OLEH:
MEDHIA IQLIMA
1841312077
1. DEFINISI
SOL atau yang biasa disebut dengan Space Occupying Lesion ialah suatu lesi
yang ada di ruang intrakranial pada otak manusia. Lesi terbentuk karena adanya
desakan (tumor) jinak atau ganas yang ada di otak (lesi desak ruang intrakranial).
SOL adalah salah satu tumor yang terjadi disusunan saraf pusat baik bersifat ganas
ataupun tidak ganas (Batticaca, 2010)
2. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang mungkin menjadi penyebabnya yaitu (Muttaqin, 2015):
a. Herediter
Riwayat anggota keluarga memiliki penyakit SOL, namun kasus ini
jarang ditemui kecuali penyakit meningioma, astrositoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Sisa dari pembangunan embrional dapat menjadi sel ganas yang justru
menyerang dan merusak sel tubuh lain.
c. Radiasi
Efek dari radiasi adalah perubahan degenerasi.
d. Virus
d. Substansi-substansi karsinogenik
Banyak penelitian mengenai substansi karsinogenik yang dapat memicu
adanya SOL.
3. MANIFESTASI KLINIK
Gejala umum dari penyakit ini antara lain (Tarowoto, 2010):
1) Nyeri Kepala
Umumnya struktur kepala manusia tidak peka terhadap nyeri.
Namun pada penyakit ini, adanya peningkatan tekanan intrakranial dan
pergeseran otak yang terjadi mengakibatkan membendung dan
menggeser pembuluh darah serebral sehingga dapat memperberat nyeri
lokal. Nyeri kepala biasanya juga dapat disebabkan oleh spasme otot-
otot besar yang ada pada didasar tengkorak.
2) Muntah
Gejala ini biasanya diakibatkan juga oleh tingginya TIK. Setiap
lesi yang terjadi pada SOL hampir selalu meninggikan tekanan
intrakranial yang diakibatkan karena adanya obstruksi aliran cairan
serebrospinal (Padila, 2012).
3) Papila Oedema
Papila edema menunjukkan adanya pembengkakakn pada diskus
optikus yang disebabkan karena peninkatan tekanan intrakranial dalam
waktu yang cukup lama. Edema ini dapat dihubungankan dengan
obstruksi cairan serebrospinal, yang mana terjadi peningkatan TIK pada
nervus optikus dapat menghalangi drainase vena dan aliran aksoplasmik
pada neuron optikus ehingga menyebabkan pembengkakakn pada diskus
optikus dan retina (Padila, 2012).
4) Kejang
Kejang merupakan manifestasi pertama dari penyakit SOL.
kejang urnumnya biasanya terjadi apabila ada kenaikan tekanan
intrakranial yang melonjak secara cepat.
5) Gangguan mental
Gangguan mental tidak selalu berhungan dengan SOL, namun beberapa
peneliti mengatakan SOL dapat mengakibatkan gangguan mental.
Gejalanya umumnya tidak spesifik. Dapat berupa apatis, demensia,
gangguan memori, gangguan intelegensi, gangguan tingkah laku,
halusinasi sampai seperti psikosis.
6) Pembesaran kepala
Keadaan ini biasanya terjadi pada anak-anak yang mana saturnya belum
trtututp
7) Bradikardi dan tensi meningkat
Kondisi ini dianggap sebagai kompensasi tubuh untuk menanggulangi
iskemia otak.
8) Perubahan respirasi
Hal ini akibat tekanan intrakranial meningkat yang
menimbulkan Cheyne Stokes, dilanjutkan dengan adanya hiperventilasi-
respirasi irreguler-apneu, dan berakhir pada kematian.
Pemeriksaan Diagnostik:
a. Elektroensefalografi (EEG)
b. Foto polos kepala
c. Arteriografi
d. CT Scan
e. MRi
f. Biopsi stereotaktik
Penatlaksanaan Keperawatan
a. Modifikasi lingkungan
- Anjurkan keluarga mendampi pasien
- Jauhkan benda berbahaya dari pasien
- Modifikasi kamar dengan pemberian bell.
- Modifikasi tempat tidur dekat dengan kamar mandi.
- Posisikan tempat tidur agar mudah terjangkau.
- Modifikasi dinding ruangan dengan menggunakan pegangan
- Saat tidur, berikan posisi kepala klien 30º dengan menggunakan bantal
b. Modifikasi makanan
- Berikan makanan yang dihaluskan, atau makanan cair
- Temani klien saat makan, makan secara perlahan dengan porsi suapan
sedikit-sedikit untuk menghindari muntah.
6. KOMPLIKASI
Komplikasinya dapat berupa (McPhee, 2012) :
a. Kehilangan memory
b. Paralisis
c. Peningkatan TIK
d. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
e. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
f. Mental confusion
g. Perubahan visual dan verbal
h. Perubahan kesadaran
i. Kelemahan otot / paralysis
j. Perubahan pernafasan
7. WOC
(Terlampir)
Biasanya pada klien SOL mengalami dalam hal makan juga minum.
Biasanya mengalam anoreksia maupun muntah. Penurunan nafsu
makan dan kesulitan menelan makanan.
3. pola eleminasi
Pada pasien dengan SOL pada ventrikel ke III akan mengalami nyeri
kepala dan juga penglihatan kabur.
Biasanya klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
dan jga bersikap tidak kooperatif.
b. Diagnosa
1. Nyeri Akut
Batasan karakteristik:
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi
- Perilaku ekspresif
- Ekspresi wajah nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Putus asa
- Fokus menyempit
- Perilaku protektif
- Keluhan tentang nyeri
2. Pola Napas Tidak Efektif
Batasan karakteristik:
- Penggunaan otot bantu napas
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola pernapasan abnormal
3. Perfusi Jaringan Serebral tidak Efektif
c. NANDA, NOC, NIC
NANDA NOC NIC
Nyeri 1. kontrol nyeri 1. Pemberian analgesik
Akut Kriteria Hasil: Aktivitas:
- mengenali kapan nyeri - Tentukan lokasi, kualitas dan
terjadi (grade 5) keparahan nyeri
- menggambarkan faktor - Cek perintah pengobatan
penyebab (grade 5) - Cek adanya riwayat alergi obat
- menggunakan tindakan - Pilih analgesik yang sesuai
pengurangan nyeri (grade 5) - Pilih rute intravena
- menggunakan analgesik - Monitor ttv sebelum dan sudah
yang direkomendasikan pengobatan
(grade 5) 2. Pemberian obat
- melaporkan gejala tidak Aktivitas:
terkontrol (grade 5) - Prtahanka aturan dan prosedur yang
1. Tingkat nyeri sesuai
Kriteria hasil - Pertahankan lingkungan yang
- Tidak ada nyeri yang memaksimalkan efektifitas obat
dilaporkan - Ikuti prosedur 6 benar obat
- Tidak ada mengerng - Verfikasi resep obat-obatan
dan menangis - Monitor kemungkinan alergi obat
- Tidak ada ekspresi nyeri - Gunakan barcode dalam pemberian
pada wajah obat
- Tidak mengernyit - Monitor ttv
- Tidak berkeringat - Bantu klien dalam pengobatan
berlebihan 3. Pengurangan kecemasan
- Tidak kehilangannafsu Aktivitas:
makan - Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Tidak ada ketegangan meyakinkan
otot - Jelaskan semua prosedur
- Frekuensi napas normal - Berikan informasi terkait diagnosis,
- Tekanan darah normal prognosis dan perawatan
2. Status Kenyamanan - Berada disisi klien untuk
Kriteria hasil: meningkatkan rasa aman
- kesejahteraan fisik tidak - Kontrol stimulus untukebutuhan kline
terganggu - Instruksikan klien menggunakan
- kesejahteraan psikologis teknik relaksasi
tidak terganggu - Kaji tanda verbal dan non verbal
- hubungan sosial tidak kecemasan
terganggu 4. Manajemen pengobatan
- kemampuan Akrivitas:
mengkomunikasikan - Tentukan obat yang diperlukan
kebutuhan tidak - Monitor efektivitas pemberian obat
tergangu - Moitor tada gejala toksisistas obat
- kehidupan spiritual - Monitor respon pasieterhadap
tidak terganggu pengobatam pantau kepatuhan
3. Status Neurologi regimen obat
Kriteria hasil: - Fasilitasi perubahan pengobatan
- Kesadaran tidak dengan dokter
terganggu 5. Manajemen nyeri
- Fungsi sensorik motorik Aktivitas:
tidak terganggu - Lakukan pengkajian nyeri
- Pola bernapas tidak komprehensif
terganggu - Pastikan perawatan analgesik
- Tekanan intrakranial dilakukan
tidak terganggu - Gunakan komunikasi terapeutik
- Pola istirahat-tidur tidak - Gali bersama klien faktor yang dapat
terganggy menurunkan atau memperberat nyeri
- Status kognitif tidak - Pilih dan implementasikatindakan
terganggu beragam untuk mengurangi nyeri
4. Pengetahuan: Manajemen - Ajarkan prinsip manajemen nyeri
Nyeri 6. Manajemen lingkungan
Kriteria hasil: Aktivitas:
- Pengetahuan yang - Ciptakan lingkungan yang aman
banyak tentang tanda - Indetifikasi kebutuhan pasien
gejala nyeri - Singkirkan bahaya lingkungan
- Pengetahua yang banyak - Dampingi pasien selama tidak ada
tentang strategi untuk kegiatan
mengontrol nyeri - Sediakan tempat tidur dengan
- Pengetahuan yang ketinggian rendah
banyak mengenai - Sediakan tempat tidur dalingkungan
regimen obat yang yang bersih dan nyaman
diresepkan - Sediakan linen dalam kondisi baik
- Pengetahuan yang 7. Manajemen energi
banyak tentang tindakan Aktivitas:
pencegahan - Kaji status fisiologis
- Pengetahuan yang - Anjurkan pasien mengungkapkan
banyak tentang teknik perasaan mengenai keterbatasan yang
posisi yang efektif dialami
- Pengetahuan yang - Perbaiki defisit fisiologis
banyak tentang tekn - Monitor intake
relaksasi yang efektif - Monitor sistem kardiorespirasi
- Kurangi ketidaknyamanan yang
dialami
- Tingkatkan tirah baring
8. Monitor tanda-tandavital
Aktivitas:
- Monitor tekana darah
- Monitor nadi
- Monitor suhu
- Monitor frekuensi napas
- Monior kelmbapan kulit
- Monitor adanya sianosis
- Monitorwarna kulit
- Monitor pola pernapasan abnormal
9. Pengaturan posisi
Aktivitas:
- Tempatkan pasien diatas tempat tidur
terapeutik
- Dorong pasien tuk terlibat dalam
perubahan posisi
- Monitor status oksigenasi
- Tempatkan pasien dlam posisis
terapeutik
- Posisikan pasien untuk mengurangi
dyspnea
- Sokong leher dengan tepat
- Tinggikan kepala tempa tidur
10. Terapi oksigen
Aktivitas:
- Bersihkan mulut dan hidung pasien
- Pertahankan kpatenan jalan napas
- Siapkan peralatan oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Monitor peralatan oksigen
- Pastikan pergantian kanul dan masker
secara berkala
- Amati tanda-tanda hipoventilasi
- Pantau tand-tanda keracunan oksigen
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan yang sistematik dan juga terencana mengenai
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (Padila,2012).
S (subjektif) : ialah berupa informasi yang diucapkan pasien atau keluarga
mengenaik kondisi setelah dilakukan tindakan.
O (objektif) : ialah berupa informasi yang didapatkan berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengamatan setelah tindakan dilakukan.
A (analisis) : hasil olahan dari membandingkan anatara data subjektif dan
objektif dengan tujuan da kriteria hasil yang nantinya dapat disimpulkan
bahwa masalah sudah teratasi, teratasi sebagian ataupun belum teratasi.
P (planning) : ialah rencana keperawatan lanjutan yang nantinya akan
dilakukan berdasarkan hasil dari analisa.
DAFTAR PUSTAKA.
Batticaca, Fransisca. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2009. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Penerbit : Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. 2012. Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran
klinis. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.