Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah self esteem (harga diri) pertama kali dikenalkan oleh William James (1983-
1890) seorang Psikolog berkebangsaan Amerika. Self esteem merupakan tema sosial yang
paling tua dan paling banyak ditulis. Kenyataan ini berdasarkan database dari PsychINFO
yang mengungkapkan bahwa lebih dari 23.215 artikel, chapter, dan buku membahas self
esteem sebagai faktor krusial dalam perilaku manusia. Rodewalt dan Tragakis (2003)
menyatakan bahwa self esteem merupakan “top three covariates” dalam penelitian
psikologi dan sosial bersama dengan “gender” dan “efektivitas negatif” (Mruk, 2006).
Low self esteem (harga diri rendah) sering dihubungkan dengan permasalahan
gangguan mental seperti, depresi, kecemasan, dan permasalahan belajar. Juga beberapa
kesulitan seperti, kegagalan, kerugian, dan kemunduran. Sebaliknya, high self esteem
(harga diri tinggi) diyakini menjadi dasar bagi perkembangan mental yang sehat,
kesuksesan, dan kehidupan yang efektif. Leary and MacDonald (Mruk, 2006) menuliskan
hasil riset tentang karakteristik umum yang berhubungan dengan low self esteem
Leary & MacDonald (Murk, 2006) menyampaikan permasalahan perilaku dan
emosional lebih sering terjadi pada orang yang rendah harga dirinya. Masalah lainnya
adalah dysthymic disorder, depresi, anxiety disorder, gangguan makan, disfungsi seksual,
malu patologist, percobaan bunuh diri dan gangguan kepribadian.
Rosenberg and Owens (2001) mengidentifikasi karakteristik low self esteem, yaitu:
hipersensitif, instability, ketidaksadaran diri, kurang percaya diri, takut mengambil resiko,
mudah putus asa, pesimis, merasa kesepian dan terasing Self esteem diyakini menjadi akar
masalah disfungsi sosial individu. Nathaniel Branden (1994:5-12), seorang tokoh dalam
gerakan harga diri, menyatakan bahwa Self esteem memiliki konsekuensi yang mendalam
untuk setiap aspek eksistensi manusia, lebih lanjut Branden menegaskan bahwa sebuah
masalah psikologis tidak disebabkan oleh penyebab yang tunggal, seperti kecemasan dan
depresi, takut akan keintiman atau kesuksesan, dan penganiayaan terhadap anak-anak. Self
esteem negatif bukan satu-satunya penyebab dari masalah-masalah psikologis tersebut.
Pendukung lainnya dari gerakan harga diri adalah Andrew Mecca (dikutip oleh Davis,

1
1988:10), mengatakan bahwa hampir setiap masalah sosial dialamatkan kepada orang-
orang yang kekurangan cinta diri. Albert Ellis, menyebutkan bahwa self esteem merupakan
penyakit terbesar manusia. (dikutip dalam Epstein, 2001:72). Menurut Ellis, orang akan
lebih baik jika mereka berhenti berusaha meyakinkan bahwa diri mereka layak. Smelser
(1989) menyebut self esteem sebagai variabel independen yang kuat (kondisi, penyebab,
faktor) dalam asal-usul masalah utama sosial.
Self esteem merupakan kebutuhan mendasar manusia yang sangat kuat yang
memberikan kontribusi penting dalam proses kehidupan yang sangat diperlukan untuk
perkembangan yang normal dan sehat sehingga memiliki nilai untuk bertahan hidup.
Kurangnya harga diri (self esteem) akan menghambat pertumbuhan psikologis individu,
karena self esteem positif berperan untuk menjalankan pengaruh dari immune system of
concsciousness (sistem kekebalan kesadaran) yang dapat memberikan perlawanan,
kekuatan dan kapasitas untuk regenerasi. Pada saat individu mengalami self esteem negatif,
maka ketahanan dirinya dalam menghadapi kesengsaraan hidup menjadi berkurang,
menjadi hancur sebelum menaklukan perasaan berharga dirinya, cenderung untuk
menghindari rasa sakit dari pada menyongsong kegembiraan dikarenakan self esteem
negatif lebih menguasai dirinya dari pada self esteem positif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri?
2. Apa saja komponen harga diri ?
3. Sebutkan factor yang mempengaruhi harga diri ?
4. Sebutkan asuhan keperawatan terkait harga diri ?

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui harga diri dalam bidang keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian harga diri.
b. Untuk mengetahui komponen harga diri.
c. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi harga diri.
d. untuk mengetahui asuhan keperawatan terkait harga diri.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka makalah ini bermanfaat untuk
mengetahui pengertian harga diri. Selain itu, dengan adanya makalah ini pembaca dapat
memperluas wawasan dan pandangan terhadap harga diri dan diharapkan mampu
menerapkannya secara baik dan benar.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Harga Diri


Salah satu perkembangan psikologis yang dialami oleh remaja adalah
perkembangan sosio-emosi yang salah satunya adalah harga diri, yang merupakan
keseluruhan cara yang digunakan untuk mengevaluasi diri kita, dimana harga diri
merupakan perbandingan antara ideal-self dengan real-self (Santrock, 2012). Harga diri
adalah sikap yang dimiliki tentang dirinya sendiri, baik positif maupun negatif (Rosenberg,
1965).
Menurut Coopersmith (dalam Lestari & Koentjoro, 2002) mengatakan bahwa harga
diri merupakan hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang diekspresikan dalam
sikap terhadap diri sendiri. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan
dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil,
berharga menurut standart dan nilai pribadinya. Harga diri adalah gagasan mengenai diri
secara global yang mengacu pada keseluruhan evaluasi diri sebagai individu, atau
bagaimana orang merasakan mengenai diri mereka sendiri dalam arti yang komprehensif
(Verkuyten, 2003).
Baron & Byrne (2012) juga berpendapat bahwa harga diri adalah evaluasi diri yang
dibuat oleh setiap individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi
positif sampai negatif. Baron & Byrne menegaskan harga diri merujuk pada sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri, mulai dari sangat negatif sampai sangat positif, individu
yang ditampilkan nampak memiliki sikap negatif terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang
tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri, evaluasi positif ini sebagian
berdasarkan opini orang lain dan sebagian berdasarkan dari pengalaman spesifik. Sikap
terhadap diri sendiri dimulai dengan interaksi paling awal antara bayi dengan ibunya atau
pengasuh lain, perbedaan budaya juga mempengaruhi apa yang penting bagi harga diri
seseorang.
Menurut Kwan dan Singelis (dalam Baron & Byrne, 2012) harmoni dalam
hubungan interpersonal merupakan elemen yang penting bagi budaya individualis.
Tingkah laku individu dengan harga diri yang relatif rendah lebih mudah diprediksikan

4
dari pada individu dengan harga diri yang tinggi, hal ini dikarenakan skema diri yang
negatif diorganisasikan lebih ketat dari pada skema diri yang positif (Malle & Horowitz
dalam Baron & Byrne, 2012).
Namun, pada umumnya individu mengevaluasi diri mereka sendiri dalam dimensi
yang majemuk seperti olah raga, akademis, hubungan interpersonal, dan lain sebagainya
padahal harga diri secara keseluruhan mewakili rangkuman dari evaluasi spesifik ini
(Marsh & Pelham dalam Baron & Byrne, 2012). Tokoh lain yang juga memberikan
pengertian tentang harga diri adalah Minchintin (dalam Lestari & Koentjoro, 2002) yang
mengemukakan bahwa harga diri merupakan penilaian atau perasaan mengenai diri kita
sendiri sebagai manusia baik berdasarkan penerimaan akan diri dan tingkah laku sendiri,
maupun berdasarkan keyakinan akan bagaimana diri kita. Perasaan mengenai diri sendiri
ini berpengaruh pada bagaimana kita berhubungan dengan orang lain disekitar kita dan
aspek-aspek lain dalan kehidupan
Menurut Baron & Byrne (2012) Harga diri sering kali diukur sebagai sebuah
peringkat dalam dimensi yang berkisar dari negatif sampai positif atau rendah sampai
tinggi. Sebuah pendekatan yang berbeda adalah dengan meminta individu untuk
mengindikasikan self-ideal mereka seperti apa, self mereka yang sebenarnya, dan
kemudian membandingkan perbedaan diantara keduanya. Semakin besar perbedaan real
self dengan ideal self maka semakin rendah harga diri.

5
Walaupun perbedaan spesifiknya dapat bervariasi namun lama kelamaan perbedaan self ideal
dengan real self akan cenderung stabil (Strauman dalam Baron & Byrne, 2012). Seorang individu
akan merasa senang apabila seseorang akan memberikan respon positif terhadap beberapa aspek
self-ideal namun individu akan merasa kurang senang apabila seseorang mengatakan bahwa dalam
diri individu tidak terdapat beberapa aspek dari self-ideal (Eisenstand & Leippe dalam Baron &
Byrne, 2012).

6
Tokoh lain seperti Baron & Byrne (dalam Aditomo & Retn owati, 2004) juga menyebutkan
bahwa konsep diri, termasuk harga diri, merupakan aspek yang sangat penting dalam berfungsinya
manusia, hal ini karena manusia memang sangat memperhatikan berbagai hal tentang diri,
termasuk siapa dirinya, seberapa positif atau negatif seorang individu memandang dirinya,
bagaimana citra yang ditampilkan pada orang lain.
Harga diri rendah diwujudkan dalam perilaku seseorang yang memiliki keprihatinan yang
ekstrim dengan apa yang orang lain pikirkan, kurangnya otonomi dan individualitas, dan selalu
menawarkan atau menyamarkan harga diri yang rendah (On My Own To Feet: Identity and Self-
Robinson (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mengemukakan bahwa harga diri lebih spesifik
dari konsep diri, yang melibatkan unsur evaluasi atau penilaian terhadap diri.
Menurut Robinson, banyak teoretikus kepribadian,
seperti Carl Rogers, konsep diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang paling penting.
Konsep diri adalah kerangka kognitif yang mengorganisir bagaimana kita mengetahui diri kita dan
bagaimana kita memproses informasi-informasi yang relevan dengan diri (Aditomo & Retnowati,
2004). . Harga diri rendah diwujudkan dalam perilaku seseorang yang memiliki keprihatinan yang
Adanya sistem yang bermasalah yang mendorong rendahnya harga diri, hal ini ditandai
dengan adanya ketidak konsistenan didalam system tersebut, selalu menerima hukuman apabila
melakukan kesalahan, komunikasi yang terdistorsi, dan selalu tunduk terhadap peraturan (On My
Own To Feet: Identity and Self-Esteem, 1997). Pelham & Swan (dalam Aditomo &
Retnowati, 2004) mengemukakan dalam konteks kesehatan mental, harga diri memiliki peran yang
penting. Individu yang memiliki harga diri tinggi berarti memandang dirinya secara positif.
Individu dengan harga diri yang tinggi sadar akan
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting
dari pada kelemahannya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah cenderung memandang
dirinya secara negatif dan terfokus pada kelemahan dirinya. Dalam hal ini seseorang yang
memiliki harga diri tinggi akan lebih tepat dalam melakukan pemaknaan apabila dihadapkan pada
pengalaman pahit, seperti kegagalan.

7
Adanya dua jenis harga diri mungkin memiliki konsekuensi yang sangat berbeda, harga
diri secara global menjadi lebih relevan untuk kesejahteraan psikologis, dan spesifik harga diri
yang menjadi lebih relevan untuk perilaku. Temuan ini menunjukkan bahwa, harga diri secara
global lebih kuat berkaitan dengan langkah-langkah kesejahteraan psikologis, sedangkan spesifik
harga diri yang berkaitan dengan akademik, sebagai prediktor kemampuan dalam belajar.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa tingkat harga diri akademik dapat mempengaruhi
harga diri seseorang secara global, terutama pada komponen harga diri yang positif yang berfungsi
juga untuk melihat seberapa tinggi penghargaan terhadap kemampuan belajar (Rosenberg et al.,
1995).
Penelitian pada harga diri umumnya melanjutkan pada praduga dari salah satu konsep dari
tiga konseptualisasi, dan setiap konseptualisasi telah diperlakukan secara secara independen dari
yang lain. Konsep tersebut adalah (1) harga diri telah diselidiki sebagai hasil dari perilaku. (2)
harga diri telah diselidiki sebagai motif, sehingga dapat memunculkan kecenderungan perilaku
seseorang dengan cara mempertahankan atau meningkatkan evaluasi diri yang positif. (3) harga
diri telah diselidiki sebagai alat penyangga bagi diri sendiri, karena dianggap memberikan
perlindungan dari pengalaman-pengalaman buruk dan berbahaya bagi diri individu (Cast & Burke,
2002).
Dari teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologi diatas mengenai pengertian harga
diri dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian terhadap diri individu mengenai siapa
dirinya yang berdasarkan pada keyakinan dari individu itu sendiri.

2.Komponen Harga Diri

Felker (dalam Fakhrurrozi, 2008) mengemukakan bahwa komponen harga diri terdiri dari
:

a. Perasaan diterima (feeling Of Belonging )

Perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan dirinya diterima
seperti dihargai oleh anggota kelompoknya. Kelompok ini dapat berupa keluarga kelompok teman

8
sebaya, atau kelompok apapun. Individu akan memmiliki penilaian yang positif tentang dirinya
apabila individu tersebut merasa diterima dan menjadi bagian dalam kelompoknya. Namun
individu akan memiliki penilaian negatif tentang dirinya bila mengalami perasaan tidak diterima.

b. Perasaan mampu ( Feeling Of Competence )

Perasaan dan keyakinan individu akan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri dalam
mencapai suatu hasil yang diharapkan, misalnya perasaan seseorang pada saat mengalami
keberhasilan atau kegagalan.

c. Perasaan Beharga ( Feeling Of Worth )

Perasaan dimana individu merasa dirinya beharga atau tidak, perasaan ini banyak
dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu. Perasaan yang dimiliki individu sering kali
ditampilkan dan berasal dari pernyataan yang sifatnya pribadi seperti pintar,sopan, baik dan
lain sebagainya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri ( Self Esteem )

Harga diri dalam perkembanganannya terbentuk dari hasil interaksi dengan lingkungan dan
atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang (Ghufron,2010). Factor harga diri
tersebut diantaranya :

1. Factor jenis kelamin


Menurut Ancock dkk (dalam Ghufron, 2010) wanita selalu merasa harga dirinya
lebih rendah dari pada pria seperti perasaaan kurang mampu,kepercayaan diri yang
kurang mampu, atau merasa harus dilindungi. Hal ini mungkin terjadi karena peran
orang tua dan harapan-harapan masyarakat yang berbeda-beda baik pada pria

9
maupun wanita. Pendapat tersebut sama dengan penelitian Coopersmith (dalam
Ghufron,2010) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih rendah daripada
harga diri pria maupun wanita. Pendapat tersebut sama dengan penelitian
Coopersmith (dalam Ghufon, 2010 ) yang membuktikan bahwa harga diri wanita
lebih rendah daripada harga diri pria.
2. Inteligensi
Inteliigensi sebagai gambaran lengkap kapasitas fungsional individu sangat erat
dengan prestasi karena pengukuran inteligensi selalu berdasarkan kemampuan
akademis. Menurut Coopersmith (dalam Ghufron, 2010) individu dengan harga diri
yang tinggi akan mencapai prestasi akademik yang tinggi dari pada individu dengan
harga diri yang rendah. Selanjutnya dikatakan individu dengan harga diri yang
memiliki harga diri tinggi memiliki skor inteligensi yang lebih baik, taraf aspirasi
yang lebih baik, dan selalu berusaha keras.
3. Kondisi fisik
Coopersmith ( dalam Ghufron, 2010) menemukan adanya hubungan yang konsisten
antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi
fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan
dengan kondisi fisik yang kurang menarik. Begitu pula dengan remaja yang terlalu
memikirkan masalah ukuran dan bentuk tubuhnya.
Mereka akan berusaha mati-matiaan untuk bisa mempertahankan bentuk tubuh atau
menurunkan berat badannya.

4. Lingkungan keluarga
Gerungan ( dalam Sari,2009) menyatakan bahwa keluarga merupakan kelompok
social pertama dalam kehidupan manusia. Ia belajar menyatakan diri sebagai
manusia social dalam interaksi kelompoknya. Keluarga disini meliputi status
ekonomi, pekerjaan orangtua, nilai-nilai orang tua, sejarah perkawinan,keterlibatan
orang tua dalam kehidupan anak dan interaksi orang tua dan anak. Coopersmith
(dalam Ghufron, 2010) berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian kesempatan
untuk aktif dan mendidik yang demokratis akan membuat anak mendapat harga diri

10
yang tinggi. Sebaliknya,orang tua yang sering memberi hukuman dan larangan
tanpa alasan dapat dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga.
Sedangkan menurut Purkey (dalam Fakhrurrozi,2008 ) iklim emosi keluarga lebih
menentukan tingginya harga diri daripada status social dan ekonomi. Mereka yang
berasal dari keluarga bahagia akan memiliki harga diri tinggi karena mengalami
perasaan nyaman yang berasal dari penerimaan,cinta, dan tanggapan positif orang
tua. Sedangkan pengabaian dan penolakan akan membuat mereka secara otomatis
merasa tidak berharga. Karena merasa tidak berharga, diacuhkan dan tidak dihargai
maka mereka akan mengalami perasaan negative.
5. Lingkungan social
Klass dan Hodge (dalam Ghufron, 2010 ) berpendapat bahwa pembentukan harga
diri dimulai dari seseorang yang menyadari dirinya berharg atau tidak. Hal ini
merupakan hasil dari proses lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan
orang lain kepadanya. Termasuk penerimaan teman dekat, mereka bahkan mau
untuk melepaskan prinsip diri dan melakukan perbuatan yang sama dengan teman
dekat mereke agar bisa dianggap ’sehati’ walaupun perbuatan itu adalah negative.
Sementara menurut Coopersmith (dalam Ghufron, 2010 ) ada beberapa
ubahandalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan,
nilai, aspirasi dan mekanisme pertahanan diri. Kesuksesan itu dapat itu dapat timbul
melalui pengalaman di lingkungan,kesuksesan di bidang tertentu, kompetisi, dan
nilai kebaikan.

11
4. Asuhan Keperawatan Terkait Gangguan Harga Diri

1. Pengertian
Harga diri rendah adalah gangguan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Seseorang
yang dikatakan mempunyai konsep diri negative jika ia meyakini dan memandang bahwa
dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik,tidak disukai dan kehilangan daya Tarik terhadap hidup. Orang dengan
konsep diri negative akan cenderung bersikap pesemistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu
menyalahkan diri sendiri (secara negative) atau menyalahkan orang lain (Rini J.F, 2000).
Kesipulan harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
percaya diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
 Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh (body image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan
tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan
dimoditifikasi dengan pengalaman yang baru (Stuart & SUNDEEN, 1998)
 Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Sering juga disebut bahwa ideal
diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

12
 Identitas Diri
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten, dan keunikkan individu. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja.
 Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh linhkungan social berhubungan
dengan fungsi individu diberbagai kelompok social. Peran yang diterapkan adalah peran
dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih individu.
 Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang
tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.
2. Tanda-tanda klien dengan Harga Diri Rendah
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat ada penyakit dan akibat tindakan penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan social seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri

3. Faktor-faktor
a. Factor predisposisi
1. Penolakan orang tua
2. Harapan orang tua yang tidak realistis
3. Kegagalan yang berulang kali
4. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5. Ketergantungan kepada orang lain
6. Ideal diri tidak realistis

13
b. Factor presipitasi
1. Citra tubuh yang tidak sesuai
2. Keluhan fisik
3. Ketegangan peran yang dirasakan
4. Perasaan tidak mampu
5. Penolakan terhadap kemampuan personal
6. Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri merupakan sebuah penilaian individu yang dipengaruhi oleh ideal diri
seseorang dapat dicapai.
Kita harus menghargai diri kita sendiri, sebelum orang menghargai kita, bila kita
ingin dihargai oleh orang lain, kita wajib menghargai orang lain. Banyak cara untuk
menghargai diri kita sendiri, dan yang paling penting adalah kita harus bersyukur dengan
apa yang dianugerahkan Allah untuk kita. Baik itu dari segi jasmaniyah, latar belakang
keluarga, atau dari segi harta.
Akan tetapi akan lebih baik bila bersikap sopan, jujur, taat pada aturan yang
berlaku, dan suka menghargai orang lain. Kalau kita mampu berbuat seperti itu, pasti akan
dihargai dan disenangi oleh teman-teman. Dan kita harus juga mengakui kelebihan dan
kekurangan kita.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kami berharap semua perawat dapat menerapkan
konsep harga diri dengan sebaik-baiknya dalam melakukan proses keperawatan, sehingga
proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut memperoleh keberhasilan.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai