Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS AUTISM

SPECTRUM DISORDER (ASD) DENGAN MODALITAS


MASSAGE THERAPY DAN PLAY THERAPY DI PUSAT
LAYANAN AUTISM SRAGEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

NADIA RAHMAYANI
J100150094

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS AUTISM


SPECTRUM DISORDER (ASD) DENGAN MODALITAS MASSAGE
THERAPY DAN PLAY THERAPY DI PUSAT LAYANAN AUTISM
SRAGEN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

Nadia Rahmayani

J100150094

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing,

Wijianto, S.St., M.Or

NIDN. 0621107301
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS AUTISM


SPECTRUM DISORDER (ASD) DENGAN MODALITAS MASSAGE
THERAPY DAN PLAY THERAPY DI PUSAT LAYANAN AUTISM
SRAGEN

OLEH :
NADIA RAHMAYANI
J100150094

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jumat, 06 Juli 2018
Dewan Penguji:

1. Wijianto S.St., M.Or ( )


(Ketua Dewan Penguji)
2. Edy Waspada S.Fis., M. Kes ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. dr. Siti Soekiswati M.H ( )
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes)

NIK/NIDN : 786/06-1711-7301
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 05 Juni 2018


Penulis

NADIA RAHMAYANI
J100150094
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS AUTISM
SPECTRUM DISORDER (ASD) DENGAN MODALITAS MASSAGE
THERAPY DAN PLAY THERAPY DI PUSAT LAYANAN AUTISM
SRAGEN

Abstrak

Salah satu kondisi yang paling sering diteliti di bidang kesehatan mental saat ini
adalah gangguan spektrum autisme (ASD). Salah satu topik yang paling
kontroversial sehubungan dengan populasi ini adalah prevalensi spektrum. Jumlah
kasus meningkat secara dramatis, dan berbagai hipotesis telah diajukan untuk
menjelaskan fenomena ini. Untuk mengetahui pengaruh metode play therapy
terhadap anak ASD. Setelah melakukan tindakan terapi sebanyak 6 kali, diperoleh
hasil evaluasi yaitu mengalami peningkatan motorik kasar dengan nilai PEP-R
dari 1 menjadi 2. Pemeriksaan PEP-R dilakukan dengan pengamatan terhadap
kemampuan perkembangan anak dan melakukan penilaian diakhir sesi.
Didapatkan hasil pemeriksaan motorik kasar adanya perubahan dari T1 dan T2 : 1
(gagal) menjadi T3 : 2 (setengah berhasil), T4 terdapat penurunan menjadi 1
kemudian T5 dan T6 terdapat peningkatan menjadi 2, dimana anak dapat
melakukan pemeriksaan motorik kasar dengan setengah berhasil. Pemberian
modalitas massage therapy dan play therapy dapat meningkatkan motorik kasar
yaitu keseimbangan pada anak autism.

Kata Kunci: Autism Spectrum Disorder, motorik kasar, massage therapy, play
therapy, dan sensori integrasi.

Abstract

One of the most frequently studied conditions in the field of mental health today is
the autism spectrum disorder (ASD). One of the most controversial topics in
relation to this population is the prevalence of the spectrum. The number of cases
increases dramatically, and various hypotheses have been proposed to explain this
phenomenon. To know the influence of play therapy method against ASD child.
After doing the therapy action as much as 6 times, the result of the evaluation is
experiencing a rough motor increase with PEP-R value from 1 to 2. The PEP-R
examination was performed with an observation of the child's developmental
ability and the assessment at the end of the session. Given the results of a rough
motor examination of the change from T1 and T2: 1 (failed) to T3: 2 (half
succeed), T4 there is a decrease to 1 then T5 and T6 there is an increase to 2,
where the child can perform rough motor examination with half succeed. Giving
modalities massage therapy and play therapy can increase the gross motor is the
balance in children with autism.

1
Keywords: Autism Spectrum Disorder, gross motor, massage therapy, play
therapy, and sensory integration.

1. PENDAHULUAN
Salah satu kondisi yang paling sering diteliti di bidang kesehatan mental saat
ini adalah gangguan spektrum autisme (ASD). Salah satu topik yang paling
kontroversial sehubungan dengan populasi ini adalah prevalensi spektrum.
Jumlah kasus meningkat secara dramatis, dan berbagai hipotesis telah diajukan
untuk menjelaskan fenomena ini. Kemungkinan yang paling sering ditangani
adalah masalah diagnosis yang luas seperti lebih banyak kesadaran akan
gangguan, diagnosis pada usia dini, serta pengakuan bahwa ASD adalah
kondisi seumur hidup (Matson, 2011).
Saat ini diperkirakan jumlah anak autisme mencapai tiga juta orang dengan
perbandingan 6 diantara 10.000 kelahiran. Direktur Jendral Bina Upaya
Kesehatan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Akmal Taher menjelaskan data
anak yang menderita autisme di berbagai belahan dunia menunjukkan angka
yang bervariasi. UNESCO (2011) melaporkan, tercatat 35 juta orang
penyandang autisme diseluruh dunia. Di Indonesia pada tahun 2010 penderita
autisme diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (Mudjito, 2014).
Secara fisik, anak ASD tidaklah berbeda dengan anak normal lainnya,
mereka mempunyai sistem indera lengkap dengan fungsi baik, dan anggota
tubuh yang sempurna. Namun, sebagian penyandang gangguan perilaku
terutama autisme juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik.
Pergerakannya kasar dan terbatas bila dibandingkan dengan anak normal yang
seumuran dengannya, sehingga anak austism ini membutuhkan bantuan terapi
untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan
ototnya (Antin, 2009).

2
2. METODE
Penatalaksanaan fisioterapi dilakukan sebanyak 6 kali terapi di Pusat
Layanan Autism Sragen pada pasien An. K usia 6 tahun dengan diagnosa
Autism Spectrum Disorder. Dalam penanganan modalitas fisioterapi yang
diberikan adalah massage therapy dan play therapy. Metode massage
therapy digunakan untuk stimulasi motorik dan play therapy untuk
meningkatkan keterampilan motorik (kemampuan berjalan, berlari,
memegang barang, atau duduk tegak), koordinasi mata tangan, berfikir dan
bernalar. Oleh karena itu modalitas play therapy yang dilakukan terhadap
keseimbangan berjalan anak sudah mencakup ke berbagai tujuan
problematika fisioterapi yang dialami.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Tindakan fisioterapi diberikan pada pasien An. K umur 6 tahun dengan
diagnosa Autism Spectrum Disorder. Pada awal pemeriksaan didapatkan
problematik keseimbangan anak saat berjalan belum baik dan adanya
gangguan aktifitas fungsional. Setelah dilakukan terapi dengan
modalitas Massage Therapy dan Play Therapy selama 6 kali terapi
didapatkan hasil:

3
3.1.1 Motorik kasar menggunakan Skala PEP-R

PEP-R
2,5

Score PEP-R
1,5

0,5

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

gross motor

Grafik 1. Hasil pemeriksaan motorik kasar menggunakan


PEP-R.
Terlihat bahwa adanya peningkatan keseimbangan dalam
pemeriksaan motorik kasar dengan menggunakan PEP-R
walaupun ada penurunan pada terapi ke empat karena
sebelumnya pasien menderita demam selama lima hari.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Massage therapy untuk stimulasi motorik
Massage dapat menstimulasi jaringan saraf motorik dan saraf
sensorik (melalui rangsang taktil). Massage juga di sini
berfungsi sebagai rangsang taktil. Stimulus dari Massage ini
akan ditangkap oleh mekanoreseptor yaitu sel yang dapat
mentransduksi rangsangan mekanik dan menghantarkan sinyal
ke sistem saraf pusat, dan diharapkan akan menstimulasi tonus
otot terutama pada anak yang kesulitan untuk mengotrol
postural dan keseimbangan.
Dengan adanya sentuhan atau stimulasi pada tubuh anak,
maka akan terjadi dilatasi pembuluh darah dimana sirkulasi
darah akan meningkat dan akan menambah energi gelombang

4
oksigen yang lebih banyak dikirim ke otak sehingga memacu
sistem sirkulasi dan respirasi menjadi lebih baik, serta juga
memacu sistem kerja limfiod yang merangsang sistem
kekebalan tubuh, membuat daya tahan tubuh semakin bertambah
sehingga akan meningkatkan kebugaran atau energi pada tubuh
anak (David, 2011).
3.2.2 Keseimbangan motorik kasar menggunakan Play Therapy
Dilakukannya Play therapy meniti diatas balok panjang dengan
membantu anak arahan koordinasi kontak mata dan berjalan
yang baik akan membuat sistem vestibular memproses
informasi mengenai keseimbangan dan gerakan oleh reseptor
sensorik di leher bagian atas, telinga bagian dalam, mata, dan
tubuh.
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang
befungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan
gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular sendiri yaitu
berada didalam telinga, dengan adanya aktivitas dari play
therapy maka rangsangan gerakan diubah reseptor vestibular,
reseptor visual dan reseptor propioseptik menjadi impuls saraf.
Impuls ini akan dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis
menuju ke otak. Beberapa struktur di otak mengolah informasi
yang masuk dan memberi respon yang sesuai. Apabila
rangsangan yang masuk bersifat berbahaya maka akan
disensitisasi. Sebaliknya, bila bersifat biasa saja maka responnya
adalah habituasi atau penyesuaian (Vivi, 2015).

5
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Pengaruh massage therapy terhadap anak autism yaitu menstimulasi
otot serta membuat daya tahan tubuh semakin bertambah. Play Therapy
dengan teknik sensory integrasi dapat meningkatkan motorik kasar
terutama keseimbangan berjalan pada anak autism.
4.2 Saran
Setelah melakukan tindakan fisioterapi pada pasien ASD yang telah
penulis lakukan, maka saran yang dapat diberikan yaitu:
4.2.1 Bagi Pasien
Penulis menyarankan kepada keluarga pasien, saat dirumah
diminta untuk memperhatikan kemampuan tumbuh kembang
anak dan mengajak anak bermain dengan berbagai macam objek
permainan supaya anak aktif dalam bermain.
4.2.2 Bagi Fisioterapi
Penulis menyarankan bagi teman sejawat (fisioterapi) baik
yang bekerja di instalasi rumah sakit maupun klinik agar tidak
ragu-ragu dalam memberikan pelayanan fisioterapi pada pasien
Autism Spectrum Disorder, karena kasus ini memiliki
permasalahan yang dapat diselesaikan dengan tindakan
fisioterapi dan termasuk dalam bidang kerja fisioterapi.
4.2.3 Bagi Pihak Pusat Layanan Autis
Meningkatkan pelayanan fisioterapi kepada pasien dan
memberi informasi kepada keluarga pasien mengenai edukasi
atau hal-hal yang perlu dilakukan orangtua pasien dirumah
bertujuan untuk membantu kemampuan tumbuh kembang
pasien.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdel Karim, A. E., & Mohammed, A. H. (2015). Effectiveness of sensory


integration program in motor skills in children with autism. Egyptian Journal
of Medical Human Genetics, 16(4), 375–380.
https://doi.org/10.1016/j.ejmhg.2014.12.008
Bhat, Anjana N., Landa, Rebecca J., Cole, James C. 2011. “Perspective Functioning
in Infants , Children , and Adult With Autism Spectrum Disorder”. Journal of
American Physical Therapy Assosiation. 91: 1116-1129.
http://doi:10.2522/ptj.20100294
Haliimah, M., Asikin, D., Razziati, H. (2014). Taman Sensori pada Ruang Luar
Autism Center di Kota Batu.
Hines, Tonya. 2018. “Anatomy of the Brain”. Mayfield Clinic. 3: 1-6.
Lang, R., et al. 2012. Sensory integration therapy for autism spectrum disorders: A
systematic review. Research in Autism Spectrum Disorders. 6(3), 1004–1018.
https://doi.org/10.1016/j.rasd.2012.01.006
Lee MS, Kim JI, Ernst E. 2011 . “Massage therapy for children with autism
spectrum disorders: a systematic review”. J Clin Psychiatry. 72:406–11.
Matson, J. L., Kozlowski, A. M. (2011). “Research in Autism Spectrum Disorders
The increasing prevalence of autism spectrum disorders 3”. Louisiana State
University. 252–256. http://doi.10.1016/j.rasd.2010.06.004
Morgenthal, Ashley H. 2009. “Child-Centered Play Therapy for Children with
Autism: A Case Study”. Dissertations & Theses. New England: Antioch
University.
Molteni, M. (2010). Further Empirical Data on the Psychoeducational Profile-
Revised (PEP-R): Reliability and Validation with the Vineland Adaptive.
Behavior ScalesSpringer Science Business Media, LLC. 40: 334–341.
https://doi.org/10.1007/s10803-009-0877-2
Mudjito. 2014. Deteksi Dini, Diagnosa Gangguan Spectrum Autisme dan
Penanganan dalam Keluarga. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan
layanan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Weitlauf, A. S., et al. (2014). Therapies for Children With Autism Spectrum
Disorder. Comparative Effectiveness Review. Agency for Healthcare Research
and Quality. http://www-ncbi-nlm-nih-gov.sare.upf.edu/books/PMH0066920/
Yahya, Adam., Agung, K., Ahmad, S. (2015). Pengaruh Terapi Sensori Integrasi
Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Berjalan Di Atas Garis Siswa Autis.
Jurnal Ortopedagogia. 1 (4): 325-329.
Yates, K., Couteur, A. Le. (2016). Diagnosing autism / autism spectrum disorders.
Paediatrics and Child Health. 1–6. https://doi.org/10.1016/j.paed.2016.08.004

Anda mungkin juga menyukai