Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

A. Anatomi dan Fisiologi Hepar


Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat
1,5 kg pada orang dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga
abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi
tulang iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas
berbentuk tembung, terletak di bawah diafragma, kedua, permukaan bawah
tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura transfersus. Fisura longitudional
memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi
empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu Arteri hepatica dan
Vena porta. Vena hepatica, keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam
hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 % masuk ke hati akan
membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya
keluar sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena
mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini
mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan
usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh
mukosa dan usus halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat,
menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang
terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi
ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus
gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan
semua nutrient ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam
tubuh untuk keperluan metabolik. Hati merupakan organ yang penting
khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati membuat
dan mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses
pencernaan serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini
mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mensekresikannya
ke dalam empedu.
Fungsi metabolik hati terdiri dari mengubah zat makanan yang diabsorpsi
dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya
sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan. Kedua yaitu mengeluarkan zat
buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan urin. Ketiga yaitu
menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat yaitu
sekresi empedu garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula
endothelium dialirkan ke empedu. Kelima yaitu pembentukan ureum, hati
menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal
dalam bentuk urin. Keenam yaitu menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir
asam karbonat dan air. Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan
penyebaran berbagai bahan, termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi,
vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam hati. Hati juga
membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya
kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir
melalui organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh (Smeltzer, 2001)
B. Pengertian
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta
Reference Library, 2012).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati (Sudoyo, 2015).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di
bagian tubuh yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier,
system vaskuler, atau system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke
dalam hepar melalui luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba
dapat berasal dari gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hepar melalui
vena porta. Abses pada hepar akan mengganggu fungsi hepar. Selain itu,
perforasi abses dapat menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura, celah
pericardial, atau celah peritoneal (Baradero, 2015)

Jadi abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh
infeksi.
C. Klasifikasi
Abses hepar dibagi atas dua secara umum berdasarkan penyebabnya, yaitu
abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik:
1) Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai parasit non
patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang
dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu yang terinfeksi
Enteremoeba histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga di duga
ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non patogen.
Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan kemampuannya
menimbulkan lesi pada hepar.
E.histolytica di dalam feces dapat ditemukan dalam dua bentuk
vegetatif atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar
tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap
suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana
kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa
eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan.
2) Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang
terbanyak adalah E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah
Streptococcus faecalis, Proteus vulgaris, dan Salmonellla typhii. Dapat
pula bakteri anaerob seperti Bakteroides, Aerobakteria, Akttinomesis, dan
Streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu dilakukan biakan darah,
pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun aerob.
D. Penyebab
Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri pada organ hepar.
Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapa cara sebagai
berikut:
1) Kandung kemih yang terinfeksi
2) Luka tusuk atau luka tembus
3) Infeksi di dalam perut
4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah

E. Patofisiologi
Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya infeksi
dari organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan pemaparan hati terhadap
bakteri. Tetapi hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang terlatak sepanjang
sinusoid-sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri, sehingga
akan sulit untuk terjadi infeksi.
Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses pada hati.
1) Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi
biliaris
2) Penyebaran hematogen lewat sistem portal
3) Septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri
hepatika
4) Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5) Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.
Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab
tersering dari abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya aliran empedu
menyebabkan proliferasi dari bakteri. Penyebab tersering yang kedua adalah
septikemia generalisata, diikuti oleh appendisitis akut/perforasi dan
divertikulitis.
Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung memasukkan
bakteri ke parenkim hepar dan menyebabkan abses. Sedangkan trauma
tumpul pada hepar dapat meyebabkan nekrosis jaringan hepar, perdarahan
intrahepatik dan keluarnya asam empedu akibat robekan dari kanalikuli. Lesi
yang terjadi pada kasus seperti ini biasanya soliter.
Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang berasal dari
infeksi organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi abses yang multipel. Lesi
akan memberikan gambaran jaringan hati yang pucat. Ukuran rongga abses
biasanya bermacam-macam dan umumnya bergabung, pada kasus-kasus yang
lanjut akan tampak gambaran “honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan
jaringan hati yang nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra dari
hepar.

F. Tanda dan Gejala


Keluhan awal yaitu demam/menggigil, nyeri abdomen,
anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam,
diare, demam (suhu tubuh >38°C), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan
atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian .
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa
nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk ke
depan dengan kedua tangan diletakan di atasnya. Demam/panas tinggi
merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP
letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga
terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa
mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan
yang unintentional.
G. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit
intestinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral
atau intravena.
a) Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut:
b) Metronidazole: 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan;
c) Kloroquin fosfat: 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20 hari,
ditambah;
d) Dehydroemetine: 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum 99
mg/hr) selama 10 hari.
2) Tindakan aspirasi terapeutik
a) Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b) Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
c) Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
perikardium atau peritoneum.
3) Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan bila:
a) Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
b) Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal.
c) Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
d) Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardia

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa abses
hepar antara lain:
a) Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit,
dan pemeriksaan faal hati.
b) Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan
diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c) Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara
bebas diatas hati.
d) Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.

Gambar 3. Hasil USG Abses hepar

e) Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat
melihat integritas diafragma.
f) Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
g) Abdominal CT Scan
Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat ditemukan keadaan sebagai
berikut.
Gambar 4. Hasil abdominal CT Scan abses hepar

I. Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang paling sering adalah berupa ruptur abses sebesar 5 – 15,6%,
perforasi abses ke berbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, perikardium,
usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superinfeksi,
terutama setelah aspirasi atau drainase.
Prognosis dari abses hepar ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu:
1) Virulensi parasit
2) Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3) Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4) Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk letak
dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri atau
multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole,
dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya
karena sepsis atau sindrom hepatorenal.
PATHWAY

 Vena porta
Masuk ke dalam  Sistem bilier
Infeksi kuman
sistem pencernaan  Sistem arterial
hepatik

Mengalami kerusakan Hepar


jaringan hepar

Merangsang ujung
saraf mengeluarkan Merangsang pengeluaran
Infeksi Peradangan/ sistensis zat pirogen oleh
bradikinin, serotonin inflamasi hepar leukosit pada jaringan yang
dan prostaglandin meradang

Ansietas Rongga abses yang penuh


Melepaskan zat IL-1,
Impuls di sampaikan cairan yang berisi leukosit prostaglandin E2
ke SSP bagian korteks mati dan hidup, sel hati (pirogen leukosit dan
serebri Stressor yang mencair serta bakteri pirogen endogen)
meningkat

Abses pada hepar Mencapai


Thalamus Kurang hipotalamus
Pengetahuan

Nyeri dipersepsikan Metabolisme Reaksi peningkatan


nutrisi menurun suhu tubuh

Nyeri Intake nutrisi Hipertermi


menurun

Produksi energi
menurun Ketidakseimbangan Human immunodefesiensi
nutrisi kurang dari
virus
kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik

Port de entry
Hambatan mobilitas fisik

Limfosit & monosit


Resiko infeksi terinfeksi

System immune spesifik Penurunan keamampuan


immunodefesiens dan non spesifik menurun immun
i
J. Asuhan keperawatan
1) Anamnesis
a) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosis medis.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara
umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri di dalam perut,
luka tusuk yang mengenai hepar, infeksi dari bagian tubuh lain yang
terbawa oleh aliran darah.
d) Kaji keluhan pasien sekarang
Pada umumnya keluhan utama pada kasus abses hepar adalah lelah,
penurunan kemampuan aktivitas, tidak nafsu makan, mual dan muntah,
nyeri perut di bagian kanan atas, nyeri padabahu sebelah kanan, demam.
e) Riwayat penyakit keluarga
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakah pernah menderita
penyakit yang sama atau tidak.
2) Pengkajian Data Dasar
a) Aktivitas/istirahat
Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
penurunan masa otot/tonus.
b) Sirkulasi
Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi
jantung ekstra, distensi vena abdomen.
c) Eliminasi
Diare, keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi
abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urine gelap pekat.
d) Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak
dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan peningkatan
cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e) Neurosensori
Menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak
jelas.
f) Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas, sepsi
perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada diri sendiri.
g) Pernapasan
Menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi
napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
h) Keamanan
Menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis,
angioma spider, eritema.
i) Seksualitas
Menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis
(Doenges, 2000).
3) Pemeriksaan fisik
a) Penurunan tonus otot
b) Malaise
c) Anoreksia
d) Berat badan menurun
e) Nampak mual dan muntah
f) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas
g) Nyeri spontan perut kanan atas
h) Nampak membungkuk ke depan dan kedua tangan, tampak memegang
abdomen saat berjalan karena nyeri
i) Ekspresi wajah meringis
j) Suhu tubuh meningkat

K. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan respon tubuh terhadap infeksi dengan
megeluarkan sustansi bradikinin, serotonin dan prostaglandin
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake nutrisi
c. Hipertermi berhubungan dengan respon tubuh terhadap reaksi peradangan
pada hepar
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
penurunan produksi energi.
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
f. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh menurun, prosedur invasif
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri berhubungan dengan respon Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
tubuh terhadap infeksi dengan keperawatan selama 3x24 jam nyeri 1. Kaji karakteristik pasien secara PQRST
megeluarkan sustansi bradikinin, berkurang atau hilang dengan 2. Lakukan manajemen nyeri sesuai skala nyeri
serotonin dan prostaglandin kriteria hasil: misalnya pengaturan posisi fisiologis
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam pada
penyebab nyeri, mampu saat rasa nyeri datang
menggunakan teknik 4. Ajarkan metode distraksi
nonfarmakologi untuk 5. Beri manajemen sentuhan berupa pemijatan
mengurangi nyeri) ringat pada area sekitar nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Beri kompres hangat pada area nyeri
berkurang dengan menggunakan 7. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian
manajemen nyeri analgesik secara periodik
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. TTV dalam batas normal(TD:
120/80, RR 16-20x/mnt, Nadi 80-
100x/mnt, Suhu 36,5-37,5oC)

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Observasi masukan makanan/ minuman dan
dengan penurunan intake nutrisi jam terjadi keseimbangan hitung kalori harian secara tepat
pemasukan nutrisi dengan 2. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah
kriteria hasil: makan
1. Pemasukan nutrisi yang adekuat 3. Berikan diet makanan tinggi kalori dan tinggi
2. Pasien mampu menghabiskan diet protein
yang dihidangkan 4. Observasi hasil labioratorium: protein, albumin,
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi globulin, Hb
4. Nilai laboratorim normal (protein 5. Jauhkan benda-benda yang kurang enak untuk
total 8-8 gr%, albumin 3,5-5,4 dipandang seperti urinal, kotak drainase, bebat
gr%, globulin 1,8-3,6 gr%, Hb dan pispot dari pandangan pasien
tidak kurang dari 10 gr %), 6. Sajikan makanan hangat dengan variasi yang
5. Membran mukosa lembab dan menarik
konjungtiva tidak pucat 7. Kaloborasi dengan ahli gizi terkait penyajian
diet sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Regulasi Temperatur
respon tubuh terhadap keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor suhu sesering mungkin
reaksi peradangan pada hepar pasien menunjukkan suhu tubuh 2. Monitor warna dan suhu kulit
dalam batas normal dengan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
kriteria hasil: 4. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
1. Suhu tubuh dalam rentang 36,7oC 5. Monitor hidrasi seperti turgor kulit dan
– 37oC kelembaban membran mukosa
2. Tanda-tanda vital dalam Batas 6. Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal (TD 120/80 mmHg, N: 60- 7. Monitor intake dan output cairan dan nutrisi
100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt) 8. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
3. Pasien tidak mengeluh panas 9. Berikan kompres hangat pada lipat paha dan
4. Pasien tidak menggigil aksila
5. Tidak ada perubahan warna kulit 10. Tingkatkan sirkulasi udara
dan tidak pusing 11. Kolaborasi pemberian antipiretik dan antibiotik
sesuai indikasi
4. Hambatan mobilitas fisik Setelah diberikan tindakan Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mencapai
berhubungan dengan kelemahan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan kriteria hasil adalah sebagai berikut:
fisik akibat penurunan produksi hambatan mobilitas fisik dapat 1. Monitoring vital sign
energi 2. Bantu dan berikan latihan rentang gerak
berkurang dengan kriteria hasil
( ROM) aktif dan pasif
sebagai berikut: 3. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
4. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
1. Klien meningkat dalam aktivitas
5. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
fisik
tentang teknik ambulasi
2. Mengerti tujuan dari peningkatan
6. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
mobilitas
7. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
3. Mengepresikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan alat
Bantu untuk mobilisas

5. Ansietas berhubungan dengan Noc NIC


 Anxiety self-control Anxiety reduction (penurunan kecemasan )
perubahan status kesehatan
 Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil perilaku pasien
1. Klien mampu mengidentifikasi 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkn gejala cemas dirasakan selama prosedur
2. Vital sign dalam batas normal 4. Dorong keluarga untuk menemani klien
3. Mengidentifikasi, 5. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan dan 6. Dorong pasien utuk mengungkapkan
menujukkan teknik untuk perasaan, ketakutan, persepsi.
mengontrol cemas Instruksikan pasien menggunakan teknik
4. Postur tubuh, ekspresi wajah.
relaksasi.
Bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
6. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh  Immune status 1. Monitot tanda dan gejalah infeksi
menurun, prosedur invasif  Knowledge : infection control 2. Ajarkan personal hygiene kepada klien dan
 Risk control keluarga
Kriteria Hasil : 3. Cuci tangan setiap sebelum/sesudah
1. Klien bebas dari tanda dan melakukan tindakan keperawtan
gejalah infeksi 4. Gunakan alat pelindung diri,sebelum dan
2. Mendeskripsikan proses sudah melakukan tindakan
penularan penyakit, factor yang Dorong untuk istirahat
mempengaruhi penularan serta
penatalaksaannya
3. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Menunjukan perilaku hidup
sehat
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2015. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Hati. Jakarta:
EGC.
Cameeron. 2014. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. 2012. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. 2016. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai