Anda di halaman 1dari 5

Apakah Anda telah memberikan imunisasi yang lengkap bagi anak Anda?

Imunisasi bayi penting


diberikan usai si kecil lahir. Tujuannya, mencegah agar anak Anda terkena penyakit.

Namun, sayangnya, masih ada sebagian orang tua yang khawatir buah hatinya justru sakit usai
diimunisasi. Akhirnya, anak Anda tidak memperoleh vaksin yang dibutuhkan. Jika ini yang
terjadi, maka tidak hanya membahayakan anak Anda, tetapi juga anak-anak di sekitarnya.

Sebelum membahas mengenai alasan perlunya anak Anda diberikan imunisasi, Anda perlu
memahami perbedaan antara vaksin dengan imunisasi. Vaksin adalah proses memasukan bakteri
atau virus yang telah dilemahkan ke dalam tubuh anak Anda. Tujuannya, untuk mendapatkan
efek kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Sementara, imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit. Ada dua jenis imunisasi yang harus diberikan kepada anak Anda yaitu imunisasi aktif
(vaksinasi) dan pasif (ASI atau antibodi bawaan dari ibu saat masih di dalam kandungan).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan, imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Selasa kemarin mengkampanyekan vaksiniasi MR untuk
mencegah penyakit campak dan rubella. Vaksinasi itu diberikan kepada anak usia 9 bulan hingga
14 tahun, pada bulan Agustus dan September.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu harus turun tangan, karena masih terdapat keraguan di benak
publik soal perlu tidaknya memberikan anak mereka vaksinasi. Sementara, kampanye imunisasi
dianggap tidak berhasil, jika target minimum pemberian vaksin kurang dari 95 persen. Penyakit
itu dapat menjadi wabah di area tersebut.

Berikut lima pertanyaan yang kerap ditanyakan para orang tua mengenai pemberian imunisasi:

Mengapa imunisasi penting dilakukan?

Bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum terbentuk sistem
kekebalan yang kuat. Dengan melakukan imunisasi pada bayi, berarti Anda melindungi bayi
Anda dari berbagai penyakit.

Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak Anda akan membantu sistem kekebalan tubuh
anak untuk membentuk antibodi, yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk
ke tubuhnya. Ini dapat mencegah anak terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya. Lebih
jauh dari itu, imunisasi dapat menyelamatkan hidup anak Anda.

Pada zaman dahulu, banyak anak menderita sakit seperti polio, dan penyakit tersebut
menyebabkan banyak anak meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, vaksin
diciptakan untuk memberantas penyakit tersebut. Hasilnya, sekarang anak-anak tak lagi banyak
menderita penyakit berbahaya.

Memang ada dampak yang ditimbulkan usai diberikan imunisasi, yakni anak Anda menderita
demam atau kemerahan di tempat ia disuntik, anak tidak ingin makan dan dampak lainnya.
Namun, hal ini normal terjadi dan tidak akan berlangsung lama

Ini merupakan respon tubuh terhadap zat baru yang masuk ke dalam tubuh. Rasa sakit yang
ditimbulkan ini jauh lebih baik ketimbang rasa sakit yang dirasakan anak jika tidak diberi
imunisasi. Anak bisa menderita penyakit yang lebih berbahaya, bahkan dapat menyebabkan
kematian, jika ia tidak mendapatkan imunisasi.

Other Stories

Mengapa wanita dan anak-anak perlu vaksin HPV untuk cegah kanker serviks
Januari merupakan bulan kepedulian terhadap kanker serviks. Tujuan dari pemberian vaksin HPV adalah
sebagai salah satu pencegahan dari kanker serviks.

Vaksin palsu, dari jalur peredaran hingga bahayanya


Vaksin palsu: dari peredaran hingga dampak. Apa yang dilakukan pemerintah untuk mencegah kejadian
ini terulang kembali?

Di Yogyakarta masih ada wali murid menolak imunisasi


Orang tua yang menolak imunisasi berpotensi melanggar undang-undang

Apa saja imunisasi yang wajib diberikan?

Di Indonesia, tiap bayi di bawah umur satu tahun harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Imunisasi ini berguna untuk mencegah bayi terkena penyakit polio, campak, tuberkulosis (TBC),
difteri, pertusis atau batuk rejan, tetanus, dan hepatitis B.
Imunisasi dasar lengkap ini terdiri dari 5 jenis vaksin yang akan diberikan sesuai umur bayi, dan
pemberian setiap vaksinnya bisa dilakukan lebih dari satu kali. Dengan mendapatkan vaksin
sesuai umurnya, tubuh bayi dirangsang untuk membuat sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat
dengan membentuk anti bodi sebagai perlawanan untuk menyerang penyakit berbahaya.

Berikut ini merupakan lima vaksin imunisasi dasar lengkap:

 Vaksin hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B


dan kerusakan hati. Vaksin ini diberikan 1 kali pada
bayi baru lahir yang berusia kurang dari 7 hari. Saat
bayi baru lahir, biasanya bayi akan langsung diberikan
vaksin ini.
 Vaksin BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis
(TBC). Vaksin ini diberikan 1 kali pada bayi yang
berumur 1 bulan.
 Vaksin DPT-Hepatitis B untuk mencegah difteri,
pertusis, tetanus, dan hepatitis B. Vaksin ini diberikan 3
kali, yaitu pada saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan, dan
4 bulan.
 Vaksin polio untuk mencegah polio. Polio dapat
menyebabkan kelumpuhan dan tungkai kaki dan lengan.
Vaksin ini diberikan 4 kali, yaitu pada saat bayi
berumur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
 Vaksin campak untuk mencegah campak. Campak
dapat menyebabkan komplikasi radang paru, radang
otak, dan kebutaan. Vaksin campak diberikan 1 kali saat
bayi berumur 9 bulan.

Bagaimana jika imunisasi terlambat diberikan?

Mungkin ibu sempat lupa untuk membawa anaknya ke posyandu, puskesmas, bidan, maupun
dokter anak untuk diberikan vaksin imunisasi. Bisa juga anak Anda sedang sakit seperti batuk,
pilek, demam, atau diare saat jadwal imunisasi sehingga Anda sebagai ibu tidak berani
memberikan imunisasi pada anak Anda.

Sebenarnya anak masih dapat diberikan imunisasi walaupun ia sedang sakit pilek, batuk, atau
demam.

Jika imunisasi terlewat atau telat diberikan, sebaiknya segera bawa anak Anda untuk diimunisasi.
Pemberian vaksin yang tidak sesuai jadwal tidak masalah, asalkan pemberian kelima vaksin
tersebut (imunisasi dasar lengkap) dilakukan pada saat anak masih berusia di bawah 1 tahun.
Segera mintakan imunisasi yang telat tersebut agar anak tidak berisiko tertular penyakit yang
berbahaya.

Bagaimana jika bayi tidak diimunisasi sama sekali?

Sebagian kecil dari Anda mungkin meragukan imunisasi. Beberapa cerita di luar sana
menyebutkan bahwa imunisasi justru menyebabkan anak sakit.

Namun, imunisasi dijamin aman dilakukan. Sejumlah ilmuwan terus bekerja untuk membuat
vaksin lebih aman dari waktu ke waktu. Sebelum mendapat lisensi dan diedarkan, vaksin pasti
mengalami sejumlah pengujian untuk menjamin keamanannya.

Jika anak tidak mendapatkan imunisasi sama sekali, anak akan berisiko terkena penyakit-
penyakit yang telah disebutkan di atas. Parahnya, penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian
pada anak. Sistem kekebalan tubuh pada anak yang tidak mendapat imunisasi tidak sekuat anak
yang diberi imunisasi.

Tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh sehingga tidak bisa melawannya. Ini
membuat anak rentan terhadap penyakit.

Jika anak yang tidak diimunisasi ini menderita sakit, ia juga dapat menularkannya ke orang
sekitarnya sehingga juga membahayakan orang lain.

Apa pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI)?

Sebagian pihak yang menolak untuk memberikan vaksin berdalih zat yang akan dimasukan ke
tubuh anak mengandung gelatin babi sehingga haram untuk digunakan. Sementara bagi pihak
yang pro terhadap pemberian vaksin, melihat manfaat yang didapat jika anak diberi vaksin.

Soal apakah vaksin halal atau tidak telah diulas secara lengkap oleh organisasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). Pada presentasi Dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A(K) bahwa vaksin tidak
mengandung babi.

Namun, ada beberapa vaksin, khususnya polio yang dalam pembuatannya menggunakan enzim
tripsin babi. Tapi dalam prosesnya, enzim tripsin tersebut dibersihkan dan dihilangkan. Alhasil,
pada proses akhir sama sekali tidak ada bahan-bahan yang mengandung enzim babi.

Selain dari IDAI, Majelis Ulama Indonesia juga mengeluarkan fatwa nomor 4 tahun 2016
mengenai imunisasi. Fatwa itu diterbitkan pada 23 Januari 2016.

MUI sudah menggodok fatwa tersebut sejak 2013 lalu. Beberapa isinya menyatakan bahwa:
1) Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu,

2) Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci,

3) Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis hukumnya haram,

4) Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan, kecuali:
a. digunakan pada kondisi al- dlarurat atau al – hajat;
b. belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan
c. adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang
halal,

5) Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit berat,
atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten
dan dipercaya maka imunisasi hukumnya wajib,

6) Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan
dipercaya ternyata menimbulkan dampak yang membahayakan (dlarar)

Anda mungkin juga menyukai