Anda di halaman 1dari 9

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 81

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PEKERJAAN STRUKTUR


PELAT LANTAI (STUDI KASUS GEDUNG ARSIP DINAS PEKERJAAN
UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KM. 3,5
PALANGKA RAYA)
Oleh: Albert1), Rudi Waluyo2), dan Apria B. P. Gawei3)

Value Engineering adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan terencana dengan tujuan
untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan biaya-biaya yang tidak perlu. Value Engineering
digunakan untuk mencari suatu alternatif-alternatif atau ide-ide yang bertujuan untuk menghasilkan
biaya yang optimal atau lebih efisien dari harga yang telah direncanakan sebelumnya dengan batasan
fungsional dan mutu pekerjaan. Penerapan Value engineering dilakukan pada pekerjaan struktur Pelat
Lantai yaitu pada Bangunan Gedung Arsip Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah KM.
3,5 Palangka Raya. Permasalahan yang ditinjau adalah bagaimana penerapan dan pengaruh Value
Engineering terhadap biaya Bangunan Gedung Bertingkat.
Penelitian dimulai dengan melakukan survai mengumpulkan data untuk kemudian dianalisis
menggunakan Value Engineering. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
gambar bangunan gedung, RAB Perencanaan Bangunan Gedung Tahap I, dokumen kontrak, brosur
material, buku-buku literatur, dan referensi yang berkaitan dengan Value Engineering. Dalam
melakukan proses Analisis Value Engineering terdiri dari 5 tahapan, yaitu tahap Informasi, Kreatif,
Analisis, Pengembangan dan Presentasi.
Hasil menunjukan bahwa Biaya pekerjaan Struktur Pelat lantai Exsisting adalah sebesar
Rp985.627.991,13 dan setelah di lakukan Velue Engineering biaya pekerjaan Struktur Pelat Lantai
menjadi sebesar Rp643.722.052 yaitu pada Alternatif 6 (Pelat Lantai komposit Floor Deck tipe W
dengan penambahan Balok dan Tulangan Wiremash) dan memberikan efisiensi biaya Pekerjaan
Struktur Pelat Lantai sebesar Rp 321.241.763 atau 32,59% dan 9,00% terhadap biaya keseluruhan
Bangunan Gedung Bertingkat.
Kata Kunci: Analisis Fungsi, Value Engineering, Penghematan Biaya, Efisiensi Biaya

PENDAHULUAN Tabel 1. Rekapitulasi RAB Perencanaan


Gedung Arsip Dinas Pekerjaan
Besarnya biaya dalam membangun bangunan
Umum Provinsi Kalimantan Tengah
gedung bertingkat menjadi pertimbangan
Km. 3,5 Palangka Raya
utama owner. Besarnya biaya bangunan
belum menjamin bahwa hal tersebut sudah
direncanakan dengan baik. Faktor penyebab
besarnya biaya adalah alternatif pemilihan
desain dan bahan material yang digunakan
(Sukma, 2011).
Biaya terbesar pada bangunan gedung
bertingkat umumnya terjadi pada pekerjaan
beton, terutama pada pekerjaan Pelat Lantai Pada Tabel 1 Tahap I menjelaskan biaya
karena pada pekerjaan ini memiliki bobot pekerjaan tertinggi sampai dengan terendah
persentase biaya terbesar. Sehingga jika mengunakan rangking. Rangking ke-1 (satu)
dilakukan review terhadap material pelat pekerjaan dengan biaya tertinggi pada
lantai maka akan memberikan pengaruh yang pekerjaan kolom LT.1, balok, pelat lantai
signifikan terhadap biaya bangunan gedung LT.2, tangga dengan total
bertingkat (Ustoyo, 2007). Rp1.128.822.194,03 dari keempat pekerjaan
tersebut pelat lantai LT2 menggunakan biaya
terbesar yaitu sebesar Rp466.599.568.25 dan
rangking ke-2 (dua) pekerjaan dengan biaya
tertinggi pada pekerjaan kolom LT.3, balok,
pelat lantai LT.3, tangga dengan total
____________________________
1) Albert adalah mahasiswa di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
2) Dr. Rudi Waluyo, S.T., M.T adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
3) Apria B. P. Gawei, S.T., M.T adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 82

Rp1.111.019.013,09 dari keempat pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat


tersebut pelat lantai LT3 menggunakan biaya kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
terbesar yaitu sebesar Rp519.068.422.88. berada di atas dan/atau di dalam tanah
Jadi, jika di totalkan biaya pelat Lantai LT.1, dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
plat Lantai LT.2 adalah sebesar manusia melakukan kegiatan, baik untuk
Rp985.627.991,13 atau 25,35% dari total hunian atau tempat tinggal, kegiatan
biaya pekerjaan keseluruhan bangunan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
gedung bertingkat. Hal ini memperkuat budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan
pernyataan Ustoyo (2007) sebelumnya. Gedung Bertingkat adalah bangunan berlantai
lebih dari dua.
Rumusan Masalah
Beton
Rumusan masalah penelitian ini adalah
Istilah-istilah beton menurut SNI 03-2847-
1. Bagaimana penerapan value engineering
2002 diantaranya:
terhadap pekerjaan struktur pelat lantai?
2. Bagaimana pengaruh value engineering 1. Beton adalah campuran antara Semen
terhadap biaya pekerjaan struktur pelat Portland atau semen hidraulik yang lain,
lantai dan biaya bangunan gedung agregat halus, agregat kasar dan air
bertingkat keseluruhan? dengan atau tanpa bahan tambahan
membentuk masa padat.
Tujuan Penelitian
2. Beton bertulang adalah beton yang
Tujuan penelitian ini adalah ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum,
1. Menganalisis penerapan value engineering
yang diisyaratkan dengan atau tanpa
terhadap biaya pekerjaan struktur pelat
prategang dan direncanakan berdasarkan
lantai.
asumsi bahwa kedua material bekerja
2. Menganalisis Pengaruh value engineering
bersama-sama dalam menahan gaya yang
terhadap biaya pekerjaan struktur pelat
bekerja.
lantai dan biaya bangunan gedung
3. Kuat tekan yang diisyaratkan f’c adalah
bertingkat keseluruhan.
kuat tekan beton yang ditetapkan oleh
TINJAUAN PUSTAKA perencanaan struktur (benda uji berbentuk
silinder diameter 150 mm dan tinggi 300
Value Engineering
mm), dipakai dalam perencanaan struktur
Adalah suatu usaha yang terorganiser yang beton, dinyatakan dalam mega pascal
diarahkan untuk menganalisis fungsi dari (MPa).
suatu bagian atau sistem dengan maksud 4. Kuat tarik leleh fy adalah kuat tarik leleh
mencapai fungsi yang diperlukan itu dengan minimum yang diisyaratkan atau titik leleh
biaya yang seminimal mungkin untuk dari tulangan dalam mega pascal (MPa).
memilikinya, konsisten dengan ketentuan- 5. Beton normal adalah beton yang
ketentuan untuk penampilan, keandalan, mempunyai berat isi 2.200-2.500 kg/m3
kualitas dan pemeliharaan (Chandra , 2014). menggunakan agregat alam yang dipecah
atau tanpa dipecah yang tidak
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
menggunakan bahan tambahan.
Menurut Ibrahim (1994), aencana anggaran
Bagian-Bagian Elemen Struktur
biaya suatu bangunan atau proyek adalah
Bangunan Gedung Bertingkat
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan
untuk bahan dan upah tenaga kerja serta Elemen struktur bangunan gedung bertingkat
biaya-biaya lainnya yang berhubungan dapat juga di sebut sebagai elemen struktur
dengan pelaksanaan bangunan atau proyek utama atau elemen struktur kaku di mana
tersebut (Ustoyo, 2007). setiap elemen struktur saling terhubung atau
terikat menjadi menjadi satu kesatuan yang
Bangunan Gedung Bertingkat
tidak bisa terpisahkan. Elemen struktur utama
Menurut kamus istilah Bidang Pekerjaan berfungsi memikul dan mendistribusikan atau
Umum Tahun 2008 (Cipta Karya) bangunan meneruskan beban. Bagian-bagian elemen
gedung adalah wujud fisik pekerjaan

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 83

struktur utama tersebut adalah fondasi, sloof, program komputer yang digunakan khusus
kolom, balok, dan pelat. untuk perencanaan gedung dengan konstruksi
beton, baja, dan komposit. Software tersebut
Pengertian Elemen Struktur Pelat Lantai
mempunyai tampilan yang hampir sama
Pelat lantai adalah struktur tipis yang dibuat dengan SAP 2000 karena dikembangkan oleh
dari beton bertulang dengan bidang yang perusahaan yang sama (Computers and
arahnya horizontal, dan beban yang bekerja Structures Inc, CSI) yaitu salah satu
tegak lurus pada bidang struktur tersebut. perusahaan pembuat piranti lunak (software)
Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil untuk perencanaan-perencanaan struktur.
apabila dibandingkan dengan bentang Software dari CSI tersebut sudah digunakan
panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton dilebih dari 160 negara (Riza, 2014).
bertulang ini sangat kaku dan arahnya
METODE PENELITIAN
horizontal, sehingga pada bangunan gedung,
pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau Jenis Penelitian
unsur pengaku horizontal yang sangat
Jenis penelitian ini adalah studi kasus.
bermanfaat untuk mendukung ketegaran
Penelitian studi kasus adalah penelitian
balok portal. Beban yang bekerja pada pelat
tentang status subjek penelitian yang
umumnya diperhitungkan terhadap beban
berkenan dengan suatu fase spesifik atau
gravitasi (beban mati dan beban hidup).
khas dari keseluruhan personalitas. Subjek
Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen
penelitian dapat saja individu, kelompok,
lentur. Oleh karena itu pelat juga
lembaga, maupun masyarakat. Tujuan studi
direncanakan terhadap beban lentur (Asroni,
kasus adalah untuk memberikan gambaran
2010).
secara mendetail tentang latar belakang,
Pelat Lantai Komposit Metal Deck sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas
(Composit steel Floor Deck) dari kasus, ataupun status dari individu, yang
kemudian dari sifat-sifat di atas akan
Lembar metal pada pelat lantai metal (metal
dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hasil
floodeck) berfungsi sebagai pengganti
dari penelitian kasus merupakan suatu
bekisting, penyangga adonan cor beton
generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal
sekaligus sebagai pengganti penulangan
dari individu, kelompok, lembaga dan
postif (tulangan baja sisi bawah). Dengan
sebagainya (Ustoyo, 2007).
bentuk bergelombang, pelat dapat menahan
beban beton dalam bentang tertentu. Jenis Data
Keberadaan tiang perancah bisa dikurangi.
Data penelitian terdiri dari dua jenis
Hasilnya proses pembetonan menjadi lebih
(Riduwan, 2005):
cepat (Kusuma, 2013).
1. Data primer
Wiremash
Data primer adalah data yang dihimpun
Wiremash (jaring kawat baja las) adalah langsung peneliti. Pada penelitian ini tidak
suatu bahan penulangan dari baja berbentuk menggunakan data primer.
PREFAB untuk digunakan di dalam beton 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh
bertulang. Wiremash terbuat dari kawat baja melalui sumber kedua. Data sekunder
bulat rata atau ulir dan keras. Kawat-kawat berupa data yang yang sudah tersedia dan
dilas bersama-sama dengan mesin las dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara
otomatis, yang menjamin jarak antar kawat membaca (dokumen), melihat (observasi)
seragam dan luas penampang lintang yang dan mendengarkan (wawancara) atau
konsisten. Dengan proses ini, kekuatan kawat disebut juga data dari pihak kedua
tidak menyusut selama dilas dan semua (Sarwono, 2006). Data ini digunakan
kawat tetap berada pada kedudukan masing- sebagai pendukung yang dapat dijadikan
masing yang tepat. input dan referensi dalam melakukan
analisis value engineering. Data sekunder
ETABS (Extended Three-Dimensional
yang di dibutuhkan di dalam penelitian ini
Analysis of Building Systems)
sebagai berikut:
ETABS (Extended Three-Dimensional Analysis a. Spesifikasi material
of Building Systems) adalah salah satu b. Harga material

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 84

c. Dokumen kontrak. Tahap pengembangan adalah tahapan


d. RAB (Rencana Anggaran Bangunan) menganalisis lebih lanjut dan menetapkan
Tahap I. daftar ide dan mengembangkannya
e. Gambar bangunan gedung. dengan memperhatikan keuntungan ke
f. SNI 2847:2013 (Persyaratan Beton dalam alternatif nilai.
Struktural untuk Bangunan Gedung). 5. Tahap presentasi (tahap 5)
g. SNI 1727:2013 (Beban Minimum untuk Tahap presentasi adalah tahapan
Perancangan Bangunan Gedung dan Presesntasi alternatif nilai kepada tim
Struktur Lain). manajemen dan pihak-pihak terkait atau
h. Harga satuan Kota Palangka Raya pembuat keputusan (desicion makers).
Tahun 2015 Triwulan IV , Semester II
ANALISIS DATA
(Oktober s.d. Desember 2015).
i. Referensi-referensi terkait. Tahap Informasi (Tahap 1)
Teknik Pengumpulan Data 1. Mengumpulkan data dan informasi
a. Lokasi aangunan gedung.
Teknik pengumpulan data pada penelitan ini
b. Gambar bangunan gedung.
adalah
c. RAB bangunan gedung tahap I
1. Wawancara 2. Menganalisis data dan informasi
Wawancara adalah suatu cara
Tabel 2. Perhitungan Bobot Biaya per Item
pengumpulan data yang digunakan untuk
Pekerjaan
memperoleh informasi langsung dari
sumbenya. Wawancara ini digunakan bila
ingin mengetahui hal-hal dari responden
secara lebih mendalam serta dengan
jumlah responden sedikit (Riduwan, 2005).
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk
memperoleh langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data
yang relevan dengan penelitian (Riduwan,
2005).
Tabel 3. Rekapitulasi Biaya dan Bobot Biaya
Teknik Analisis Data Pekerjaan Struktur Atas
Teknik analisis data yang digunakan adalah
Metode Value Engineering (SAVE Standard,
2007) sebagai berikut:
1. Tahap informasi (tahap 1)
Tahap informasi adalah tahapan
memahami keadaan proyek dan kendala
yang dapat mempengaruhi keputusan
3. Desain eksisting item pekerjaan yang
proyek.
ditinjau
2. Tahap kreatif (tahap 2)
Tahap kreatif adalah tahapan Tabel 4. Desain Pelat Lantai Eksisting
menghasilkan sejumlah ide yang berkaitan
dengan cara lain untuk melaksanakan
fungsi.
3. Tahap analisis (tahap 3)
Tahap analisis adalah tahapan mengurangi
jumlah ide yang telah diindetifikasi ke
dalam daftar ide yang memiliki peluang
terbesar untuk meningkatkan proyek.
4. Tahap pengembangan (tahap 4)

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 85

4. Menetapkan fungsi dasar Lanjutan Tabel 8.


Tabel 5. Fungsi Dasar Item Pekerjaan Pelat
Lantai

Tahap Kreatif (Tahap 2)


1. Menemukan item-item yang akan diubah
untuk fungsi primer
Tabel 6. Fungsi Item Pekerjaan Pelat Lantai
yang akan Dikembangkan

2. Kriteria desain pelat lantai


Tabel 7. Kriteria Desain Pelat Lantai
Tahap Analisis (Tahap 3)
1. Memberikan nilai rupiah pada setiap
alternatif
Tabel 9. Biaya Alternatif Desain Pelat Lantai

3. Memberikan cetusan, kreasi dan


penyempurnaan 2. Menyusun peringkat llternatif berdasarkan
pengehematan biaya
Tabel 8. Alternatif Desain Pelat Lantai
Tabel 10. Penghematan Biaya Alternatif
Desain Pelat Lantai

3. Membandingkan antara keuntungan dan


kerugian dari setiap alternatif
4. Memilih alternatif untuk perkembangan
selanjutnya.

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 86

a. Analisis kriteria desain pekerjan pelat Tabel 15. Metode Zero-One Mencari Indeks
lantai. Alternatif Desain Pelat Lantai
b. Analisis fungsi alternatif desain pelat Kriteria Terhadap Penghematan
lantai. Biaya
c. Metode Zero-One mencari bobot
kriteria desain pelat lantai (Tabel 11).
d. Metode Zero-One mencari indeks
alternatif pelat lantai (Tabel 12 s.d 18).
e. Matrik evaluasi alternatif pekerjaan
pelat lantai (Tabel 19).
Tabel 16. Metode Zero-One Mencari Indeks
Tabel 11. Metode Zero-One Mencari Bobot
Alternatif Desain Pelat Lantai
Kriteria Desain Pelat Lantai
Kriteria Terhadap Efektifitas Fungsi

Tabel 17. Metode Zero-One Mencari Indeks


Alternatif Desain Pelat Lantai
Kriteria Terhadap Ketersediaan
Material

Tabel 12. Metode Zero-One Mencari Indeks


Alternatif Desain Pelat Lantai
Kriteria Terhadap Biaya

Tabel 18. Metode Zero-One Mencari Indeks


Alternatif Desain Pelat Lantai
Kriteria Terhadap Pengawasan
Pelaksanaan
Tabel 13. Metode Zero-One Mencari Indeks
Alternatif Desain Pelat Lantai
Kriteria Terhadap Hasil Desain
Ulang

Tabel 19. Matrik Evaluasi Alternatif Desain


Pelat Lantai
Tabel 14. Metode Zero-One Mencari Indeks
Alternatif Desain Pelat Lantai
Kriteria Terhadap Penghematan
Waktu

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 87

Dari hasil Tabel 11 diperoleh alternatif 6 PENUTUP


(pelat lantai komposit floor deck dengan
Kesimpulan
penambahan balok dan tulangan
wiremash) yang memiliki total nilai tebesar Berdasarkan serangkaian Analisis Metode
di dalam memenuhi kriteria desain pelat Value Engineering pada Bangunan Gedung
lantai yaitu 49,65. Arsip Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Tengah KM. 3,5 Palangka Raya,
Tahap Pengembangan (Tahap 4)
maka diperoleh kesimpulan untuk menjawab
Rekomendasi tertulis termuat dalam Lampiran rumusan masalah pada penelitian ini sebagai
1. berikut:
Tahap Presentasi (Tahap 5) 1. Biaya pekerjaan struktur pelat lantai
eksisting adalah sebesar
Tabel 20. Persentase Efisiensi Biaya Pelat
Rp985.627.991,13 dan setelah dilakukan
Lantai Komposit (Alternatif 6)
value engineering biaya pekerjaan struktur
pelat lantai menjadi sebesar
Rp643.722.052 yaitu pada Alternatif 6
(pelat lantai komposit floor deck tipe W
dengan penambahan balok dan tulangan
wiremash).
Untuk lebih jelas efisiensi biaya yang 2. Setelah dilakukan value engineering hasil
diperoleh dari alternatif pelat lantai komposit menunjukan bahwa terjadi efisiensi biaya
(Alternatif 6) disajikan pada Gambar 1 dan pekerjaan struktur pelat lantai sebesar Rp
Gambar 2. 321.241.763 atau 32,59 % dan 9,00%
terhadap biaya keseluruhan bangunan
gedung bertingkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1971. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum
Dan Tenaga Listrik Direktorat Jenderal
Cipta Karya Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, Bandung.
Anonim. 1987. Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
Gambar 1. Grafik Perbandingan Pelat Lantai SKBI-1.3.53.1987 UDC: 624.042.
Eksisting dengan Pelat Lantai Yayasan Badan Penerbit PU.
Komposit (Alternatif 6) Anonim. 2001. Standard Minimal Gedung dan
Ruang Penyimpanan Arsip Inaktif.
Jakarta.
Anonim. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002). Bandung: Beta Version.
Anonim. 2008. Kamus Istilah Bidang
pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan
Umum Pusat Komunikasi Publik: Jakarta.
Anonim. 2013a. Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan Gedung (SNI
Gambar 2. Grafik Perbandingan Biaya
2847:2013). Jakarta: BSN.
Bangunan Bertingkat Pelat Lantai Anonim. 2013b. Beban Minimum untuk
Eksisting dengan Pelat Lantai Perencanaan Bangunan Gedung dan
Komposit (Alternatif 6)

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 88

Struktur Lain (SNI 1727:2013). Jakarta: Riza, M. M. 2014. Aplikasi Perencanaan


BSN. Gedung dengan ETABS. Azza Reka
Struktur.
Asroni, A. 2010. Balok dan Plat Beton
Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu. Saptono, A. 2007. Analisis Penentuan
Bangunan Atas Jembatan Dengan
Berawi, M. A. 2014. Aplikasi Value
Metode Value Engineering (Studi Kasus
Engineering Pada Industri Konstruksi
Pada Jembatan Kali Pekacangan
Bangunan Gedung. Jakarta: UI Press.
Kecamatan Kejobong Kurbalingga).
Bima, S. 2011. Aplikasi Value Engineering Program Magister Teknik Sipil Universitas
Dengan Metode Paired Comparison pada Islam Indonesia Yogyakarta.
Stuktur Pelat Beton (Studi Kasus:
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian
Gedung “X” Empat Lantai)” Fakultas
Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Teknik, Universitas Indonesia.
Graha ilmu.
Chandra, S. 2014. Maximizing Construction
Kusuma, G. & W. C. Vis. 1993. Grafik dan
Project and investment Budget Efficiency
Tabel Perhitungan Beton Bertulang, Seri
With Value Engineering. Jakarta: PT Elex
Beton 4. SKSNI T-15-1991-03. Jakarta:
Media Komputindo.
Erlangga.
Husen, A. Manajemen Proyek
2011.
Ustoyo, D. A. 2007. Aplikasi Value Engineering
(Perencanaan, Penjadwalan dan
terhadap Elemen Plat dan Fondasi pada
Pengendalian Proyek). Yogyakarta: Andi.
Proyek Pembangunan Gedung Rektorat
Kusuma, F. I. 2013. “Optimal dengan Dak Universitas Muhammadiyah Semarang.
Metal”. Jurnal Renovasi 44, pp.14. Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Nawy, E. G. 2010. Beton Bertulang Suatu
Pendekatan Dasar. Bandung: Refika
Aditama.
Pratiwi, N. A. 2014. Analisis Value Engineering
pada Proyek Gedung Riset dan Museum
Energi dan Mineral Institut Teknologi
Bandung. Fakultas Teknik, Universitas
Sriwijaya.
Riduwan. 2005. Metode dan Teknik Menyusun
Tesis. Bandung: CV Alfabeta.

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 89

Lampiran 1

Volume 3, Nomor 1, Januari 2017


Jurusan/Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik–Universitas Palangka Raya

Anda mungkin juga menyukai