Anda di halaman 1dari 21

Perbaikan UAS Kimia Fisika 2018/2019

1. Data tekanan uap parsial berikut didapatkan dari campuran ideal dua senyawa volatile.
Liquid A dan B pada suhu 298 K.

Data 1 2 3 4 5 6
PA (kPa) 0.0 7.3 28.4 66.4 73.1 81.0
PB (kPa) 16.1 14.7 10.5 2.9 1.6 0
P (kPa) 16.1 22 38.9 69.3 74.7 81.0
XA 0 0.0909 0.3513 0.8197 0.9029 1
XB 1 0.9091 0.6487 0.1803 0.0971 0
YA 0 0.3318 0.7301 0.9582 0.9786 1
YB 1 0.6682 0.2699 0.0418 0.0214 0

Penyelesaian Data (1)

Jika dilihat pada data (1) ditunjukkan bahwa Tekanan komponen A sebesar 0.0 kPa. Hal
ini menunjuukan bahwa tidak terdapat komponen A dalam fasa cair dalam komponen A.
Jika terdapat dua komponen maka terdapat tekanan parsial masing-masing karena senyawa
tersebut volatile. Oleh karena itu hanya terdapat komponen B saja sehingga tekanan total
system merupakan tekanan murni komponen B sehingga fraksi mol pada data 1 merupakan
fraksi mol komponen murni dari senyawa B.

Sehingga hasil pada data 1 adalah sebagai berikut


Data yang diketahui : PA (kPa): 0.0 kPa
PB (kPa): 16.1 kPa
Proses perhitungan:

(a). Menentukan P total

P total : PA + PB (Hukum Dalton)


P total : 0.0 kPa + 16.1 kPa
P total : 16.1 kpa

(b). Menentukan XA

XA : 0.0
Dalam hal ini fraksi mol komponen A sebesar 0 dikarenakan tidak terdapat
komponen A dalam campuran. Karena fraksi mol merupakan perbandingan antara
mol komponen tertentu dengan mol total dari setiap komponen.
(c). Menentukan XB
XB : 1
Dalam hal ini fraksi mol komponen B sebesar 1 karena hanya komponen B yang
terdapat dalam campuran dan tidak ada komponen A dalam campuran. Berapa
banyak mol komponen B dalam campuran maka fraksi mol B tetap 1 karena tidak
ada jumlah mol A dalam campuran. Hal ini dikarenakan fraksi mol merupakan
perbandingan jumlah mol komponen tertentu per jumlah mol total komponen dalam
campuran
(d). Menentukan YA dan YB
YA : 0
YB : 1

Fraksi mol uap untuk komponen A sebesar 0 dan fraksi mol uap komponen B
sebesar 1 hal ini dikarenakan dalam proses penguapan yang menguap hanya
komponen B karena tidak ada komponen A dalam fasa uap sehingga tekanan uap
dan komposisi uap hanya terdiri dari komponen B.

Penyelesaian data (2)

Jika dilihat pada data (2) ditunjukkan bahwa tekanan komponen A sebesar 7.3 kPa dan
tekanan
Parsial komponen B sebesar 14.7 kpa. Secara fraksi mol dapat menunjukkan bahwa
komponen B dalam fasa cair lebih banyak dari komponen A akan dan dalam fraksi mol
dalam fasa uap dapat menunjukkan bahwa komponen B dalam fasa uap lebih banyak dari
pada komponen A dalam fasa uap.

Hasil pada Data (2) sebagai berikut


Data yang diketahui pada Data (2) adalah: PA : 7.3 kPa
PB : 14.7 kpa

(a). Menentukan P total

Cara 1 :
P total : PA + PB
P total : 7.3 kPa + 14.7 kPa
P total : 22 kPa

Cara 2 :

(b). Menentukan XA dan XB

Persamaan yang digunakan :

P total : PA + PB (Hukum Dalton)


Hukum Dalton menyatakan bahwa dalam suatu campuran ideal, total tekanan uap
system merupakan hasil penjumlahan dari tekanan parsial masing-masing system.

P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)


Hukum raoult menyatakan bahwa tekanan uap total suatu system campuran ideal
dipengaruhi oleh fraksi mol komponen dan tekanan uap murni komponen tersebut.
Berlaku hanya untuk fasa cair karena fasa solid tidak memiliki tekanan uap.

