Anda di halaman 1dari 4

BASMI HAMA: Petani menyemprot tanaman cabainya yang terkena virus kuning dengan minyak

cengkih di Desa Kampungbaru, Puncu, kemarin. (M FIKRI ZULFIKAR - RadarKediri/JawaPos.com)


Berita Terkait
 Jelang Natal, Harga Cabai Merah Melambung
 Harga Cabai Merah dan Keriting Naik Hingga Rp 6 Ribu Per Kilogram

Ketika lahannya terserang virus kuning sejak November 2017 lalu, petani cabai
di Desa Kampungbaru, Kecamatan Puncu sempat panik. Lahan sempat
dibongkar. Pestisida kimia digunakan. Namun tanaman tetap rusak. Daunnya
menguning dan mengeriting.

MOH. FIKRI ZULFIKAR

Pagi masih menunjukkan dinginnya. Sinar mentari seakan malu-malu


menunjukkan hangatnya. Namun para petani sudah bergegas ke ladang.
Sebagian membawa perbekalan yang dimasukkan rantang besi. Cangkul
hingga tangki semprot pun tergantung di punggungnya.

Mereka adalah petani Desa Kampungbaru, Kecamatan Puncu yang sedang


bersemangat mengawali aktivitas. Sebab Selasa pagi kemarin (9/1), petugas
Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri datang
memberi solusi atas masalah mereka selama satu bulan ini.

Yakni pengendalian virus kuning yang merusak tanaman cabai. Virus yang
dibawa hama kutu kebul itu membuat daun menguning dan mengeriting.
Akibatnya, tanaman tidak berbuah lagi.

Melihat areal di sentra-sentra cabai Kabupaten Kediri –seperti di Puncu dan


Kepung– dispertabun memberi solusi cara memerangi virus dengan pestisida
nabati. Ini lebih aman daripada pestisida kimia.
“Kami coba berikan cairan minyak cengkih agar tanaman cabai kondisinya bisa
pulih lagi,” ungkap Kabid Holtikultura Dispertabun Kabupaten Kediri Anang
Widodo saat ditemui di lokasi.

Di lahan cabai, petugas pengendalian virus langsung memberikan olahan


minyak cengkih yang dikemas dalam botol bekas air mineral. Oleh para petani,
sebagian cairan dicampur dengan air. Lalu dimasukkan tangki semprot.

“Setelah diracik langsung disemprot ke tanaman cabai yang kena virus kuning.
Insya Allah tanaman akan pulih,” terangnya.

Pengendalian virus kali ini memang melalui pendekatan dengan pestisida


nabati. Ini karena penggunaan pestisida kimia sudah terlalu jenuh. Tampaknya,
dispertabun ingin membiasakan cara penanganan lebih ke organik yang lebih
aman bagi tanaman maupun petani.

“Dengan minyak cengkih ini kandungan zatnya berupa eugenol juga mampu
memperbaiki struktur tanaman yang rusak,” terang pria yang kala itu memakai
topi berlambang negara Indonesia.

Minyak cengkih sudah biasa digunakan untuk tanaman keras seperti di


perkebunan. Minyak itu manjur untuk tanaman keras sebagai pestisida bakteri
dan hama. Makanya dispertabun pun mengaplikasikan pada tanaman cabai
yang terkena virus kuning.

“Awalnya telah kita lakukan percobaan di sentra Kebonrejo, Kepung. Hasilnya


memuaskan. Kini akan kita sebarluaskan, termasuk di Kampungbaru ini,” papar
Anang.
Dari percobaan awal di Kebonrejo terlihat perkembangannya signifikan.
Awalnya, para petani kebingungan. Lantaran tidak tahu cara menangani virus
kuning, mereka sempat membongkar lahannya. Lalu diganti tanaman baru.

Namun setelah lahan disemprot minyak cengkih, daun yang menguning


menjadi hijau. “Terlihat respons dari sisi klorofilnya. Daun yang awalnya
menguning kemudian berfotosintesis dengan optimal. Sehingga produksi lebih
baik,” ungkap Anang.

Selain daun menghijau, tunas-tunas baru dan batang tanaman cabai pun
memanjang. Dalam seminggu percobaan, responsnya terus positif. “Melihat
suksesnya percobaan awal itu kini kita terapkan masal di Kampungbaru. Kita
prediksi satu sampai dua minggu ke depan tanaman cabai di sini pulih kembali,”
terang Anang.

Untuk meracik sendiri pestisida minyak cengkih cukup mudah. Petani bisa beli
minyak cengkih satu liter di toko kelontong atau apotek. Minyak itu bisa
digunakan untuk luas lahan 100 hektare. Agar performa optimal, racikan minyak
cengkih dengan takaran 0,25 mililiter (ml) dicampur dengan 0,25 ml sabun cuci
rendah deterjen atau satu banding satu.

Kemudian dilarutkan dengan satu liter air. “Untuk sabun cuci campurannya itu
kita pakai sabun Mama Lemon atau Sunlight,” ujarnya.

Racikan minyak cengkih ini memang tak bisa langsung membunuh hama kutu
kebul. Namun cukup efektif mengembalikan hijau daun agar optimal. Lantas
bagaimana membasmi hamanya? Anang pun memberikan arahan agar petani
memberi perangkap likat kuning yang bisa menarik perhatian hama. Saat hama
datang akan tertempel dan tidak bisa kabur.
“Likat kuning juga cara alami tanpa kimia. Jadi cara yang kita beri saat ini kita
arahkan lebih ke organik,” terangnya.

Sebenarnya ada cara lain untuk membuat racikan minyak cengkih. Yaitu
menggunakan daun cengkih. Komposisinya, daun cengkih 1 kilogram (kg)
dicampur 4 liter air, kemudian diblender. Setelah direndam selama dua hari,
racikan tersebut bisa langsung digunakan.

Joko, petani Desa Kampungbaru yang juga ketua Kelompok Tani Jaya,
mengaku, lahannya terserang virus kuning sejak November. Dia telah
melakukan berbagai upaya melawan demi memulihkan tanaman cabainya.
Namun hasilnya tetap saja tanamannya rusak.

“Awalnya ada sales yang memberitahu ada pestisida yang bisa melawan virus
ini,” katanya saat ditemui setelah pengendalian virus kuning bersama.

Saat diterapkan, hama kutu kebul memang bisa mati. Tetapi setelah
penggunaan pestisida kimia itu, daun tanaman mulai menguning dan
mengeriting. Kini dengan minyak cengkih, Joko berharap, bisa memulihkan
tanamannya. Sehingga produksi cabainya kembali optimal.

“Semoga bisa pulih Mas. Sudah bingung kita hadapi virus kuning ini,” tegasnya.

(rk/fiz/die/JPR)

Anda mungkin juga menyukai