Anda di halaman 1dari 21

DISCOVERY LEARNING

“AKUPUNKTUR DALAM PELAYANAN KESEHATAN


TRADISIONAL (YANKESTRAD)”

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komplementer di Semester 7

Di susun oleh:

CINDY KARMILA
11151040000105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan discovery learning dalam bentuk makalah tanpa suatu halangan yang
amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mardiyanti, S.Kep., Ns., M.Kep., MDS
sebagai dosen penanggungjawab mata kuliah Complementary Nursing yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah discovery learning mengenai Akupunktur dalam Pelayanan Kesehatan
Tradisional.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam


makalah ini yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah ini dimasa yang akan datang dan
saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr. wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5

1.1.Latar Belakang ..................................................................................................... 5

1.2.Tujuan .................................................................................................................. 5

1.3.Rumusan Masalah................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 7

2.1.Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) .................................................. 7

2.1.1.Definisi .......................................................................................................... 7

2.1.2.Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional ........................................................ 7

2.1.2.1.Yankestrad Empiris ................................................................................ 7

2.1.2.2.Yankestrad Komplementer ..................................................................... 8

2.1.2.3.Yankestrad Integrasi ............................................................................... 8

2.1.3.Tatacara Pelayanan, Registrasi dan Perizinan............................................... 9

2.1.3.1.Penyehat Tradisional (Hattra) ................................................................ 9

2.1.3.2.Tenaga Kesehatan Tradisional (Nakestrad) ......................................... 10

2.1.4.Sumber Daya Manusia Pelayanan Kesehatan Tradisional .......................... 11

2.1.5.Panti Sehat .................................................................................................. 11

2.1.5.1.Jenis-Jenis Panti Sehat ......................................................................... 11

2.1.5.2.Izin Penyelenggaraan Panti Sehat ........................................................ 12

2.1.6.Penggunaan Alat dan Teknologi ................................................................. 12

2.1.7.Obat Tradisional .......................................................................................... 12

2.2.Akupunktur dalam Pelayanan Kesehatan (Yankes) Tingkat Rumah Sakit ....... 13

2.2.1.Dasar Ilmiah ................................................................................................ 13

2.2.2.Teknik ......................................................................................................... 13
2.2.3.Penelitian di Bidang Kesehatan .................................................................. 14

2.2.4.Indikasi dan Kontraindikasi ........................................................................ 15

2.2.4.1.Indikasi ................................................................................................. 15

2.2.4.2.Kontraindikasi ...................................................................................... 15

2.2.5.Akupunktur dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.......................... 16

2.2.6.Akupunktur dalam Teknologi Kedokteran ................................................. 17

2.2.7.Sistem Pelayanan Akupunktur di Rumah Sakit .......................................... 18

2.2.8.Kebutuhan Tenaga ...................................................................................... 19

2.2.9.Peralatan Akupunktur untuk Rumah Sakit ................................................. 19

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 20

3.1.Kesimpulan ........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Akupunktur sudah cukup lama dikenal di lingkungan kedokteran Indonesia;


cabang ilmu ini mulai masuk pelayanan rumah sakit sejak tahun enam puluhan,
kemudian dicoba masuk kurikulum Fakultas Kedokteran. Undang-Undang No.23
tahun 1992 tentang Kesehatan, GBHN 1993 dan Pokok Program Kesehatan PELITA
VI tentang pengobatan tradisional dan pemanfaatannya dalam Pelayanan Kesehatan
memberi dasar dan peluang formal bagi akupunktur, ditambah dengan diterbitkannya
Permenkes Nomer 1186/Menkes/Per/ XI/1996 tentang Pemanfaatan Akupunktur di
Sarana Pelayanan Kesehatan.

Pendekatan yang lazim agar akupunktur dapat bermanfaat di Pelayanan


Kesehatan tingkat rumah sakit adalah dengan pendekatan biomedis. Cara ini berupa
kombinasi dengan tindakan konvensional melalui inovasi teknik diagnostik maupun
terapi. Hal tersebut membutuhkan langkah-langkah yang jelas, tegas, mantap
berdasarkan orientasi program yang matang.

1.2.Tujuan

1. Dapat mengetahui pemanfaatan akupunktur di sarana Pelayanan Kesehatan


(Yankes)?
2. Dapat mengetahui standar pelayanan:
 Medik herbal
 Pengobatan tradisional/TOGA
3. Dapat mengetahui penyelenggaraan komplementer dan alternative di sarana
Pelayanan Kesehatan (Yankes), Yankes Empiris dan Yankestrad Integrasi?
1.3.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemanfaatan akupunktur di sarana Pelayanan Kesehatan (Yankes)?


2. Bagaimana standar pelayanan:
 Medik herbal
 Pengobatan tradisional/TOGA
3. Bagaimana penyelenggaraan komplementer dan alternative di sarana Pelayanan
Kesehatan (Yankes), Yankes Empiris dan Yankestrad Integrasi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad)

2.1.1.Definisi

Pelayanan kesehatan tradisional/Yankestrad adalah gabungan pengetahuan,


keterampilan dan praktek yang berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman dari
kebudayaan tertentu, baik yang dapat dijelaskan maupun tidak dan yang digunakan
dalam pemeliharaan kesehatan serta pencegahan, diagnosis, perbaikan atau
pengobatan penyakit fisik dan mental (Traditional Medicine, WHO). Yankestrad
adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat (UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan).

2.1.2.Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional

Pelayanan kesehatan tradisional terdiri dari 3 jenis yaitu:

2.1.2.1.Yankestrad Empiris

Penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanya terbukti secara


empiris. Ketentuan:

a. Dapat dipertanggung jawabkan dan digunakan secara rasional.


b. Dalam rangka upaya promotif perventif.
c. Digunakan dalam pendekatan holistik dan alamiah untuk menyeimbangkan
kembali antara kemampuan adaptasi dengan penyebab gangguan kesehatan.
d. Tidak bertentangan dengan norma agama (klenik,mistik/menggunakan bantuan
gaib) dan norma yang berlaku di masyarakat.
e. Tidak bertentangan dengan program pemerintah dalam upaya kesehatan
masyarakat.
Pendaftaran
Upaya
SDM Keilmuan Pendidikan dan Tempat
Kesehatan
Perizinan

Penyehat Terbukti  Informal Promotif STPT Mandiri atau


tradisional secara (khusus) dan berlaku 2 praktik
empiris  Nonformal preventif tahun dan berkelompok
(magang dapat di panti
pada hatra diperbaharui sehat
senior)

2.1.2.2.Yankestrad Komplementer

Penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan


biokultural dalam penjelasnya serta manfaat dan kemananya terbukti secara ilmiah.
Jenis Yankestrad Komplementer ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat
rekomendasi dari tim, yang terdiri dari Kemkes, OP, praktisi dan pakar Kestrad.

Pendaftaran
Upaya
SDM Keilmuan Pendidikan dan Tempat
Kesehatan
Perizinan

Tenaga Biokultural Formal Promotif, STR TKT Mandiri atau


kesehatan dan minimal D3 preventif, dan SIP TKT berkelompok
tradisional biomedia di bidang kuratif dan di fasilitasi
(Nakestrad) terbukti Yankestrad rehabilitatif pelayanan
secara kesehatan
ilmiah tradisional

2.1.2.3.Yankestrad Integrasi

Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan


kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer, baik
bersifat pelengkap atau pengganti.
Pendaftaran
Upaya
SDM Keilmuan Pendidikan dan Tempat
Kesehatan
Perizinan

Dilakukan Komunikasi Formal Promotif, STR dan SIP Fasilitasi


secara Yankes minimal D3 preventif, pelayanan
bersama Konvensional kuratif dan kesehatan
oleh dan rehabilitatif
Nakes Yankestrad
Komplementer

2.1.3.Tatacara Pelayanan, Registrasi dan Perizinan

2.1.3.1.Penyehat Tradisional (Hattra)

Syarat dan ketentuan:

a. Hatra hanya dapat menerima klien sesuai keilmuan dan keahlian.


b. Bila berhalangan praktik tidak dapat digantikan oleh Hattra lainya.
c. Bila tidak mampu memberikan pelayanan, wajib mengirimkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
d. Wajib memiliki STPT.
e. Tidak melakukan intervensi tubuh yang bersifat invasif.
f. Hanya dapat memiliki 1 STPT dan 1 tempat praktik.
g. Izin praktik perseorangan melekat pada STOT Hattra.
h. Setiap panti sehat harus memiliki izin sarana.
i. Wajib menaati kode etik hattra. Syarat untuk mendapatkan STPT: STPT hanya
diberikan Hattra yang tidak melakukan intervensi terhadap tubuh yang bersifat
invasif serta tidak bertentangan dengan konsep dan ciri khas Yankestrad empiris.
STPT berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang.

Persyaratanya yaitu :

a. Surat pernyataan mengenai metode atau tahnik pelayanan yang diberikan.


b. Fotokopi KTP yang masih berlaku.
c. Pas foto terbaru 4x6 2 lembar.
d. Surat keterangan lokasi praktik dari kelurahan atau kantor desa.
e. Surat pengantar dari Puskesmas.
f. Rekomendasi Dinkes Kabupaten/Kota (dilakukan setelah penilaian teknis).
g. Surat rekomendasi dari asosiasi terkait.

Syarat untuk memperpanjang STPT:

a. Fotokopy STPT yang masih berlaku.


b. Rekomendasi Dinkes Kabupaten/Kota (dilakukan setelah penilaian teknis).
c. Permohonan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum jangka waktu STPT
berakhir.

2.1.3.2.Tenaga Kesehatan Tradisional (Nakestrad)

Syarat dan ketentuan:

a. Pemberian Yankestradkom harus sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan


dan SPO.
b. Bila berhalangan praktik dapat digantikan oleh Nakestrad lain yang memiliki
kompetensi dan kewenangan yang sama.
c. Bila tidak mampu memberikan pelayanan wajib merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan tradisional.
d. Wajib memiliki STR TKT dari konsil (berlaku 5 tahun).
e. Wajib memiliki SIP TKT.
f. Pembaharuan SIP TKT dilaksanakan sepanjang STRTKT masih berlaku.
g. Wajib mematuhi etika profesi.

Persyaratan STRTKT DAN SIPTKT bagi Nakestrad:

 STRTKT Diterbitkan oleh konsil/MTKI


a. Ijazah Kestrad.
b. Sertifikasi kompetensi.
c. Surat keterangan sehat.
d. Pernyataan telah mengucapkan sumpah profesi.
e. Pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
 SIPTKT diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atas Rekomendasi
Pejabat Kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota.
a. STRTKT.
b. Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari Pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2.1.4.Sumber Daya Manusia Pelayanan Kesehatan Tradisional

Dokter (Akupunktur, Herbal) Perawat, Bidan, Fisioterapi

Harus memiliki: Harus memiliki:

 Sertifikasi kompetensi/CPD yang  Sertifikat pelatihan akupunktur


dikeluarkan oleh PDAI, PERDAFKI  Sertifikat BPPSDMK KEMENKES
 Sertifikasi BPPSDMK KEMENKES  KURMOD: Terakreditasi BPPSDMK
 KURMOD: Terakreditasi BPPSDMK KEMENKES
KEMENKES  Register dan izin: STR dan SIP
 Register dan izin: STR dan SIP profesi perawat/bidan/fisioterapi
profesi dokter

2.1.5.Panti Sehat

2.1.5.1.Jenis-Jenis Panti Sehat

Panti sehat tidak boleh melaksanakan pelayanan rawat inap. Panti sehat dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu terdiri dari:

a. Panti sehat perorangan yaitu: tempat Hattra melakukan pelayanan secara


perorangan. Sedangkan ijin penyelenggaraan panti sehat perorangan melekat pada
STPT yang dimiliki oleh penyehat tradisional (Hattra).
b. Panti sehat berkelompok yaitu: tempat hattra melakukan pelayanan secara
bersama-sama yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum dan harus
memiliki penanggungjawab teknis yang memiliki STPT.
2.1.5.2.Izin Penyelenggaraan Panti Sehat

Mengajukan surat permohonan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan


melampirkan:

a. STPT masing-masing hattra.


b. Fotokopy pendirian badan usaha, kecuali perorangan.
c. Identitas lengkap pemohon.
d. Surat keterangan domisili dari kelurahan.
e. Profil panti sehat (struktur organisasi kepengurusan, daftar tenaga, sarana dan
prasarana, jenis pelayanan yang diberikan).
f. Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (setelah dilakukan penilaian).

2.1.6.Penggunaan Alat dan Teknologi

Alat dan teknologi kesehatan tradisional dapat berupa instrumen, mesin dan
bahan lain yang tidak mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah dan
meringankan keluhan, dan memulihkan kesehatan.

a. Penggunaan alat dan teknologi Hattra


 Hanya dapat menggunakan alat dan teknologi yang aman bagi kesehatan dan
sesuai dengan metode/ilmunya.
 Dilarang menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
 Penggunaan alat dan teknologi harus memiliki izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang.
b. Penggunaan alat dan teknologi Nakestrad
 Dilarang menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran
kecuali bila sesuai dengan metode, kompetensi dan kewenanganya.

2.1.7.Obat Tradisional

Penggunaan obat tradisional terdiri dari 2 jenis yaitu:

a. Sediaan jadi obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang
memiliki nomor izin edar. Sedangkan cara pemberian sediaan jadi obat tradisional
harus sesuai dengan aturan pakai yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
keluhan.
b. Sediaan jadi obat tradisional racikan sendiri contonya jamu yang dibuat segar,
ramuan simplisia kering dan obat ramuan luar. Pemberian obat tradisional
penyehat tradisional tidak boleh mencampur antara obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka yang diproduksi oleh industri dengan obat tradisional
racikan sendiri.

2.2.Akupunktur dalam Pelayanan Kesehatan (Yankes) Tingkat Rumah Sakit

2.2.1.Dasar Ilmiah

Mekanisme dasar reaksi biologi setelah jarum menusuk permukaan tubuh


menuju titik akupunktur dapat dijelaskan dalam 4 domain biomolekuler dan biofi sika,
yaitu inflamasi lokal sekitar tusukan jarum, transmisi antar sel, refl ek cutaneo somato
visceral dan transmisi neural menuju ke otot.

Pada dasarnya pengobatan akupunktur dilakukan dengan merangsang berbagai


titik di permukaan tubuh sebagai usaha membuat keseimbangan berbagai fungsi
organ. Daerah di permukaan tubuh yang disebut sebagai titik akupunktur merupakan
suatu sistim fungsional tubuh yang memberikan efek pengobatan secara fungsional
juga. Penelitian akhir-akhir ini menemukan banyak bukti tentang peranan
neurotransmitter pada reaksi setelah rangsang akupunktur, terutama endo-genous
opioid peptida, serotonin, dan noradrenalin dalam susunan saraf pusat. Zat-zat
tersebut disekresi akibat rangsangan dengan modulasi tertentu. Dapat dimengerti
bahwa pengobatan akupunktur adalah terutama untuk kelainan fungsional dan kurang
bermanfaat untuk kelainan anatomis.

2.2.2.Teknik

Kata akupunktur berarti tusuk jarum; tetapi terbukti bahwa titik-titik


akupunktur yang merupakan reseptor di permukaan tubuh dapat dirangsang dengan
bermacam cara, asalkan berupa energi; maka berkembang berbagai cara/teknik
rangsangan pada titik akupunktur ini.
Cara-cara lain tersebut:

a. Elektrik: disebut Elektro Akupunktur


b. Laser: disebut Laser Akupunktur
c. Suara: disebut Sono Akupunktur
d. Injeksi: disebut Aqua Akupunktur
e. Jarum Suntik: disebut Dry Needling Akupunktur
f. Tekanan Jari: disebut Akupresur

Dokter boleh mempergunakan semua teknik akupunktur, akupunkturis bukan


dokter sampai saat ini hanya berhak mempergunakan akupunktur murni dengan jarum
akupunktur atau akupresur saja. Pembedaan ini berdasarkan profesi yang berkaitan
dengan kode etik dan wewenangnya.

2.2.3.Penelitian di Bidang Kesehatan

Penelitian akupunktur di Surabaya sampai saat ini meliputi:

 Cara pengobatan sederhana berupa Teknologi Tepat Guna Akupunktur untuk


Dokter, Paramedis dan Kader Kesehatan yang dapat dilakukan di daerah terpencil,
yang juga penting untuk kesehatan lapangan militer.
 Cara rehabilitasi penderita sebagai pelengkap di rumah sakit yang tidak memiliki
alat rehabilitasi medik yang memadai.

2.2.4.Indikasi dan Kontraindikasi

WHO membuat nomenklatur tentang indikasi dan kontraindikasi penggunaan


akupunktur:

a. Standard by The WHO Western Pacific Regional Consultation Meeting 1984.


b. Diperbarui di Geneva sebagai Report of a WHO Scientific Group: A Proposed
Standard International Acupuncture Nomenclature, 1991.

Pada dokumen tersebut tercantum hal-hal sebagai berikut:

2.2.4.1.Indikasi

a. Saluran napas: berbagai radang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Mata: kelainan bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi.
c. Mulut: penanggulangan nyeri dalam pencabutan gigi dan radang kronis.
d. Saluran cerna berbagai kelainan fungsional sekresi asam lambung, nyeri, dan
radang.
e. Saraf, otot, dan tulang: problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan, serta radang
sendi.

2.2.4.2.Kontraindikasi

a. Keadaan hamil.
b. Pengguna pacu jantung.
c. Menusuk dekat daerah tumor ganas.
d. Menusuk daerah kulit yang sedang meradang.

WHO juga menghimbau perlindungan dan pencegahan penularan Hepatitis


dan HIV/AIDS melalui jarum akupunktur melalui pendidikan terhadap praktisi
akupunktur dan masyarakat pemakai jasa akupunktur.
Akupunktur dapat juga digunakan sebagai:

a. Terapi alternatif penyakit yang secara konvensional belum jelas obatnya.


b. Terapi alternatif penyakit yang sudah kurang bereaksi terhadap terapi
konvensional.
c. Penunjang terapi konvensional.
d. Salah satu cara rehabilitasi penyakit berat, seperti stroke, terutama di daerah yang
kurang peralatannya.

Pemanfaatan akupunktur dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia


diharapkan dapat lebih optimal. Masyarakat perlu lebih kritis mengenai indikasi dan
kontraindikasi akupunktur yang menunjukkan kelebihan maupun keterbatasan
pengobatan akupunktur.

2.2.5.Akupunktur dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Pelayanan sebaiknya sesuai kebutuhan; dapat dibagi menjadi 2 model


pelaksanaan:

a. Pelayanan Akupunktur di poliklinik tersendiri Model ini dapat melaksanakan


pelbagai macam pelayanan kesehatan (promotif, preventif, protektif, kuratif, dan
bahkan rehabilitatif). Untuk kegiatan promotif dan rehabilitatif, akupunktur
bekerja sama dengan bidang lain dan sangat diharapkan dapat berfungsi suportif.
Kegiatan kuratif dapat menjadi model pelayanan tersendiri; model ini dapat
menguntungkan bila dapat bekerjasama sebagai model pengobatan lain; tetapi
dapat merugikan bila menjadi eksklusif, tidak mengenal atau dikenal bagian lain.
Untuk itu dibutuhkan pengelola program yang dapat mempromosikan manfaat
akupunktur.
b. Pelayanan Akupunktur Terintegrasi dalam Bidang Lain Dalam model ini
akupunktur dapat bermanfaat dalam semua skenario pelayanan kesehatan karena
tidak berd iri sendiri. Akupunktur menjadi bagian tindakan medis yang dapat
dimanfaatkan secara tepat guna.

Keuntungan:

 Dapat diterima dan dilaksanakan oleh tenaga medis maupun paramedis.


 Dapat lebih merata dan dimanfaatkan baik untuk suportif maupun alternatif.
 Dengan diterima sebagai pelajaran pilihan dalam pendidikan tenaga kesehatan.

Kerugian: Tidak terlihat sebagai disiplin ilmu tersen diri.

c. Akupunktur dalam UPF Rehabilitasi Medik Banyak kasus di bidang rehabilitasi


medik, terutama yang berhubungan dengan nyeri dan karena sprain dan strain
otot membutuhkan waktu penyembuhan lama; akupunktur dapat menjadi
penunjang untuk peningkatan kualitas terapi. Di rumah sakit yang peralatan
rehabilitasi medisnya masih kurang lengkap, akupunktur dapat dimanfaatkan
sebagai terapi alternatif.
d. Akupunktur dalam Pain Center Onkologi Peranan akupunktur untuk pain relief
telah terbukti cukup baik sebagai pengganti analgesia tingkat sedang. Tindakan
akupunktur meningkatkan kadar morphin-like substance dalam otak. Selain itu,
akupunktur juga bermanfaat untuk hal-hal lain seperti: immunologi, menunjang
dan meningkatkan kesegaran tubuh, serta mengurangi komplikasi (seperti
anoreksia dan singultus).
e. Akupunktur dalam Penyakit Dalam dan Penyakit Anak Akupunktur dapat
dimanfaatkan untuk immunologi, alergi, dan penyakit fungsional lain.
f. Akupunktur dalam Kebidanan dan Kandungan Peranan akupunkt ur dalam
bidang reproduksi diharapkan menjadi salah satu model yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah medis. Pada persalinan akupunktur dapat dimanfaatkan
sebelum induksi persalinan.
g. Akupunktur dalam bidang Anestesi Penelitian membuktikan bahwa anestesi
dapat dilakukan dengan cara akupunktur, baik pada tindakan yang kecil maupun
sedang, tanpa komplikasi berarti.
h. Akupunktur dalam bidang Neurologi Akupunktur dapat mengefektifkan
penggunaan obat dan meningkatkan kualitas terapi pada migren, sefalgi, dan
paresis.

2.2.6.Akupunktur dalam Teknologi Kedokteran

Akupunktur sebagai inovasi bidang kedokteran akan dapat dimanfaatkan


untuk menunjang teknologi diagnostik dan terapi seperti karakteristik refl ek nyeri
pada titik akupunktur di permukaan tubuh, dan pengukuran satuan kelistrikannya
untuk menunjukkan kelainan fungsional organ viscera (mirip EMG dan ECG) dan
disebut sebagai Elektrografi Akupunktur.

Dalam bidang terapi saat ini telah dibuat dan dimanfaatkan alat yaitu laser
needle equipment yang dapat diatur dosis lasernya sesuai dengan kebutuhan organ
viscera yang sakit.

2.2.7.Sistem Pelayanan Akupunktur di Rumah Sakit

a. Status penderita dalam bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat


b. Perlu standar terapi supaya tidak terjadi bias dalam evaluasi.
c. Model suportif dengan terapi konvensional ditujukan untuk meningkatkan kualitas
terapi.
d. Informasi kemampuan/indikasi perawatan dengan akupunktur perlu diberikan
kepada semua unit lain di rumah sakit.
e. Honor perawatan disesuaikan dengan standard rumah sakit setempat.
2.2.8.Kebutuhan Tenaga

a. 1 dokter penanggung jawab kompeten akupunktur medik.


b. 2 petugas akupunkturis lulusan D3 Akupunktur (Akupunktur Terapis).
c. 1 tenaga administrasi.

2.2.9.Peralatan Akupunktur untuk Rumah Sakit

a. 4 Tempat tidur perawatan.


b. Jarum akupunktur semua ukuran/model.
c. Elektrostimulator.
d. Laser chamber untuk akupunktur (He-Ne Power output 5 mW) untuk kasus anak.
e. Alat penunjang medis.
f. Formulir pencatatan dan pelayanan.
g. Alat penunjang lain.
h. Penunjang (ruang administrasi).
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Akupunktur bermanfaat untuk pelayanan kesehatan tingkat rumah sakit, baik


dilakukan secara tersendiri maupun terintegrasi dengan bagian klinik lain. Rekayasa
alat bantu diagnosis dengan menggunakan fenomena titik akupunktur di permuk aan
tubuh sebagai ekspresi fungsi organ, akan memberi manfaat klinik dan sosial selain
mendo rong teknologi maupun keilmuan bidang kedokteran. Akupunktur akan lebih
berkembang dengan pendekatan biomedis dan mudah diterima kalangan medis
sebagai teknologi komplementer.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris. Jakarta :


Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional. Dinas Kesehatan Kabupaten

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1277/Menkes/Sk/Viii/2003


tentang Tenaga Akupunktur.

Litscher G, Schikora D (eds). 2005. Laserneedle Acupuncture: Science and Practice.


PABST Science Publ.

Ngawi. 2017. Penguatan Yankestrad di Kabupaten Ngawi. Ngawi: Seksi Yankestrad


Kabupaten Ngawi.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang Pemanfaatan


Akupunktur pada Sarana Pelayanan Kesehatan.

UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

WHO International Standard Terminologies on Traditional Medicine in the Western


Pacific Region. 2007. World Health Organization Western Pacific Region,
WHO.

WHO. 2008. Standard Acupuncture Point Locations in the Western Pacific Region.
World Health Organization Western Pacifi c Region, WHO.

Anda mungkin juga menyukai