Anda di halaman 1dari 4

1.

Kondisi DAS bagian hulu yang tadinya merupakan hutan lebat, belakangan
ini akibat ulah manusia menjadi gundul.
Pertanyaan:
a. Apa akibat terjadinya perubahan penggundulan hutan tersebut terhadap
lingkungan hutan tersebut.
a. Akibat dari penggundulan hutan dikawasan hulu terhadap lingkungan
hutan yaitu akan mengakibatkan fungsi hidrologis hutan sebagai kawasan
retensi dan detensi air akan berkurang sehingga akan menyebabkan
berbagai macam bencana. Bencana yang bisa terjadi dengan
dilakukannya penggundulan hutan yaitu berupa bencana banjir ketika
musim penghujan dan kekeringan ketika kemarau. Selain banjir dan
kekeringan , akibat lain dari penggundulan hutan yaitu habitat makhluk
hidup akan hilang dan berangsur – angsur mahkluk hidup tersebut akan
punah atau mereka akan melakukan migrasi kedaerah lain yang tidak
jarang memasuki kawasan pemukiman seperti yang terjadi dewasa ini.
b. Bagaimana dampaknya terhadap kawasan budidaya pertanian dan
permukiman.
b. Dampak dari penggundulan hutan terhadap kawasan budidaya pertanian
dan permukiman
 Kawasan budidaya pertanian: dampak yang akan terjadi dari
penggundulan hutan yaitu gagal panen karena tanaman menjadi
busuk akibat banjir, gagal panen karena tanaman tidak mendapat
pasokan air akibat kekeringan, gagal panen akibat produktivitas
tamanan nihil dimakan oleh makhluk hidup yang bermigrasi akibat dari
rusaknya habitat asli.
 Kawasan permukiman: dampak yang akan terjadi dari penggundulan
hutan yaitu terjadinya banjir ketika musim penghujan yang dapat
merusak sarana prasarana umum, kekeringan yang akan mengurangi
suplai air baku untuk kebutuhan sehari – hari.

2. Sebutkan usaha apa dalam perencanaan konservasi DAS agar bisa


dilaksanakan dengan baik?
Usaha dalam perencanaan konservasi DAS agar bisa dilaksanakan dengan baik
meliputi:
a. Perencanaan konservasi DAS untuk pengembangan wilayah:
Kegiatan yang erat hubungannya dengan penataan ruang seperti penetapan
kawasan lindung, penyangga, dan budidaya;
b. Perencanaan konservasi DAS untuk konservasi tanah:
Kegiatan pengelolaan lahan melalui konservasi tanah, ditujukan untuk
mengurangi tingkat bahaya erosi dan meningkatkan produktivitas lahan;
c. Perencanaan konservasi DAS untuk pengembangan sumberdaya air:
Kegiatan pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air ditujukan
untuk penyediaan air, mengurangi daya rusak air dan mengendalikan
sedimen;
d. Perencanaan kegiatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat;
e. Perencanaan kegiatan kelembagaan;
Perencanaan koordinasi antar lembaga.

3. Bagaimana usaha manajemen bencana alam seperti gempa bumi atau


tsunamiagar seminimal mungkin dapat mencegah korban yang lebih
besar?
Adapun upaya mitigasi bencana tsunami yang dapat dilakukan berdasarkan
empat pendekatan tersebut adalah:
a. Pendekatan Teknis
Yaitu dengan membangun sistem peringatan dini tsunami, seperti Tsunami
Early Warning System. Indonesia Tsunami Early Warning System yang
disingkat InaTEWS selain pembangunan sistem peringatan dini, hal lain yang
dapat dilakukan yaitu pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya
tsunami sebagai sebuah rencana kedaruratan dalam menghadapi tsunmai,
kemudian dapat juga membangunan tembok penahan tsunami pada garis
pantai yang berisiko, seperti bangunan pemecah ombak atau penahan
gelombang. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis
pantai meredam gaya air tsunami. Pembangunan tempat-tempat evakuasi
yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat atau bangunan ini harus
cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian tsunami.
b. Pendekatan Manusia
Misalnya pemerintah ataupun lembaga dapat memerikan pendidikan kepada
masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya tsunami. Selain
mengenai pengenalan bahaya masyarakat perlu mengetahui bagaimana
memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami. Masyarakat
juga perlu dikenalkan dengan peta rawan bencana, peta risiko bencana
tsunami, guna menambah pemahaman masyarakat mengenai bencana
tsunami.
c. Pendekatan Administratif
Pendekatan ini dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun organisasi secara
administratif dalam melakukan manajemen bencana, hal yang dapat
dilakukan misalnya menyusun payung hukum yang efektif dalam mewujudkan
upaya-upaya mitigasi bencana seperti penyusunan produk hukum yang
mengatur pelaksanaan upaya mitigasi, pengembangan peraturan dan
pedoman perencanaan dan pelaksanaan bangunan penahan bencana, serta
pelaksanaan peraturan dan penegakan hukum terkait mitigasi. Memberikan
perlindungan kepada kehidupan masyarakat, infrastruktur, dan lingkungan
pesisir serta Pemerintah juga perlu menyelenggarakan sebuah simulasi
terhadap bencana tsunami sebagai bentuk upaya mitigasi bencana
dalam pendekatan administratif. Hal penting lainnya yang perlu pemerintah
dan organisasi lakukan adalah melakukan peningkatan peran dan kerjasama
yang sinergis dari berbagai pihak, pengembangan forum koordinasi dan
integrasi program antar sektor, antar level birokrasi, guna meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam penanggulangan bencana, khususunya
bencana tsunami.
d. Pendekatan Kultural
Masih banyak anggapan oleh masyarakat bahwa terjadinya bencana adalah
takdir yang harus diterima dengan apa adanya, anggapan ini tidak benar dan
dapat membuat masyarakat melakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan yang sebenarnya dapat mereka lakukan. Dalam hal ini
masyarakat sebaiknya diberikan pemahanan secara lebih dengan melakukan
pendekatan yang sesuai dengan kultur masyarakat sekitar.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan limbah B3 rumah sakit,dan jelaskan


bagaimana sistem manejemen yang seharusnya diterapkan. Jika
melibatkan penggunaan alat, alat apa yang paling sesuai digunakan ,
jelaskan.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun atau biasa disebut dengan limbah B3
adalah limbah yang memiliki sifat infeksius, bahan kimia beracun, dan
sebagian bersifat radioaktif terhadap makhluk hidup. Salah satu limbah B3
yang dewasa ini menjadi perhatian publik adalah limbah B3 rumah sakit. Jenis –
jenis limbah B3 rumah sakit tergolong menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Limbah padat: organ tubuh, janin, darah, muntahan, urin dll.
b. Limbah benda tajam:suntikan;
c. Limbah farmasi;
d. Limbah kimiawi: limbah yang mengandung logam berat tinggi;
e. Limbah sitotoksis (limbah sisa obat pelayanan kemoterapi);
f. Limbah infeksius atau terkontaminasi organisme patogen.

Sebagai bentuk tanggung jawab, maka pihak rumah sakit perlu membentuk
sistem manajemen limbah B3 yang baik dengan langkah – langkah awal berupa
penempatan masing – masing limbah sesuai dengan jenisnya pada kantong
khusus. Misal untuk limbah padat ditempatkan pada kantong berwarna hitam,
limbah infeksius dan sitotoksik ditempatkan pada kantong berwarna kuning,
limbah kimia atau farmasi ditempatkan pada kantong berwarna coklat, dan
limbah radio aktif ditempatkan pada kantong berwarna merah.
Setelah dilakukan proses pemilihan tersebut, selanjutnya limbah dapat ditangani
lebih lanjut. Sebagai contoh untuk limbah infeksius harus ditangani dengan
teknologi insenerator dimana prinsip kerja dari teknologi ini adalah
memusnahkan limbah dengan pembakaran bersuhu tinggi (1000-1200oC)

5. How to do risk assesment for environmental pollution? Please explain with


a particular case study.
Menilai risiko lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
dengan menentukan kriteria, indikator, dan parameter dari lingkungan yang akan
dinilai. Sebagai contoh apakah suatu lingkungan DAS memiliki kinerja yang baik
atau tidak, dapat diketahui dengan menentukan terlebih dahulu kriteria, indikator
dan parameter yang akan digunakan. Misal pada suatu DAS kriteria yang
digunakan adalah tata air, indikator yang digunakan adalah debit sungai dengan
parameter berupa Indek Penggunaan Air (IPA). Maka untuk mengetahui apakah
kinerja DAS baik atau buruk bisa diketahui dengan menghitung nilai IPA dengan
cara membagi kebutuhan air (m3/detik) dengan ketersediaan air (m3/detik). Jika
nilai IPA semakin <1 maka kinerja DAS baik, namun apabila sebaliknya maka
kinerja DAS buruk.

Anda mungkin juga menyukai