Modififikasi Hukum Raoult dan Dalton.


P total : PA + PB (Hukum Dalton)
P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B (modifikasi hukum raoult dan hukum Dalton)

Dimana XA + XB = 1
XA = 1 – XB
XB = 1 - XA

Proses perhitungan :
Cara 1 :

P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : XA . P°A + (1 – XA) . P°B
P total : XA . P°A + ( P°B – P°B . XA)
22 kPa : XA . 81 kPa + ( 16.1 kpa – 16.1 kPa . XA)
22 kPa – 16.1 kPa = 81 kPa . XA – 16.1 kPa . X A
5.9 kPa : 64.9 kPa . XA
5.9 𝑘𝑃𝑎
: XA
64.9 𝑘𝑃𝑎
0.0909 : XA
XB : 1 – 0.0909 = 0.9091

Cara 2 :
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : (1 – XB) . P°A + (XB) . P°B
P total : ( P°A – P°A . XB) + (XB) . P°B
22 kPa : ( 81 kpa – 81 kPa . XB) + (XB) . 16.1 kPa
22 kPa – 81 kPa = - 81 kPa . XB + 16.1 kPa . X B
-59 kPa : -64.9 kPa . XB
59 𝑘𝑃𝑎
64.9 𝑘𝑃𝑎
: XB
0.9091 : XB
XA : 1 – 0.9091 = 0.0909

Cara 3 : menggunakan persamaan hukum raoult


PA : XA . P°A
7.3 kPa : XA . 81 kPa
7.3 𝑘𝑃𝑎
∶ XA
81 𝑘𝑃𝑎
0.0901 : XA
XB : 1 – XA : 1-0.0901 : 0.9099

Cara 4 : persamaan hukum raoult


PB : XB . P°B
14.7 kPa : XB . 16.1 kPa
14.7 𝑘𝑃𝑎
∶ XB
16.1 𝑘𝑃𝑎
0.9103 : XB
XA : 1 – XB : 1-0.9103 : 0.0897

Persamaan hukum raoult tidak dapat digunakan dalam proses perhitungan cara 3
dan cara 4 dikarenakan hukum raoult digunakan untuk komponen fasa cair sebagai
pelarut yang memiliki tekanan uap dilarutkan fasa solid didalamnya sehingga
menentukan penurunan tekanan uap dari komponen fasa cair. Oleh karena itu tidak
dapat digunakan untuk membuat grafik hukum.

(c). Menentukan YA dan YB

Persamaan yang digunakan :


P total : PA + PB
P total : YA . P total + YB . P total
Dimana PA : YA . P total
PB : YB . P total
YA + YB = 1
YA = 1 – YB
YB = 1 – YA

Cara 1 :
PA : YA . P total
7.3 kPa : YA . 22 kPa
7.3 𝑘𝑃𝑎
∶ YA
22 𝑘𝑃𝑎
0.3318 : YA
YB : 1 – YA : 1-0.3318 : 0.6682

Cara 2 :
PB : YB . P total
14.7 kPa : YB . 22 kPa
14.7 𝑘𝑃𝑎
∶ YB
22 𝑘𝑃𝑎
0.6682 : YB
YA : 1 – YB : 1-0.6682 : 0.3318

Penyelesaian data (3)

Jika dilihat pada data (2) ditunjukkan bahwa tekanan parsial komponen B sebesar 10.5 kPa
dan tekanan uap komponen total sebesar 38.9 kpa. Tidak diketahui tekanan uap parsial
komponen A akan tetapi dapat diketahui bahwa terdapat komponen A didalam campuran
tersebut dikarenakan tekanan uap total 38.9 kPa sedangkan tekanan uap parsial komponen
B hanya 10.5 kPa. Untuk menghasilkan penjumlahan tekanan uap total sebesar 38.9 kPa
maka dapat diketahui bahwa terdapat komponen uap A dalam campuran. Secara fraksi mol
dapat menunjukkan bahwa komponen A dalam fasa cair lebih banyak dari komponen B
dan dalam fraksi mol dalam fasa uap dapat menunjukkan bahwa komponen A dalam fasa
uap lebih banyak dari pada komponen B dalam fasa uap.

Hasil pada Data (3) sebagai berikut


Data yang diketahui pada Data (3) adalah: Ptotal : 10.5 kPa
PB : 38.9 kpa

(a). Menentukan PA

Cara 1 :
P total : PA + PB
38.9 kPa : PA + 10.5 kPa
PA : 38.9 kPa – 10.5 kPa
PA : 28.4 kPa

Cara 2 :

(b). Menentukan XA dan XB

Persamaan yang digunakan :

P total : PA + PB (Hukum Dalton)


Hukum Dalton menyatakan bahwa dalam suatu campuran ideal, total tekanan uap
system merupakan hasil penjumlahan dari tekanan parsial masing-masing system.

P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)


Hukum raoult menyatakan bahwa tekanan uap total suatu system campuran ideal
dipengaruhi oleh fraksi mol komponen dan tekanan uap murni komponen tersebut.
Berlaku hanya untuk fasa cair karena fasa solid tidak memiliki tekanan uap.

Modififikasi Hukum Raoult dan Dalton.


P total : PA + PB (Hukum Dalton)
P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B (modifikasi hukum raoult dan hukum Dalton)

Dimana XA + XB = 1
XA = 1 – XB
XB = 1 - XA

Proses perhitungan :
Cara 1 :

P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : XA . P°A + (1 – XA) . P°B
P total : XA . P°A + ( P°B – P°B . XA)
38.8 kPa : XA . 81 kPa + ( 16.1 kpa – 16.1 kPa . XA)
38.9 kPa – 16.1 kPa = 81 kPa . XA – 16.1 kPa . X A
22.8 kPa : 64.9 kPa . XA
22.8 𝑘𝑃𝑎
: XA
64.9 𝑘𝑃𝑎
0.3513 : XA
XB : 1 – 0.3513 = 0.6487

Cara 2 :
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : (1 – XB) . P°A + (XB) . P°B
P total : ( P°A – P°A . XB) + (XB) . P°B
38.9 kPa : ( 81 kpa – 81 kPa . XB) + (XB) . 16.1 kPa
38.9 kPa – 81 kPa = - 81 kPa . XB + 16.1 kPa . X B
-42.1 kPa : -64.9 kPa . XB
−42.1 𝑘𝑃𝑎
: XB
−64.9 𝑘𝑃𝑎
0.6487 : XB
XA : 1 – 0.6487 = 0.3513

Cara 3 : menggunakan persamaan hukum raoult


PA : XA . P°A
28.4 kPa : XA . 81 kPa
28.4 𝑘𝑃𝑎
∶ XA
81 𝑘𝑃𝑎
0.3506 : XA
XB : 1 – XA : 1-0.3506 : 0.6494

Cara 4 : persamaan hukum raoult


PB : XB . P°B
10.5 kPa : XB . 16.1 kPa
10.5 𝑘𝑃𝑎
∶ XB
16.1 𝑘𝑃𝑎
0.6522 : XB
XA : 1 – XB : 1-0.6522 : 0.3478

Persamaan hukum raoult tidak dapat digunakan dalam proses perhitungan cara 3
dan cara 4 dikarenakan hukum raoult digunakan untuk komponen fasa cair sebagai
pelarut yang memiliki tekanan uap dilarutkan fasa solid didalamnya sehingga
menentukan penurunan tekanan uap dari komponen fasa cair. Oleh karena itu tidak
dapat digunakan untuk membuat grafik hukum.

(c). Menentukan YA dan YB

Persamaan yang digunakan :


P total : PA + PB
P total : YA . P total + YB . P total
Dimana PA : YA . P total
PB : YB . P total
YA + YB = 1
YA = 1 – YB
YB = 1 – YA

Cara 1 :
PA : YA . P total
28.4 kPa : YA . 38.9 kPa
28.4 𝑘𝑃𝑎
∶ YA
38.9 𝑘𝑃𝑎
0.7301 : YA
YB : 1 – YA : 1-0.7301 : 0.2699

Cara 2 :
PB : YB . P total
10.5 kPa : YB . 38.9 kPa
10.5 𝑘𝑃𝑎
38.9 𝑘𝑃𝑎
∶ YB
0.2699 : YB
YA : 1 – YB : 1-0.2699 : 0.7301

Penyelesaian data (4)

Jika dilihat pada data (4) ditunjukkan bahwa tekanan parsial komponen A sebesar 66.4 kPa
dan tekanan Parsial komponen B sebesar 2.9 kpa. Secara fraksi mol dapat menunjukkan
bahwa komponen A dalam fasa cair lebih banyak dari komponen B akan dan dalam fraksi
mol dalam fasa uap dapat menunjukkan bahwa komponen A dalam fasa uap lebih banyak
dari pada komponen B dalam fasa uap.

Hasil pada Data (4) sebagai berikut


Data yang diketahui pada Data (4) adalah: PA : 7.3 kPa
PB : 14.7 kpa

(a). Menentukan P total

Cara 1 :
P total : PA + PB
P total : 66.4 kPa + 2.9 kPa
P total : 69.3 kPa

Cara 2 :

(b). Menentukan XA dan XB

Persamaan yang digunakan :

P total : PA + PB (Hukum Dalton)


Hukum Dalton menyatakan bahwa dalam suatu campuran ideal, total tekanan uap
system merupakan hasil penjumlahan dari tekanan parsial masing-masing system.

P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)


Hukum raoult menyatakan bahwa tekanan uap total suatu system campuran ideal
dipengaruhi oleh fraksi mol komponen dan tekanan uap murni komponen tersebut.
Berlaku hanya untuk fasa cair karena fasa solid tidak memiliki tekanan uap.

Modififikasi Hukum Raoult dan Dalton.


P total : PA + PB (Hukum Dalton)
P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B (modifikasi hukum raoult dan hukum Dalton)

Dimana XA + XB = 1
XA = 1 – XB
XB = 1 - XA

Proses perhitungan :
Cara 1 :

P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : XA . P°A + (1 – XA) . P°B
P total : XA . P°A + ( P°B – P°B . XA)
69.3 kPa : XA . 81 kPa + ( 16.1 kpa – 16.1 kPa . XA)
69.3 kPa – 16.1 kPa = 81 kPa . XA – 16.1 kPa . X A
53.2 kPa : 64.9 kPa . XA
53.2 𝑘𝑃𝑎
: XA
64.9 𝑘𝑃𝑎
0.8197 : XA
XB : 1 – 0.8197 = 0.1803

Cara 2 :
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : (1 – XB) . P°A + (XB) . P°B
P total : ( P°A – P°A . XB) + (XB) . P°B
69.3 kPa : ( 81 kpa – 81 kPa . XB) + (XB) . 16.1 kPa
69.3 kPa – 81 kPa = - 81 kPa . XB + 16.1 kPa . X B
-11.7 kPa : -64.9 kPa . XB
−11.7 𝑘𝑃𝑎
: XB
−64.9 𝑘𝑃𝑎
0.1803 : XB
XA : 1 – 0.1803 = 0.8197

Cara 3 : menggunakan persamaan hukum raoult


PA : XA . P°A
66.4 kPa : XA . 81 kPa
66.4 𝑘𝑃𝑎
∶ XA
81 𝑘𝑃𝑎
0.8198 : XA
XB : 1 – XA : 1-0.8198 : 0.1802

Cara 4 : persamaan hukum raoult


PB : XB . P°B
14.7 kPa : XB . 16.1 kPa
2.9 𝑘𝑃𝑎
16.1 𝑘𝑃𝑎
∶ XB
0.1801 : XB
XA : 1 – XB : 1-0.1801: 0.8199

Persamaan hukum raoult tidak dapat digunakan dalam proses perhitungan cara 3
dan cara 4 dikarenakan hukum raoult digunakan untuk komponen fasa cair sebagai
pelarut yang memiliki tekanan uap dilarutkan fasa solid didalamnya sehingga
menentukan penurunan tekanan uap dari komponen fasa cair. Oleh karena itu tidak
dapat digunakan untuk membuat grafik hukum.

(c). Menentukan YA dan YB

Persamaan yang digunakan :


P total : PA + PB
P total : YA . P total + YB . P total
Dimana PA : YA . P total
PB : YB . P total
YA + YB = 1
YA = 1 – YB
YB = 1 – YA

Cara 1 :
PA : YA . P total
66.4 kPa : YA . 69.3 kPa
66.4 𝑘𝑃𝑎
∶ YA
69.3 𝑘𝑃𝑎
0.9582 : YA
YB : 1 – YA : 1-0.9582 : 0.0418

Cara 2 :
PB : YB . P total
2.9 kPa : YB . 69.3 kPa
2.9 𝑘𝑃𝑎
∶ YB
69.3 𝑘𝑃𝑎
0.0418 : YB
YA : 1 – YB : 1-0.0418 : 0.0952

Penyelesaian data (5)

Jika dilihat pada data (5) ditunjukkan bahwa tekanan parsial komponen A sebesar 73.1 kPa
dan tekanan Parsial komponen B sebesar 1.6 kpa. Secara fraksi mol dapat menunjukkan
bahwa komponen A dalam fasa cair lebih banyak dari komponen B akan dan dalam fraksi
mol dalam fasa uap dapat menunjukkan bahwa komponen A dalam fasa uap lebih banyak
dari pada komponen B dalam fasa uap.

Hasil pada Data (5) sebagai berikut


Data yang diketahui pada Data (4) adalah: PA : 73.1 kPa
PB : 1.6 kpa

(a). Menentukan P total

Cara 1 :
P total : PA + PB
P total : 73.1 kPa + 1.6 kPa
P total : 74.7 kPa

Cara 2 :

(b). Menentukan XA dan XB

Persamaan yang digunakan :

P total : PA + PB (Hukum Dalton)


Hukum Dalton menyatakan bahwa dalam suatu campuran ideal, total tekanan uap
system merupakan hasil penjumlahan dari tekanan parsial masing-masing system.

P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)


Hukum raoult menyatakan bahwa tekanan uap total suatu system campuran ideal
dipengaruhi oleh fraksi mol komponen dan tekanan uap murni komponen tersebut.
Berlaku hanya untuk fasa cair karena fasa solid tidak memiliki tekanan uap.

Modififikasi Hukum Raoult dan Dalton.


P total : PA + PB (Hukum Dalton)
P larutan : XA . P°A (Hukum Raoult)
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B (modifikasi hukum raoult dan hukum Dalton)

Dimana XA + XB = 1
XA = 1 – XB
XB = 1 - XA

Proses perhitungan :
Cara 1 :

P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : XA . P°A + (1 – XA) . P°B
P total : XA . P°A + ( P°B – P°B . XA)
74.7 kPa : XA . 81 kPa + ( 16.1 kpa – 16.1 kPa . XA)
74.7 kPa – 16.1 kPa = 81 kPa . XA – 16.1 kPa . X A
58.6 kPa : 64.9 kPa . XA
58.6 𝑘𝑃𝑎
: XA
64.9 𝑘𝑃𝑎
0.9029 : XA
XB : 1 – 0.9029 = 0.0971

Cara 2 :
P total : PA + PB
P total : XA . P°A + XB . P°B
P total : (1 – XB) . P°A + (XB) . P°B
P total : ( P°A – P°A . XB) + (XB) . P°B
74.7 kPa : ( 81 kpa – 81 kPa . XB) + (XB) . 16.1 kPa
74.7 kPa – 81 kPa = - 81 kPa . XB + 16.1 kPa . X B
-6.3 kPa : -64.9 kPa . XB
−6.3 𝑘𝑃𝑎
: XB
−64.9 𝑘𝑃𝑎
0.0971 : XB
XA : 1 – 0.0971 = 0.9029

Cara 3 : menggunakan persamaan hukum raoult


PA : XA . P°A
73.1 kPa : XA . 81 kPa
73.1 𝑘𝑃𝑎
∶ XA
81 𝑘𝑃𝑎
0.9025 : XA
XB : 1 – XA : 1-0.9025 : 0.0975

Cara 4 : persamaan hukum raoult


PB : XB . P°B
14.7 kPa : XB . 16.1 kPa
2.9 𝑘𝑃𝑎
∶ XB
16.1 𝑘𝑃𝑎
0.1801 : XB
XA : 1 – XB : 1-0.1801: 0.8199

Persamaan hukum raoult tidak dapat digunakan dalam proses perhitungan cara 3
dan cara 4 dikarenakan hukum raoult digunakan untuk komponen fasa cair sebagai
pelarut yang memiliki tekanan uap dilarutkan fasa solid didalamnya sehingga
menentukan penurunan tekanan uap dari komponen fasa cair. Oleh karena itu tidak
dapat digunakan untuk membuat grafik hukum.

(c). Menentukan YA dan YB (Fraksi mol fasa uap)

Persamaan yang digunakan :


P total : PA + PB
P total : YA . P total + YB . P total
Dimana PA : YA . P total
PB : YB . P total
YA + YB = 1
YA = 1 – YB
YB = 1 – YA

Cara 1 :
PA : YA . P total
73.1 kPa : YA . 74.7 kPa
73.1 𝑘𝑃𝑎
∶ YA
74.7 𝑘𝑃𝑎
0.9786 : YA
YB : 1 – YA : 1-0.9786 : 0.0214

Cara 2 :
PB : YB . P total
1.6 kPa : YB . 74.7 kPa
1.6 𝑘𝑃𝑎
∶ YB
74.7 𝑘𝑃𝑎
0.0214 : YB
YA : 1 – YB : 1-0.0214 : 0.9786

Penyelesaian Data (5)

Jika dilihat pada data (5) ditunjukkan bahwa Tekanan komponen B sebesar 0.0 kPa. Hal
ini menunjuukan bahwa tidak terdapat komponen B dalam fasa cair dalam komponen A.
Jika terdapat dua komponen maka terdapat tekanan parsial masing-masing karena senyawa
tersebut volatile. Oleh karena itu hanya terdapat komponen A saja sehingga tekanan total
system merupakan tekanan murni komponen A sehingga fraksi mol pada data 1 merupakan
fraksi mol komponen murni dari senyawa B.

Sehingga hasil pada data 1 adalah sebagai berikut


Data yang diketahui : PA (kPa): 81.0 kPa
PB (kPa): 0.0 kPa
Proses perhitungan:

(a). Menentukan P total

P total : PA + PB (Hukum Dalton)


P total : 81.0 kPa + 0.0 kPa
P total : 81.0 kpa
(b). Menentukan XB

XA : 1
Dalam hal ini fraksi mol komponen B sebesar 0 dikarenakan tidak terdapat
komponen A dalam campuran. Karena fraksi mol merupakan perbandingan antara
mol komponen tertentu dengan mol total dari setiap komponen.
(c). Menentukan XA
XB : 0.0
Dalam hal ini fraksi mol komponen A sebesar 1 karena hanya komponen A yang
terdapat dalam campuran dan tidak ada komponen B dalam campuran. Berapa
banyak mol komponen A dalam campuran maka fraksi mol A tetap 1 karena tidak
ada jumlah mol B dalam campuran. Hal ini dikarenakan fraksi mol merupakan
perbandingan jumlah mol komponen tertentu per jumlah mol total komponen dalam
campuran
(d). Menentukan YA dan YB
YA : 1
YB : 0

Fraksi mol uap untuk komponen B sebesar 0 dan fraksi mol uap komponen A
sebesar 1 hal ini dikarenakan dalam proses penguapan yang menguap hanya
komponen A karena tidak ada komponen B dalam fasa uap sehingga tekanan uap
dan komposisi uap hanya terdiri dari komponen A.

Gambar Diagram Fasa dari Dua senyawa volatile A dan B

Ditinjau dari fraksi mol komponen A dan tekanan uap komponen A

Data Untuk Grafik yang dibuat :

P total (kPa) 16.1 22 38.9 69.3 74.7 81.0


XA 0 0.0909 0.3513 0.8197 0.9029 1
YA 0 0.3318 0.7301 0.9582 0.9786 1

Hasil Grafik hubungan fraksi mol uap dan cair komponen A dan tekanan uap total
90

80

Tekanan Uap Total (kPa) 70

60

50

40

30

20

10
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

Fraksi Mol Komponen A


Fraksi mol komponen cair A vs Tekanan uap total

Fraksi mol komponen Uap A vs Tekanan uap total

0.2657

Campuran liquid dengan XA = 0.6 diturunankan tekanannya dari 70 kPa hingga 10


kPa maka perubahan fasa yang terjadi adalah Pada tekanan 70 kPa komponen
campuran liquid dengan XA = 0.6 berada pada fasa uap. Ketika tekanan uap total
nya turun hingga mencapai 54.4 kPa pada terjadi kesetimbangan antara fasa cair
dengan komposisi fraksi mol 0.6 dengan fasa uap komponen dengan fraksi mol
sebesar 0.8514. Kemudian tekannya diturunkan hingga mencapai tekanan uap total
sebesar 33.0 kPa terjadi kesetimbangan antara fasa uap dengan fraksi mol sebesar
0.6 dengan fraksi mol komponen A fasa cair sebesar 0.2657. Jika tekanan uap total
nya diturunkan hingga menuju 10 kPa maka campuran dua senyawa volatile akan
berada pada fasa uap.

Ditinjau dari komponen B dan fraksi mol komponen B

Data Untuk Grafik hubungan komponen B dan fraksi mol komponen b dengan
tekanan uap total

P total 16.1 22 38.9 69.3 74.7 81.0


(kPa)
XB 1 0.9091 0.6487 0.1803 0.0971 0
YB 1 0.6682 0.2699 0.0418 0.0214 0

Gambar Grafik hubungan fraksi mol komponen B dengan tekanana uap total

90

80

70
Tekanan Uap Total (kPa)

60

50

40

30

20

10
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

Fraksi Mol Komponen B


Fraksi mol cair komponen B vs Tekanan uap total

Fraksi mol Uap komponen B vs tekanan uap total

Campuran liquid dengan XB = 0.4 diturunankan tekanannya dari 70 kPa


hingga 10 kPa maka perubahan fasa yang terjadi adalah Pada tekanan 70 kPa
komponen campuran liquid dengan XB = 0.4 berada pada fasa uap. Ketika tekanan
uap total nya turun hingga mencapai 54.4 kPa pada terjadi kesetimbangan antara
fasa cair dengan komposisi fraksi mol 0.4 dengan fasa uap komponen dengan fraksi
mol sebesar 0.1486. Kemudian tekannya diturunkan hingga mencapai tekanan uap
total sebesar 33.0 kPa terjadi kesetimbangan antara fasa uap dengan fraksi mol
sebesar 0.4 dengan fraksi mol komponen B fasa cair sebesar 0.7343. Jika tekanan
uap total nya diturunkan hingga menuju 10 kPa maka campuran dua senyawa
volatile akan berada pada fasa uap.
2. Konsentrasi dari campuran gas berikut diukur pada kesetimbang. Suhu 298 K. Berikut ini data
konsentrasi campuran gas tersebut
• 𝐶𝑁2 : 0.03 mol-3
• 𝐶𝐻2 : 0.037 mol-3
• 𝐶𝑁𝐻3 : 0.016 mol dm-3
Asumsi bahwa campuran gas tersebut bersifat ideal. Jika reaksi yang terjadi adalah reaksi
pembentukan gas ammonia. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g)

(a) Besar perubahan energi gibbs dan konstanta kesetimbangan (Kc)

Menentukan konstanta kesetimbangan (Kc)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛
Kc = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (pangkat koefisien masing-masing)
[ 𝑁𝐻3 ]2
Kc =
[ 𝑁2 ]1 [ 𝐻2 ]3
𝑚𝑜𝑙 2
[ 0.016 ]
𝑑𝑚3
Kc = 𝑚𝑜𝑙 1 𝑚𝑜𝑙 3
[ 0.03 ] [ 0.037 ]
𝑑𝑚3 𝑑𝑚3
1
Kc = 168.4665 𝑚𝑜𝑙2
𝑑𝑚6

Besar perubahan energy gibbs


𝐿 .𝑏𝑎𝑟
Data yang diketahui : Ideal gas constant law : 8.3145 * 10-2 𝑚𝑜𝑙 .𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
8.3145 𝑚𝑜𝑙 .𝐾
Reaksi terjadi dalam keadaan ideal Oleh karena itu energi gibss reaksi memili besar 0 tetapi
energi gibbs reaksi standar tidak 0 (terjadi dalam 1 bar suhu 25 derajat celcius)

Persamaan yang digunakan :

∆rG = ∆rG° + R.T Ln (Kc)


0 joule = ∆rG° + R.T Ln (Kc)
- R.T Ln (Kc) = ∆rG°

Keterangan : ∆rG° : Gibbs reaction standard energy (joule)


R : Ideal gas constant law
T ; Temperature ( K )
Kc : konstanta kesetimbangan konsentrasi
Proses perhitungan :

- R.T Ln (Kc) = ∆rG°


𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 1
- 8.3145 𝑚𝑜𝑙 .𝐾
* 298 K * ln ( 168.4655 𝑚𝑜𝑙 )= ∆rG°
𝑑𝑚3
- 12643.0690 joule/mol = ∆rG°
- 12643.0690 * 10-2 L bar/mol = ∆rG°

(b) Tentukan Kc untuk Reaksi 2/3 NH3 (g) ↔ 1/3 N2 (g) + H2 (g)

Persamaan yang digunakan :

[ 𝑁𝐻3 ]2
Kc1 =
[ 𝑁2 ]1 [ 𝐻2 ]3
[ 𝑁2 ]1/3 [ 𝐻2 ]1
Kc2 =
[ 𝑁𝐻3 ]2/3
1
Kc2 = [ 𝑁𝐻3 ]2/3
[ 𝑁2 ]1/3 [ 𝐻2 ]1

1 1
Kc2 = ( [ 𝑁𝐻3 ]2
)∗3
[ 𝑁2 ]1 [ 𝐻2 ]3
1
Kc2 = ( )1/3
𝐾𝑐1
1 1
Kc2 = ( ) 1/3
168.4665 𝑚𝑜𝑙2
𝑑𝑚6
Kc2 = 0.1811 dm2/mol2/3
3. Data yang diketahui :
• Titik leleh tetrafluoride Uranium : 1100 ℃ (fasa kesetimbangan solid dan liquid
tetrafluoride) dengan fraksi mol tetrafluoride Uranium tetrafluoride sebesar 1 dan
zirconium tetrafluoride (X ZrF4)
• Titil Leleh Zirconium Tetrafluoride (X ZrF4) : 970 ℃ (fasa kesetimbangan solid dan
liquid zirconium) dengan fraksi mol (X ZrF4) sebesar 1
• Titik leleh minimum campuran kedua solid pada suhu 650 dengan komposisi
sebagai berikut :
Komposisi solid dan liquid X (X ZrF4): 0.55
Kompoisis solid dan liquid Uranium tetrafluoride : 0.45
• Komposisi X(ZrF4) = 0.3 dan X uranium tetrafluoride = 0.7 fasa liquid berada dalam
kesetimbangan dengan komposisi X(ZrF4) = 0.1 dan X Uranium Tetrafluoride= 0.9
fasa solid pada suhu 875
• Komposisi liquid X(ZrF4) 0.57 dan X Uranium Tetrafluoride= 0.43 serta komposisi
solid ( X ZrF4) = 0.95 dan X Uranium tetrafluoride = 0.05 pada suhu 850

Ditinjau dari senyawa Zirconium Tetrafluoride

1200

1000
Temperature (C)

800

600

400
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

Fraksi Mol (X ZrF4)


Fraksi mol liquid vs temperatur

Fraksi mol solid vs temperatur

Jika dilihat pada grafik titik eutektik untuk kedua komponen berada pada suhu 650
derajat celcius dengan komposisi fraksi mol X (ZrF4) sebesar 0.55. Jika pada suhu
900 pada fraksi mol X (ZrF4) sebesar 0.4 didinginkan dari suhu 900 derajat celcius
menjadi suhu 500 derajat celcius. Perubahan fasa yang terjadi adalah liquid
menjadi solid. Pada suhu 900 derajat celcius, campuran berbentuk liquid
sedangkan pada suhu 500 campuran berbentuk solid.
Jika dilihat dari grafik ketika komposisi X ZrF4 liquid sebesar 0.4 pada suhu 875
derajat celcius mengalami keadaan setimbang atau equilibrium dengan fasa liquid
dengan komposisi fraksi mol liquid sebesar 0.54.

Rasio jumlah solid dan liquid nya adalah 0.4 : 0.54

Ditinjau Dari senyawa uranium tetrafluoride.

1200

1000
Temperature (C)

800

600

400
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

Fraksi Mol (X Uranium F4)


Fraksi mol liquid vs temperatur

Fraksi mol solid vs temperatur

Pembahasannya sama akan tetapi yang beda Cuma sudut pandangnya saja tetapi
perubahan fasa selalu sama dan perubahan fraksi mol juga selalu sama serta rasio solid
dalam liquid nya pasti juga sama

Anda mungkin juga menyukai