Ir. Joessianto Eko Poetro,MT (Dosen Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal Politeknik Perkapalan negeri Surabaya)
M. Basuki Rahmat, ST, MT (Dosen Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal Politeknik Perkapalan negeri Surabaya)
ABSTRAK
Dalam Sistem Telekomunikasi Selelur peranan BTS sangat vital. Tanpa ada BTS maka pelanggan seluler tidak dapat
menikmati layanan komunikasi dengan baik, karena BTS inilah yang menerima dan memancarkan sinyal komunikasi ke
pelanggan. Pemakaian yang terus menerus akan menimbulkan panas pada system peralatan BTS. Demikian juga panas
dari radiasi matahari dapat juga mempengaruhi kinerja dan umur peralatan BTS. Untuk itu diperlukan sistem pendingin
yang mampu mendinginkan sehingga dapat mengurangi akumulasi panas serta mampu meningkatkan kinerja dan umur
peralatan BTS. Sebagaimana diketahui bahwa system pendingin BTS menyerap hampir setengah dari konsumsi energi
listrik BTS.
Pada makalah ini akan dipaparkan bagaimana melakukan upaya konservasi energi pada BTS, dengan melakukan
modifikasi dc cooler menjadi lebih efisien
1
4) Kemudian melakukan analisis perbandingan grafik gerakan mencampur fluida. Gerakan inilah yang
pendinginan kabin dan COP (Coefficient Of menyebabkan adanya transfer energi. Perpindahan
Performance) terhadap dc cooler semula. kalor secara konveksi biasa terjadi pada fluida (zat cair
5) Menarik kesimpulan dari penelitian ini dan gas). Jadi pemindahan kalor berdasarkan gerakan
berdasarkan hasil analisis data fluida disebut konveksi.
Laju perpindahan kalor dengan cara konveksi
antara suatu permukaan benda padat dan suatu fluida
2. LANDASAN TEORI dapat dihitung dengan hukum Newton tentang
2.1. Perpindahan Kalor pendinginan, yaitu:[1]
Bila pada suatu sistem terdapat gradien suhu 𝑞𝑐 = ℎ 𝐴 ∆𝑇 = ℎ 𝐴 (𝑇𝑆 − 𝑇∞ ) (2)
atau bila dua sistem yang suhunya berbeda 𝑞𝑐 = Laju perpindahan kalor konveksi (J/s = watt)
disinggungkan, maka otomatis kalor akan mengalir dari ℎ = Koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m2
benda/sistem yang bersuhu tinggi ke benda bersuhu K)
rendah. Jadi perpindahan kalor dapat didefinisikan 𝐴 = Luas permukaan perpindahan kalor yang
sebagai berpindahnya energi dari suatu benda yang menyinggung fluida (m2)
bersuhu tinggi (memiliki energi yang besar) ke benda ∆𝑇 = Beda suhu menyeluruh antara permukaan dan
yang bersuhu rendah (memiliki energi yang kecil). fluida (K)
Kalor akan berhenti berpindah bila kedua benda 𝑇𝑆 = Suhu permukaan (K)
mencapai suhu yang sama (tercapai kesetimbangan 𝑇∞ = Suhu fluida (K)
termal). Proses perpindahan kalor ini berlangsung Perpindahan kalor konveksi dapat dibagi
dengan cara: konduksi, konveksi, dan radiasi. menjadi dua, yaitu konveksi bebas (alami) dan
konveksi paksa. Konveksi alami terjadi apabila
2.1.1 Konduksi pergerakan fluida dikarenakan gaya apung akibat
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui perbedaan kerapatan fluida tersebut akibat perbedaan
medium (zat perantara) tanpa disertai dengan suhu. Sedangkan pada konveksi paksa pergerakan
perpindahan partikel-partikel medium tersebut. fluida terjadi akibat gaya luar seperti kipas (fan) atau
Perpindahan kalor secara konduksi biasanya terjadi pompa.
pada zat padat, seperti logam, dan sebagainya. Dalam
aliran kalor konduksi, perpindahan energi terjadi 2.2 Termoelektrik (Elemen Peltier)
karena hubungan kalor secara langsung tanpa adanya Elemen peltier memiliki peranan yang paling
perpindahan molekul yang cukup besar.[1] Jadi vital, sebagai pompa kalor yang merupakan elemen
konduksi ialah pemindahan kalor akibat kontak utama sistem pendingin arus searah (dc cooler).
langsung antara benda-benda. Termoelektrik merupakan komponen semikonduktor
Laju aliran kalor dengan cara konduksi melalui Bismut Telluride yang dapat menghasilkan efek dingin
dinding datar dari suatu bahan yang homogen dan panas. Jika sebuah elemen peltier dialiri arus listrik
diusulkan oleh Fourier yang menyatakan bahwa:[1] DC maka kedua sisi elemen ini akan menjadi panas dan
∆𝑇 𝑇 −𝑇
𝑞𝑘 = −𝑘 𝐴 = −𝑘 𝐴 1 2 (1) dingin. Sisi dingin inilah yang dimanfaatkan sebagai
∆𝑥 ∆𝑥
𝑞𝑘 = Laju perpindahan kalor konduksi (W) pendingin ruangan dengan bantuan heatsink dan fan.
𝑘 = Konduktivitas termal bahan (W/m K)
𝐴 = Luas penampang tegak lurus terhadap arah
aliran kalor (m2)
𝛥𝑥 = Jarak dalam arah aliran kalor (m)
∆𝑇 = Beda suhu (K)
𝑇1 = Suhu yang lebih tinggi (K)
𝑇2 = Suhu yang lebih rendah (K)
Nilai minus (-) dalam persamaan diatas menunjukkan
bahwa kalor selalu berpindah ke arah suhu yang lebih
rendah.
Mekanisme perpindahan energi secara konduksi
dapat terjadi dengan cara melalui tumbukan molekul
(dalam fluida) dan/atau dengan angkutan melalui Gambar 1 Susunan Termoelektrik
elektron-elektron yang bergerak bebas (dalam zat
padat). Dalam pembuatan dc cooler ini menggunakan
delapan buah termoelektrik (elemen Peltier) dengan
2.1.2 Konveksi ukuran 40 x 40 x 3,8 mm. Untuk setiap termoelektrik
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui membutuhkan tegangan masukan 12 VDC dengan daya
medium dan disertai dengan perpindahan atau gerakan 72 watt. Penggunaan delapan termoelektrik ini
partikel-partikel medium tersebut. Konveksi dilakukan dengan pertimbangan agar beban kalor yang
merupakan proses angkutan energi dengan kerja dapat dipindahkan menjadi lebih besar, karena luas
gabungan dari konduksi, penyimpanan energi dan permukaan perpindahan kalornya lebih besar.
gerakan mencampur. Keefektifan perpindahan kalor 2.3 Kalor dan Usaha
secara konveksi tergantung sebagian besar pada Pompa kalor (refrigerator, AC) adalah peralatan
pendinginan ruangan yang berfungsi untuk menyerap
2
kalor/panas QC dari dalam ruangan (eksterior) dan
melepaskan panas Qh di luar ruangan (eksterior). Ini
hanya mungkin terjadi bila ada usaha W atau daya 𝑃𝑖𝑛
yang dilakukan pada sistem, seperti terlihat pada
Gambar 2.
3
Berdasarkan persamaan (3), koefisien kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan dc fan yang
(COP) sistem pendingin adalah perbandingan antara mempunyai daya lebih kecil.
panas yang diambil/dipindahkan dari ruang dingin
dengan pemakaian usaha.
𝑄
𝐶𝑂𝑃 = 𝑐
𝑃𝑖𝑛
𝑄𝑐 = Kalor yang dipindahkan (watt)
𝑃𝑖𝑛 = Daya input sistem pendingin (watt)
Jadi, untuk meningkatkan COP dapat dilakukan
dengan menaikkan jumlah kalor yang dapat
dipindahkan dan mengurangi energi yang diserap. Gambar 9 DC Cooler fan besar
Untuk tujuan ini, kemungkinan modifikasi yang
dilakukan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut.
3.5.2 Casing
Disamping sebagai tempat dudukan fan dan
mengarahkan aliran udara, berdasarkan persamaan
perpindahan kalor konveksi (2), penggunaan casing
ditujukan untuk memperbesar luas permukaan Gambar 10 DC Cooler fan kecil
perpindahan kalor (A).
𝑞𝑐 = ℎ 𝐴 ∆𝑇. Dalam penelitian ini akan diuji bagaimana
Casing yang digunakan untuk menutupi kinerja dc cooler yang menggunakan fan besar
heatsink pada dc cooler awal ini masih pendek, karena dibandingkan dengan dc cooler yang menggunakan fan
tidak menutupi seluruh permukaan heatsink. Hal ini kecil.
mengakibatkan hembusan udara dari dc fan tidak
seluruhnya menyinggung permukaan heatsink (luas
permukaan perpindahan kalor berkurang). Berdasarkan 4. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
persamaan perpindahan kalor diatas, maka ntuk 4.1. Tujuan & Variasi Pengujian
meningkatkan laju perpindahan kalor dapat dilakukan Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan
dengan mengarahkan hembusan udara agar seluruhnya data-data yang diperlukan, seperti tegangan dan arus
menyinggung permukaan heatsink. Hal ini dapat masukan dan perubahan suhu kabin untuk mengetahui
dilakukan dengan menggunakan casing panjang, agar kinerja dc cooler. Pengujian dc cooler dilakukan pada
luas bidang perpindahan kalor meningkat. kabin baterai BTS yang berukuran 70 x 70 x 70 cm.
Pengujian ini akan dilakukan terhadap berbagai variasi
prototipe dc cooler yang sudah dirancang sebelumnya,
yaitu:
1) Casing pendek & fan besar (dc cooler awal)
2) Casing panjang & fan besar
3) Casing pendek & fan kecil
Gambar 7 DC Cooler casing pendek 4) Casing panjang & fan kecil
4
Hal ini dikarenakan casing panjang yang
menutupi permukaan heatsink lebih luas dapat
mengarahkan aliran udara ke permukaan heatsink yang
lebih luas.Karena luas bidang perpindahan kalor (𝐴)
lebih besar, maka berdasarkan persamaan (2), maka
laju aliran kalor yang dibuang dari kabin lebih besar,
sehingga suhu dalam kabin lebih rendah.
𝑞𝑐 = ℎ 𝐴 ∆𝑇
Gambar 12 Rangkaian pengujian
DC Cooler Casing Pendek
4.3 Prosedur Pengujian 32 Fan Besar
Pada pengujian prototipe ini, tegangan yang Fan Kecil
30
diberikan adalah sebesar 48 volt, sama dengan
5
𝑚 = Massa beban (kg)
DC Cooler Heatsink Extrude 𝐶𝑝 = Kalor spesifik (kalor jenis) beban (J/kgK)
32 Δ𝑇 = Perubahan suhu beban (K)
Casing Pendek
30 Fan Besar
Suhu Kabin (oC)
7
2) Penggunaan fan dengan daya lebih kecil dapat 5. S.B. Riffat, Xiaoli Ma, Thermoelectric: a review
meningkatkan performa dc cooler, yaitu COP naik of present and potential applications, Journal of
3.57 %. Applied Thermal Engineering, 23 (2003) 913-935.
3) Penggunaan casing panjang dan fan kecil dapat 6. S.B. Riffat, S.A. Omer, Xiali Ma (2001), A novel
menghasilkan kenaikan COP sebesar 10.46 %, dan thermoelectric refrigeration system employing
dapat menghemat energi listrik sebesar 18.5 KWH heta pipe and a phase change material: an
perunit selama satu tahun. experience investigation. Journal of Renewable
Energy, 23 (2001) 313-323
7. Abdul Kadir, ENERGI: Sumber Daya, Iinovasi,
DAFTAR REFERENSI Tenaga Listrik, Potensi Ekonomi, cetakan ketiga,
1. Kreith, Frank dan Prijono Arko, Prinsip-prinsip 1990, UI-Press
Perpindahan Panas, Penerbit Erlanga, 1990 8. Goodfrey, Sara, An Introduction to Thermoelectric
2. Holman, J.P., Heat Transfer, (SI Metric Edition), Coolers, Trenton: Melcor Corporation, 2000
McGraw-Hill Book Company, Singapore, 1989 9. Melcor Thermal Solutions, The Standard in
3. Incopera, Frank P., Dewitt, David P., Thermoelectric, 1999
Fundamentals of Heat and Mass Transfer, New 10. Thermoelectric Handbook, 1998
York, Fifth Edition: John Wiley and Sons, 2002 11. www.melcor.com
4. Nandy P, Aziz O, Idam B, Fery Y, Penggunaan 12. www.heatsink-guide.com
Hetsink Fan sebagai Pendingin Sisi Panas Elemen 13. www.mit.edu
Peltier pada Pengembangan Vaccine Carrier, 14. www.kuliselular.com
Jurnal Teknologi, edisi 1 tahun XXI, Maret 2007