Anda di halaman 1dari 5

Khoerunnisa Pratiwi

P3.73.20.1.16.016

Gizi Pada penyakit Ginjal

jenis penyakit ginjal yang perlu menggunakan terapi diet :penyakit gagal ginjal akut, penyakit ginjal
kronik (PGK), penyakit ginjal kronik dengan terapi pengganti HD (hemodialisis), penyakit ginjal
kronik dengan terapi pengganti capd (continous ambulatory peritoneal dialisis/dialisis mandiri
berkesinambungan) , penyakit ginjal kronik dengan terapi transplantasi, penyakit ginjal kronik dengan
DM, nefrotik sindrom dan batu ginjal.

Tujuan Pemberian diet pada gagal ginjal akut adalah mempertahankan status gizi optimal dengan cara
mencukupi kebutuhan zat gizi, menurunkan kadar ureum darah dan mengatur keseimbangan air dan
elektrolit.

Susunan Menu PGK Terdiri dari:

Protein : Untuk membangun massa otot, meningkatkan daya tahan tubuh/imunitas, dan
pengganti protein yang hilang saat HD.

Karbohidrat : Sebagai sumber energi. Apabila kita cukup mengkonsumsi sumber energi, tidak
akan kehilangan berat badan.

Lemak : Sebagai sumber energy,bahan makanan sumber lemak, minyak kelapa, minyak
jagung, minyak wijen, margarine/mentega, lemak hewan, Santan dan kelapa / minyak kelapa tidak di
anjurkan.

Sumber vitamin dan mineral : Semua sayuran dan buah kecuali pasien dengan hiperkalemia di
anjurkan yang mengandung kalium rendah/ sedang.

PGK terdiri dari Pre Dialisis dan Dialisis.

Penyakit ginjal kronis pre dialysis terjadi karena penurunan fungsi ginjal yang menahun biasanya
tidak dapat kembali baik.

Prinsip diet PGK pada pasien pre dialysis : Cukup Energi, protein,lebih rendah dari kebutuhan
normal, lemak cukup, kurangi garam bila hipertensi atau edema, kurangi kalium bila hyperkalemia,a
ir yg masuk seimbang dengan air yg keluar (urine).

MANAJEMEN GIZI PENYAKIT JANTUNG dan PEMBULUH DARAH

Pembahasan Penyakit Jantung : Coronary Artery Disease (CAD)/ Penyakit Jantung Koroner (PJK),
Hiperlipidemia/Dislipidemia, Hipertensi, Congestive Heart Disease, Stroke/ Cerebrovaskuler Disease.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah Sekumpulan gg klinis termasuk angina pektoris, infrak
miokard akut.

HIPERLIPIDEMIA/DISLIPIDEMIA adalah dislipidemia yi kelainan metab.lipid yg ditandai


o/kelainan fraksi lipid; kenaikan kadar kolesterol total, trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL

Tujuan Manajemen Diet: Menurunkan intake total lemak, lemak jenuh dan kolesterol, Menurunkan
resiko terkena PJK, Stroke, Menahan progres penyakit pembuluh darah yg ada.
Khoerunnisa Pratiwi
P3.73.20.1.16.016

TATA LAKSANA DIET PASIEN PRA-PASCA BEDAH

Pasien Bedah – Risiko Malnutrisi

 Pasien bedah  risiko penurunan st.gizi

› Asupan tidak adekuat (pre dan post op)

› Komplikasi

› Stress metabolik post op

Pasien pre-op Gizi Kurang

 risiko komplikasi post-op tinggi

Pasien Gizi kurang  kondisi post-op lebih baik jika mendapat terapi gizi 7-10 hari pre-op.

Diet enteral tdk bisa diberikan jika terdapat : Obstruksi usus atau ileus, severe shock, intestinal
ischemia.

DIET PRA BEDAH Pemberian Diet pra Bedah tergantung pd :

Keadaan umum pasien : status gizi, gula darah, tekanan drh, dll.

Macam pembedahan : Bedah minor dan Bedah mayor (di luar sal. Cerna dan pada sal. cerna ).

TUJUAN DIET : Mengusahakan agar status gizi dlm keadaan optimal, shg tersedia cadangan untuk
mengatasi stres metabolik dan penyembuhan luka.

SYARAT DIET :

 Energi, sesuai kebutuhan

 Status gizi lebih : dikurangi 10-25 % dr kebutuhan energi sehari

 Gizi Baik : kebutuhan BMR + FS 15 %

 Gizi kurang :40-45 kkal/kg BB/hari

 Pasien dg peny tertentu  Energi diberikan sesuai penyakit.

DIET PASCA BEDAH memiliki tujuan yaitu mengusahakan agar status gizi kembali normal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

SYARAT DIET : Memberikan makanan bertahap dalam jumlah dan bentuk (Cair Jernih (segera post-
op, sesuai daya terima), Saring  Lunak (transisi, H-1 post-op) Biasa (H-2 Post Op)).
Khoerunnisa Pratiwi
P3.73.20.1.16.016

PERAN PERAWAT DALAM MASALAH GIZI dan DIIT

Tujuan Diet Pasien :

1. Mencegah timbulnya / bertambah beratnya suatu penyakit

2. Mempersiapkan tindakan pengobatan

3. Mempercepat proses penyembuhan

4. Merupakan suatu terapi spt : Diet DM.

PASIEN YG PERLU PERHATIAN KHUSUS DALAM DIETNYA:

1. Starvation ( masukan nutrisi ) yg kurang

2. Trauma & pembedahan sedang - besar

3. Sepsis

4. Luka bakar luas

5. Gagal Organ

6. Status gizi sewaktu masuk sudah jelek

Perawat merupakan profesi yang unik,  profesi yang menangani respon manusia dalam
menghadapi masalah kesehatan, dan secara esensial menyangkut kebutuhan dasar manusia.

Peran Perawat dalam Gizi yaitu Peran perawat dalam Pemberi asuhan keperawatan ad/
melakukan Pengkajian nutrisi yaitu Mengidentifikasikan masalahmasalah nutrisi, membuat
rencananasuhan keperawatan sertanperencanaan tentang pendidikan kesehatan bagi pasien
khususnya tentang nutrisi.

Proses Keperawatan :

1. Pengkajian : Status nutrisi, Pemeriksaan Antropometri, Mengkaji Fisik, Mengkaji hasil


pemeriksaan kesehatan, Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan pasien.

2. Diagnosa Keperawatan : Secara umum diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan


nutrisi banyak.

3. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan : Tujuan utama adalah memelihara agar


kebutuhan nutrisi memadai.

4. Intervensi Keperawatan : Meningkatkan nafsu makan, Membantu klien memenuhi


kebutuhan nutrisi,

5. Evaluasi Keperawatan: Kriteria hasil yang dapat dipergunakan untuk masalah nutrisi.
Khoerunnisa Pratiwi
P3.73.20.1.16.016

TATALAKSANA DIET PADA HEPATITIS DAN SIROSIS HEPATIS

HEPATITIS

adalah penyakit hati/liver/kuning. Terjadi karena berbagai faktor Prevalensi penyakit


:penderita cukup banyak ± 40 juta penduduk Indonesia, penderita Hepatitis B lebih banyak bagian
dari penyakit lanjutan, didengar tapi tidak diketahui. Ada 4 tipe yang lebih dikenal: Hepatitis A,B,C
D.

SIROSIS HEPATIS

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti.
Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).

TATALAKSANA DIET

Penentuan diet pada penderita sirosis hati sering menimbulkan dilema.


Tinggi protein akan memperbaiki status nutrisi tapi beresiko hiperamonia dan
mengarah EH. rendah protein akan menurunkan kadar albumin dan beresiko
malnutrisi.

 Diet Hati I (DH I)


Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah
dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Pemberian protein
dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna.
 Diet Hati II (DH II)
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada
pasien dengan nafsu makannya cukup. Protein diberikan 1 g/Kg berat badan dan
lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah
dicerna.

 Diet Hati III (DH III)


Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau
kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan
sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, lemak,
mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.

TATALAKSANA DIET PADA SALURAN CERNA ATAS

prinsip pemberian makanan pada penyakit saluran cerna

Saluran cerna berfungsi  nutrisi enteral, oral (dispepsia, diare)  dapat kombinasi dg
paranteral pada tahap awal. Oral  makanan masih dpt lewat mulut dan esophagus. Enteral  tdk
dpt melalui oral  pipa saluran cerna tidak berfungsi /dipuasakan oral/enteral  nutrisi paranteral
(disfagia, ileus, pankreatitis akut, operasi usus).
Khoerunnisa Pratiwi
P3.73.20.1.16.016

Bentuk Makanan Standar Rumah Sakit

Jenis dan bentuk makanan yang ada di Rumah Sakit (standar makanan RS)

1. Standar Makanan Umum RS

2. Standar Makanan Khusus (Diet)

3. Diet Pemeriksaan

Jenis Standar Makanan Umum RS

1. Makanan biasa
Makanan Biasa Merupakan dasar untuk modifikasi makanan khusus, susunan makanan sama
dengan makanan orang sehat di rumah.

2. Makanan lunak
Susunan zat gizi seimbang, kandungan serat selulosa lebih rendah dari pada makanan
biasa, makanan mudah cerna dan tidak merang sang saluran cerna (kembung, diare).

3. Makanan saring
Bentuk makanan lumat/halus, indikasi: untuk pasien dg gangguan saluran cerna
sedang (mekanis) dan suhu tubuh tinggi (390C). contoh : pasien yg tdk bisa
mengunyah, makanan ini memiliki kandungnya gizi lebih rendah dibandingkan jenis
makanan lain

4. Makanan cair
a. Makanan cair jernih
Indikasi: untuk pasien post-operasi sebagai awal pemberian makanan oral.
Kandungan zat gizi sangat rendah, residu minimal disarankan untuk
pemberian jangka waktu pendek

b. Makanan cair pekat


Indikasi: untuk pasien yang tidak dapat makan melalui mulut karena disfagia,
post-operasi mulut, gangguan kesadaran, tidak mau makan.

c. Makanan cair penuh


Tujuannya yaitu untuk memenuhi kebutuhan gizi dg makanan bentuk cair &
semi cair, meringankan kerja GI tract.

Formula Rumah Sakit (FRS)

a. Dengan susu (whole cream) : lambung, usus, kolon normal

b. Makanan blender : Memerlukan makanan tambahan

c. Rendah laktosa : Tidak tahan terhadap laktosa

d. Tanpa susu : Tidak tahan protein susu

Anda mungkin juga menyukai