Anda di halaman 1dari 21

Untuk mengetahui kebutuhan perawat dalam sebuah rumah sakit dapat menggunakan berbagai

pilihan metode. Berikut ini macam metode yang dapat digunakan dalam menghitung kebutuhan
tenaga perawat :

1. Metode Rasio

2. Metode Need

3. Metode Douglas

4. Metode Demand

5. Metode Gillies

6. Metode Swandsburg

7. Metode Nina

8. Metode Hasil Lokakarya Keperawatan

9. Metode Hasil Workshop Perawatan di Ciloto

10. Metode Standar Ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit

Berikut ini keterangan masing masing metode perhitungan keperawatan

1. Metode Rasio

Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah
sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal
terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya
digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang
ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :

Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT


A& B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan Disesuiakan Disesuiakan Disesuiakan

Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun
meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai
dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

2. Metode Need

Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan
memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih
dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit.
Diskripsi tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien. Misalnya saja untuk klien yang
berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan
perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian
dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. (Hudgin’s 82).

Menurut Hundgins (1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien adalah sebagai
berikut :

3. Metode Douglas

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat
inap sebagai berikut :

1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 – 2 jam/24 jam

2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu : 3 – 4 jam/24 jam

3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 – 6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah sebagai
berikut :

Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan
biasanya ringan dan simpel.

Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::


1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri

2. Makan dan minum dilakukan sendiri

3. Ambulansi dengan pengawasan

4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)

5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan

Kategori II : Intermediet Care / Perawatan Sedang(Partial)

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan. memberi dorogan agar
mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar
mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda
vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60
menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.

Asuhan keperawatan parsial mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali

3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat /
dihitung.

5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur

Kategori III : Intensive Care / Perawatan Total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat penampian
sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.

Asuhan keperawatan total mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Semua keperluan pasien dibantu

2. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam

3. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena


4. Dilakukan penghisapan lender (suction)

5. Gelisah / disorientasi.

Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan
malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien :

Klasifikasi Pasien
No Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1.08 0,90 0,60
dst

Sumber : Dauglas (1984)

Berdasarkan derajat ketergantungan, identifikasi jumlah pasien yang dirawat dilakukan dengan
mengikuti panduan sebagai berikut :

1. Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang
sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format klasifikasi
pasien berdasarkan derajat ketergantungan

2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi 3


kriteria)

3. Pasien dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda (I) pada
kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui beberapa jumlah pasien
dengan klasifikasi minimal, parsial dan total.

4. Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.

4. Metode Demand

Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Konversi Kebutuhan Tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.

Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk Ruang Gawat Darurat dibutuhkan waktu
sebagai berikut :

* Untuk Kasus Gawat Darurat : 86,31 menit à 87 menit

* Untuk Kasus Mendesak : 71,28 menit à 71 menit


* Untuk Kasus Tidak Mendesak : 33,69 menit à 34 menit

Menurut Depkes Filipina (1984) kebutuhan pasien adalah sebagai berikut :

Rata-rata jam perawatan/


Jenis Pelayanan
pasien/hari
Non Bedah (Interna) 3,4 jam
Bedah 3,5 jam
Campuran Bedah dan Non Bedah (Interna) 3,5 jam
Post Partum 3,0 jam
Bayi Baru Lahir 2,5 jam
Anak – anak 4,0 jam

Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981 adalah sebagai berikut :

 Level I (Minimal) : 3,2 jam.

 Level II (Intermediate) : 4,4 jam.

 Level III (Maksimal) : 5,6 jam.

 Level IV (Intensif Care) : 7,2 jam.

Catatan : BOR = * PT * TT

5. Metode Gillies

6. Metode Swandsburg

7. Metode Nina

8. Metode Hasil Lokakarya Keperawatan

9. Metode Hasil Workshop Perawatan di Ciloto

10.Metode Standar Ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit

Tentang iklan-iklan ini

ENGELOLAAN TENAGA KEPERAWATAN

PENGELOLAAN TENAGA KEPERAWATAN


( REKRUT SELEKSI ORIENTASI PENGEMBANGAN PENJADWALAN
KLASIFIKASI DAN PERENCANAAN )

PENDAHULUAN
Kita ketahui bahwa pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan
mempunyai peran yang besar dalam pencapaian mutu citra dan efisiensi pelayanan kesehatan di
RS, karena selain merupakan tenaga profesi yang terbanyak jumlahnya di setiap RS juga sebagai
tenaga profesi yang memberi pelayanan selama 24 jam terus menerus di sisi pasien, sehingga
pengelolaan tenaga keperawatan mutlak perlu dilaksanakan dengan baik.
Mengingat kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang perawatan, maka
peningkatkan mutu pelayanan keperawatan diperlukan dukungan sumber daya manusia
keperawatan yang mampu mengemban tugas untuk mempertahankan kualitas pelayanan dan
asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus, serta mampu mengadakan perubahan.
Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya rekrut, seleksi,
orientasi,pengembangan, penjadwalan serta klasifikasi dan perencanaan tenaga keperawatan
yang diatur dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip dalam sistem pengelolaan dan
pendayagunaan tenaga keperawatan.

HAKEKAT KETENAGAAN
Adalah pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi dan pengembangan sumber
daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya untuk tercapainya tujuan individu,
organisasi maupun komunitas dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagaan sangat dipengaruhi oleh falsafah yang dianut
oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga. Misalnya: Pandangannya tentang
motivasi kerja, konsep tentang tenaga keperawatan, dsb.
Dari pandangan dasar tersebut akan terbentuk pola ketenagaan yang sesuai dengan
gambaran pimpinan.

1. Rekrut tenaga dan seleksi


Menerima pegawai adalah tugas yang sulit dan dapat menyebabkan kecemasan, tetapi
juga merupakan kesempatan penting utuk mengadakan perubahan dan pengembangan staf.
Ketenagaan memerlukan koordinasi antara bagian personalia dan pelayanan keperawatan,
biasanya bagian personalia mengadakan tenaga keperawatan sesuai dengan permintaan yang
diajukan oleh bagian keperawatan. Langkah pertama pada rekrut tenaga adalah menstimulasi
calon untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak hanya segi
teknis kualifikasi tetapi juga kwalitas individu harus sesuai dengan pekerjaan, susunan dan
tujuan organisasi. Usaha rekrut tenaga jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan seleksi
yang tidak memuaskan.
Selain itu penempatan tenaga perlu diperhatikan, karena penempatan yang tepat akan
menciptakan kondisi kerja yang efisien.

Yang perlu diperhatikan


a. Profil karyawan keperawatan pada saat itu.
b. Program rekruting
c. Metode rekruting
d. Program pengembangan tenaga baru
e. Prosedur penerimaan
 Seleksi : - kualifikasi dasar seleksi
- proses seleksi
 Prosedur lamaran
Syarat yang harus dipenuhi
a. Data biografi
Berisikan riwayat personal calon, latar belakang pendidikan, riwayat dan pengalaman
bekerja dan data lain yang dapat dipakai.
b. Surat rekomendasi/referensi dari perusahaan/instansi sebelumnya dimana calon bekerja.
c. Wawancara .
Tujuan wawancara untuk memperoleh informasi, memberi informasi dan menentukan
bila calon memenuhi persyaratan untuk posisi itu.
d. Psycho-test : Test ini untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan, bakat, sikap umum, dll.

2. Orientasi, pengembangan dan penghargaan


1) Orientasi :
* Orientasi institusi :
 -Misi rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik RS/organisasi.
 Struktur dan kepemimpinan.
 Kebijakan personalia
 Evaluasi kerja, promosi, cuti, dsb.
 Perilaku yang diharapkan.
 Pengembangan staf dan program pembinaan yang ada
 Hubungan antara karyawan dan hubungan dengan pimpinan
* Orientasi pekerjaan :
 Memahami tujuan bagian keperawatan dan bagaimana tujuan diterjemahkan dalam job deskripsi
 bagaimana tujuan keperawatan hubungannya dengan tujuan individu
 Menciptakan hubungan interpersonal.
 Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan kebijakan yang ada
 Orientasi tempat, fasilitas dan perlengkapan yang ada
 Menjelaskan job deskripsi yang ada sesuai dengan tugas dan posisi yang diberikan.

2). Pengembangan :
Pengembangan tenaga baru berlaku sesudah orientasi untuk melanjutkan edukasi secara
bebas untuk mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang. Hal ini berhubungan dengan
esthetika, teknis dan pendidikan profesional.
3). Penghargaan :
a. Promosi : kenaikan pangkat
-Suatu reward individu yang berprestasi atau kesempatan pengembangan.
-Senioritas
Manfaat :
 Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi
 menciptakan keseimbangan
 memotivasi
b. Mutasi : Pemindahan dari pekerjaan / jabatan satu ke pekerjaan/ jabatan lain.
Tujuan:
 Pengembangan
 Mengurangi kejenuhan
 Reorganisasi
 Memperbaiki penempatan yang kurang cocok
 Memberi kepuasan kerja
 Kondisi kesehatan.

4). Hambatan dalam ketenagaan

a. kemangkiran/absen
Merupakan kehilangan waktu yang berakibat kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi
instansi.
Prosentase absen:
jumlah hari kerja yang hilang
---------------------------------------- X 100
jumlah hari kerja efektif

Faktor absen :
 tempat tinggal jauh
 kelompok karyawan yang banyak
 sakit

Pola absensi :
 sering  pendek-pendek
 jarang  panjang
 hari - hari tertentu

Cara mengurangi absen:


 sistem pencatatan
 kunjungan rumah
 kesejahteraan karyawan
 meningkatkan kondisi tempat kerja
 swasana kerja
 sistem penghargaan
b). Keluar masuknya tenaga ( Turn- Over )
Perhitungan :
rata-rata turn-over per tahun:

jumlah tenaga yang keluar


------------------------------------- X 100
jumlah tenaga di unit

Mengurangi turn-over :
 pada proses penerimaan karyawan
 peningkatan penugasan
 perubahan job - deskripsi
 pengembangan

c). Kejenuhan ( Burn - Out)


Keadaan dimana individu merasa dirinya semakin kurang kemampuannya, kerja keras
kurang produktif.
Sebab :
 peran dan fungsi kurang jelas
 merasa terisolasi
 beban kerja berlebihan
 terlalu lama pada suatu bagian

3.Pengembangan Staf

Tujuan :
Membantu individu meningkatkan diri dalam pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman
dibidangnya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan, program pelatihan, dsb.
Aktifitas pengembangan ini dibuat untuk keuntungan individu perawat dan meningkatkan
produktifitas /pelayanan.
Macam pengembangan :
Sesuai dengan kebutuhan, baik training maupun pendidikan yang bermanfaat untuk
pekerjaan dan pengetahuan, ketrampilan serta sikap perawat.
Kegiatan ini meliputi :
 Introduksi training untuk karyawan baru
 Orientasi
 In - house education / on - the job training
 Pendidikan berkelanjutan formal dan non formal.
Pengaturan :
 Di rumah Sakit yang besar mempunyai bagian tersendiri yang mengkait pada bagian personalia .
 Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat

4 Penjadwalan

Penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal / unit tertentu.
Didalam penjadwalan pimpinan mempertimbangkan pertanyaan sbb:
1. Untuk berapa lama jadwal disiapkan
2. Hari apa kalender penjadwalan dimulai
3. Hari libur mingguan dapat dipecah atau beruntun
4. Berapa lama waktu kerja maksimum dan minimum
5. Berapa lama sebelumnya dapat mengajukan hari libur mingguan atau cuti tahunan
6. Berapa lama sebelumnya jadwal sudah dapat dilihat oleh staf
7. Berapa lama ada pergantian / rotasi shift
8. Apakah tenaga extra ( part-time) akan dimanfaatkan, kalau ya, bagaimana ketentuan ratio secara
ekonomis antara tenaga full time dan part time
9. Bagaimana penjadwalan disusun sentralisasi oleh kepala rawat inap, supervisor/penyelia atau
kepala ruangan
10. Bagaimana menciptakan, komunikasi terbuka antara staf dan pembuat jadwal.

Untuk mengurangi waktu menyusun jadwal dinas dapat digunakan jadwal siklus, yaitu
jadwal dinas dan shift yang disusun berdasarkan ramalan dan pola ulang dengan jumlah yang
sama. Kombinasi tenaga dan kelompok yang sama.

