Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Anemia

1. Definisi

Anemia adalah bentuk berkurangnya kadar hemoglobin dan jumlah


sel darah merah di bawah normal yang berakibat oksigen keberbagai
jaringan terganggu dengan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.

Anemia adalah Kerusakan produksi sel darah merah yang


diakibatkan dari penurunan dari zat besi yang disimpan di dalam tubuh
yang diperlukan sintesishemo dengan keadaan dimana kadar Hb dan
atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL
dan Ht < 41%, pada pria atau Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita.

Salah satu jenis dari penyakit anemia adalah Anemia aplastik yang
merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh penurunan
produksi eritroid, myeloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan
akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya
system keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik yang
menekan sumsum tulang. Aplastik ini dapat terjadi hanya pada satu, dua
atau ketiga system hematopoisis. Aplastik yang hanya mengenai system
eritropoitik disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang hanya
mengenai system granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan yang
hanya mengenai system megakariositik disebut Purpura Trombositopenik
Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut
Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia aplastik.

Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya


sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. Atau disebut juga kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya
unsur pembentukan darah dalam sumsum. Pada Anemia aplastik
pemberian transfusi sampai kadar Hemoglobin 7 – 8 gr%. Harus diketahui
bahwa tidak ada manfaatnya mempertahankan hemoglobin yang tinggi,
karena dengan transfuse darah yang terlampau sering, akan timbul
depresi terhadap sumsum tulang atau dapat menyebabkan timbulnya
reaksi hemolitik (reaksi transfusi) akibat dibentuknya antibody terhadap
sel darah merah, leukosit dan trombosit.

5
6

2. Jenis Anemia

Menurut penyebabnya:
a. Anemia perdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan, dengan perdarahan menahun seperti pada
penyakit cacingan.

b. Anemia devisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah merah.

c. Anemia hemolitik
Terjadi karena penghancuran sel darah merah dalam pembuluh
darah sehingga umur eritrosit pendek (Umureritrosit 100-120 hari)
karena:
- Faktor intrasel: misalnya Talasemia
- Faktor ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologi (reaksi hemolitik
pada transfuse darah ).

d. Anemia aplastik
Disebabkan karena pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
belakang (kerusakan sumsum tulang belakang).

3. Etiologi

a. Faktor genetic

b. Apabila sel eritrosit yang paling berat maka keluhan gejala anemia
yang paling menonjol : lemah, dyspnoed’effort, palpitasicordis,
tachycardia, cadena, pucat, dan lain-lain.

c. Apabila granulositopeni paling berat keluhan : panas badan, dan


tanda-tanda infeksi lain.

d. Trombositopenia yang berat timbul ptechiae, ecchymosis, dan


7

manifestasi perdarahan.

e. Ada 3 macam etiologi dari anemia aplastik :


1. Anemia aplastik idiopatik, etiologi tidak diketahui
2. Anemia aplastik sekunder. Anemia aplastik yang disebabkan
oleh obat-obatan, bahan kimia atau bahan fisis. Ada banyak
sekali macam obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia
aplastik, terutama obat-obatan yang mengandung gugusan
benzene, obat-obat anti leukemia, golongan mesantoin,
golongan kina (chloroquin), berbagai macam antibiotik. Bahan
fisis seperti sinar rontgen, Phosfor radioaktif. Bahan kimia
berbagai macam zat warna, chlortetra chlorida, logam berat,
dan lain-lain.
3. Anemia aplastik congenital: sindroma Fanconsin

4. Manifestasi Klinis

Tanda sistemik klasik anemia adalah tanda umum pada


semuajenisanemia :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha
member oksigen lebih banyak kejaringan.

2. Peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh berusaha


menyediakan lebih banyak oksigen kedarah.

3. Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi.

4. Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak

5. Kelelahan karena penurunan oksigenasi berbagai organ, termasuk


otot jantung dan otot rangka.

6. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf
pusat.

7. Penurunan kualitas rambut dan kulit.


8

5. Patofisiologi

Anemia terjadi apabila hb turun di bawah normal (13,09) pada pria


dan pada wanita (11,5). Konsentrasi hb yang rendah biasanya
menggambarkan kurangnya masa eritrosit dalam tubuh. Karena sel
darah merah berkurang maka oksigen yang dikirim kejaringan sedikit.
Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), Seperti pada
pendarahan menimbulkan sintomalogi sekunder hipovolemia dan
hipoksia.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum


tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Sumsum tulang adalah jaringan berwarna merah, dengan struktur


seperti spons yang terdapat dalam tulang yang menghasilkan sel induk
(stem cell), dari sel induk ini terbentuklah sel-sel lain. Stem sel di sumsum
tulang memproduksi sel – sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Pada anemia aplastik, sumsum tulang berada pada kondisi aplastic
(a=tidak, plastic=jaringan) atau hipoplastic (hipo=rendah/sedikit,
plastic=jaringan)- yang berarti bahwa sumsum tulang itu kosong (aplastik)
atau mengandung sel darah yang sangat sedikit (hipoplastik).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem


fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, takikardi, dan
sesak napas. Namun pengurangan akibat masa sel darah merah dalam
waktu beberapa bulan memungkinkan konpensasi dalam tubuh untuk
menyesuaikan diri dan biasanya penderita asimptomatik pada aktivitas
yang berat. Salah satu tanda yang sering dikaitkan dari anemia adalah
pucat ,ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah,
9

Berkurangnya hb bisa menyebabkan vasokontriksi aliran darah ke organ


vital karena factor pigmentasi kulit dan suhu.

6. Patoflow

Kekurangan Nutrisi Pendarahan


Pajanan Toksik Hemolisis (Destruksi
Invasi Tumor sel darah merah)

Kegagalan sumsum tulang Kehilangan sel darah merah

Kurangnya Informasi
tentang penyakit Anemia (Hb )

Vaskositas darah Pertahanan sekunder tidak


Kurang Pengetahuan menurun adekuat
tentang penyakit,
terapi dan
pencegahan Resistensi aliran darah Resiko Infeksi
perifer

Penurunan transport O2

Hipoksia Lemah, Lesu

Intoleransi Aktivitas
Gangguan perfusi Gangguan fungsi otak
jaringan perifer

Pusing Intake nutrisi turun


Anoreksia
Nyeri Akut

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh
10

7. Komplikasi

Komplikasi dari Penyakit Anemia adalah :

a. Kekurangan oksigen yang parah pada jaringan tubuh


b. Kematian jaringan jantung dan hati
c. Ikterus
d. Perubahan warna kuku jari

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis penyakit


Anemia antara lain adalah pemeriksaan Laboraturium yang meliputi :

a. Jumlah darah lengkap; Hb dan Hematokrit menurun

b. Jumlah eritrosit menurun

c. Pewarnaan SDM (Sel Darah Merah): Berguna untuk membedakan


diagnosa anemia

d. HB Elektrofosis: Mengidentifikasi tipe struktur Hb.

9. Penatalaksanaan

a. Transfusi darah
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian tablet zat besi, Vitamin B12, Asam folat
d. Penyuluhan tentang gizi
11

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Keluhan Utama

c. Riwayat Penyakit

d. Riwayat penyakit sekarang

e. Riwayat penyakit dahulu

f. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian data dasar menurut Doenges, (2000) adalah :


a. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
DS : Keletihan, kelemahan, malaise umum kehilangan produktivitas,
penurunan semangat untuk bekerja toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

DO : Takikardi/takipnea, dispea pada bekerja atau istirahat letargi,


menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan
otot dan penurunan kekuatan. Ataksia tubuh tidak tegak bahu menurun,
postur lunglai berjalan lambat dan tanda-tanda lain keletihan.

b. SIRKULASI
DS : Riwayat kehilangan darah, kronis, misal perdarahan GI kronis,
menstruasi berat angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).

DO : TD Peningkatan sistolik dan diastolic stabil dan tekanan nadi


melebar, hipotensi, postural. Distritmia; abnormalitas EKG, missal depresi
segmen ST dan pendataran/depresi gelombang T : Takikardia. Bunyi
jantung: murmur sistolik. Extremitas (warna) pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring bibir) dan dasar kuku
(Catatan pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan), kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terong.
Sclera: biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler lambat
(penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku:
mudah patah, berbentuk seperti, sendok (koilomikia). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.

c. INTEGRITAS EGO
DS : Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misal, penolakan transfusi darah.
12

DO : Depresi

d. ELIMINASI
DS : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorbsi.
Hematemensis feses dengan darah segar, melena. Diare/konstipasi.
Penurunan haluaran urine.

DO : Distensi abdomen.

e. MAKANAN/CAIRAN
DS : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewan rendah atau
masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
(ulkus pada faring). Mual atau muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan BB.

DO : Lidah tampak merah daging (halus, defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membran mukosa kering pucat. Turgor kulit: buruk, kering, tampak
kusut atau hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir: selitis, misal: inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.

f. HIGIENE
DO : Kurang bertenaga penampilan tak rapi.

g. NEUROSENSORI
DS : Sakit kepala, berdenyut, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada
mata. Kelemahan, keseimbangan buruk kaki goyah, parestesia tangan
atau kaki klaudikosi sensasi menjadi dingin.

DO : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, mental:


tidak mampu berespons lambat dan dangkal. Oftalmik: hemoragis retina
(aplastik, epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi , ataksia. Penurunan rasa getar dan posisi randa Romberg
positif, paralysis.

h. NYERI ATAU KENYAMANAN


DS : Nyeri abdomen samara, sakit kepala.

i. PERNAFASAN
DS : Riwayat TB, asbes, paru, nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.

DO : Takipnea, ortopnea dan dispnea.


13

j. KEAMANAN
DS : Riwayat pekerjaan terpanjang terhadap bahan kimia, misal bensin,
insektisida, fenilbutabon, naftalen. Riwayat terpanjang pada radiasi baik
sebagai pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya
gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

DO : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfa denopati


umum. Petekie dan ekimosis (Aplastik).

k. PENYULUHAN
DS : Kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan antikonvulsan
masa lalu atau saat ini, antibiotik, agen hemoterapi (gagal sumsum
belakang) aspirin, obat anti inflamasi atau anti koagulan. Penggunaan
alkoholis kronis. Adanya atau berulangnya episode perdarahan aktif.
Riwayat penyakit hati, ginjal: masalah hematology, penyakit seliak atau
penyakit malabsorbsi lain enteritis regional, poliendokrinopati, masalah
autoimun (Misal : antibody pada sel parietal, faktor intrinsik, anti bodi tiroid
dan sel T). pembedahan sebelumnya, mis: splenektomi, eksisi tumor,
penggantian katup prostetik, eksisi bedah duodenum. Reseksi gaster,
gastrektomi parsial atau total riwayat adanya masalah dari penyembuhan
luka atau perdarahan, infeksi kronis penyakit granulomatus kronis atau
kanker. Pertimbangan rencana penulangan: DRG menuju rerata lama
dirawat 4,6 hari. Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan (injeksi),
aktivitas perawatan diri dan atau pemeliharaan ramah, perubahan
rencana diet.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, mual, muntah.

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan proses metabolisme yang


terganggu.

3. Kurang pengetahuan penyakit, terapi dan pencegahan berhubungan


dengan informasi kurang atau tidak akurat tentang penyakit Anemia
Aplastik.
14

D. Intervensi Keperawatan

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


Anoreksia, mual dan muntah.
Ditandai dengan:
a. Berat badan menurun.

b. Perubahan membran mukosa mulut.

c. Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24


jam, nutrisi terpenuhi. Dengan criteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

b. Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula


kurang menjadi adekuat.

Intervensi :

a. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, kemampuan menelan, riwayat


mual/muntah.

b. Kaji intake dan output klien.

c. Anjurkan untuk makan dengan porsi kecil tapi sering

d. Ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.

e. Kolaborasi dengan tim Dokter tentang pemberian terapi pengobatan

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet
yang tepat.

2. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan fisik


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat melakukan aktivitas mandiri.

Kriteria Hasil :

a. Melakukan aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,


nadi dan respirasi

b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri


15

Intervensi :
a. Kaji Tanda-Tanda Vital

b. Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas, catat kelelahan,


keletihan dan kesulitan menyesuaikan aktivitas sehari-hari.

c. Berikan lingkungan yang tenang.

d. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila mengalami


kelelahan dan kelemahan atau pusing.

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, terapi dan pencegahan


berhubungan dengan informasi kurang atau tidak akurat tentang penyakit
Anemia Aplastik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan mampu memahami tentang penyakit.

Kriteria Hasil :

a. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit

b. Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang


dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.

Intervensi :

a. Berikan pengetahuan tentang penyakit anemia

b. Motivasi klien agar tidak menghentikan obat yang telah dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai