Anda di halaman 1dari 15

SELF ESTEEM UNTUK PENGEMBANGAN DIRI

Aprilia Dwi Rasdiyanti 1, Maliqal Bulqis2, Lisa Nurmala Dewi3, Dhadeva Kevin
Maharizkhi Abidin4
Universitas Islam Malang

ABSTRACT
When someone has self-esteem, they are able to evaluate, value, and like
themselves. A person who has high self-esteem is significant since it indicates
that they are self-assured, value themselves, and have other desirable traits. In
contrast, if someone has poor self-esteem, they will also have low self-confidence
since they will feel helpless. The value of self-confidence impacts our everyday
activities and raises our self-esteem. This research tries to define elements,
contributors, and strategies for boosting self-esteem for personal growth. This
study employs a qualitative methodology and draws its data from online
journals, news websites, and other sources of literature. We pinpoint current
political consumerism and online citizenship behaviors.

Keywords self esteem, self, pride


Harga diri adalah keadaan di mana seseorang dapat menilai, menghargai, dan
menyukai dirinya sendiri. Harga diri yang tinggi adalah masalah besar, artinya
orang-orang ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi, rasa harga diri, dan hal-
hal positif lainnya. Sebaliknya, ketika orang tersebut memiliki harga diri yang
rendah, kepercayaan diri orang tersebut rendah karena mereka berpikir bahwa
mereka tidak dapat menahan diri. Pentingnya kepercayaan diri mempengaruhi
kehidupan kita sehari-hari dan meningkatkan harga diri kita. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan aspek, faktor dan cara meningkatkan harga
diri untuk pengembangan diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan menggunakan sumber data dari jurnal elektronik, situs berita, dan
literatur lainnya.

1
Kata kunci : self esteem, diri sendiri , harga diri

2
PENDAHULUAN
     Istilah harga diri pertama kali diperkenalkan oleh William James (1983-
1890), seorang psikolog Amerika. Harga diri adalah topik sosial tertua dan paling
banyak ditulis. Fakta ini didasarkan pada database PsychINFO yang menunjukkan
bahwa lebih dari 23.215 artikel, bab, dan buku membahas harga diri sebagai
faktor penting dalam perilaku manusia. Rodewalt dan Tragakis (2003)
menemukan bahwa harga diri adalah "tiga kovariat teratas" dalam studi
psikologi dan sosial, bersama dengan "gender" dan "efektivitas negatif" (Mruk,
2006). Harga diri rendah (low self-esteem) sering dikaitkan dengan gangguan
jiwa seperti depresi, kecemasan dan ketidakmampuan belajar. Juga beberapa
kesulitan seperti kegagalan, kehilangan dan kecerobohan.
Sebaliknya, diyakini bahwa harga diri yang tinggi adalah dasar untuk
perkembangan mental yang sehat, kesuksesan, dan kehidupan yang efektif.
Leary dan MacDonald (Mruk, 2006) menulis hasil penelitian tentang ciri Ukitam
yang berhubungan dengan harga diri rendah yaitu
People with lower trait self-esteem tend to experience virtually every aversive
emotion more frequently than people with higher self-esteem. Trait self-esteem
correlates negatively with scores on measures of anxiety (Battle, Jarrat, Smit &
Precht, 1988; Rawson, 1992), sadness and depression (Hammen, 1988; Ouellet &
Joshi, 1986; Smart & Walsh, 1993), hostility and anger (Dreman, Spielberger &
Darzi, 1997), sosial anxiety (Leary & Kowalski, 1995; Santee & Maslach, 1982;
Sharp & Getz, 1996), shame and guilt (Tangney & Dearing, 2002),
embarrassability (Leary & Meadows, 1991; Maltby & Day, 2000; Miller 1995),
and loneliness (Haines, Scalise & Ginter, 1993; Vaux, 1988), as well as general
negative affectivity and neuroticism. (Watson & Clark, 1984) (2003, pp. 404–405)

Kita harus mulai dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental,
Edisi Keempat, yang menyatakan bahwa harga diri rendah diidentifikasi sebagai
salah satu kriteria diagnostik untuk 24 gangguan mental (American Psychiatric

3
Association , 2000 )Kerri Lee Krause; Sandra Bochner; Sue Duchesne, dalam
bukunya Educational Psychology for Learning and Teaching (2006:84),
menyebutkan beberapa temuan penelitian terkait harga diri rendah/harga diri
negatif pada remaja (remaja), yaitu: harga diri negatif yang berhubungan dengan
alkohol dan penyalahgunaan obat (Finke & Williams, 1999; Irving et al., 2002),
depresi dan bunuh diri (Leslie, Stein, & Rotheram-Borus, 2002; Raab, 2001),
gangguan makan (Ross & Ivis, 1999). Kejahatan dan agresi (Ackard & Neumark-
Sztainer, 2002), menghambat partisipasi dalam kegiatan olahraga (Perry-Burney
& Takyi, 2002) dan kehamilan remaja (Klerman, 2002; Lipovsek et al., 2002;
Smith & Grenyer, 1999).
Leary & MacDonald (Kitark, 2006) menemukan bahwa masalah emosi dan
perilaku lebih sering terjadi pada orang dengan harga diri rendah. Masalah lain
termasuk gangguan dysthymic, depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan,
disfungsi seksual, rasa malu patologis, upaya bunuh diri, dan gangguan
kepribadian.Rosenberg & Owens (2001) mengidentifikasi karakteristik harga diri
rendah, yaitu: Hipersensitivitas, ketidakstabilan, rasa malu, kurang percaya diri,
takut mengambil risiko, putus asa, pesimisme, merasa kesepian dan aneh Self-
esteem berlaku sebagai akar penyebab disfungsi sosial individu. Nathaniel
Branden (1994:5-12), seorang tokoh dalam gerakan harga diri, menegaskan
bahwa harga diri memiliki konsekuensi mendalam bagi semua aspek keberadaan
manusia. Lebih lanjut Branden menekankan bahwa masalah kesehatan mental
tidak disebabkan oleh satu penyebab, seperti kecemasan dan depresi, ketakutan
akan keintiman atau kesuksesan, dan kekerasan terhadap anak.
Harga diri negatifbukan satu-satunya penyebab masalah psikologis
ini.Pendukung gerakan harga diri lainnya adalah Andrew Mecca (dikutip oleh
Davis, 1988:10) yang mengatakan bahwa hampir semua masalah sosial ditujukan
kepada orang-orang yang kurang percaya diri. Albert Ellis mengatakan bahwa
harga diri adalah penyakit terbesar manusia. (dikutip dalam Epstein, 2001:72).
Menurut Ellis, orang merasa lebih baik ketika mereka berhenti meyakinkan diri
sendiri bahwa mereka berharga. Smelser (1989) menyebutkan harga diri sebagai

4
variabel independen yang kuat (kondisi, penyebab, faktor) pada asal mula
masalah sosial yang paling penting.
Harga diri adalah kebutuhan dasar manusia yang sangat kuat yang
memberikan kontribusi penting dalam proses kehidupan yang sangat diperlukan
agar perkembangan normal dan sehat memiliki nilai. Kurangnya harga diri (self-
esteem) menghambat pertumbuhan psikologis individu, karena harga diri yang
positif berperan dalam mengenali pengaruh sistem kesadaran Imkitane
(conscious-immune system), yang dapat memberikan daya tahan, kekuatan dan
kapasitas regeneratif. Ketika orang mengalami harga diri negatif, ketahanan
mereka terhadap kesulitan hidup menurun, mereka menghancurkan diri sendiri
sebelum mengatasi harga diri mereka, mereka cenderung menghindari rasa sakit
daripada menerima kesenangan karena harga diri negatif lebih mendominasi
mereka daripada harga diri. positif. .
Ketika seseorang memiliki nilai dan keyakinan yang realistis serta bahagia
dengan dirinya sendiri, mereka akan lebih terbuka untuk melihat kehidupan dan
menanggapi tantangan dan peluang dengan tepat. Harga diri memberdayakan,
memberi energi dan memotivasi. Ini menginspirasi individu untuk menikmati dan
bangga dengan pencapaian mereka. Dan akhirnya mencapai kepuasan.
Nathaniel Branden (1987) menyebutkan bahwa harga diri merupakan
aspek terpenting dari kepribadian dalam proses berpikir, tingkat emosi,
keputusan yang diambil, nilai yang diterima dan penentuan tujuan hidup. Harga
diri mencakup dua komponen, yaitu perasaan kompetensi pribadi dan perasaan
harga diri pribadi. Seseorang akan menjadi self-full dan respect ketika mampu
menerima dirinya dan kepribadiannya.
Peduli dengan harga diri yang rendah, Amerika Serikat memulai "Program
Peningkatan Harga Diri" pada tahun 1980, program ini pertama kali dimulai oleh
Anggota Kongres Yohanes Vasconcellos, yang didukung oleh Gubernur California
(1986 ), George Deukmeijian , yang telah setuju untuk mendanai Satuan Tugas
Harga Diri dengan anggaran sebesar $245.000 per tahun.

5
Vasconcellos berpendapat bahwa program ini akan membantu
memecahkan banyak masalah negara, seperti kejahatan, kehamilan remaja,
penyalahgunaan obat, prestasi rendah di sekolah, dan polusi. Pada satu titik, ia
mengungkapkan harapan bahwa self esteem yang tinggi akan membantu
menyeimbangkan anggaran negara karena orang-orang dengan self esteem
positif akan menghasilkan lebih banyak uang daripada orang-orang dengan self
esteem negatif. Sehingga penghasilan negara melalui pajak akan meningkat
(Winegar, 1990).
Self esteem pada konteks Indonesia belum menjadi tema yg terkenal
sebagaimana pada Amerika, akan tetapi bukan berarti Indonesia terlepas dari
self esteem. Lihatlah tema-tema pemberitaan yg selalu sebagai headline dalam
surat informasi & televisi, seperti: korupsi, suap, konsumsi narkoba, tawuran
pelajar, kinerja jelek anggota dewan, seks bebas, rendahnya indeks prestasi
nasional, perkara bunuh diri & lain-lain. Atau permasalah yang muncul dalam
anak didik pada sekolah, seperti: pergaulan bebas dikalangan remaja, pelacuran
pada pelajar putri (hanya lantaran ingin berpakaian rupawan & mempunyai HP
baru), mencontek agar menerima nilai rupawan, merokok & mencoba minuman
keras lantaran risi dicap menjadi remaja yg kurang gaul, melakukan tindakan
militan guna membuktikan otoritas & keberadaan diri menggunakan cara
melakukan pemalakan & penyerangan, motivasi belajar rendah, motivasi
berprestasi rendah, & lain-lain.

Fenomena lain adanya remaja putri yg tergila-gila dengan penampilan &


menduga dirinya berharga jika mempunyai tubuh langsing & kulit putih, dan
pada akhirnya melakukan banyak sekali macam cara demi menerima bentuk
tubuh ideal yg diimpikan, contohnya menggunakan melakukan diet ketat yg
sehat, mengkonsumsi obat pelangsing & memakai kosmetika yg membahayakan
dirinya. Sebagaimana hasil penelitian William, et al. (1993) yg menyimpulkan
bahwa remaja yg mempunyai self esteem negatif kurang percaya diri
menggunakan bentuk tubuhnya. Hal ini dipertegas dengan penelitian yg

6
dilakukan Wadden (2002) yg mengungkapkan remaja menggunakan self esstem
negatif menderita penyakit kelainan makan, misalnya bulimia & anorexia.

TEORI

Pengertian Self Esteem Menurut Para Ahli

1. Brandent (2005)

Self esteem adalah keyakinan dari tindakan kita untuk menghadapi tantangan
kehidupan. Self esteem adalah keyakinan untuk kita bahagia, perasaan berharga,
serta kelayakan diri yang mekitangkinkan kita untuk menegaskan kebutuhan dan
menikmati hasil dari kerja kita.

2. Tambunan (2001)

Self esteem adalah sikap individu dalam penilaian dirinya sendiri yang
diungkapkan dalam sikap positif maupun negatif. Self esteem berkaitan dengan
bagaimana orang menilai dirinya sendiri dan akan memengaruhi kehidupannya
sehari-hari.

3. Dariuszky (2004)

Self esteem adalah cara seseorang merasakan dirinya, dimana seseorang


tersebut menilai dirinya hingga memengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-
hari. Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi akan lebih menghargai
dirinya sendiri, serta dapat mengetahui dan memperbaiki kesalahan yang ada
pada dirinya.

4. Maslow dalam (Alwisol, 2002)

Self esteem adalah suatu kebutuhan yang memerlukan pemenuhan dan


pekitaasan untuk dilanjutkan ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Maslow
membagi dua jenis kebutuhan dalam self esteem yaitu penghargaan diri sendiri
dan penghargaan dari orang lain.

7
METODE
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
mengambil sumber data dari jurnal elektronik , situs berita, dan literatur lainnya.
Kelompok kami mengidentifikasi praktek-praktek politik uang yang terjadi dan
kewarganegaraan digital. Yang pertama kelompok kami lakukan adalah mencari
di Google Scholar, jurnal internasional, maupun jurnal lokal dengan kata kunci
‘Self-esteem”, ‘harga diri’, ‘Self Efficiacy’. Kedua setelah kami mengaitkan dengan
artikel yang sesuai dengan penelitian kami, maka selanjutnya kami mengunduh
atau menjadikan artikel terkait sebagai referensi yang dapat membantu kami
menganalisis penelitian.
PEMBAHASAN
1. Definisi Self Esteem
Penting untuk memahami harga diri dalam arti yang sempurna agar
harga diri tidak ditafsirkan dalam arti yang dangkal. mengakibatkan esensinya
hilang. Tidak bijaksana untuk mengabaikan definisi semata-mata karena alasan
semantik atau alasan serupa sebagai demonstrasi pengetahuan yang elegan.
Peneliti harga diri setelah William James menciptakan kata ini untuk pertama
kalinya, sampai peneliti harga diri telah memperumitnya berulang kali, pendapat
bersilangan, apakah harga diri termasuk dalam bidang sosial atau psikologis,
perspektif yang berbeda tentang tindakan (intervensi) bekerja menuju diri
sendiri.-Pemulihan penghargaan.
Peneliti psikologi mempelajari berbagai program untuk meningkatkan
harga diri dengan fokus pada perubahan individu, harga diri diartikan sebagai
proses perkembangan intrafisik, individu memainkan peran penting dalam
pengambilan keputusan dan mampu mengembangkan perilaku tertentu untuk
mencapai tujuan, keterampilan dan sementara itu peneliti sosial sedang
mengembangkan program yang berfokus pada pengurangan tekanan lingkungan,
mis. B. bagaimana orang lain menyakiti kita dan bagaimana kita
memperbaikinya, ini merujuk pada penggunaan nilai-nilai sosial yang terkandung
di dalamnya Artinya, harga diri memiliki makna “kompetensi” yang berorientasi

8
pada perubahan perilaku (aspek kognitif) dalam perspektif psikologis dan makna
“martabat” dalam perspektif sosial yang berorientasi pada nilai dan moralitas.
(aspek perasaan).
Nathaniel Branden yg dikenal menggunakan sebutan “The father of self
esteem movement” sebagai pelopor buat menggabungkan disparitas terminologi
self esteem kedalam definisinya. Dalam bukunya The Power of Self Esteem
(1992) dikatakan bahwa Self esteem adalah pengalaman yg sinkron buat hayati &
kebutuhan hayati. Lebih khusus, self esteem berarti: a) Keyakinan individu bahwa
dirinya mempunyai kepandaian & kesanggupan buat mengatasi tantangan
hayati, & b) Keyakinan individu bahwa dirinya mempunyai hak buat hayati
bahagia, merasa berharga, layak, bisa mengungkapkan aspirasi, & menikmati
output kerja keras yg sudah diusahakan.
Nathaniel Branden (1992:16) menjelaskan 2 pilar primer self esteem yg
sehat, yaitu:
a. Self efficacy
Self efficacy merupakan agama dalam keberfungsian pikiran & akal budi
pada proses dimana dirinya bisa menilai, menentukan & mekitatuskan. Meyakini
bahwa dirinya mempunyai kemampuan buat tahu berita-berita empiris yg
mensugesti minat, kebutuhan, agama & keyakinan.
B. Self respect
Self respect merupakan agunan terhadap nilai-nilai pribadi, perilaku
afirmasi terhadap hak-haknya buat hayati bahagia, merasa nyaman pada
menyatakan pendapat, keinginan, kebutuhan, & meyakini bahwa kebahagiaan
adalah hak asasi.
Self efficacy & self respect adalah pilar ganda self esteem (harga diri) yg
sehat. Jika kurang galat satunya, maka harga diri akan terganggu. Keduanya
mendefinisikan ciri kata dikarenakan self efficacy & self respect adalah sesuatu
yg fundamental. Keduanya merepresentasikan self esteem bukan adalah makna
turunan atau sekunder berdasarkan self esteem akan tetapi adalah esensi self
esteem. Self efficacy membuat rasa kendali atas kehidupan individu yg

9
berkaitkan menggunakan kesejahteraan psikologis, perasaan akan sentra
keberadaan individu, bukan menjadi penonton yg pasif & korban peristiwa. Self
respect mekitangkinkan seseorang individu buat bersikap penuh kebajikan,
terhindar berdasarkan pertarungan emosional menggunakan orang lain,
mencapai independensi, bukan kebalikannya merasa terasing & kesepian.
2. Aspek-Aspek pada Self Esteem
Berikut merupakan empat aspek pada self esteem. Coopersmith (1967)
mengungkapkan bahwa selfesteem mempunyai beberapa aspek mencakup
kekuatan, keberartian, kebajikan, & kemampuan
1. Kekuatan
Kekuatan merupakan sanggup menerangkan bahwa kita bisa mengontrol
konduite diri sendiri. Kekuatan ini akan diakui secara positif sang orang lain dari
kualitas konduite kita.Semakin kita mempunyai konduite yg baik maka semakin
poly orang yg akan menilai & mengakui bahwa kita mempunyai kualitas yg baik
pada depan orang poly.
2. Keberartian
Keberartian mempunyai arti kepedulian, afeksi, ekspresi, & perhatian atas
penerimaan & popularitas menurut lingkungan hayati yg diterima seorang
menurut orang lain. Jika orang lain mendapat kita umumnya ditandai
menggunakan adanya keharmonisan interaksi yg terjalin, kemudian lingkungan
jua akan menyukai kita.
3. Kebajikan
Kebajikan mempunyai arti bahwa setiap individu menerangkan
ketaatannya mengikuti batasan moral & etika, dimana setiap individu menjauhi
hal-hal yg dipercaya pada luar batas. Apabila sudah mengikuti sekitaa etika &
moral yg berlaku maka individu dinyatakan mempunyai perilaku positif & sudah
menyebarkan self esteem yg positif dalam dirinya sendiri.
4. Kemampuan
Kemampuan merupakan bisa menerangkan bagaimana kita bisa
mencapai tujuankita, nakitan itu sekitaa tergantung dalam variasi beberapa usia.

10
Self esteem pada usia remaja semakin tinggi apabila mereka memahami apa saja
tugas-tugasnya buat mencapai tujuannya. Peneliti menekitakan bahwa self
esteem pada usia remaja akan semakin tinggi waktu sanggup menghadapi suatu
perkara.Dengan berhasilnya kita menghadapi perkara berarti kita telah kitalai
berkembang pada segi akal budi & mengikuti keadaan menggunakan lingkungan.
Kita akan mencari jalan keluar & menyatukan balik hal yg rusak menggunakan
menggabungkan keduanya.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Self Esteem
Berikut merupakan faktor-faktor yg bisa memengaruhi peningkatan sel
esteem.
1. Opini Orang Lain
Opini orang lain ini misalnya opini teman, keluarga, tetangga &
lain-lain. Opini berdasarkan orang lain ini bisa memengaruhi self esteem
kita. Biasanya opini orang lain terhadap diri kita ini mempunyai opini yg
jelek & bisa menurunkan agama diri kita. Mereka akan selalu penekanan
dalam kelemahan kita, hal ini akan mengakibatkan menurunnya self
esteem yg kita miliki. Tidak hanya opini orang yg dekat menggunakan
kita, opini ini mampu saja tiba berdasarkan komentar netizen
berdasarkan sosial media.
2. Pikiran Diri Sendiri
Tidak hanya efek berdasarkan orang lain, diri sendiri jua bisa
memengaruhi self esteem yg dimiliki. Perkataan yg kita ucapkan buat diri
sendiri membekas pada pikiran kita, & kita akan terus memikirkannya
seolah-olah sekitaa perkataan itu benar.
3. Pola Asuh Masa Kecil
Salah satu cara buat menaikkan self esteem merupakan
berdasarkan pola asuh sewaktu kita mini . Riset memberitahuakn bahwa
bila terdapat diasuh menggunakan cara otoriter akan menciptakan self
esteem lebih rendah lantaran mengalami trauma.Ketika dewasa dia akan
merasa nir percaya diri, selalu merasa dirinya gagal, & membandingkan

11
diri menggunakan orang lain. Pola asuh saat kita mini merupakan hal yg
penting. Orang tua seharusnya mengerti bagaimana cara menciptakan
self esteem anaknya sedini kitangkin supaya saat dewasa dia mempunyai
self esteem yg tinggi.
4. Keterbatasan yang Dimiliki
Tidak mampu kita pungkiri bahwa keterbatasan mampu sebagai
suatu penghalang pada beraktivitas. Belum lagi pendapat orang lain
tentang kelemahan kita yg acapkalikali kita dengar jua bisa menciptakan
self esteem yg kita miliki sebagai turun.

4. Cara Meningkatkan Self Esteem


1. Kenali Diri Sendiri
Kita merupakan satu-satunya orang yg sangat mengenal diri kita sendiri.
Kenali lebih pada diri kita, cari memahami potensikita, & cari memahami jua
kekurangan kita. Kerahkanlah sekitaa energi & pikiran buat mengusut hal baru
2. Berhenti Membandingkan Diri
Jika kita merasa terdapat yg galat atau kurang menurut diri kita,
evaluasilah diri kita sendiri tanpa wajib membandingkannya menggunakan orang
lain. Membandingkan diri kita menggunakan orang lain hanya akan menciptakan
kita nir percaya diri & menurunkan self esteem.Fokuslah dalam diri kita sendiri.
Pikirkan bagaimana caranya supaya kita sebagai yg lebih baik. Boleh berakibat
orang lain menjadi acuan & motivasi, nakitan jangan membandingkannya
lantaran hanya menciptakan kita merasa lemah.
3. Memiliki Tujuan Hidup
Setiap orang niscaya mempunyai tujuan hayati yg berbeda. Memiliki
tujuan hayati ialah mempunyai planning jua. Dengan adanya hal itu kita akan
semangat buat mencapai tujuan hayati dan planning-planning yg kita
rancang.Semangat & agama dalam diri sendiri itu menciptakan self esteem
meningkat. Kita akan bangga menggunakan diri kita saat sekitaa sudah tercapai.

12
Oleh lantaran itu, memutuskan lah tujuan kita & gapailah menggunakan potensi
yg terdapat dalam diri kita.
4. Jalin Relasi yg Positif
Carilah sahabat yg bisa memotivasi & menghargai kita. Hindarilah buat
bergaul menggunakan orang yg toxic. Jangan hingga kita terjerukitas pada
interaksi pertemanan yg jelek, itu akan menciptakan kita kitadah nir percaya diri,
& kitadah mendengar istilah-istilah jelek menurut orang lain terhadap dirikita. Itu
akan mengakibatkan dalam turunnya self esteem. Oleh lantaran itu, sahabat yg
mempunyai sifat positif akan menaruh pengaruh yg positif jua buat kita. Mereka
akan selalu menaruh semangat & hal-hal suportif lainnya. Sehingga kita akan
semakin berkembang secara lebih baik lagi. Hal ini bisa menaikkan self esteem-
kita.
5. Terima Keadaan Diri
Memiliki kekurangan pada diri merupakan hal yg sangat wajar. Setiap
kekurangan tentunya akan terdapat kelebihan lain pada diri. Terimalah
menggunakan lapang dada. Pelajarilah hal lain, gali terus potensi kita supaya kita
sanggup menutupi kekurangankita menggunakan kelebihankita.Carilah motivasi
pada hidupkita, selalu kejar cita-citakita. Berikanlah yg terbaik buat dirikita
sendiri. Dengan kita semangat & percaya diri maka self esteem pada dirikita akan
meningkat. Tentunya kita akan semakin maju & sukses. Berdasarkan penelitian
yg terdapat, 85% orang mengalami depresi, trauma, stress, & hal ini sendiri bisa
terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, sangat krusial buat bisa mendapat diri
sendiri & mengelola emosi yg kita miliki. Pelajari caranya melalui kitab
Memahami & Mengelola Emosi.
6. Memiliki Sifat Positif
Memiliki sifat positif pada diri sendiri merupakan hal yg wajib. Sebab
misalnya istilah pepatah “apa yg kita tanam, itulah yg kita tuai”. Artinya
menggunakan mempunyai diri yg positif maka akan membentuk yg positif jua.
Selalu memotivasi dirikita sendiri menggunakan hal-hal baik. Ini akan menaikkan
semangatkita pada beraktivitas. Menjadi orang yg mempunyai sifat positif

13
tentunya akan mempunyai rekanan yg positif jua.Oleh lantaran itu, milikilah
selalu sifat positif. Tanamkan pada benak kita bahwa selalu terdapat kebaikan yg
berbalik bila kita berbuat baik pada luar sana. Dengan adanya jiwa yg hening &
positif tentunya akan menciptakan self esteem-kita meningkat.
KESIMPULAN
Self esteem adalah kebutuhan fundamental insan yg sangat bertenaga yg
menaruh donasi krusial pada proses kehidupan yg sangat dibutuhkan buat
perkembangan yg normal & sehat sebagai akibatnya mempunyai nilai buat
bertahan hidup. Kurangnya harga diri (self esteem) akan Mengganggu
pertumbuhan psikologis individu, lantaran self esteem positif berperan buat
menjalankan dampak berdasarkan imkitane system of concsciousness (sistem
kekebalan kesadaran) yg bisa menaruh perlawanan, kekuatan & kapasitas buat
regenerasi. Ada dua pilar self esteem yaitu Self efficacy & self respect yg jika
kurang galat satunya, maka harga diri akan terganggu. Faktor-faktor yg bisa
memengaruhi peningkatan self esteem anatara lain opini orang lain lantaran
umumnya opini orang lain terhadap diri kita ini mempunyai opini yg jelek & bisa
menurunkan agama diri kita, Pikiran Diri Sendir, Pola asuh masa mini lantaran
pola asuh saat kita mini merupakan hal yg krusial.Dan cara mempertinggi self
esteem yaitu menggunakan mengenali diri sendiri lantaran kita merupakan satu-
satunya orang yg sangat mengenal diri kita sendiri.
Berhenti Membandingkan Diri apabila kita merasa terdapat yg galat atau
kurang berdasarkan diri kita, evaluasilah diri kita sendiri tanpa wajib
membandingkannya menggunakan orang lain. Memiliki Tujuan Hidup, menjalin
rekanan yg positif lantaran sahabat yg mempunyai sifat positif akan menaruh
efek yg positif pula buat kita. Mereka akan selalu menaruh semangat & hal-hal
suportif lainnya. Sehingga kita akan semakin berkembang secara lebih baik lagi.
Hal ini bisa mempertinggi self esteem-kita. Lalu mendapat keadaan diri &
mempunyai Sifat Positif.

Daftar Pustaka

14
Branden, Nathaniel. (1981). The Psychology of Self Esteem. Toronto, New York,
London, Sydney: Bantam Books.

Corning, Alexandra F. (2002). Self-Esteem as a Moderator Between Perceived


Discrimination and Psychological Distress Among Women. K@ta: The
American Psychological Inc. 49 (1) pp. 117-146

Feist, Jess & J. Feist Gregory. (2008). Theories of Personality (Terjemah).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Murk, Christopher J. (2006). Self-esteem Research, Theory, and Practice: Toward


a Positive Psychology of Self-esteem. 3 rd Ed. New York: Springer Publishing
Company, Inc.

Krause, Kerri Lee; Bochner, Sandra; and Duchesne, Sue. (2006). Educational
Psychology for Learning ang Teaching. Australia: Nelson Australia Pty
Limited CAN 058 280 149 Trading as Thomson Learning Australia.

15

Anda mungkin juga menyukai