Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan
ini kami haturkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN KOMUNITAS,
yang diberi judul “SKRINING KESEHATAN PADA KELOMPOK KHUSUS”.Adapun makalah ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini kita semua dapat mengambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda
kami tunggu untuk perbaikan makalah ini.
Penyusun
(Kelompok 5)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 3
A. Pengertian ....................................................................................................................... 3
B. Tujuan skrining ................................................................................................................ 3
C. Manfaat skrining ............................................................................................................. 4
D. Sasaran ............................................................................................................................ 4
1. Ibu hamil ...................................................................................................................... 4
2. Bayi baru lahir ............................................................................................................. 6
3. Usia lanjut.................................................................................................................... 8
4. Skrining Hipotiroid....................................................................................................... 9
E. Bentuk Bentuk Screening .............................................................................................. 10
1. Penyaringan Massal (Mass Screening) ...................................................................... 10
2. Penyaringan Multiple ................................................................................................ 10
3. Penyaringan yang Ditargetkan .................................................................................. 10
4. Penyaringan Oportunistik ......................................................................................... 11
F. Pelaksanaan .................................................................................................................. 11
BAB III ....................................................................................................................................... 12
KESIMPULAN ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade, angka penderita kanker leher rahim di negara-negara
maju mengalami penurunan yang tajam. Di Amerika serikat, dalam 50 tahun terakhir
insiden kanker leher rahim turun sekitar 70%. Hal tersebut dimungkinkan karena
adanya program deteksi dini dan tata laksana yang baik. Sebaliknya, di negara-negara
berkembang, angka penderita penyakit ini tidak mengalami penurunan, bahkan justru
meningkat akibat populasi yang meningkat (Eaker et al, 2001 ).
Banyak alasan yang menyebabkan masih tingginya angka penderita. Diantara
alasan tersebut adalah belum adanya sistem pelayanan yang terorganisasi baik mulai
deteksi dini sampai penangan kanker leher rahim stadium lanjut. Selain itu
terbatasnya sarana dan prasarana termasuk termasuk tenaga ahli yang kompeten
menangani penyakit ini secara merata menjadi tantangan tersendiri. ( Eaker et al,
2001 ).
Screening atau uji tapis adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan
penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala atau tidak tampak dalam suatu
masyarakat atau kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan
secara singkat dan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul
sehat mereka yang kemungkinan besar menderita. ( Noor, 2008 ).
Screening test merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif murah yang
diterapkan pada sekelompok populasi ( yang relatif sehat ) dan bertujuan untuk
mendeteksi mereka yang mempunyai kemungkinan cukup tinggi menderita penyakit
yang sedang diamati sehingga kepada mereka dapat dilakukan diagnosis lengkap dan
selanjutnya bagi mereka yang menderita penyakit tersebut dapat diberikan
pengobatan secara dini. (Noor,2008)
Strategi paling efektif dalam menanggulangi kanker payudara adalah
pencegahan sekunder, yaitu upaya deteksi dini dan pengobatan segera. Penemuan
mammografi adalah terobosan terbesar dalam sejarah penangan kanker payudara.
Pemeriksaan mammografi dapat menemukan kanker payudara sebelum timbul
keluhan atau disebut dengan stadium praklinis. Oleh karena itu screening test
merupakan cara yang paling tepat dalam usaha pencegahan penyakit yang berbahaya
yang terkadang tanpa menunjukan gejala.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan screening ?
2. Apa sajakah tujuan screening
3. Apa sajakah manfaat screening ?
4. Siapa sajakah sasaran screening kesehatan pada kelompok khusus ?
5. Apa sajakah bentuk-bentuk screening ?
6. Bagaimana pelaksanaan screening ?
1
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui skrining kesehatan kelompok khusus
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian skrining
b. Mengetahui tujuan skrining
c. Mengetahui manfaat skrining
d. Mengetahui sasaran kesehatan pada kelompok khusus krining
e. Mengetahui bentuk-bentuk skrining
f. Mengetahui pelaksanaan skrining
D. Manfaat
Makalah ini hendaknya bermanfaat guna menambah pengetahuan mengenai screenig
kesehatan kelompok khusus sehingga dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Tujuan skrining
Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009):
1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin
sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat
penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini.
5. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti.
3
C. Manfaat skrining
Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang
dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui
tes skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi
penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul.
Skrining juga dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah
terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009).
D. Sasaran
Sasaran utama Uji tapis atau Skrining adalah Penderita penyakit kronis dan Kelompok
khusus:
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dn
pertumbuhannya, seperti :
1. Ibu hamil
Prenatal screening test atau tes skrining saat hamil adalah seperangkat prosedur
yang dilakukan selama kehamilan untuk menentukan apakah bayi cenderung memiliki
kelainan atau cacat lahir tertentu. Sebagian besar tes ini tidak invasif. Tes-tes ini
biasanya dilakukan selama trimester pertama dan kedua, tapi beberapa juga dilakukan
pada trimester ketiga.
Tes skrining saat hamil hanya bisa memberi tahu risiko atau kemungkinan adanya
kondisi tertentu pada janin. Bila hasil tes skrining positif, maka diperlukan lagi tes
diagnosis untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Berikut beberapa skrining tes
yang menjadi prosedur rutin untuk ibu hamil.
a) Tes skrining saat hamil trimester 1
Tes skrining trimester pertama bisa dimulai sejak kehamilan 10 minggu, yang
merupakan kombinasi antara ultrasonografi (USG) janin dan tes darah ibu.
USG
Tes ini dilakukan untuk menentukan ukuran dan posisi bayi. Selain itu juga
membantu menentukan adanya risiko janin mengalami cacat lahir, dengan
mengamati struktur tulang dan organ bayi.
USG nuchal translucency (NT) adalah pengukuran peningkatan atau ketebalan cairan
di bagian belakang leher janin pada usia kehamilan 11-14 minggu dengan USG. Bila
ada cairan lebih banyak dari biasanya, berarti ada risiko Down syndrome pada bayi
yang lebih tinggi.
Tes darah
Selama trimester pertama, dilakukan dua jenis tes serum darah ibu, yaitu
Pregnancy-associated plasma protein (PAPP-A) dan hormon hCG (Human chorionic
gonadotropin). Ini merupakan protein dan hormon yang diproduksi oleh plasenta
pada awal kehamilan. Jika hasilnya tidak normal, berarti ada peningkatan risiko
kelainan kromosom.
Tes darah juga dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit menular pada bayi, atau
disebut dengan tes TORCH. Tes ini merupakan akronim dari lima jenis infeksi menular
4
yaitu toksoplasmosis, penyakit lain (termasuk HIV, sifilis, dan campak), rubella
(campak Jerman), sitomegalovirus, dan herpes simplex.
Selain itu, tes darah juga akan digunakan untuk menentukan golongan darah dan Rh
(rhesus) Anda, yang menentukan hubungan Rh Anda dengan janin yang sedang
tumbuh.
Chorionic villus sampling
Chorionic villus sampling adalah tes skrining invasif yang dilakukan dengan
mengambil potongan kecil dari plasenta. Tes ini biasanya dilakukan antara minggu ke
10 dan 12 kehamilan.
Tes ini biasanya merupakan tes lanjutan dari USG NT dan tes darah yang tidak normal.
Tes ini dilakukan untuk lebih memastikan adanya kelainan genetik pada janin seperti
Down syndrome.
b) Tes skrining saat hamil trimester 2
Tes darah
Tes darah saat hamil trimester kedua mencakup beberapa tes darah yang disebut
multiple markers. Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya risiko cacat lahir atau
kelainan genetik pada bayi. Tes ini sebaiknya dilakukan pada minggu ke 16 sampai 18
kehamilan.Tes darah tersebut meliputi:
Kadar alpha-fetoprotein (AFP). Ini adalah protein yang biasanya diproduksi
oleh hati janin dan terdapat dalam cairan yang mengelilingi janin (cairan
amnion atau ketuban), dan menyilang plasenta ke dalam darah ibu. Tingkat
AFP yang tidak normal mungkin meningkatkan risiko seperti spina bifida,
sindrom Down atau kelainan kromosom lainnya, cacat di perut janin, dan
kembar.
Kadar hormon yang diproduksi plasenta, antara lain hCG, estriol, dan inhibun.
6
Skrining pendengaran bayi baru lahir hanya menunjukkan ada/tidaknya
respons terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu dan tidak mengukur
beratnya gangguan pendengaran ataupun membedakan jenis tuli (tuli konduktif atau
tuli saraf).2 Alat yang direkomendasikan untuk skrining pendengaran bayi adalah
otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem response (AABR)5
OAE dilakukan pada bayi baru lahir berusia 2 hari (di RSCM: usia 0-28 hari) Bila hasil
OAE pass dan bayi tanpa faktor risiko, dilakukan pemeriksaan AABR atau click 35db
pada usia 1-3 bulan;
- Bila hasilnya pass, tidak perlu tindak lanjut
- Bila hasilnya refer, dilakukan pemeriksaan lanjutan (ABR click dan tone B 500 Hz
atau ASSR, timpanometri high frequency), dan bila terdapat neuropati auditorik,
dilakukan habilitasi usia 6 bulan.
- Bila hasil OAE pass dan bayi mempunyai faktor risiko, atau bila hasil OAE refer ( di
RSCM juga dilakukan pemeriksaan AABR 35 db):
Pada usia 3 bulan, dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanometri, OAE, AABR.
- Bila hasilnya Pass, dilakukan pemantauan perkembangan bicara dan audiologi tiap
3-6 bulan sampai usia 3 tahun (sampai anak bisa bicara)
- Bila hasilnya refer, dilakukan pemeriksaan lanjutan (ABR click dan tone B 500 Hz
atau ASSR, timpanometri high frequency), dan bila terdapat tuli saraf, dilakukan
habilitasi usia 6 bulan.
b) Skrining penglihatan untuk bayi prematur
Retinopathy of prematurity (ROP) sering terjadi pada bayi prematur dan
merupakan salah satu penyebab kebutaan bayi dan anak di dunia, termasuk di
Indonesia. Dengan kemajuan teknologi di bidang perawatan bayi prematur,
memungkinkan bayi prematur dengan berat lahir rendah dan usia kehamilan yang
sangat muda dapat bertahan hidup, namun seiring dengan meningkatnya angka
kehidupan bayi prematur tersebut, menyebabkan kejadian ROP juga meningkat.
Untuk itu perlu dilakukan skrining pada bayi prematur untuk mendeteksi dini ROP,
sehingga dapat dilakukan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kebutaan.
Skrining ROP dilakukan pada:
Bayi baru lahir dengan berat ≤ 1500 gram atau masa kehamilan ≤ 34 minggu
Bayi risiko tinggi seperti mendapat fraksi oksigen (Fi O2) tinggi, transfusi berulang,
kelainan Jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, infeksi/sepsis,
gangguan napas, asfiksia,perdarahan di otak (IVH), berat lahir ≤ 1500 gram, masa
gestasi ≤ 34 minggu.
Waktu pemeriksaan:
- Masa gestasi > 30 minggu: 2-4 minggu setelah lahir
- Masa gestasi ≤ 30 minggu: 4 minggu setelah lahir.
- Tidak dapat memfiksasi dan mengikuti objek pada usia 3 bulan.
- Riwayat katarak bawaan, retinoblastoma, penyakit metabolik dalam keluarga,
juling
7
3. Usia lanjut
Skrinning pada lanjut usia Tes skrining lain untuk manula yang sering direkomendasikan oleh
dokter adalah:
a) Pemeriksaan pendengaran dan pengelihatan
b) Skrining kanker kulit
c) Pemeriksaan jantung
d) Tes fungsi tiroid
e) Pemeriksaan status mental
f) Skrining penyakit pembuluh darah perifer
Banyak dari tes ini direkomendasikan untuk dilakukan secara berkala. Namun, seiring
bertambahnya usia, manfaat mendeteksi kondisi tertentu dapat berkurang dan skrining lebih
lanjut mungkin tidak perlu dilakukan. Terkadang potensi risiko pemeriksaan tertentu mungkin
lebih besar daripada manfaat yang diajukannya. Oleh karena itu, ada kalanya keputusan yang
tepat bagi individu adalah tidak melakukan pengujian lebih lanjut untuk kondisi tertentu.
Dokter dapat menyusun jadwal skrining kesehatan pribadi. Hal ini biasanya didasarkan pada
riwayat kesehatan masing-masing individu dan pengambilan keputusan bersama antara
pasien dan dokter.
Langkah-langkah keselamatan untuk lanjut usia Langkah-langkah berikut akan
menjelaskan tentang rumah yang aman yang direkomendasikan untuk pasien lanjut usia dan
anggota keluarga mereka. Rekomendasi keamanan rumah sederhana untuk manula meliputi:
Tongkat, walkers, kursi roda, dan skuter untuk mobilitas dan kemandirian manula yang aman
Kursi untuk mandi jika kaki tidak kuat menopang tubuh Lantai karpet bukan lantai keras (dan
hindari menempatkan karpet dipermukaanlicin)untukmengurangi cedera jika jatuh
Alat bantu dengar, kacamata, dan pencahayaan yang baik untuk membantu masalah
pendengaran dan pengelihatan Kotak obat untuk menyimpan pengobatan yang dibutuhkan
manula Bantuan dari pemberi perawatan atau anggota keluarga jika aktivitas kehidupan
sehari-hari (ADL) menjadi sulit. Waktu tidur dan bangun yang teratur untuk meningkatkan
kualitas tidur dan efisiensi waktu siang hari. Sistem peringatan medis dan nomor darurat
telepon yang tersedia diprogram ke dalam ponsel. Kegiatan sosial reguler untuk
mengoptimalkan interaksi sosial. Hati-hati mengemudi dan mengenali kapan sebaiknya untuk
tidak lagi mengemudi. Petunjuk perawatan kesehatan, target hidup, dan kepercayaan untuk
membuat garis besar keputusan. Perencanaan keuangan yang terdokumentasi dengan baik
untuk menghindari kerancuan di masa depan. Perencanaan dan persiapan yang memadai
(alergi, masalah medis, riwayat operasi, obat-obatan dan informasi lainnya) jika terjadi kondisi
darurat. Aktivitas dasar kehidupan sehari-hari (ADL/ activity daily living) menunjukkan
kemampuan dasar untuk merawat kebutuhan pribadi. Ada 6 ADL meliputi:
- Ambulasi (berjalan)
- Transfer (bangun atau berganti posisi)
- Berpakaian (memakai pakaian)
- Makan
- Toileting (menggunakan kamar mandi)
- Kebersihan (mencuci dan menyikat gigi)
8
Kebanyakan orang mampu melakukan fungsinya secara independen. Beberapa
atau semua tugas ini mungkin sulit dilakukan bagi manula saat usia semakin
bertambah, baik sebagai bagian dari keseluruhan penurunan kondisi atau karena
penyakit yang mendasarinya. Penting untuk mengenali kapan ADL menjadi
memberatkan dan kapan harus memanggil bantuan dari anggota keluarga atau
asisten untuk membantu ADL.Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan. Diantaranya ialah :
- Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
- Penderita dengan penyakit tak menular, seperti : penyakit diabetes melitus,
jantung kororner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
- Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya :
- Wanita tuna susila
- Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
- Kelompok – kelompok pekerja tertentu dan lain – lain.
- Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah :
- Panti wredha
4. Skrining Hipotiroid
Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hipotiroid
kongenital/bawaan. Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak dini dapat
mengakibatkan retardasi mental berat. Angka kejadian hipotiroid kongenital
(bawaan) bervariasi antar Negara, umumnya sebesar 1:3000 – 4000 kelahiran hidup.
Mengingat gejala hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir biasanya tidak jelas, dan
hipotiroid kongenital dapat memengaruhi masa depan anak dengan menyebabkan
retardasi mental berat kecuali jika mendapat terapi secara dini maka mutlak sangat
diperlukan (rutin) skrining hipotiroid pada bayi baru lahir untuk menemukan kasus
hipotiroid secara dini.
Program hipotiroid ini memungkinkan skrining bayi mendapatkan terapi
secara dini dan diharapkan memiliki tumbuh kembang yang lebih optimal.10 Skrining
ini dilakukan saat bayi berusia 48-72 jam, sedikit darah diteteskan di atas kertas saring
khusus, setelah bercak darah mengering dilakukan pemeriksaan kadar hormon TSH.
Skrining bayi baru lahir yang lain, belum rutin dilakukan di Indonesia, skrining
dilakukan berdasarkan riwayat keluarga, gejala klinis yang timbul seperti skrining bayi
baru lahir terhadap phenylketonuria (PKU) (insidens 1:10.000), Hiperplasia adrenal
kongenital (insidens 1:10.000), dan penyakit metabolik lainnya seperti Maple Syrup
Urine disease (insidens 1:200.000), Methylmalonic academia (insidens 1:48.000).
Usia sekolah merupakan 30% dari populasi penduduk di Indonesia. Populasi ini
berkisar dari usia 6 sampai dengan 21 tahun dan sebagian besar (70%) berada di
bangku sekolah. Sehingga oleh karena jumlah yang besar dan mudah dijangkau serta
terorganisasi, maka anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis.
Masalah kesehatan yang dialami anak sekolah sangat kompleks dan bervariasi. Pada
anak SD biasanya berkaitan dengan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sedangkan
untuk sekolah SLTP dan SLTA umumnya berkaitan dengan perilaku berisiko. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa sebagian anak SD mengalami masalah kesehatan
9
berupa Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
Anemia Defisiensi Zat Gizi, Obesitas, Kecacingan, penyakit periodontal dan kelainan
refraksi.
Program skrining kesehatan anak usia sekolah diutamakan sebagai upaya
peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Salah
satu upaya preventif tersebut adalah upaya penjaringan/skrining yang dilakukan
terhadap anak yang baru masuk sekolah dasar (siswa kelas I). Kegiatan skrining
bertujuan untuk mengetahui secara dini masalah kesehatan anak sekolah sehingga
dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah memburuknya penyakit,
mengumpulkan data dan informasi masalah kesehatan anak sekolah untuk dijadikan
bahan untuk penyusunan perecanaan, pemantauan dan evaluasi program UKS.
Skrining kesehatan anak sekolah merupakan salah satu Standar Pelayanan
Minimal (SPM) program Usaha Kesehatan Sekolah) yang harus dilaksanakan
Kabupaten/Kota. Jadi setiap Puskesmas harus melaksanakannya. UPT Puskesmas
Nusa Penida I sebagai salah satu institusi kesehatan di bawah Dinas Kesehatan
Kabupaten Klungkung melaksanakan kegiatan Skrining kesehatan anak sekolah
tersebut selama periode bulan Juli dan Agustus. Kegiatan ini menyasar
Taman Kanak-kanak (TK) dan siswa kelas I Sekolah Dasar di wilayah kerja
Puskesmas Nusa Penida. Untuk TK dilaksanakan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
dengan tes KPSP, pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan tajam penglihatan.
Adapun skrining yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum meliputi
hygiene perorangan, indikasi kelainan gizi dengan melihat rambut warna kusam atau
mudah dicabut, bibir kering, pecah-pecah, sudut mulut luka dan kulit pucat/keriput,
pengukuran tekanan darah, nadi dan deteksi kelainan jantung. Skrining juga meliputi
penilaian status gizi melaui pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan
untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), Tanda-tanda fisik kekurangan vitamin
A, pemeriksaan gigi dan mulut, pemeriksaan tajam penglihatan (visus), pemeriksaan
telinga, deteksi dini penyimpangan mental dan emosional, serta pemeriksaan
kebugaran jasmani.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Juli dan Agustus.
Apabila dari skrining ditemukan masalah kesehatan maka segera dirujuk ke Puskesmas
atau ke Rumah Sakit untuk mencegah penyakit menjadi lebih buruk.Pusat-pusat
rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)Penitipan balita
11
BAB III
KESIMPULAN
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan
cepat untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat,
tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak
terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang
diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani
pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan
mengidap atau tidak mengidap penyakit.
Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini mungkin,
mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, membiasakan masyarakat untuk
memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan keterangan epodemiologis yang
berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat skrining adalah biaya yang
dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi.
Proses skrining dilakukan dengan mengacu pada kriteria sensitivitas dan spesifisitas.
Kriteria evaluasi dalam skrining terdiri dari validitas, reliabilitas dan yield.
12
DAFTAR PUSTAKA
13