di wilayah
kerja Puskesmas Nipah, dalam wilayah kerja ini terdapat 3 pulau, yaitu Gili
Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, jumlah dokter yang bertugas di Puskesmas
Nipah hanya 2 orang, sehingga dengan wilayah kerja yang luas, SDM dan fasilitas
yang terbatas, menjadi kendala dalam melakukan evakuasi medis yang baik.
Selain itu lokasi Puskesmas Pembantu yang agak jauh dari pesisir juga merupakan
salah satu penghambat dalam melakukan evakuasi medis 3.

Hal ini berbeda dengan Klinik Swasta di Gili Trawangan (Blue Island
Clinic), pada klinik ini terdapat fasilitas transportasi yang cukup memadai dalam
melakukan Medical Evacuation (kapal boat, helikopter), hal ini sesuai dengan
penjelasan Senapati et al. tahun 2015 3. SDM pada klinik ini juga cukup memadai,
dan memiliki lokasi yang strategis. Kekurangan pada klinik ini adalah bahwa
klinik ini belum bekerja sama dengan pihak BPJS, yang mana biaya penanganan
pasien pada klinik ini hanya bisa dibayarkan melalui asuransi swasta international,
asuransi swasta nasional, dan pasien yang membayar secara langsung (umum).
Pasien dengan BPJS akan melakukan pembayaran sebagai pasien umum.
Kekurangan lainnya pada klinik ini adalah tarif harga, karena klinik ini hanya

26
bekerja sama dengan asuransi sehingga pelayanan evakuasi medis bergantung dari
pihak asuransi yang menanggung pasien tersebut, dan pada pasien pasien umum
tarif yang dibayarkan cukup mahal.

Tabel Perbandingan Fasilitas dan Pembiayaan pada PKM Gili Indah dan Klinik
Swasta

PUSTU GILI INDAH BLUE ISLAND CLINIC


Lokasi Agak didalam perumahan Di pinggir Pantai, lokasi
warga (di dalam gang) strategis
Fasilitas 1 buah mobil ambulans Boat Ambulance, Helikopter,
yang berada di PKM Nipah. Mobil ambulans, Cidomo,
Kerjasama Pesawat
Komersil/Jet
SDM 1 dokter, 1 perawat, 1 orang 2 orang dokter jaga 24 jam, 4
bidan, perawat.
Pembiayaan BPJS/KIS, pembayaran Asuransi Swasta
tunai Internasional, Asuransi
Swasta Nasional,
pembayaran tunai
Wilayah Kerja Gili Trawangan, Gili Air, Gili Trawangan
dan Gili Meno (terdapat cabang lain di Gili
lainnya)
Tarif Berdasarkan Peraturan Tidak ada standar baku
Pemerintah Daerah dalam penentuan standar
tarif.

Kekurangan lain dalam evakuasi medis yang dilakukan pada Blue Island
Clinic, yaitu pasien mancanegara yang memiliki asuransi internasional, harus
menunggu adanya konfirmasi dari pihak Medical Director mengenai pembiayaan
pasien (Pihak Blue Island Clinic menghubungi pihak Asuransi dan mendapatkan
konfirmasi), serta prosedur evakuasi medis yang dilakukan tidak hanya
melibatkan pihak klinik dan pihak pasien, namun dalam pemilihan alat transport,
dan tempat perujukan bergantung juga dari pihak Asuransi dalam menentukan
seberapa besar klaim yang diberikan kepada pasien tersebut 1.

27
Transpor pasien dalam keadaan kritis mempunyai resiko pada pasien sehingga
merupakan tantangan yang sangat besar bagi para klinisi. Alasan untuk melakukan
transpor pada pasien adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tambahan,
diagnostik atau terapiutik yang lebih canggih. Transpor pasien kritis dapat menimbulkan
suatu masalah tersendiri dalam bentuk suatu perubahan fisiologis yang merugikan dan
dapat mengancam keselamatan pasien saat transportasi sehingga transpor pasien kritis
harus dilakukan dengan persiapan yang matang dan perhatian yang seksama dan detail
pada hal-hal yang harus diperhatikan 3.

Secara umum, saat ini penerapan sistem evakuasi medis dan rujukan
pelayanan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat belum berjalan secara
optimal di semua tingkat fasilitas kesehatan, hal ini dibuktikan dengan masih
ditemukannya kasus yang memerlukan rujukan dan balasan rujukan (rujukan
balik) namun tidak terlayani secara memadai. Pelaksanaan rujukan yang kurang
tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain: tidak tersedianya petunjuk
teknis yang terpadu bagi petugas kesehatan di lapangan, belum memadainya
upaya konseling terhadap pasien atau keluarga pasien oleh petugas kesehatan,
sarana dan prasarana rujukan yang kurang memadai, dan belum adanya analisa
dan tindak lanjut untuk pemecahan masalah rujukan kesehatan oleh Dinas
Kesehatan setempat 2.

Selain itu, hasil evaluasi pelaksanaan rujukan di 5 (lima) Kabupaten/Kota


di Nusa Tenggara Barat oleh konsultan dari Universitas Nusa Tenggara Barat
tahun 2007 ditemukan beberapa masalah yang memberikan dampak negatif
terhadap pelaksanaan rujukan pasien, antara lain 3:

 Penerima pertama pasien kegawatdaruratan bukan tenaga medis terlatih


sehingga petugas ini umumnya lebih menganjurkan prosedur rutin
penerimaan pasien seperti menunjukan loket pendaftaran, meminta
keluarga pasien untuk membeli karcis dan sebagainya, dan belum
mempertimbangkan keselamatan pasien saat dilayani pertama.
 Dokter, Perawat dan Bidan sebagai tenaga terlatih justru berada di lini
belakang.

28
 Prosedur penerimaan rujukan yang belum ada sehingga penanganan
terlambat karena birokrasi administrasitermasuk pencatatan/pelaporan.
 Bank Darah di Rumah Sakit belum ada atau belum berfungsi sebagai
tempat antara untuk penyimpanan darah.
 Belum tersedianya Unit Transfusi Darah (UTD) disemua Kabupaten/ Kota
maupun Bank Darah diRumah Sakit Umum DaerahKabupaten/ Kota,
sehingga sering terjadi keterlambatan dalam penyediaan darah bagi pasien
yang memerlukan.
 Keterbatasan pelayanan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan
Sumber Daya Tenaga Kesehatan, sarana dan prasarana.
 Keterbatasan ketrampilan klinis petugas Puskesmas dalam melakukan
tindakan kegawatdaruratan Maternal dan neonatal.
 Balasan surat rujukan atau Surat Rujukan Balik dari Rumah Sakit Umum
Daerah sering diabaikan petugas Rumah Sakit dan Puskesmas/ jajarannya
karena dianggap tindakan pelayanan sudah dilakukan.
 Belum ada Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Kesehatan untuk
mengakomodasi kebutuhan lokal.
 Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda kasus kegawatdaruratan
maternal dan neonatal masih rendah sehingga sering menghambat proses
rujukan.
 Secara sosial budaya, banyak pihak dalam keluarga pasien harus dilibatkan
untuk pengambilan keputusan, dan kurangnya kemampuan serta
kemandirian pasien dalam pengambil keputusan sering menghambat
rujukan.

SARAN

Perlunya perbaikan fasilitas dan penambahan SDM pada PKM Pembantu


Gili Trawangan, sehingga dapat dilakukan evakuasi medis yang baik dan sesuai
dengan prosedur yang ada. Apabila telah dilakukan perbaikan, maka diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, warga sekitar Gili, dan wisatawan
mancanegara terhadap pelayanan kesehatan, sehingga tidak perlu dilakukan

29
medical evacuation yang jauh atau keluar daerah (apabila dapat ditangani di
Mataram), karena hal tersebut dapat mengurangi resiko pasien dalam perjalanan
2,3
jauh, juga mengurangi pembiayaan dalam perujukan atau evakuasi medis .
Selain itu, pemerintah perlu disusun Petunjuk Teknis tentang sistem rujukan
pelayanan kesehatan terutama terkait evakuasi medis di Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang akan dijadikan acuan bagi semua petugas di fasilitas kesehatan yang
ada di NTB 2

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Nasrullah. Medical Evacuation and Repatriation. Blue Island Medical


Clinic. 2018
2. Dinas Kesehatan Provinsi NTB. PETUNJUK TEKNIS SISTEM
RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. 2018. Diakses di:
http://www.batukarinfo.com/system/files/buku%20rujukanBINDER_0
.pdf
3. Senapathi TGA, Widnyana MG, Suardjaya PP, Wiryana IM, Aribawa
IGNM. Medical Evacuation (Medivac). FK UNUD. 2018. Diakses
pada: https://fk.unud.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/Medical-
Evacuation-2015.pdf

31
DOKUMENTASI

Pustu Gili Indah Gili Trawangan

32
Klinik Blue Island

33

Anda mungkin juga menyukai