PROSPEKTIF
bermacam-macam jenis histologi yang terlahir dari jenis sel yang berbeda, seperti
epitel bronkial, bronkiolus, alveoli, atau kelenjar lendir bronkial. Alur medis dan
keberhasilan perawatan kanker paru-paru tergandung pada jenis histologi dari tumor
tersebut. Oleh karena itu, identifikasi yang akurat dari jenis histologi kanker dan
protein penanda yang tepat sangat penting untuk terapi yang memadai. Karena
adanya perbedaan yang besar dalam unsur molekul biologi dari jenis histologinya,
tidak mungkin mendeteksi kanker paru-paru tanpa pengetahuan tentang bentuk dan
asal sel yang berbahaya, yang melepaskan protein penanda tertentu kedalam aliran
darah. Sampai saat ini, berbagai panel yang berbeda dari unsur biomarkers telah
dari unsur tersebut yang mampu membedakan jenis kanker paru-paru belum
metode yang paling sering digunakan untuk membangun diagnosa yang tepat. Dalam
artikel ini, kami akan membahas perkembangan terbaru dari strategi berbasis aptamer
berfungsi sebagai elemen pengenalan molekul untuk deteksi tertutup dan pencarian
penanda gejala tumor terbaru. Disini akan kami jelaskan bagaimana oligonukleotida
sintetik yang kecil dan tunggal dapat digunakan sebagai penemuan biomarker kanker
dan dimanfaatkan untuk diagnosa yang akurat dan terapi yang memiliki target. Selain
itu, kami juga akan menjelaskan tentang biomarker kanker paru-paru terbaru dan
biomarker kanker paru yang paling sering digunakan dalam perawatan in clinic.
Biomarker tersebut memiliki kemampuan untuk membedakan antara jenis histologi
1. Pendahuluan
Kanker paru-paru adalah kanker yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dan
merupakan penyebab utama kematian karena kanker, dengan perkiraan 1,8 juta kasus
baru dan 1,6 juta kematian pada tahun 2012 [1-4]. Tingkat kelangsungan hidup
pasien yang menderita kanker paru-paru dalam lima tahun adalah sekitar 13-15 %
[5]. Diagnosa kanker paru-paru pada stadium lanjut merupakan faktor penentu angka
kematian karena metastasis dari paru-paru ke sistem saraf pusat telah diamati dalam
54% kasus [6,7]. Oleh karena itu, deteksi dini kanker paru-paru diperlukan untuk
dari perkembangan tumor serta ekspresi biomarker yang khas untuk kanker paru-paru
dan spesifik untuk semua jenis histologis dapat digunakan dalam diagnosa,
Kanker paru-paru adalah tumor paru-paru ganas yang dapat berasal dari epitel
bronkial, bronkiolus, alveoli, dan kelenjar lendir bronkial yang ditandai dengan
kemunculan gejala yang sama pasca perawatan, metastatis, dan berbagai jenis
baru dari tumor paru-paru. Dua tipe utama kanker paru-paru adalah Small-Cell Lung
Sekitar 80% dari kasus kanker paru-paru adalah NSCLC, yang memiliki beragam
fitur molekuler-biologis dan bentuk klinis dari kanker [8,9]: adenocarcinoma,
mukosa bronkus dan sekarang merupakan subtipe histologis yang dominan diantara
jenis kanker paru-paru lainnya [Gambar 2]. Kanker paru-paru squamous muncul dari
sel epitel bronkial yang dimodifikasi dan ditandai oleh salah satu fitur diferensiasi
antar sel. Karsinoma adenosquamous adalah tipe kanker yang mengandung 2 tipe sel:
sel squamous (tipis, sel-sel datar yang melapisi organ tertentu) dan sel yang mirip
kelenjar [9]. Karsinoma neuroendokrin sel besar adalah tumor epitel ganas, yang
terdiri dari sel poligon besar yang tidak menunjukkan bukti diferensiasi histologis
yang jelas. Termasuk kasus karsinoma neuroendokrin sel besar, karsinoma basaloid,
karsinoma seperti lymphoepithelioma, dan karsinoma sel jernih. Tumor muncul dari
sel neuroendokrin pada lapisan saluran pernapasan atau sel otot polos dindingnya.
Karsinoma sel besar adalah kelompok heterogen dari neoplasma ganas yang tidak
berdiferensiasi yang tidak memiliki fitur sitologi dan arsitektur karsinoma sel kecil
dan diferensiasi kelenjar atau squamosa. Karsinoma sel besar dikategorikan sebagai
Telah diketahui bahwa kombinasi unik dari faktor-faktor eksogen dan endogen
Oleh karena itu, kanker paru-paru, seperti penyakit onkologis lainnya, bersifat
heterogen. Dengan demikian, di samping berbagai jenis histologis, penyakit ini juga
memiliki banyak subtipe molekuler dan patologis yang ditandai dengan perubahan
genetik dan epigenetik seluler yang heterogen dan kombinasi yang berbeda dari
biomarker protein. Namun, saat ini, data tentang penanda protein dari subtipe
molekuler tipe histologis kanker paru-paru sangat terbatas, tetapi sejumlah besar
studi genetik yang mencerminkan kemungkinan mutasi tertentu pada gen telah
linier dari usia 3,7% (18-30 tahun) ke 18,5% (81-100 tahun), dan pada wanita bukan
perokok, kemungkinan mutasi lebih tinggi daripada pria [12,13]. Pada pria bukan
perokok, kemungkinan mutasi EGFR adalah lebih tinggi daripada yang merokok
[12].
Identifikasi tipe histologis kanker paru-paru yang benar dan tipe molekulnya
diperlukan karena strategi perawatan yang berbeda. Sel tumor dari setiap tipe
histologis melepaskan biomarker protein tertentu ke dalam aliran darah dan oleh
karena itu memainkan peran penting dalam kanker oogenesis. Penggunaan plasma
darah untuk menentukan asal dan sifat sel-sel ganas untuk diagnosa memerlukan
Saat ini, kanker paru-paru sebagian besar terdeteksi pada tahap akhir karena
gejala seperti batuk, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada. Sayangnya, tahap awal
penyakit ini sering terdeteksi hanya secara tidak sengaja. Radiografi dada dan
tomografi komputer adalah metode yang paling umum digunakan untuk diagnosis
tambahan untuk diagnosis dini. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk
ditentukan oleh persentase hasil analisis negatif sejati dalam kelompok orang sehat
dan pasien dengan penyakit jinak. Sayangnya, saat ini, 100% biomarker yang sensitif
dan spesifik belum ditemukan. Selain itu, beberapa biomarker khusus kanker juga
Untuk deteksi non-invasif dari biomarker kanker paru-paru, bahan biologis yang
dihembuskan, dahak, dan urin. Kondensat nafas yang dihembuskan adalah cairan
yang diterima dari saluran pernapasan yang terdiri dari sitokin, protein, dan DNA
[17]. Telah ditetapkan bahwa kandungan kondensat dari pasien kanker paru-paru
berbeda dari kondensat orang yang sehat, namun demikian, biomarker protein yang
spesifik belum terdeteksi. Sama halnya, dalam dahak, salah satu sumber biomarker
kanker paru-paru non-invasif yang paling menarik, penanda spesifik juga belum
terdeteksi [18].
biomarker karena puing seluler menembus ke dalam aliran darah dari tumor. Sebagai
hasilnya, darah dapat digunakan sebagai biopsi cairan invasif minimal. Darah adalah
matriks kompleks yang mengandung sirkulasi lipid, protein, RNAs, miRNAs, DNAs,
Biomarker terkait tumor adalah molekul biologis yang dapat dideteksi dan
dapat digunakan untuk membedakan proses normal dan patogen. Biomarker yang
ideal berasal dari sel-sel neoplastik, dalam jaringan yang sehat dan jinak, dan dapat
diidentifikasi oleh metode sederhana dalam bahan biologis yang tersedia (cairan
jumlah salinan, ekspresi RNA matriks), epigenetik (perubahan profil metilasi DNA),
proteomik (perubahan level dan profil ekspresi protein), metabolis (perubahan level
dan spektrum metabolit dengan berat molekul rendah), sirkulasi DNA dan RNA
dalam plasma darah, microRNAs eksosom (miRNAs), profil sintesis dan level dari
miRNAs, biomarker protein, sirkulasi sel tumor (CTCs), dan sel-sel endotel, stromal,
keganasan termasuk kanker paru-paru. Namun, dalam prakteknya, sistem ini sering
gagal dalam memberikan sensitivitas dan informasi nilai yang cukup untuk
CYFRA 21-1 masing-masing adalah 43% dan 89% [27]. Sensitivitas diagnosa
94% dengan spesifisitas yang rendah dan tingkat false-positif yang tinggi dalam
dari tumor dan metode populer lainnya, yang akan dibahas, yaitu pengayaan berbasis
berharga seperti perbedaan antara profil protein jaringan paru-paru normal dan
tumor. Dengan demikian, Kang dan rekan penulis menetapkan bahwa biomarker
[Gambar]
hanya 79% terkait stadim pertama dan kedua kanker paru [49]. Sensitivitas yang
rendah kemungkinan besar terkait dengan hilangnya sejumlah protein salinan rendah
yang ada dalam jaringan dan darah dalam jumlah yang sedikit.
Diagnosa awal dari kanker paru-paru dapat didasarkan pada deteksi dari protein
penanda dan autoantibodi yang khusus untuk setiap jenis kanker (50). Secara khusus,
mengungkap adanya kanker paru-paru stadium I. Hasil test darah mendeteksi gejala
awal kanker paru-paru pada penderita asimptomatik dengan spesifikasi yang lebih
tinggi dari hasil test berupa gambar (50). Level yang sama dari spesifikasi dan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Caroline J. Chapman (51). Sehingga, tingkat
yang penting terhadap metode standart untuk diagnosa awal dari kanker paru-paru.
kanker, belum ditemukan data yang menjelaskan tentang biomarker yang memiliki
tingkatan sensitivitas dan spesifikasi yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan:
Keberanekaragam jenis genetik dari tumor. 3. reproduksibilitas yang buruk dari hasil
test lab. 4. Rancangan penelitian yang buruk. 5. Konsentrasi yang rendah dari analisa
untuk setiap jenis histologi dari kanker paru-paru memerlukan pengetahuan yang
cukup tentang molekular target yang khusus. Ini menghasilkan kepentingan dari
kedua diagnosa dari kanker paru-paru dan identifikasi lebih jauh pada jenis histologi.
Pada saat ini, beberapa biomarkers digunakan untuk deteksi kanker paru-paru.
Bagaimanapun, variasi dari protein yang bisa berfungsi sebagai penanda tumor belum
Beberapa biomarkers yang sering digunakan secara medis seperti CEACAM, CYFRA
21-1 dan ProGRP memiliki konsentrasi yang rendah dalam serum, dan oleh karena
itu setiap biomarkers tidak dapat digunakan untuk diagnosa awal kanker paru-paru.
(52,53). Dengan demikian, mereka dapat digunakan sebagai paduan. Secara khusus,
kombinasi dari CEACAM dan CYFRA 21-1 dapat digunakan untuk deteksi
paru-paru dan orang yang sehat ditemukan dengan menggunakan panel CEACAM,
CA125, CYFRA 21-1 dan NY-ESO (cancer-testis antigen) (45). Penulis lain
menggunakan NSE (neuron specific enolase), CEACAM, dan CYFRA 21-1 untuk
protein), CEACAM, NSA dan CYFRA 21-1, telah meningkatkan akurasi diagnosa
kanker sampai 94,8% (42). William L. Bigbee dan rekannya menyarankan sebuah
(plasminogen activator, tissue type), EGFR, ERBB2 (erb-b2 receptor tyrosine kinase
2), CYFRA 21-1 dan serum APBA (2- dehydropantoate 2-reductase) untuk diagnosa
awal kanker dengan sesitifitas 77,1% dan spesifikasi 76,2% (80). Kombinasi dari
Sebuah kilasan tentang publikasi terbaru pada diagnosa awal kanker menunjukkan
bahwa kombinasi sebuah variasi biomarkers tumor dapat lebih berguna daripada
menggunakannya secara terpisah (82). Akan tetapi, belum ada komposisi untuk
mendeteksi kanker paru-paru pada tingkat awal atau sebelum memasuki tahap
bahaya.
kanker Paru-Paru
DNA atau RNA kecil tunggal (30-100 nt) oligonucleotides yang membentuk struktur
tiga dimensi yang mampu untuk mengikat target tertentu. Ikatan khusus dari aptamer
dasar, kemampuan dari interaksi elektrostatik dan van der waals dan membentuk
ikatan hidrogen (84). Aptamer sangat selektif dan mampu dengan cepat membedakan
perbedaan kecil diantara ribuan protein dan oleh karena itu, dapat digunakan dalam
terapi, pengaplikasian yang luas masih terbatas dikarenakan masalah dan ancaman
tenanga, dan belum ditemukan prosedur generasi aptamer yang otomatis dan bersifat
yang efisien untuk aplikasi vivo (hidup) dengan afinitas yang besar dalam sel dan
lapisan, yang stabil dalam aliran darah dalam waktu lama, dan yang memiliki
selektifitas yang tinggi serta reaktivitas silang yang rendah. Permasalahan ini, dapat
diatasi dengan membatasi pilihan dalam kondisi in vivo (dalam hidup) dan
yang diubah dan modifikasi kimiawi yang memunculkan kegunaan baru pada
pengeluaran dari aliran darah meelalui filtrasi renal, meningkatkan sirkulasi waktu,
pemisahan bio teknologi dan tingkat produksi teknologi pemeriksaan yang tinggi.
Seringkali, aptamers yang dihasilkan memiliki sifat yang berlawanan dengan protein
murni atau protein rekombinan serta tidak menunjukkan ikatan yang baik secara in
vivo dan terkadang memiliki reaktivitas silang (86,87). Aplikasi aptamer untuk
diagnosa dan terapi menjadi efektif ketika dipilih melawan target yang kompleks (
sel, virus, baktri, dll), tetapi identifikasi dari ikatan pasangan yang tepat terkadang
(cathepsin D)(61) VIM (vimentin), DEF (defensin) (62,88), ANXA2 (annexin A2),
ANXA5(annexin A5), H2B (H2B histone family member M), dan CLU (clusterin)
dalam lapisan kanker paru-paru dan plasma darah (89). ANX (annexin) dianggap
sebagai target dari terapi kanker payudara, kanker pankreas, dan laryngenal
carcinoma sendiri atau secara bersinergis (90). Ubiquitylated H2B dalam sel kanker
memainkan peran yang penting dalam keselamatan manusia (91). VIM, bagian
penting ditengah dari struktur kumpulan protein termasuk dalam permulaan kanker,
dapat dibedakan dengan baik dan dalam sel carcinoma raksasa (92,95). LMN dari
lamnina nuklir dapat memodulasi proliferasi, diferensiasi sel serta transisi dan
hidup patien yang sehat ataupun tidak sehat tergantung pada subtipe tumor yang
kemoterapi dari beberapa jenis kanker (100). Aktivasi DEF melalui EFGR dan jalur
signal downstream mempengaruhi migrasi dan proliferasi sel serta dapat dikaitkan
mengawali perkembangan paru-paru, dan oleh karena itu aptamer untuk penanda ini
dapat digunakan untuk mengisolasi CTC dari darah (62). Beberapa dari target kanker
ini ditemukan dalam plasma darah penderita dengan NSCLC dan SCLC dan bisa
dideteksi dengan sensor electrochemical berbasis aptamer (103). Sel kanker paru-
paru menunjukkan biomarkers yang samadan olehkarena itu, sesuai dengan aptamer
macam struktur tumor, seperti serat elastis, sel tumor, pembuluh darah, dan elastin,
yang memiliki peranan penting dalam pembentukan dan pertumbuhan sel kanker
(88).
profil proteome dalam skala yang besar, dalam volume contoh biologi yang kecil
dengan batas rendah untuk dideteksi, jarak luas dan dinamis, dan tingkat
reproduktifitas yang tinggi telah disarankan oleh Larry Gold dan Somalogic (104).
melibatkan protein dan meningkatkan jarak epitopes yang tersedia untuk pengikatan
konvensional (82).
kemungkinan percobaan level sensitivitas proteomic dari wujud tanda protein dalam
NSCLC menggunakan lapisan yang berdekatan dan jauh dari pembedahan (82). 36
protein dengan peralatan terbesar perubahan lipatan dalam bentuk protein contoh
lapisan antara tumor dan non-tumor telah disarankan seperti protein biomarkers dari
NSCLC dan diklasifikasikan dalam proses biologi yang berkaitan dengan tanda
dalam sistem yang menyerupai sandwich yang membutuhkan dua tipe antibodi yang
ketidakstabilan dari hubungan yang bergantung pada produksi dan jumlah. Aptamer
sintetik mengatasi batasan ini dengan sifatnya dalam kondisi yang sama hanya
aptamer secara kimiawi dengan berbagai label yang berbeda, kelompok aktif dan
nano partikel yang sangat penting untuk rancangan biosensor (105). Beberapa
aptamer merubah konformasinya setelah terikat pada target molekul. Target molekul
tidak dapat dicapai oleh antibodi (107). Sehingga, aptamer dapat digunakan secara
dunia mendemostrasikan tingkat sensitifitas yang tinggi untuk diagnosa kanker paru-
paru dalam beberapa sistem sensor seperti potensial unik untuk terapi yang
digunakan untuk mendeteksi sirkulasi sel tumor dalam darah (62) karakterisasi
struktur histologi adenocarcinoma paru paru (88), dan mendeteksi biomarker plasma
darah (103).
antitumor didalam sel; S13, S50 menahan proliferasi (111), LC 183 menekan
perkembangan sel kanker (113), dan R50 menyebabkan apostosis (112). Aptamer
mentargetkan ligand secara efektif; anti mucin-1 aptamer cocok untuk membawa
doxorubicin (114) dan plasmid DNA (115) kepada sel kanker dalam kebanyakan
dipilih dari a miRNA kepada sel A549, diproses oleh campurtangan mesin RNA, dan
meredam gen target let-7, sehingga menekan fungsi let-7g. Konjugasi ini mengurangi
chimera yang ditargetkan untuk terapi kanker paru-paru (118) dan penggambaran
Beberapa aptamer yang melawan sel SCLC memiliki afinitas dan spesifikasi
yang tinggi dalam berbagai macam format percobaan jenis sel dan jaringan tubuh
pasien. Konsugasi aptamers ini dengan nanopartikel magnetik dan fluoresen secara
efektif mengekstraksi sell SCLC dari media sel campuran untuk isolasi, pengayaan,
dan deteksi sensitif (108). Aptamer lain pada sel SCLC SBC3 dengan selektifitas
tinggi dapat digunakan dalam analisis mkroskopi fluoresen dan sitometri alur.
Selain banyak biomarker yang saat ini digunakan untuk deteksi kanker paru-paru
klinis, protein lain dari penanda tumor baru dan peran masing-masing juga diselidiki
(Table 2). Contohnya, CEA (Carcino Embryonic Antigen) adalah glikoprotein 180-
kDa serta antigen karsinoembrionik dari perkembangan embrio pada janin, selain itu,
pasien dengan semua jenis kanker paru-paru (figures 5) [48, 79]. CEA terlibat dalam
adhesi sel dan proses modulasi [57]. Hasilnya, tumor dengan ekspresi CEA yang
tinggi memiliki potensi metastatis yang tinggi, yang diakibatkan oleh adhesi sel-sel
tumor dan pembuluh karena CEA terlibat di dalam interaksi sel-sel yang homogen
(sama) dan heterogen [72]. Tingkat CEA yang tinggi di dalam serum juga
akan sangat berguna untuk menilai informasi prognostik tentang bahaya kemunculan
gejala yang sama dan kematian akibat kanker paru-paru [76,124]. Terpenting,
tingkatan CEA tidak berkorelasi dengan tahapan dari penyakit tersebut [72].
SCLC muncul dari sistem APUD sel neuroendokrin (serapan prekursor amina dan
sistem dekarboksilasi) [67] dan dua fitur biologis utama sel ini — produksi dari L-
(figure 5a). Decarboxylase L-DOPA adalah pengkodean gen untuk enzim yang
mengkatalisasi biosintesis dari dopamin pada manusia [125]. NSE adalah isoenzim
spesifik neuron glikolitik enolase dengan dua polipeptida 39-kDa yang hampir
identik diproduksi di neuron sentral dan perifer serta tumor ganas yang berasal dari
peptide). Tingkat ProGRP yang tinggi ditemukan di dalam darah pasien dengan
SCLC dan kanker tiroid meduler (>200 pgmL-1). Plasma darah orang sehat dan
pgmL-1 dan 45-10(3) pgmL-1. ProGRP memiliki organ khusus dan tidak terkorelasi
dengan tahapan kanker paru-paru. ProGRP lebih spesifik dari pada NSE; akan tetapi,
penggunaan biomarker ini untuk penelitian yang lebih jauh begitu rumit karena
identifikasinya yang tidak stabil dan sulit. Sensitivitas dan spesifisitas ProGRP
sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah — 64% dan 43%. Namun, 27% pasien
dengan SCLC pernah mengalami peningkatan NSE dan tingkat yang normal untuk
ProGRP. Menurut data tersebut, deteksi simultan dari ProGRP dan NSE seharusnya
Kanker paru-paru skuamosa muncul dari modifikasi sel epitel bronkial. Salah satu
dari karakteristik kanker ini adalah tingginya tingkat subunit sitokeratin CK-19 yang
terfragmentasi — CYFRA 21-1 (figure 5b). CK-19 adalah komponen protein dari
serat antara sel epitel [126]. Level CYFRA 21-1 ditingkatkan selama proses
pengganasan sel epitel normal. CYFRA 21-1 diekspresikan dengan sangat baik dalam
serum pasien dengan bentuk metastasis kanker paru-paru skuamosa. Di lain sisi,
Protein spesifik lainnya untuk kanker paru-paru skuamosa adalah SCCA (Squamous
Cell Carcinoma Antigen), sebuah protein 48-kDa yang ditemukan dalam peningkatan
dari protease serin seperti manusia CELA (chymotrypsin), CAPN1 (calpain 1), dan
CTSL (cathepsin L) [129]. Protein tersebut juga dapat menghambat apoptosis sel
9.3) Adenokarsinoma
Adenokarsinoma muncul dari sel kelenjar mukosa bronkial dan ekspresi dari
pada identifikasi dari mutasi penanda molekul, khususnya EGFR, ERCC (protein
lymphoma kinase receptor tyrosine kinase) [78]. Belakangan ini, protein PSF3 (DNA
san” kompleks, yang diambil dari huruf awalan pada angka dalam bahasa Jepang 5-1-
2-3) terdiri dari SLD5 (Systemic RNA Interference Defctive Protein 5), PSF1 (GINS
complex subunit 1), PSF2 (GINS complex subunit 2), dan PSF3 (GINS complex
subunit 3). Kompleks ini terkait dengan protein, yang pada gilirannya mengatur
inisiasi dan perkembangan replikasi DNA [132]. Sampai saat ini, ekspresi berlebih
dari PSF3 dalam adenokarsinoma telah ditunjukkan dengan jelas, yang menuntun kita
untuk menyimpulkan bahwa levelnya harus lebih tinggi dalam plasma darah. Namun,
data pada level PSF3 dalam darah belum ada dilaporkan. Selain biomarker ini,
diketahui menggunakan aptamer, seperti LMN (lamin) dan VIM (vimentin), DEF
(neutrophil defensin) dan TUB (tubulin), ACT (cytoplasmic actin), CTSD (cathepsin
D), CLU (clusterin), NCL (nucleolin), dan MUC1 (mucin-1). Berdasarkan data yang
Karsinoma sel besar adalah tumor epitel ganas yang terdiri dari sel-sel poligonal
besar yang tidak menunjukkan adanya bukti nyata perbedaan histologis. Karsinoma
berdiferensiasi, polimorphic, dan sering bersel dua atau lebih. Data spesifik
skuamosa dan adenokarsinoma secara bersamaan. Oleh karena itu, dia memiliki
telah dipelajari, data menunjukkan bahwa level biomarker tersebut pada darah pasien
dengan tipe histologis kanker paru yang berbeda sangat bervariasi. Tabel 4
ditemukan dalam plasma darah pasien dengan NSCLC, SCLC, dan orang yang sehat.
Dua tipe utama biomarker protein histologis dari NSCLC, kanker paru-paru
darah telah dibandingkan dengan kelompok kontrol sehat dan dirangkum dalam tabel
5.
Dengan demikian, analisis dari biomarker klinis telah menunjukkan bahwa kegunaan
dari keenam biomarker protein yang paling spesifik tersebut dapat membantu
Keragaman fenotipik yang besar dari tiap tipe histologis kanker paru-paru dan tidak
adanya biomarker yang memiliki spesifik dan sensitif yang tinggi mempersulit
diagnosa kanker paru-paru. Panel dari berbagai biomarker baru-baru ini telah
diterapkan dan menjadi sangat populer karena teknik ini dapat meningkatkan deteksi
awal kanker paru. Dalam ulasan ini, kami menyarankan penggunaan dari panel yang
terdiri dari delapan biomarker tumor yang terkait — CEA, CYFRA 21-1, ProGRP,
CEA, PSF3, MUC, SCCA, dan SST — yang dapat memudahkan kita membedakan
antara tiap-tiap kanker paru-paru histologis dan untuk menentukan nilai metastatis.
seperti LMN dan VIM, DEF dan TUB dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker