TINJAUAN PUSTAKA
organik yang berlangsung didaratan muka bumi yang diengaruh oleh faktor-faktor
lingkungan yang berproses dengan waktu sangat panjang, dan terbentuk sebagai
gabungan dari materi alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-
horizon, yang terdiri dari campuran bahan-bahan mineral, organik, air dan udara,
Tanah dapat berfungsi secara kimiawi sebagai gudang dan penyedia unsur
hara atau nutrisi dimana senyawa organik maupun anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Belerang (S), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan
(Mn), Boron (B), dan Chlor (Cl). Sedangkan, tanah berfungsi secara biologis
sebagai tempat hidup mahluk hidup yang berperan aktif dalam penyediaan unsur
hara dan zat-zat aditif atau pemacu tumbuh, proteksi bagi tanaman
(Hanafiah,2010).
Provinsi Jambi memiliki area lahan kering dengan luas 5,1 juta hektar,
lahan kering ini memiliki tiga macam jenis tanah yakni tanah ultisol (Podsolik
Merah Kuning) sebanyak 53,46%, latosol 17,3% serta andosol7,5%, dan sisanya
jenis gley humus hidromorfik kelabu dan aluvial (Pusat Penelitian Tanah dan
7
8
Agroklimat, 1993). Menurut penelitian Paiman, (2010) jenis tanah yang berada di
Desa teranta Baru dan Bulian Baru Kabupaten Batanghari mendapat deskripsi
profil tanah menunjukkan bahwa di Desa Terentang Baru dan Bulian Baru
batubara sebagian besar diekspor ke luar negeri, dengan volume ekspor pada
tahun 2006 yakni 103.564.022,73 ton, meningkat pada tahun 2009 menjadi
152.924.098,30 ton (Suryanto dkk., 2010). Provinsi Jambi memiliki luas wilayah
persegi serta luas perairannya sebesar 3.274,95 kilometer persegi. Dengan luas
daratan yang luas Provinsi Jambi memiliki potensi batubara sekitar 1,5 miliar ton
dengan jumlah produksi yang dihasilkan sekitar 5 ton pertahun, batubara yang di
pertambangan emas, minyak dan batubara. Pada akhir 2015 luas area izin operasi
terbuka (open pit mining) dengan metode gali-isi kembali (Back fillings method).
hitam kecoklatan, kilap kusam, mengotori tangan, dan memiliki kandungan kalori
3100 kal/gram hingga 5600 kal/gram dan merupakan jenis batubara jenis lignite
2.2.1 Batubara
dari pengendapan sisa tumbuhan purba yang selanjutnya terjadi proses fisika serta
diantara 290 juta sampai 360 juta tahun yang lalu. Tumbuhan terendap di dalam
tanah dan berubah menjadi tanah gambut (peat), lalu berubah menjadi batubara
waktu yang lama yakni puluhan sampai jutaan tahun dan dipengaruhi oleh
a. Lignite
Lignite merupakan batubara yang memiliki tingkatan rendah, dimana jenis ini
dalam tingkat klasifikasi batubara berada pada massa transisi dari jenis gambut ke
batubara. Batubara jenis ini berwarna hitam dan teksturnya menyerupai kayu.
b. Sub-bitumine
Batubara jenis ini memiliki warna hitam dan mempunyai kandungan air, zat
10
terbang, oksigen yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah. Sifat-sifat
c. Bitumine
Batubara jenis bitumine ini merupakan batubara yang berwarna hitam dengan
d. Antrasit
Antrasit merupakan jenis batubara yang memiliki tingkatan paling tinggi yang
memiliki kandungan karbon lebih dari 93 % serta kandungan zat terbang kurang
dari 10 %. Antrasit memiliki tekstur keras, kuat dan sering kali berwarna hitam
secara alami dalam tingkatan yang berbeda dimulai dari lignite, subbitumine,
bitumine, dan antrasit. Didunia perdagangan dikenal dengan Hard Coal dan
Hard coal merupakan jenis batubara dengan hasil kalori yang lebih tinggi
terdiri dari sulfur dan nitrogen dalam jumlah yang kecil, air dan abu mineral
pada lapisan bumi yang dekat permukaan tanah, hal ini yang mendasari
penambangannya dengan cara terbuka (open pit mine methode). Metode ini
penutup, pola hidrologi, dan kerusakan tubuh tanah (Mulyanto, 2008), sehingga
12
1. Limbah tailing
penurunan kemampuan mengikat unsur hara dan air, kandungan hara, kapasitas
tukat kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB), dan mengakibatkan tidak
pertahun diperoleh dari penambangan bahan mineral dan logam. Jika pelaksanaan
tata cara penambangan dilakukan secara tepat, seharusnya bagian tanah yang
paling atas (tanah pucuk), dipisahkan dari bahan galian di bawahnya untuk
3. Erosi
Kondisi lahan yang tidak bervegetasi merupakan alah satu ciri khas dari
areal bekas tambang yang belum direklamasi, dengan bentuk permukaan lahan
yang tidak beraturan. kondisi ini menyebabkan tanah pucuk atau bahan
(overburden) mudah mengalami erosi, baik yang disebabkan oleh curah hujan
13
2010).
Logam berat dan air asam merupakan pencemaran yang dihasilkan oleh
2.3 Mangan
berat atom 54,93, titik lebur 1247 0C, dan titik didihnya 2032 0C. Mangan (Mn)
ditemui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi. Air yang
Kandungan mangan yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan
domestik yaitu dibawah 0,05 mg/l. Air yang berasal dari sumber tambang asam
agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2,
Mn3O4 atau MnCO3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat
(Achmad, 2004).
14
Dalam jumlah yang kecil (<0,5 mg/l) , mangan (Mn) dalam air tidak
kesehatan otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku, serta
2010).
Tetapi dalam jumlah yang besar (>0,5 mg/l), mangan (Mn) dalam air
minum bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf,
insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka
menjadi beku dan muka tampak seperti topeng/mask (Slamet, 2007). Teknologi
1. Oksidasi
2. Ion Exchange
4. Sequestering Process
5. Lime Softening
6. Adsorpsi (Penyerapan)
7. Filtration (Penyaringan)
reaktif yang mudah menggabungkan dengan ion dalam air dan udara. Di bumi,
mangan ditemukan dalam sejumlah mineral kimia yang berbeda dengan sifat
fisiknya, tetapi tidak pernah ditemukan sebagai logam bebas di alam. Mineral
15
yang paling penting adalah pyrolusite, karena merupakan mineral biji utama untuk
mangan. Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal
dari tanah dan bebatuan. Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat
(Pacini,2005).
relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah. Kandungan mangan yang diizinkan
dalam air yang digunakan untuk keperluan domestik yaitu dibawah 0,05 mg/l. Air
yang berasal dari sumber tambang asam dapat mengandung mangan terlarut
dengan konsentrasi ±1 mg/l. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob
terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2, Mn3O4 atau MnCO3 meskipun
Dalam jumlah yang kecil (<0,5 mg/l), mangan (Mn) dalam air tidak
kesehatan otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku, serta
karbohidrat dan protein membentuk energi yang akan digunakan (Febrina dan
Ayuna, 2015).
proses pelapukan, atau dari letusan gunung merapi. Jika siklus alamiahnya tidak
efek racun pada manusia. Tanah secara alamiah mengandung logam berat yang
16
sebagian logam berat berperan dalam proses fisologis tanaman seperti Fe, Cu, Zn
dan Ni, tetapi dengan jumlah yang relatif sangat sedikit, bila dalam jumlah
berlebih pada tanaman akan memberikan efek tosisitas. Unsur Mangan (Mn)
merupakan pencemar kimia dalam lingkungan dan sangat beracun bagi tumbuhan,
bumi
3. Penggunaan bahan kimia untuk pupuk atau pembenah tanah (soil conditioner)
2.5 Biochar
dalam lingkungan nol atau oksigen rendah. Karena sifat-sifatnya yang melekat,
secara ilmiah diaplikasi untuk tanah di keadaan tertentu diharapkan akan mengikat
efek merugikan jangka pendek dan panjang untuk lingkungan yang lebih luas
serta kesehatan manusia dan hewan. "Biochar sebagai bahan didefinisikan sebagai
" arang untuk aplikasi pada tanah ". Perlu dicatat bahwa istilah 'biochar' umumnya
terkait dengan produk akhir pirolisis lain yang dihasilkan bersama seperti 'syngas'
pada tanah asam meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah,
tanah sehingga kapasitas menahan air tinggi dan meremediasi tanah yang tercemar
logam berat seperti (Pb, Cu, Cd, Mn dan Ni). Pemberian biochar pada tanah juga
biochar. Biochar dapat diproduksi dari berbagai jenis bahan yang mengandung
ligniselulosa, seperti kayu, sisa tanaman (jerami padi, sekam padi, tandan kosong
kelapa sawit dan limbah sagu) serta pupuk kandang. Penggunaan biochar sebagai
ultisol. Tanah ultisol memiliki persebaran yang luas dan banyak digunakan dalam
bidang pertanian. Masalah pada tanah ultisol seperti pH yang rendah, kandungan
18
bahan organik rendah, unsur hara seperti N, P dan K rendah dan kekuatan
(Notohadiprawiro, 2006).
penggunakan arang kayu sudah ada serta sudah umum sejak penelitian terdahulu,
ide untuk menggunakan bahan baku jenis lainnya untuk memproduksi biochar
kation dan basa, biochar memiliki banyak manfaat potensial pada sifat tanah
menurunkan hasil emisi gas rumah kaca dari sumber pertanian yang berdampak
pada meningkatnya penyerapan karbon tanah karena isi muatan bentuk karbon
adalah dekomposisi kimiawi suatu zat organik dengan pemanasan tanpa adanya
oksigen. Kata ini berasal dari kata Yunani 'pyro' yang berarti api dan “lisis” yang
oksigen sepenuhnya dan dengan demikian sejumlah kecil oksidasi akan selalu
terjadi. Namun, tingkat oksidasi bahan organik relatif kecil bila dibandingkan
dengan pembakaran di mana oksidasi bahan organik hampir lengkap terjadi, dan
19
dengan demikian proporsi substansial lebih besar dari karbon dalam bahan baku
tetap dan tidak dilepaskan sebagai CO2. Namun, dengan banyak pirolisis dari C
dari bahan baku masih belum pulih dalam bentuk arang, tetapi diubah menjadi gas
atau minyak.
Pirolisis terjadi secara spontan pada suhu tinggi umumnya di atas sekitar
300 °C untuk kayu, dengan suhu spesifik yang bervariasi dengan material. Ini
terjadi di alam ketika vegetasi terkena kebakaran hutan atau bersentuhan dengan
lahar dari letusan gunung berapi. Paling ekstrem, pirolisis hanya menyisakan
karbon sebagai residu dan disebut karbonisasi. Suhu tinggi yang digunakan dalam
molekul yang lebih besar juga diproduksi (termasuk senyawa aromatik dan
alifatik), serta dekomposisi termal dari beberapa komponen bahan baku menjadi
berbeda, menjadi gas, cair atau padat dalam proporsi yang berbeda tergantung
pada bahan baku dan kondisi pirolisis yang digunakan. Gas yang dihasilkan
mudah terbakar, termasuk metana dan hidrokarbon lain yang dapat didinginkan di
mana mereka mengembun dan membentuk residu minyak atau tar yang umumnya
mengandung sejumlah kecil air. Gas, baik mengembun atau dalam bentuk gas dan
cairan dapat ditingkatkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran.
Komponen padat yang tersisa setelah pirolisis adalah arang, disebut sebagai
Gambar 2.1 Perubahan Struktur Molekul Penyusun Batubara Selama Proses Pirolisis
o
Proses pirolisis pada temperatur 200 C hanya uap air yang akan
dilepaskan, sedangkan pada temperatur 200-280 oC, CO2, asam asetat, dan uap air
akan dilepaskan. Gas dalam jumlah besar dapat di hasilkan dengan menggunakan
proses pirolisis pada temperatur 280-500 oC. Sedangkan gas akan sedikit
temperatut 500-700 oC. Proses pirolisis yang terjadi pada batubara dapat dilihat
pemutusan ikatan kimia dan ikatan yang lemah dan diikuti ikatan yang lebih kuat.
Karakteristik pada biochar dapat dilihat dari faktor jenis bahan baku,
ukuran partikel bahan, suhu serta kondisi pirolisa. Banyak karakteristik yang
dimiliki oleh biochar, beberapa dari bahan baku tertentu lebih cocok daripada
21
bahan baku yang lain untuk menyerap logam berat yang berbeda pula. Oleh sebab
itu, memilih biochar untuk tujuan remediasi harus melihat jenis bahan biochar
tidak hanya tipe tanah dan karakteristik saja. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi sifat dari biochar seperti luas permukaan, pH, abu dan karbon jika
Marmiroli, 2011). Penyerapan ini bisa disebabkan oleh interaksi logam berat
pertukaran logam berat dengan kation terkait dengan biochar, seperti Ca2+ dan
Mg2+, K+, Na+ dan S (Uchimiya dkk., 2011), atau karena penyerapan fisik
yang lebih lembut seperti Pb,, Cd, Fe, Mn, Cr dan Cu.