Prinsip-prinsip penjadwalan yang efektif

1. Penjadwalan siklus harus menunjukkan keseimbangan antara kebutuhan institusi akan tenaga
dan kebutuhan kerja dengan rekreasi karyawan
2. Penjadwalan siklus harus mencakup hari kerja yang mengenakan dan yang tidak mengenakan
serta jam kerja yang adil antara karyawan
3. Semua karyawan ditugaskan sesuai pola siklus
4. Bila jadwal sudah dibuat, penyimpangan hanya dapat dilakukan melalui surat permohonan
5. Metode ini harus dikenal sebelum diterapkan dan jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk
setiap unit dan shift
6. Pola ini meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dan mengembangkan
kerja tim

Penyebab Over Staf :

1. Frekwensi dan fariasi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya pada sensus pasien
2. Kecenderungan pimpinan membuat kompensasi untuk variasi sensus dengan penghitungan
tenaga yang diambil dari sensus maksimal
3. Keluhan pasien tentang pelayanan
4. Delegasi untuk diagnostik dan terapi yang seharusnya merupakan beban dokter

Penanggulangan tenaga :
Yaitu mengontrol variasi ketenagaan antara lain dengan kombinasi jam dinas tenaga lepas
( flosting) dan pemerataan / leveling tenaga.

Pertukaran dinas dan Rotasi :

Pertukaran dinas merupakan hal yang umum dalam menugaskan staf ruangan. Namun
demikian pertukaran ini dapat menimbulkan stress bagi staf. Karena manusia membutuhkan
waktu adaptasi terhadap perubahan lingkungan, waktu pagi, siang atau malam. Ritme tubuh
membutuhkan waktu adaptasi. Maka pertukaran dinas/rotasi jarak pendek akan semakin
menimbulkan stress.
Shift yang tetap, membebaskan / mengurangi stress. Peluang untuk memilih dinas yang
cocok dengan pola kehidupan perawat “tanpa merugikan pelayanan” di ruangan memberikan
manfaat :
1. Perawat dapat menyusun pola hidup dalam keluarga, dapat terlibat pada aktifitas sosial atau
melanjutkan/ meningkatkan pengetahuan, sekolah formal, non formal.
2. Kepala ruang akan lebih mudah mengewaluasi, karena waktu cocok dan dipilihnya sendiri dan
diharapkan dapat bekerja lebih baik.
Rotasi dalam grup / shift tetap bermanfaat agar staf dapat memahami ruang lingkup kerja
dalam shift yang berbeda-beda sehingga dapat menghargai setiap shift.

Macam-macam Cara Dinas

1. 7 jam/ shift : dengan 6 hari kerja = 40 jam / minggu


2. 8 jam /shift : dengan 5 hari kerja = 40 jam / minggu
3. 10 jam/ shift : dengan 4 hari kerja = 40 jam / minggu

Untuk 10 jam/shift kurang populer di Indonesia, karena negara tropis, kurang efektif.

5. Perencanaan tenaga
Kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang perawatan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diperlukan dukungan sumber daya
manusia keperawatan yang mampu mengemban tugas untuk mempertahankan kualitas pelayanan
dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus, serta mampu mengadakan perubahan.
Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya klasifikasi pasien dan perencanaan
tenaga keperawatan, baik jumlah maupun klasifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan sistem
pengelolaan tenaga keperawatan yang ada.

Klasifikasi /Kategori Pasien


Klasifikasi pasien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan akan perawatan
selama 24 jam terus menerus, sehingga dapat menentukan kebutuhan tenaga.
Ada beberapa kategori pasien dan jam perawatan yaitu sbb :
Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981:
Level I ( minimal ) = 3,2 jam
Level II ( intermediate ) = 4,4 jam
Level III ( maksimal ) = 5,6 jam
Level IV ( intensif-care ) = 7,2 jam
Menurut Hanson :
Kategori I : Self Care
Biasanya membutuhkan waktu 1 - 2 jam dengan waktu rata-rata
efektif, 1,5 jam / 24 jam.
Kategori II : Minimal Care
Biasanya membutuhkan 3 - 4 jam dengan waktu rata-rata efektif
3,5 jam / 24 jam.
Kategori III : Intermediate Care
Biasanya membutuhkan 5 - 6 jam dengan waktu rata-rata efektif
5,5 jam / 24 jam.

Kategori IV : Modified Intensive Care


Biasanya membutuhkan 7 - 8 jam dengan waktu rata-rata efektif
12 jam / 24 jam.
Kategori V : Intensive Care
Biasanya membutuhkan 10 - 14 jam dengan waktu rata-rata efektif
12 jam / 24 jam.

Menurut Douglas (1984)


Klasifikasi derajat ketergantungan pasien ada 3 kategori, masing-masing memerlukan waktu :
perawatan minimal : 1-2 jam / 24 jam
perawatyan intermediet : 3-4 jam/24 jam
perawatan maksimal/total : 5-6 jam/24 jam
Klasifikasi pasien menurut Douglas dengan kriteria sebagai berikut:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Ambulasi dengan pengawasan.
c) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
d) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
Folley catheter/intake output dicatat.
e) Klien dng pemasangan infus,persiapan pengobatan memerlkan prosedur
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam dengan kriteria :
a) Segalanya diberikan/dibantu.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
c) Makan memerlukan ngt, menggunakan terapi intravena.
d) Pemakaian suction.
e) Gelisah, disorientasi.

Depkes (2002):
Klasifikasi ketergantungan pasien ada 4 kategori, masing-masing memerlukan waktu :
asuhan keperawatan minimal : 2 jam / 24 jam
asuhan keperawatan sedang : 3,08 jam/24 jam
asuhan keperawatan agak berat : 4,15 jam/24 jam
asuhan keperawatan maksimal : 6,16 jam/24 jam

Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002:

1) Asuhan keperawatan minimal :


a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

2) Asuhan keperawatan sedang :


a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

3) Asuhan keperawatan agak berat :


a) Sebagian besar aktifitas dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.
c) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.
d) Terpasang infuse.
e) Pengobatan lebih dari sekali.
f) Persiapan pengobatan perlu prosedur

4) Perawatan maksimal :
a) Segala aktifitas diberikan perawat.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
d) Penggunaan suction.
e) Gelisah/disorientasi

Menurut Departemen Kesehatan Filipina th. 1984


a. Jam pelayanan keperawatan rata-rata per pasien dalam 24 jam adalah :
interne 3,4 jam
Bedah 3,5 jam
Campuran bedah dan interne 3,4 jam
Post partum 3 jam
Bayi 2,5 jam
Anak-anak 4 jam
Proporsi rata-rata perawat yang dibutuhkan :
40 % non-profesional
60 % profesional.

kebutuhan tenaga keperawatan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan :
1). Faktor klien
 tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan perawatan
 tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia maupun faktor spesifik
 jumlah klien dan fluktuasi (turun-naiknya)
 keadaan sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatannya
 harapan klien dan keluarganya

2). Faktor tenaga/staf


 jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
 kebijakan pengaturan dinas
 peran, fungsi dan tanggung jawab perawat
 kebijakan personalia
 tingkat pendidikan dan pengalaman karyawan
 kelangkaan tenaga perawat spesialis
 sikap ethis para professional

3). Faktor lingkungan


 tipe dan lokasi rumah sakit
 lay out ruang keperawatan
 fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan
 kelengkapan peralatan medis / diagnostik
 pelayanan penunjang dari bagian lain : laboratorium, rontgen, farmasi,dll.
 pelayanan penunjangan dari instansi lain. Contoh : PMI
 macam kegiatan yang dilaksanakan : penyuluhan, kunjungan rumah dll.

4). Faktor Organisasi


 mutu pelayanan
 kebijakan pembinaan dan pengembangan

Rumusan Perhitungan :
1). Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 :
Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan seluruh RS
Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS dibanding dengan jumlah perawat.
Rumah sakit kelas/tipe A,B,C perbandingan sbb.:
Jumlah tenaga perawat : jumlah tempat tidur =
RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur

2). Menurut Gillies (1982)

TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/ tahun .


Jumlah jam kerja perawat/th x jam kerjaperawat/hari

Kebutuhan tenaga perawat dirumuskan perhitungan sebagai berikut :

Atau :

Tenaga Perawat (TP)= A x B x 365


(365-C)x jam kerja /hari
Keterangan :
A : jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B : sensus harian (jumlah pasien) → BOR x Jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur
365 :jumlah hari kerja selama 1 tahun

3). Menurut Depkes (2002)


Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.
a. Rawat inap dewasa
b. Rawat inap anak / perinatal
c. Rawat inap intensif
d. Gawat Darurat (IGD)
e. Kamar bersalin
f. Kamar operasi
g. Rawat jalan.

Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga =jumlah jam perawatan di ruangan/hari


jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:
Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.

Loss Day=jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besarxkeb.tenaga


Jumlah hari kerjaefektif/th

Tugas non keperawatan =(kebutuhan tenaga +loss day)x 25%

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan diperkirakan 25% dari


jumlah tenaga keperawatan .

Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhantenaga + faktor koreksi(loss day+tugas


non kep.)
4).Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan setiap shift klien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga (1/3) untuk perawat
yang libur atau cuti. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan
untuk setiap shift jaga seperti pada formula berikut:
Formula berdasarkan
klasifikasi ketergantungan klien (Douglas 1984)
Waktu klasifikasi Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
0.36 0.30 0.20

CONTOH ;
Diketahui jam efektif Ruang rawat inap sebesar 3,5. BOR Jan.– Des.2005 sebesar 69,5%,
libur minggu 52 hr,cuti 12 hr,libur nasional 18 hr, kapasitas tempat tidur 25.
1. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Gillies:
TP = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
Jumlah jam kerja perawatan per tahun x jam kerja perawat per hari

TP = (jam efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur) x 365


(365 – jumlah hari libur) x jam kerja per hari
TP = 3,5 x (69,5% x 25) x 365
( 365 – 82) x 7

= 3,5 x 17,4 x 365


283 x 7
= 22228,5 =11,2  11 orang
1981
Jadi kebutuhan tenaga menurut Gillies = 11orang + 1 Ka ruang = 12 orang.
2. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Depkes 2002:
Kebutuhan Tenaga Perawat Jaga Menurut Klasifikasi Pasien
di Ruang rawat inap
No Rata2 jml jam Jumlah jam
Klasifikasi pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari

1 Minimal 6 2 12
2 Sedang 9 3.08 27,72
3 Agak berat 2 4.15 9,3
4 Maksimal 1 6.16 6,16
Jumlah 18 55,18
Sumber: Data primer Ruang Rawat

Jumlah jam perawatan di ruangan per hari = 55,18


Jumlah jam kerja perawatan per sift =7
Maka kebutuhan tenaga perawat = 55,18 = 7,88
7
Faktor koreksi :
Loss Day = 52 + 12 + 18 = 72 X 7,88 = 567,36 = 2,04
365-82 283 283
Tugas non keperawatan : (7,88 + 2,04 ) 25% = 2,48
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan:
7,88 + 2,04 + 2,48 = 12,4 - 13 0rang
3. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Douglas
Penghitungan Tenaga Menurut Dauglas
di Ruang Ruang Rawat Inap
Klasifikasi Rata-rata jumlah pasien Juli 2005
P S M
Minimal 7x0.17 =1,19 6x0.14 =0.84 6x0.07 =0.42
Intermediate 11x0.27 =2,97 8x0.15 =1,2 8x0.10 =0,8
Maksimal 3x0.36 =1,08 3x0,30 =0,90 3x0.20 =0,60
Jumlah 5,24 2,94 1,82
Sumber: Data Primer Ruang Rawat Inap
Berdasarkan hasil perhitungan menurut Douglas maka:
Jumlah perawat : 5,24 + 2,94 + 1,82 = 10 perawat
Perawat libur/cuti = 1/3 x 10 = 3,33 orang
Kepala ruang = 1 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah =10+3,33+1= 14,33 15 orang
Cara Menghitung Jumlah Kebutuhan Perawat :
Disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit, yaitu dengan menentukan :
a. Analisa kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
b. Jumlah jam perawatan efektif pasien tertentu selama 24 jam.
c. Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun.
d. Penggunaan tempat tidur rata-rata.(BOR)
e. Jumlah jam kerja perawat per hari

Berdasarkan Perhitungan di atas maka kebutuhan kuantitatif tenaga


keperawatan dapat dihitung sbb :
a. Jumlah pasien rata-rata per hari kali rata-rata jam perawatan dalam 24
jam (jam efektif) dikalikan jumlah hari dalam 1 tahun adalah merupakan
jumlah jam perawatan yang dibutuhkan selama 1 tahun.
b. Hari kerja efektif dikalikan jam kerja sehari merupakan jumlah jam
kerja perawat dalam 1 tahun.
c. Tenaga yang dibutuhkan adalah jumlah jam perawatan dalam 1 tahun dibagi jumlah jam kerja
perawat dalam 1 tahun ( a : b).

Cara Menentukan Ketenagaan Yang Tepat :


1. Melakukan survey untuk tiap pasien dibangsal untuk 10 - 15 hari tetapi tidak dilakukan dengan
hari yang berurutan untuk mencegah pengulangan pada pasien yang sama. Tujuan untuk
menentukan jumlah pasien yang memerlukan :
- perawatan maksimal / komplet
- perawatan partial / sebagian / sedang
- perawatan minimal / mandiri.
2. Membuat kumpulan data dari pasien yang mencakup tindakan keperawatan yang langsung dan
tidak langsung dalam 24 jam.
 berapa kali dilakukan dalam 24 jam
 berapa lamanya waktu yang digunakan dalam tiap kegiatan, yang bertujuan untuk mengetahui
macam perawatan apa yang dibutuhkan oleh pasien apakah perawatan maksimal, partial atau
minimal.
3. Membuat kumpulan data dari kategori perawat yang melaksanakan kegiatan itu dengan jumlah
waktunya.
4. Hitung jumlah jam yang dipakai untuk tiap aktivitas dalam tiap waktu dinas ( pagi, sore,
malam ) menurut kualifikasi pasien.
5. Golongkan aktivitas / kegiatan keperawatan kedalam 2 bagian : professional dan non-
professional.
6. Setelah menghitung tenaga yang dibutuhkan maka perlu tambahan waktu untuk pengembangan.

KESIMPULAN
Pengelolaan tenaga keperawatan adalah hal yang mutlak harus dilakukan oleh setiap
pinpinan keperawatan untuk mendukung tercapainya hasil kerja atau kinerja yang optimal secara
efisien dan efektif dalam rangka peningkatan dan mempertahankan kualitas pelayanan dan
asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus. Untuk itu setiap pengelola keperawatan harus
mampu memahami dan dapat menerapkan berbagai peraturan pengelolaan tenaga keperawatan
dengan baik, sehingga dapat diperoleh selain kinerja yang optimal secara efisian dan efektif juga
diperoleh kepuasan kerja perawat yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pasien/keluarga. Dengan demikian tujuan individu perawat dan tujuan organisasi dapat dicapai
dengan baik.

Klasifikasi pasien & perencanaan tenaga keperawatan yang tepat adalah merupakan suatu
proses pemikiran dan penentuan kebijakan dari hal-hal yang akan dilaksanakan oleh pimpinan
untuk masa yang akan datang dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan yang
tepat. Dalam upaya efisiensi dan efektifitas serta mempertahankan kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit, maka semua pengelola keperawatan diharapkan mampu menyusun
perencanaan tenaga keperawatan berdasarkan analisa kegiatan dan perhitungan yang cermat,
sehingga dapat dicapai efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan keperawatan dengan harapan
dapat diperoleh kinerja yang optimal.
Daftar Pustaka

1. Gillies, Nursing Management, A System Approach, WB. Saunders, Philadelphia, 1994

2. Swansburg, Management and Leadership for Nurse Managers, second Edition,


Jones and Barlett Publisher, Boston, 1996
3. Depkes RI, Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Dit Jen Yanmed, cetakan 1,
Depkes, Jakarta, 2002.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN (DONGLAS, 1984)
RSU……………………………………..Bulan…………..tahun:……….
RUANG: ………………………………. INSTALASI: …………………………….

Tgl. Pagi Sore Malam


Min Inter Max Jml Min Inter Max Jml Min Inter Max Jml

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jml.
Rata2
Index 0,17 0,27 0,36 0,14 0,15 0,30 0,07 0,10 0,20
Jml. ………+………. +……….= …… ………+……. +……….= …… ………+………+…… = ……..
Tenaga
Mengetahui/Menyetujui ………….,
tgl…………………
Supervisor Kepala Ruang
Keperawatan

(__________________________)
(____________________________)

Diposkan oleh Dony Putra di 16.36


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai