Anda di halaman 1dari 18

BAB IV ANALISIS DATA 90

BAB IV
ANALISIS DATA

4.1. Tinjauan Umum


Dalam merencanakan jaringan irigasi tambak, analisis yang digunakan
adalah analisis hidrologi dan analisis pasang surut. Analisis hidrologi yaitu
perhitungan debit andalan yaitu debit sungai yang dapat digunakan untuk
mengairi tambak dan analisis data pasang surut yaitu debit yang masuk ke dalam
saluran akibat pengaruh pasang surut air laut. Analisis hidrologi dan analisis data
pasang surut diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang masuk ke saluran
sekunder yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya volume air yang masuk
ke areal tambak.
Analisis data yang akan digunakan dalam perhitungan nantinya adalah
analisis data pasang surut di daerah perencanaan yaitu sekitar Kali Tenggang dan
analisis debit andalan menggunakan metode dari F.J. Mock. Untuk perhitungan
debit andalan digunakan data curah hujan harian selama periode 10 tahun dan
data klimatologi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sedangkan untuk
perhitungan data pasang surut yang digunakan dalam perencanaan adalah data
pasang surut 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2001-2005.
Adapun langkah-langkah dalam analisis data hidrologi dan pasang surut
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan rata-rata curah hujan bulanan selama kurun waktu 10 tahun.
b. Menentukan rata-rata bulanan dari suhu udara, kelembaban udara,
penyinaran matahari dan kecepatan angin dari data klimatologi selama
kurun waktu 5 tahun terakhir.
c. Menghitung angka evaporasi menggunakan data-data tersebut.
d. Menghitung debit andalan yang merupakan debit minimum sungai yang
dapat untuk keperluan irigasi.
e. Menentukan Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi (APTPT) dari data
pasang surut selama 5 tahun untuk menentukan ketinggian tanggul
tambak.

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 91

f. Menentukan Air Surut Terendah (ASR ) untuk merencanakan elevasi


dasar saluran sekunder / saluran pasok dan saluran drainase / saluran
buang.
g. Menentukan Air Surut Tertinggi (AST) untuk menentukan elevasi dasar
tambak / pelataran tambak
h. Menentukan Air Pasang Terendah (APT) untuk merencanakan ketinggian
air di saluran sekunder / saluran pasok yang digunakan untuk mengairi
tambak.
i. Menghitung volume air yang dibutuhkan untuk mengairi tambak.
Perencanaan jaringan tata saluran untuk irigasi tambak yang memanfaatkan
pasang surut air laut memerlukan pemahaman fenomena hidrolika pasang surut.
Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh gelombang pasang surut pada daerah
yang kita rencanakan. Karena perhitungan hidrulika untuk aliran yang dipengaruhi
oleh pasang surut ini sangat rumit dan butuh waktu yang panjang, maka untuk
mempermudah simulasi aliran di dalam tata saluran dipakai program HEC-RAS
versi 3.1.1 untuk menstimulasi aliran akibat pengaruh pasang surut air laut guna
perencanaan tata saluran jaringan irigasi tambak.

4.2. Perhitungan Debit Andalan


4.2.1. Analisis Curah Hujan Rata-Rata Daerah Aliran Sungai
Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan
ketersediaan data yang secara kualitas dan kuantitas cukup memadai. Dalam
analisis hidrologi perencanaan jaringan irigasi tambak di Kali Tenggang ini
digunakan data curah hujan yang diambil dari 3 stasiun hujan yaitu Maritim,
Karangroto, dan Kalisari.
Dalam perhitungan curah hujan rata-rata, digunakan metode rata-rata aljabar
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
• Jumlah stasiun hujan yang mewakili sedikit ( 3 stasiun )
• Topografi DAS relatif datar
Untuk perhitungan curah hujan rata-rata menggunakan metode rata-rata
aljabar dari 3 stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.1

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 92

Tabel 4.1. Data Hujan Rata-Rata Bulanan Stasiun Maritim, Karangroto dan
Kalisari
Bulan
Tahun Stasiun Hujan Total
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

2001 Maritim Crh Hjn 271.1 536 288 299.3 188.4 200.4 30.8 6.7 101.9 125.4 197.1 206.1
Hr Hjn 24 22 21 15 8 14 3 3 12 17 19 17
Plamongan Crh Hjn 339 245 518 203 110 243 51 13 80 349 236 137
Hr Hjn 13 16 17 10 6 7 3 2 6 11 11 6
Kalisari Crh Hjn 378 254 395 319 301 344 48 7 197 197 218 165
Hr Hjn 20 19 21 14 7 10 3 1 9 13 15 15
Hujan Rata2 329.4 345.0 400.3 273.8 199.8 262.5 43.3 8.9 126.3 223.8 217.0 169.4 2599.4
Hari hujan Rata2 19 19 20 13 7 10 3 2 9 14 15 13

2002 Maritim Crh Hjn 304.3 472.7 180.2 124.5 96.8 5.7 0.4 2.6 6.8 19.4 369.6 271.5
Hr Hjn 24 23 19 13 7 3 3 2 2 4 22 21
Plamongan Crh Hjn 227 280 166 0 71 35 7 0 0 10 0 0
Hr Hjn 12 10 13 0 3 2 1 0 0 2 0 0
Kalisari Crh Hjn 293 395 211 183 81 26 11 0 0 24 269 129
Hr Hjn 20 20 14 11 7 4 1 0 0 4 18 14
Hujan Rata2 274.8 382.6 185.7 102.5 82.9 22.2 6.1 0.9 2.3 17.8 212.9 133.5 1424.2
Hari hujan Rata2 19 18 15 8 6 3 2 1 1 3 13 12

2003 Maritim Crh Hjn 300.9 543.5 173 174.4 134.3 17.7 0 0.6 67.4 256.3 164.6 306
Hr Hjn 23 23 12 14 9 2 0 1 4 19 14 23
Plamongan Crh Hjn 351 350 154 196 195 192 41 0 149 105 514 420
Hr Hjn 13 18 12 11 9 10 2 0 4 9 15 17
Kalisari Crh Hjn 265 443 123 263 68 13 0 5 50 207 237 376
Hr Hjn 18 23 10 11 5 1 0 1 8 11 17 19
Hujan Rata2 305.6 445.5 150.0 211.1 132.4 74.2 13.7 1.9 88.8 189.4 305.2 367.3 2285.2
Hari hujan Rata2 18 21 11 12 8 4 1 1 5 13 15 20
2004 Maritim Crh Hjn 321.2 426.5 120.6 320.2 186.7 48.1 72.5 0 61.9 15 217.6 272.3
Hr Hjn 24 22 20 16 15 4 4 1 5 0 17 21
Plamongan Crh Hjn 237 206 0 0 0 0 55 0 21 33 151 315
Hr Hjn 13 14 0 0 0 0 3 0 2 2 8 11
Kalisari Crh Hjn 328 385 120 220 126 18 25 0 102 15 147 197
Hr Hjn 17 18 15 14 9 2 2 0 8 3 16 18
Hujan Rata2 295.4 339.2 80.2 180.1 104.2 22.0 50.8 0.0 61.6 21.0 171.9 261.4 1587.9
Hari hujan Rata2 18 18 12 10 8 2 3 0 5 2 14 17

2005 Maritim Crh Hjn 222.4 195.8 144.4 159.2 82.4 264.5 25.5 36.4 61.1 61.2 109.6 299
Hr Hjn 15 16 15 16 9 11 10 7 8 14 12 23
Plamongan Crh Hjn 417 164 353 189 25 3 0 0 0 73 163 414
Hr Hjn 17 13 17 8 2 1 0 1 0 7 14 20
Kalisari Crh Hjn 207 89 158 191 169 50 0 183 25 332 390 144
Hr Hjn 14 11 10 16 10 5 0 8 9 16 11 10
Hujan Rata2 282.1 149.6 218.5 179.7 92.1 105.8 8.5 73.1 28.7 155.4 220.9 285.7 1800.2
Hari hujan Rata2 15 13 14 13 7 6 3 5 6 12 12 18

(Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika kota Semarang)

Data Curah Hujan yang diperlukan adalah data hujan bulanan yang
terlampaui 80 % berdasarkan data curah hujan yang ada. Data curah hujan
bulanan yang ada sepanjang pengamatan diurutkan dari yang kecil ke besar
berdasarkan jumlah curah hujan pertahunnya. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui curah hujan efektif (R80) adalah dengan menghitung urutan sbb:

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 93

m = n*0,20 + 1
dimana :
m = Data urutan ke m yang akan dipakai sebagai R80
n = Jumlah tahun pengamatan = 5 tahun
sehingga :
m = 5*0,20 +1
=2
Jadi curah hujan efektif yang digunakan terdapat pada data Kedua dari data
curah hujan stasiun pengamatan yaitu pada tahun 2004.
Data curah hujan yang telah diurutkan dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2. Data Curah Hujan yang Telah Diurutkan
Bulan
Tahun Stasiun Hujan Total
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

2002 Hujan Rata2 274.77 382.57 185.73 102.5 82.933 22.233 6.1333 0.8667 2.2667 17.8 212.87 133.5 1424.2
Hari hujan Rata2 18.667 17.667 15.333 8 5.6667 3 1.6667 0.6667 0.6667 3.3333 13.333 11.667

2004 Hujan Rata2 295.4 339.17 80.2 180.07 104.23 22.033 50.833 0 61.633 21 171.87 261.43 1587.9
Hari hujan Rata2 18 18 11.667 10 8 2 3 0.3333 5 1.6667 13.667 16.667

2005 Hujan Rata2 282.13 149.6 218.47 179.73 92.133 105.83 8.5 73.133 28.7 155.4 220.87 285.67 1800.2
Hari hujan Rata2 15.333 13.333 14 13.333 7 5.6667 3.3333 5.3333 5.6667 12.333 12.333 17.667

2003 Hujan Rata2 305.63 445.5 150 211.13 132.43 74.233 13.667 1.8667 88.8 189.43 305.2 367.33 2285.2
Hari hujan Rata2 18 21.333 11.333 12 7.6667 4.3333 0.6667 0.6667 5.3333 13 15.333 19.667

2001 Hujan Rata2 329.37 345 400.33 273.77 199.8 262.47 43.267 8.9 126.3 223.8 217.03 169.37 2599.4
Hari hujan Rata2 19 19 19.667 13 7 10.333 3 2 9 13.667 15 12.667

4.2.2. Analisis Daerah Aliran Sungai


Untuk menentukan besarnya debit andalan dari suatu sungai selain
diperlukan data hujan dan klimatologi juga perlu diketahui luas DAS dari sungai
yang akan dihitung debit andalannya. Data daerah aliran sungai (DAS), dibagi
berdasarkan pola aliran limpasan permukaan menuju salurannya, elevasi tertinggi
dan jalan yang umumnya merupakan batasan dari DAS tersebut. Berdasarkan
kriteria tersebut, maka pembagian DAS dapat dilihat pada Gambar 4.1

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 94

Muara K. Tenggang Muara K. Sringin K.


Say
u ng/K
.Pri
h

K.
B
ab
o n
K.
Timur

Sr
in
gin
anal

K.
anjirk

K. B
abon
T
en
K. B

gg K. K. B
an
Srin abon
gin
g

K. Sringin
gang
K. T e n g
K. B
anji
rkan
Timal
ur

K.
T
en
gg
an
g

K. Banger

n
bo
Ba
Ka li
li T Ka
ega
lk ang
kun
g

Gambar 4.1. Pembagian DAS dan sub-DAS Sungai Tenggang

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 95

4.2.3. Menentukan Rata-Rata Bulanan Suhu Udara, Kelembaban


Udara dan Kecepatan Angin
Untuk menghitung debit andalan , diperlukan data rata-rata suhu udara,
kelembaban udara, dan kecepatan angin yang diperoleh dari data klimatologi.
Data klimatologi yang digunakan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) dalam kurun waktu yang akan direncanakan yaitu tahun 2001 sampai
2005. Untuk perhitungan , data yang digunakan adalah data suhu rata-rata,
kelembaban rata-rata, penyinaran matahari selama 12 jam dan kecepatan angin
pada ketinggian 10 m. Data bulanan suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan
angin diberikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Data Bulanan Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan
Angin

Tahun Data Satuan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des
2001 Suhu Udara °C 26.9 26.6 26.6 27.6 28.6 27.5 27.4 27.1 28.3 28 27.7 27.2
Kelembaban Udara % 83 82 83 80 72 77 72 70 72 80 83 84
Peny. Mthri(8 jam) % 46 48 53 69 88 75 74 94 94 55 46 46
Kec. Angin(10m) km / j 5.6 9.1 5.6 5.5 6.6 5.9 7.1 6.4 6.5 5.8 5.5 5.2

2002 Suhu Udara °C 26.5 26.5 27.1 27.6 28.7 28.1 27.4 27.7 27.8 28.5 28.3 27.4
Kelembaban Udara % 84 83 78 78 74 74 68 70 71 67 74 78
Peny. Mthri(8 jam) % 43 64 72 60 69 66 80 83 91 91 51 46
Kec. Angin(10m) km / j 4.8 5.1 3.7 3 6.4 6.8 6.2 7 6.4 6 5.2 5.5

2003 Suhu Udara °C 26.6 26.2 27.6 27.1 28.1 27.7 27.5 27.1 27.9 28.8 27.8 27.1
Kelembaban Udara % 85 86.3 77.8 83.8 72.5 70.8 67.8 66.3 64.8 64.8 76.5 82.3
Peny. Mthri(8 jam) % 45 41 72 61 87 90 94 99 92 95 66 51
Kec. Angin(10m) km / j 5.6 8.1 5.4 4.4 5.9 5.8 6.3 5.9 5.9 6.8 5.1 4.3

2004 Suhu Udara °C 26.5 26.5 27.1 27.6 28.7 28.1 27.4 27.7 27.8 28.5 28.3 27.4
Kelembaban Udara % 84.5 83.3 78.8 79.8 72 74 68.8 70 71.8 67.8 74.5 78
Peny. Mthri(8 jam) % 43 64 72 69 69 66 80 83 91 91 51 46
Kec. Angin(10m) km / j 4.8 5.1 3.7 3.9 6.4 6.8 6.2 7 6.4 6 5.2 5.5

2005 Suhu Udara °C 27.1 27.2 27.4 28.2 28.8 28 27.5 27.6 28.1 28.2 28.3 27
Kelembaban Udara % 82 82 82 78 72 78 72 70 72 75 75 83
Peny. Mthri(8 jam) % 49 50 51 61 70 66 71 72 70 64 58 23
Kec. Angin(10m) km / j 6.4 5.9 6.1 6.3 7.1 6.5 6.3 6.2 6.2 5.6 5.4 4.7

(Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika kota Semarang)

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 96

4.2.4. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial


Metode Mock menggunakan rumus empiris dari Penman untuk menghitung
evapotranspirasi potensial.
Menurut Penman, besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai
berikut :
AH + 0, 27 D
E=
A + 0, 27
Dengan :
H = energi budget,
H = R (1-r) (0,18 + 0,55 S) – B (0,56 – 0,092 ed ) (0,10 + 0,9 S),

D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, dan


D = 0,35 ( ea − ed ) (k + 0,01w)

Dimana :
A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam
mmHg/ 0 F
B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mm H 2 O/hari

ea = tekanan uap air jenuh pada temperatur rata-rata, dalam mmHg

Besarnya A,B, ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan

temperatur rata-rata dengan parameter evapotranspirasi ini diambil dari Tabel 2.3
R = radiasi matahari, dalam mm/hari. Besarnya diambil dari Tabel 2.4
r = koefisien refleksi. Koefisien refleksi diambil 0,1
S = rata-rata persentasi penyinaran matahari bulanan, dalam persen (%)
ed = tekanan uap air sebenarnya, dalam mmHg.

= ea x h

h = kelembaban relatif rata-rata bulanan, dalam persen (%)


k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating surface).
koefisien kekasaran evaporasi diambil 1,0
w = kecepatan angin rata-rata bulanan, dalam km/jam
dan jika :
E1 = F1 x R(1-r)

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 97

E2 = F2 x (0,1 + 0,9S)

E3 = F3 x (k + 0,01w)
Maka bentuk yang sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial menurut
Penman adalah :
E = E1 - E2 + E3

4.2.5. Perhitungan Evapotranspirasi Aktual


Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau
actual evapotranspiration, dihitung sebagai berikut :
Eactual = E p − ∆E

4.2.6. Perhitungan Water Surplus


Persamaan water surplus (SS) adalah sebagai berikut:
WS = (P – Ea) + SS
Dalam metoda Mock, tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai
berikut :
SMS = ISMS + (P – Ea)
dimana :
ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal),
merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya
P – Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi
Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu:
1. SMC = 200 mm/bulan, jika P – Ea ≥ 0
2. SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0

4.2.7. Perhitungan Base Flow, Direct Off dan Storm Run Off
Menurut Mock, besarnya infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan
dengan koefisien infiltrasi (if), atau
Infiltrasi (i) = WS x if
Zona tampungan air tanah (groundwater storage, disingkat GS) dirumuskan
sebagai berikut :

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 98

GS = {0,5 x(1 + K ) xi} + { KxGSom}

Perubahan groundwater storage ( ∆GS ) adalah selisih antara groundwater


storage bulan yang ditinjau dengan groundwater storage bulan sebelumnya.
Perhitungan Base flow dihitung dalam bentuk persamaan :
BF = i - ∆GS
Direct run off dihitung dengan persamaan :
DRO = WS – i
Setelah base flow dan direct run off, komponen pembentuk debit yang lain
adalah storm run off. Mock menetapkan bahwa:
a. Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity maka nilai storm run
off = 0
b. Jika P < maksimum soil muisture capacity maka storm run off adalah jumlah
curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor,
atau:
SRO = P x PF
Total run off (TRO) merupakan komponen-komponen pembentuk debit sungai
(stream flow) adalah jumlah antara base flow, direct run off dan storm run off,
atau :
TRO = BF + DRO + SRO
Jika TRO ini dikalikan dengan catchment area dalam km 2 dengan suatu angka
konversi tertentu akan didapatkan besaran debit dalam m3 / det .
Untuk perhitungan debit andalan selama kurun waktu perencanaan yaitu 5
tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Untuk
luas areal DAS, diperoleh dari perhitungan dari peta menggunakan program
Autocad dan diperoleh 22,64 km2
Untuk perhitungan menggunakan program HEC-RAS, data debit andalan ini
digunakan sebagai data input di hulu Sungai Tenggang sebagai data Debit Aliran
(Flow Hidrograf).

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 99
Tabel 4.4. Debit Andalan Tahun 2004
DEBIT ANDALAN TAHUN 2004
No. Data Unit Kons Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des

Data Meteorologi
1 Curah hujan (P;mm/bln) 295.40 339.17 80.20 180.07 104.23 22.03 50.83 0.00 61.63 21.00 171.87 261.43
2 Hari hujan (n;hari) 18 18 12 10 8 2 3 0 5 2 14 17
3 Jumlah hari (Hr;hari) 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
4 Temperatur (T;°C) 26.5 26.5 27.1 27.6 28.7 28.1 27.4 27.7 27.8 28.5 28.3 27.4
5 Penyinaran matahari (S;%) 43 64 72 69 69 66 80 83 91 91 51 46
6 Kelembaban relatif (h;%) 84.5 83.3 78.8 79.8 72 74 68.8 70 71.8 67.8 74.5 78
7 Kec. angin (w;m/s) 4.8 5.1 3.7 3.9 6.4 6.8 6.2 7 6.4 6 5.2 5.5
Evapotranspirasi potensial (mm/bulan)
8 Radiasi matahari (R;mm/hari) 15.40 15.50 15.20 14.20 12.90 12.20 12.40 13.40 14.60 15.20 15.30 15.20
9 A (mm Hg/°F) 0.85 0.85 0.88 0.90 0.95 0.92 0.89 0.90 0.91 0.94 0.93 0.89
10 B (mmH2O/hr) 16.33 16.33 16.48 16.60 16.84 16.72 16.55 16.63 16.65 16.80 16.76 16.55
11 ea (mm Hg) 25.98 25.98 26.91 27.68 29.53 28.48 27.37 27.84 27.99 29.18 28.83 27.37
12 ed = h x ea (mm Hg) 21.95 21.64 21.20 22.09 21.26 21.07 18.83 19.48 20.10 19.78 21.47 21.35
13 F1 = Ax(0.18+(0.55xS))/(A+0.27) (T;S) 0.18 0.27 0.30 0.29 0.30 0.28 0.34 0.35 0.39 0.39 0.22 0.20
14 F2 = AxB(0.56-(0.092x(ed^0.5)))/(A+0.27) (T;h) 1.23 1.26 1.34 1.25 1.39 1.39 1.66 1.59 1.51 1.58 1.35 1.33
15 F3 = (0.27)(0.35)(ea-ed)/(A+0.27) (T;h) 0.34 0.37 0.47 0.45 0.64 0.59 0.70 0.67 0.63 0.73 0.58 0.49
16 Koefisien refleksi (r) 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
17 E1 = F1x(1-r)xR 2.51 3.75 4.16 3.75 3.45 3.10 3.78 4.26 5.09 5.34 3.01 2.67
18 E2 = F2x(0.1+(0.9xS)) 0.60 0.85 1.00 0.90 1.00 0.97 1.36 1.34 1.39 1.45 0.75 0.68
19 E3 = F3x(k+0.01w) k= 1.00 0.36 0.15 0.09 0.06 0.08 0.09 0.10 0.12 0.11 0.13 0.10 0.08
20 Ep = E1-E2+E3 (mm/hari) 2.27 3.04 3.25 2.91 2.52 2.22 2.52 3.03 3.81 4.02 2.36 2.07
21 Epm = Hr x Ep (mm/bulan) 70.23 85.12 100.62 87.19 78.26 66.51 78.24 93.88 114.44 124.54 70.94 64.10
Evapotranspirasi terbatas (mm/bulan)
22 Exposed surface (m;%) 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00
23 jumlah hari hujan (n) 18 18 12 10 8 2 3 0 5 2 14 17
24 ∆E/Epm = (m/20)(18-n) (%) 0.00 0.00 14.25 18.00 22.50 36.00 33.75 39.75 29.25 36.75 9.75 3.00
25 ∆E (mm/bulan) 0.00 0.00 14.34 15.69 17.61 23.94 26.41 37.32 33.47 45.77 6.92 1.92
26 E aktual = Epm - ∆E (mm/bulan) 70.23 85.12 86.28 71.50 60.65 42.57 51.84 56.56 80.97 78.77 64.02 62.17
Water surplus (mm/bulan)
27 P-Ea (mm/bulan) 225.17 254.04 -6.08 108.57 43.58 -20.53 -1.00 -56.56 -19.34 -57.77 107.85 199.26

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 100

28 SMS = ISMS+(P-Ea) (mm/bulan) 425.17 454.04 193.92 302.49 243.58 179.47 178.46 121.90 102.57 44.80 152.64 351.90
29 SMC ISMC 200 200.00 200.00 193.92 200.00 200.00 179.47 178.46 121.90 102.57 44.80 200.00 200.00
30 Soil storage (jika P-Ea ≥0,SS =0) (mm/bulan) 0.00 0.00 6.08 0.00 0.00 20.53 1.00 56.56 19.34 57.77 0.00 0.00
31 Water surplus [(27)+(30)] (mm/bulan) 225.17 254.04 0.00 108.57 43.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 107.85 199.26
Total Run Off (mm/bulan)
32 Koefisien infiltrasi (if) 0.30 0.40 0.30 0.27 0.30 0.40 0.30 0.35 0.25 0.50 0.35 0.30
33 Infiltrasi [(31) x if] (i;mm/bulan) 67.55 101.62 0.00 29.31 13.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37.75 59.78
34 Konstanta resesi aliran (K) 0.90 0.85 0.75 0.88 0.95 0.90 0.75 0.90 0.80 0.92 0.70 0.85
35 Percentage factor (PF) 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100
36 1/2 x (1+K) x i 37.15 55.89 0.00 16.12 7.19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20.76 32.88
37 K x (Gsom) 124.14 137.10 144.74 127.38 136.32 129.16 96.87 87.18 69.75 64.17 44.92 55.83
38 GS [(36)+(37)] Gsom 137.9 161.30 192.99 144.74 143.50 143.51 129.16 96.87 87.18 69.75 64.17 65.68 88.70
39 ∆GS = GS - Gsom (mm/bulan) 23.36 31.69 -48.25 -1.25 0.02 -14.35 -32.29 -9.69 -17.44 -5.58 1.51 23.03
40 Base flow = I - ∆GS (mm/bulan) 44.19 69.92 48.25 30.56 13.06 14.35 32.29 9.69 17.44 5.58 36.24 36.75
41 Direct run off = WS - i (mm/bulan) 157.62 152.43 0.00 79.26 30.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 70.10 139.48
42 Storm run off = PxPF(jika P>200,SRO=0) (mm/bulan) 0.00 0.00 8.02 18.01 10.42 2.20 5.08 0.00 6.16 2.10 17.19 0.00
43 Total run off = Bflow + DRO + Storm (mm/bulan) 201.81 222.35 56.27 127.82 53.99 16.55 37.37 9.69 23.60 7.68 123.52 176.23
44 Catchment Area (km²) 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64 22.64
45 Stream flow (m³/det) 1.706 2.081 0.476 1.116 0.456 0.145 0.316 0.082 0.206 0.065 1.079 1.490

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 101

4.3. Perhitungan Pasang Surut Air Laut


Untuk perhitungan fenomena pasang surut serta pengaruhnya terhadap air
dalam tambak, maka data yang digunakan adalah data pasang surut air laut dari
stasiun pengukuran pasang surut yang letaknya berdekatan dengan lokasi
perencanaan. Untuk itu, digunakan data pasang surut dari stasiun pengukuran
pasang surut milik PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Tanjung Emas
Semarang. Data yang digunakan adalah data pasang surut dari tahun 2001 sampai
tahun 2005. Data Pasang Surut dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Tanjung
Emas Semarang dari Tahun 2001 sampai tahun 2005 ditampilkan pada
Lampiran.
4.3.1. Tipe Pasang Surut Pada Lokasi Studi
Seperti telah dijabarkan pada BAB II.3. tentang pasang surut, diketahui
bahwa di lokasi studi yaitu di sekitar Sungai Tenggang di Kec. Genuk dan
sekitarnya termasuk ke dalam tipe pasang surut campuran condong ke harian
tunggal, dengan nilai F = 1,30. Untuk perhitungan selanjutnya yang menggunakan
data pasang surut harian, digunakan data pasang surut harian tunggal.

4.3.2. Perhitungan Muka Air Laut Rata-Rata (MLR)


Permukaan laut rata-rata (mean sea level), yang di sini disingkat sebagai
MLR atau dalam bahasa Inggris dengan MSL, merupakan permukaan air laut
yang dianggap tidak dipengaruhi oleh keadaan pasang surut. Permukaan tersebut
umumnya digunakan sebagai referensi ketinggian titik-titik di atas permukaan
bumi.
Pada tugas akhir ini, MLR digunakan sebagai acuan dari data di lapangan
yang menggunakan ketinggian MLR sebagai titik referensi. Data MLR yang
digunakan adalah data MLR sejati selama 5 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai
2005. MLR dihitung dari rata-rata ketinggian muka air laut selama waktu
pengamatan. Setelah diperhitungkan, tinggi MLR selama 5 tahun adalah 95 cm.
Jadi pada perhitungan selanjutnya, titik 0 cm dari data geometri Proyek
Normalisasi Sungai Tenggang sama dengan ketinggian 95 cm.

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 102

4.3.3. Perencanaan Ketinggian Tanggul Utama dan Tanggul Antara


Untuk mendesain ketinggian tanggul dari tambak, maka data yang
digunakan adalah data Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi (APTPT) dari data
pasang surut bulanan selama kurun waktu dari tahun 2001 sampai 2005. Data
pasang surut yang diperlukan adalah data Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi
(APTPT) tiap bulan selama 5 tahun. Data Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi
(APTPT) dari tahun 2001 sampai 2005dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Data Air Pasang Tertinggi Paling Tinggi (APTPT)
TAHUN
2001 2002 2003 2004 2005
BULAN
JANUARI 126 (tgl 14) 136 (tgl 7) 236 (tgl 25) 123 (tgl 24) 132 (tgl 16)
FEBRUARI 120 (tgl 11) 140 (tgl 28) 236 (tgl 17) 115 (tgl 19)
MARET 126 (tgl 9) 141 (tgl 2) 136 (tgl 26) 123 (tgl 16) 110 (tgl 19)
APRIL 124 (tgl 4) 195 (tgl 9) 135 (tgl 22) 139 (tgl 14) 143 (tgl 30)
MEI 137 (tgl 29) 222 (tgl 23) 132 (tgl 12) 134 (tgl 1,12,14) 152 (tgl 3,4,31)
JUNI 122 (tgl 1,2,26) 232 (tgl 19) 132 (tgl 7) 146 (tgl 8,9) 152 (tgl 27)
JULI 110 (tgl 10) 230 (tgl 6) 115 (tgl 13) 143 (tgl 6) 131 (tgl 15)
AGUSTUS 230 (tgl 14) 110 (tgl 26,30) 129 (tgl 29,31) 128 (tgl 21)
SEPTEMBER 226 (tgl 8) 116 (tgl 6) 133 (tgl 29) 128 (tgl 16)
OKTOBER 234 (tgl 15) 122 (tgl 5,25) 140 (tgl 23) 128 (tgl 13,14)
NOVEMBER 240 (tgl 29,30) 131 (tgl 30) 135 (tgl 21) 132 (tgl 12)
DESEMBER 237 (tgl 26) 126 (tgl 1) 134 (tgl 18) 130 (tgl 8)

Dari data APTPT yang telah diketahui tersebut Air Pasang Tertinggi Paling
Tinggi (APTPT) terjadi pada tanggal 29 November 2002 dan 30 November 2002
pada ketinggian 240 cm. Maka ketinggian tanggul utama ditambah tinggi jagaan
50 cm adalah 290 cm ≈ 3 m. Sedangkan untuk tanggul antara yaitu tanggul yang
memisahkan satu tambak dengan tambak yang lain adalah = APTPT ditambah
tinggi jagaan 30 cm = 270 cm ≈ 2,7 m

4.3.4. Perencanaan Elevasi Dasar Tambak / Pelataran Tambak


Untuk menentukan elevasi dasar pelataran tambak, maka data yang
digunakan adalah data Air Pasang Rata-Rata (APRR). Tinggi permukaan dasar
tambak yang baik adalah yang terletak 40 cm di bawah permukaan air pasang
rata-rata (Slamet Soeseno, “budidaya ikan dan udang dalam tambak” PT.
Gramedia, Jakarta, 1988).
Untuk itu, diperlukan perhitungan rata-rata dari Air Pasang selama kurun
waktu 5 tahun dari 2001-2005. Data Air Pasang rata-rata per bulan selama 5
tahun ditampilkan pada Tabel 4.6.

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 103

Tabel 4.6. Data Air Pasang Rata-Rata (APRR)


TAHUN
2001 2002 2003 2004 2005
BULAN
JANUARI 74.11 88.44 184.70 70.96 75.19
FEBRUARI 74.45 88.91 139.11 65.03
MARET 74.89 91.88 74.89 73.84 67.08
APRIL 75.13 134.70 77.55 80.09 80.80
MEI 80.49 163.28 84.18 83.64 94.43
JUNI 78.08 173.61 78.58 83.03 92.84
JULI 72.97 180.43 68.14 88.26 85.82
AGUSTUS 186.65 66.77 77.98 70.82
SEPTEMBER 190.71 68.89 83.11 73.16
OKTOBER 187.89 71.23 78.78 72.42
NOVEMBER 184.51 70.80 78.62 77.50
DESEMBER 185.85 72.47 73.42 74.03

5245.11
Air pasang rata-rata selama 5 tahun = = 97,11 cm
11
Jadi dapat ditentukan elevasi dasar pelataran tambak adalah 97,11 cm – 40 cm =
57,11 cm ≈ 60 cm

4.3.5. Perencanaan Elevasi Dasar Saluran Luar (Saluran Sekunder dan


Drainase)
Untuk menentukan elevasi dasar saluran luar, maka terlebih dahulu harus
ditentukan kedalaman parit keliling dan kedalaman saluran pembagi air.
Kedalaman parit keliling (bila dihitung dari muka dasar pelataran tengah)
harus sama dengan kedalaman dasar pelataran tengah itu bila dihitung dari
permukaan air pasang rata-rata. Sedangkan kedalaman saluran pembagi air yang
baik ialah 15 cm lebih rendah daripada kedalaman parit keliling. Sedangkan
kedalaman saluran luar yang baik adalah 10 cm lebih rendah daripada kedalaman
saluran pembagi air (Slamet Soeseno, 1988).
Untuk itu ditentukan kedalaman atau elevasi parit keliling adalah 60 cm –
40 cm = +20 cm. Sedangkan dasar saluran luar ditentukan berada 20 cm dibawah
parit keliling sehingga elevasi dasar saluran sekunder = +0 cm.

4.3.6. Perencanaan Ketinggian Air di Saluran Sekunder


Karena direncanakan sistem irigasi yang akan digunakan pada jaringan
irigasi tambak di Sungai Tenggang ini menggunakan saluran pemasukan dan
pengeluaran yang terpisah, maka saluran pasok pada saluran irigasi terpisah

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 104

menghendaki agar selalu terdapat perbedaan tinggi tekanan (head) antara tambak
dan saluran. Untuk itu diperlukan tinggi tekanan yang lebih besar di saluran
daripada di tambak agar air dapat mengalir ke dalam tambak.
Untuk menentukan ketinggian air pada saluran sekunder yang nantinya akan
masuk ke dalam tambak, maka data yang digunakan adalah data Air Pasang
Terendah (APR) dari data pasang surut yang ada selama kurun waktu 5 tahun.
Dengan menggunakan data air pasang terendah (APR), maka dengan air pasang
yang paling minimum, air dari saluran sekunder sudah dapat memenuhi
kebutuhan air dalam tambak. Data Air Pasang Terendah (APR) dari tahun 2001
sampai 2005 ditampilkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Data Air Pasang Terendah (APR)
TAHUN
2001 2002 2003 2004 2005
BULAN
JANUARI 90 (tgl 10) 112 (tgl 10,25) 203 (tgl 21) 84 (tgl 3) 94 (tgl 19,20)
FEBRUARI 86 (tgl 18) 102 (tgl 19,22) 92 (tgl 28) 91 (tgl 9)
MARET 86 (tgl 3) 102 (tgl 20) 94 (tgl 9) 89 (tgl 25) 85 (tgl 28)
APRIL 86 (tgl 11,25) 136 (tgl 30) 82 (tgl 6) 93 (tgl 9) 86 (tgl 1,12)
MEI 91 (tgl 8) 146 (tgl 1) 93 (tgl 3) 98 (tgl 6) 108 (tgl 9)
JUNI 94 (tgl 21) 198 (tgl 11) 90 (tgl 26) 102 (tgl 30) 108 (tgl 19)
JULI 89 (tgl 3) 207 (tgl 14) 81 (tgl 22) 109 (tgl 11) 93 (tgl 29)
AGUSTUS 207 (tgl 30) 77 (tgl 18) 91 (tgl 23) 85 (tgl 14)
SEPTEMBER 196 (tgl 26) 80 (tgl 30) 97 (tgl 19) 88 (tgl 10,22)
OKTOBER 196 (tgl 9) 82 (tgl 12) 89 (tgl 17) 83 (tgl 7)
NOVEMBER 201 (tgl 8) 81 (tgl 11) 95 (tgl 25) 94 (tgl 3)
DESEMBER 203 (tgl 18) 88 (tgl 15) 88 (tgl 9) 87 (tgl 29)

Dari data APR yang ada, diketahui bahwa APT paling rendah adalah pasang
yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 2003 pada ketinggian pasang 77 cm. Untuk
data input pada perhitungan HECRAS nantinya, data yang akan dimasukkan
adalah data APR pada saat air laut mulai pasang pada tanggal 18 Agustus 2005
mulai pukul 01.00. Untuk perhitungan menggunakan program HEC-RAS, data
pasang surut tanggal 18 Agustus 2005 digunakan sebagai data input di muara
Sungai Tenggang dan muara Sungai Sringin sebagai data Ketinggian Aliran
(Stage Hidrograf).
Data Pasang Surut yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 2003 ditampilkan
pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.2

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 105

Tabel 4.8. Data Pasang Surut Tanggal 18 Agustus 2003

18 Agustus 2003

Jam Tinggi Air


1.00 32
2.00 35
3.00 39
4.00 44
5.00 52
6.00 60
7.00 70
8.00 76
9.00 76
10.00 74
11.00 75
12.00 76
13.00 77
14.00 76
15.00 75
16.00 74
17.00 72
18.00 68
19.00 62
20.00 56
21.00 50
22.00 45

APR
TANGGAL 18 AGUSTUS 2003
100
MUKA AIR
90 LAUT
80 77

70

60

50

40

30

20

10

0
1.00 3.00 5.00 7.00 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00

Gambar 4.2. Grafik Pasang Surut tanggal 18 Agustus 2003

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 106

4.3.7. Data Teknis Perencanaan Irigasi Tambak.


Perencanaan tambak yang memenuhi persyaratan teknis baik pada
pembangunan tambak baru, rehabilitasi maupun renovasi akan memudahkan
pengelolaan secara operasional. Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh
data teknis untuk perencanaan jaringan irigasi tambak. Data teknis perencanaan
ditampilkan pada Tabel 4.9 dan potongan melintang saluran dan tambak
ditampilkan pada Gambar 4.3
Tabel 4.9. Data Teknis Perencanaan
Keterangan Data Teknis (m)
Titik Bebas Banjir / Tanggul Utama 3,00 m = ±0m
Tinggi Pematang Antara 2,70 m = - 0,30 m
Dasar Saluran Sekunder 0,00 m = - 3,00 m
Dasar Pelataran 0,60 m = - 2,40 m
Dasar Saluran Drainase 0,00 m = - 3,00 m

Gambar 4.3. Potongan Melintang Saluran dan Tambak

4.3.8. Menentukan Kebutuhan Air tambak.


Kebutuhan air tambak secara umum dipengaruhi oleh tingkat teknologi yang
diharapkan, umur udang dan ikan yang dipelihara dan tingkat kehilangan air
melalui penguapan dan perembesan. Dimensi saluran direncanakan berdasar
pergantian air sebesar minimal 10 % dari volume air tambak, yang dianggap
dilakukan dalam waktu bersamaan. Mengingat bahwa saluran selalu terisi baik

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084
BAB IV ANALISIS DATA 107

pada saat pasang maupun surut, pergantian air dapat dilakukan setiap saat, saat
pasang datang.
Dari data-data yang telah ditentukan diatas diketahui bahwa elevasi dasar
pelataran adalah -2,40 cm dan ketinggian air max rencana adalah -60 cm, maka
ketinggian air dalam tambak adalah 2,40 cm – 60 cm = 180 cm ≈ 1,8 m
Kebutuhan air yang harus dilayani oleh saluran pasok dihitung dengan cara
berikut ini : Untuk kebutuhan air per 1 hektar tambak dengan kedalaman air 1,80
m, maka kebutuhan volume air untuk 1 hektar tambak adalah :
Vol = 10 % x 10.000 m² x 1,80 m = 1800 m³

Hendri Setiawan L2A001076


Jahiel R. Sidabutar L2A001084

Anda mungkin juga menyukai