dengan diameter pori, kerapatan pada muatan superfisial tinggi dan Ca2+ dan Mg2+
penyerapan sangat tergantung pada jenis tanah serta kation pada biochar dan
tanah. Terdapat beberapa komponen dalam abu, seperti karbonat, fosfat atau sulfat
konsentrasi logam berat yang rendah ditemukan di biochar pada tanah. Nilai dari
22
logam berat didalam tanah. pH biochar meningkat bersama dengan suhu pirolisa
yang telah dikaitkan terhadap proporsi yang lebih tinggi dari abu yang
2.2 berikut :
biochar. Pertama, logam Pb2+ dengan Ca2+, Mg2+, dan kation lainnya yang
terkandung di dalam biochar, yang secara bersama keluar dari larutan dan
pertukaran ion dengan kompleks materi organik dan oksida- oksida mineral dari
fungsional yang berbeda, serta pertukaran dengan mineral oksida hidroksil bebas
kelompok gugus hidroksil alkohol atau gugus fenolik (ReOH) secara umum
23
kelompok utama yang berkontribusi terhadap koordinasi antara logam berat dan
permukaan sorben. Dan ketiga, penyerapan fisik dan presipitasi permukaan yang
Proses adsorbsi fisika adalah proses adsorbsi yang merupakan hasil dari
gaya tarik. Intermolekuler antara molekul padatan dan substansi yang diadsorbsi.
Adsorbat tidak menembus ke dalam kisi-kisi kristal adsorben serta tidak melarut
akan masuk dalam celah-celah ini pada saat adsorbat membasahi padatan tersebut
(Tryball, 1981).
tidak dapat dikontrol. Sedangkan pada proses (d) umumnya juga berlangsung
sangat cepat, sehingga tidak dapat mengontrol juga. Mengontrol kecepatan proses
adsorpsi terjadi pada proses (a) atau proses (b) dan atau keduanya. Jika butir-butir
24
sangat kecil (seperti serbuk) maka proses (b) berlangsung relative sangat cepat
berukuran besar, difusi dari permukaan ke dalam butir relative sangat lambat,
bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama seperti dalam deret
homolog. Gugus fungsi juga berpengaruh pada proses adsorpsi, posisi gugus
Semakin tinggi konsentrasi zat yang diserap dalam larutan, maka semakin
terbalik dengan jumlah adsorben yang digunakan. Pada larutan yang mempunyai
berat pada limbah tambang selain itu penggabungan biochar ke dalam tanah dapat
mengubah sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur, distribusi ukuran pori dan
pertumbuhan tanaman dan kemampuan kerja pada tanah tanah. Menurut Fellet
persentase pemberian biochar (0%, 1%, 5%, serta 10%) terhadap limbah tambang,
kapasitas daya ikat air meningkat berbanding lurus dengan jumlah biochar yang
diberikan dan mengalami penurunan terhadap bioavailabilitas logam Cd, Pb, dan
persentase biochar 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% terhadap pertumbuhan
unsur K, pH pada tanah, jumlah daun pada batang, serta bobot kering
berangkasan.
satu metode penyerapan dengan memvariasikan rasio liquiq per solid untuk
menggantikan laju alir atau lama kontak antara liquid dengan padatan (solid),
logam Pb dalam air secara kontinu pada kolom fixed bed denagan rasio 1:1 dan
1:3 menunjukkan semakin besar rasio liquid per solid menunjukkan penurunan
kadar logam Pb dalam air. Sedangkan menurut EPA, (2017) mengenai flay ash
sebagai alat filter dengan rasio liquid per solid (L/S) 0:1, 1:2, 1:4, 1:6, 1:8, dan
1:10 memberikan hasil yang berbeda sesuai jenis logam atau keadaan apa yang di
amati. Pengaruh rasio (L/S) terhadap pH eluet, semakin tinggi rasio semakin
memberikan hasil semakin tinggi rasio semakin tinggi penurunan kadar logam
arsen.
tercemar serta mengurangi penyerapan logam Cd oleh tanaman kubis, dari hasil
Table 2.2. Studi yang Mempertimbangkan Pengaruh Aplikasi Biochar pada Logam Berat Tanah
1. Lumpur dari limbah Haplic Cambisol Cu, Ni, Zn, Cd, Pb Méndez dkk., 2012
2. Jerami padi, dedak serta Technosol As, Cd, Pb, Zn Zheng dkk., 2012
3. Lumpur (550 ◦ C) Chromosol As, Cd, Cr, Cu, Hossain dkk., 2010
Co, Sn, Sr
4. Serasah (350 dan 700 ◦C) Abruptic Cu, Cd, Ni Uchimiya dkk., 2010
Durixeralfs
(400 ◦C)
550 ◦C)
kandungan logam berat pada tanah dengan berbagai variabel jumlah biochar yang