Anda di halaman 1dari 7

Seluk-beluk Profesi Stuntman, Menggadai

Nyawa Demi Hiburan Semata?


By Redaksi Kincir / 19 January 2019

Banyak aksi berbahaya yang sering kita lihat dalam sinema. Bahkan, enggak semua orang sadar bahwa di
setiap aksi berbahaya yang ditampilkan, ada sebuah profesi yang amat mengancam. Yap, mereka
adalah stuntman yang berani mempertaruhkan nyawa demi sebuah tayangan hiburan.

Kontribusi mereka begitu besar dalam industri layar lebar, tapi mereka enggak mendapat popularitas
sebagaimana para aktor dan aktris yang mereka gantikan. Makanya, wajar saja kalau kalian merasa asing
dengan nama-nama seperti Dar Robinson, Hal Needham, Rick Sylvester, dan Bobby Holland Hanton. Mereka
adalah para aktor pengganti profesional yang sudah malang melintang di industri Hollywood.

Tahukah kalian bahwa menggeluti pekerjaan sebagai seorang pemeran pengganti bukanlah hal yang mudah?
Selalu ada risiko dari setiap langkah. Melihat tingginya risiko dengan ancaman lumpuh sampai kematian,
mengapa masih ada saja yang menekuni profesi stuntman?

Untuk mengetahui lebih banyak, yuk, sama-sama menyelam ke dunia pemeran pengganti dengan
menyimak ulasan di bawah!

Rekam Jejak Seni Peran Pengganti


Via Istimewa
Pada awal masa industri layar lebar, enggak ada sosok pemeran pengganti profesional yang menggantikan para
bintang film dalam melakoni adegan berbahaya. Semuanya dilakukan oleh aktor/aktris yang tergabung.
Menurut Guinness World Records, sosok stuntman pertama yang tercatat dalam sejarah adalah Frank
Hanaway, mantan anggota kavaleri Amerika yang beraksi dalam film The Great Train Robbery (1903). Pada
film bisu berdurasi 12 menit ini, Hanaway berhasil melakukan adegan jatuh dari kuda tanpa luka sama sekali.

Lepas aksi Hanaway, permintaan untuk pemeran pengganti mulai berdatangan. Kala itu, orang yang melakoni
adegan berbahaya sebagai stunt double bukanlah sosok profesional. Mereka adalah mantan pemain sirkus,
koboi, pengemudi mobil balap, atau sekadar orang yang rela mengambil risiko demi menambah pundi.
Via Istimewa
Sekarang, seiring bertambah canggihnya pengamanan dan persiapan ketat dalam proses produksi film, apakah
ini bisa menjamin keselamatan? Tentu tidak. Sepanjang 2010 sampai awal 2019, tercatat ada 53 insiden yang
terjadi dan 14 di antaranya memakan korban jiwa. Salah satunya terjadi dalam film Deadpool 2 (2017).

Dilansir Vanity Fair, seorang stuntwoman bernama Joi "SJ" Harris harus kehilangan nyawa ketika melakukan
adegan berbahaya. Kehilangan kontrol sepeda motor yang dikendarai, Harris menabrak jendela kaca dengan
kecepatan tinggi. Dalam pengambilan gambar, wanita yang juga menjadi pebalap profesional ini enggak
mengenakan helm, mengikuti kontinuitas dari Zazie Beetz, aktris yang digantikan olehnya. Menderita trauma
berat di kepala, Harris akhirnya enggak tertolong dan harus mengembuskan napas terakhir di lokasi syuting.

Serahkan pada Ahlinya!


Via Istimewa
Pemeran pengganti bukanlah sembarang orang. Begitu juga untuk menentukan siapa stuntmanyang mumpuni
hadir dalam sebuah sinema. Makanya, dibutuhkan seorang stunt coordinatoryang punya peranan penting
dalam memilih orang yang pantas melakukan adegan berbahaya.

Dalam film aksi, kedudukan stunt coordinator bisa dibilang sebagai sutradara kedua, khusus mengarahkan
koreografi adu hantam dan membuat adegan aksi. Seperti Jonathan Ozoh, seorang stunt coordinator sekaligus
sutradara kedua, koreografer laga, action design, dan risk assessment.
Dok. Pribadi Jonathan Ozoh
Lelaki dengan banyak skill bela diri ini tahu mana stuntman yang mampu melakukan adegan berbahaya dan
mana yang enggak. Jagoan koreografi aksi ini juga sudah menguasai seluk-beluk keselamatan berakting laga
serta menguasai rigging dan slinging. Makanya, sebagai seorang stunt coordinator, dia juga bertugas
membagi-bagi berdasarkan spesialisasi stunt: jatuh dari ketinggian, menabrak kaca atau dinding, dibakar, dan
sebagainya.

Ozoh juga mengungkapkan bahwa enggak sembarang orang bisa menjadi stuntman. Dibutuhkan kesungguhan
dan basic yang mumpuni. Jika belum memiliki kemampuan bela diri, setidaknya orang itu rajin berolahraga
karena menjadi stuntman dibutuhkan fisik yang bagus.

"Enggak sembarang orang bisa menjadi stuntman. Kadang ada yang mengaku stuntman, tapi pas disuruh
adegan, dia lemes. Enggak tahu apa yang harus dilakukan. Makanya, minimal dia mesti rajin olahraga. Lebih
baik lagi kalau dia punya basic bela diri," ungkap Ozoh.

BACA JUGA

5 Peraturan Mutlak bagi Para Bintang Marvel (Bagian 1)

5 Atlet WWE Smackdown yang Sukses Malang Melintang di Hollywood


Menjadi Stuntman, Pekerjaan Utama atau Sampingan?

Via Istimewa
Pasti kalian pernah merasa penasaran ketika melihat aksi para 'penantang maut', apakah ini menjadi pekerjaan
utama atau tidak? Apalagi, profesi ini cukup berbahaya dan sangat menguras tenaga. Setelah menelusuri lebih
dalam, ternyata mayoritas menjadikan stuntman sebagai sumber penghasilan utama.

"(Stunt) jadi pekerjaan utama. Kalau dulu, nganggur sebulan-dua bulan itu benar-benar 'nganggur'. Sekarang,
mereka punya pilihan untuk bekerja yang lain. Misal, dapat job film untuk bulan Juni. Sambil menunggu
persiapan jalan, stunt saya kebanyakan ikut GO-JEK atau Grab untuk (biaya) sehari-hari dulu.
Begitu job masuk dan kontrak, otomatis penghasilannya lebih besar," lanjut Ozoh.

Ozoh selalu mendorong anak buahnya untuk mencari pekerjaan sampingan sambil menunggu kepastian
kontrak di sebuah proyek film. Selain menjadi driver dari ojek daring, ada juga yang berdagang sepatu serta
melatih bela diri.

Antara Gairah dan Risiko Tinggi


Dok. Pribadi Ricky Saldian
Harus diakui, menjadi stuntman bukanlah profesi yang mudah. Namun, sebenarnya pilihan karier tersebut
sama dengan profesi lain: kebutuhan hidup atau passion. Seperti yang dialami oleh Ricky Saldian. Salah
satu stuntman kenamaan Indonesia ini mengaku bahwa menjadi ‘penantang maut’ sudah jadi panggilan hati.
Terlebih, Ricky berlatar belakang sebagai pelatih taekwondo.

Berkat kepiawaiannya beraksi, beberapa sutradara enggak ragu untuk menaikkan kariernya. Mulai dari
sinetron, kini dia beranjak ke layar lebar. Ricky mengawali debut layar lebar pada film Demi Dwi (2010),
dipercaya menjadi

Anda mungkin juga menyukai