Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN

KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS KADEMANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KADEMANGAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaian penyusunan Pedoman Penyelenggaraan
Program Kesehatan Lingkungan UPT Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar.
Pedoman ini kami susun sebagai salah satu upaya memberikan acuan dan kemudahan
dalam pelaksanaan Pelayanan Program Kesehatan Lingkungan di UPT Puskesmas
Kademangan Kabupaten Blitar.

Pelayanan Kesehatan Lingkungan di UPT Puskesmas Kademangan terdiri dari


kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan didalam gedung dan diluar gedung.
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan pelayanan
Kesehatan Lingkungan diluar gedung umumnya pelayanan Kesehatan Lingkungan
pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.

Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terimakasih atas


bimbingan, bantuan, kerjasama dan partisipasinya kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Program Kesehatan
Lingkungan di UPT Puskesmas Kademangan ini.

Sanitarian,
UPT Puskesmas Kademangan

Srinatun, SKM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelengarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Untuk itu diperlukan masukan dari
masyarakat yang bersifat membangun (inovatif).

B. Latar Belakang Masalah


Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2015
tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan
dan Peraturan Pemerintah RI No 66 Tahun 2104 tentang Kesehatan Lingkungan ,
yang pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang
sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi serta tempat dan fasilitas umum. Sampai saat ini penyakit yang terkait
kualitas lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena
meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor
Risiko Lingkungan, Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan
masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa Pelayanan Kesehatan
Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut harus diselenggarakan
oleh puskesmas.
Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu pelayanan wajib puskesmas
termasuk di UPT Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar, mempunyai peranan
strategis mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan
berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas. Hal ini sejalan dengan visi, misi
dan tata nilai UPT Puskesmas Kademangan yaitu :
Visi :

Menuju Kecamatan Kademangan yang lebih Sejahtera, Maju dan


Berdaya Saing

Misi :

1. Mengembangkan dan meningkatkan penyelenggaraan


Upaya Kesehatan Masyarakat;
2. Mengembangkan dan meningkatkan penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Perorangan;
3. Meningkatkan Kemitraaan dan Jejaring Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
4. Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan
Pengelolaan Manajerial.

Tata Nilai : C I NTA


1. Cepat, tepat dan tanggap dalam memberikan
pelayanan
2. Memberikan Informasi kesehatan kepada masyarakat
3. Nyaman bagi pemberi dan penerima layanan
4. Tertib sesuai prosedur
5. Amanah dalam mengemban tugas

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan tenaga kesehatan lingkungan dalam menyelenggaraan upaya
kesehatan lingkungan.
2. TujuanKhusus
a. Sebagai pedoman dalam melaksanakan konseling di UPT Puskesmas
Kademangan
b. Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan inspeksi kesehatanl
lingkungan di UPT Puskesmas Kademangan
c. Sebagai pedoman dalam tindakan/intervensi kesehatan lingkungan di
UPT Puskesmas Kademangan

D. Sasaran
1. Penanggung jawab Puskesmas
2. Semua Petugas Puskesmas
3. Tenaga Kesehatan Lingkungan
4. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

E. Ruang Lingkup
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi :
- Konseling
- Pemeriksaan kebersihan
- Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
- Pengumpulan sampah medis
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas meliputi :
- Inspeksi Kesehatan lingkungan
- Intervensi Kesehatan Lingkungan
- Pengambilan sampel air
- Penyuluhan STBM

F. Batasan Operasional
Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan upaya untuk meningkatkan
kesehatan yang dilakukan melalui penyehatan danpeningkatan kualitas lingkungan.
Upaya-upaya kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas
Kademangan meliputi :
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan


yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan.

3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan


untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Puskesmas.

4. Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan
dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi
terhadap terjadinya penyakit dan atau gangguan kesehatan.

5. Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan


dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah
kesehatan lingkungan yang dihadapi.

6. Pemeriksaan kebersihan adalah serangkaian kegiatan untuk memonitor


/memantau kebersihan lingkungan secara menyeluruh di wilayah Puskesmas.

7. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL adalah suatu kegiatan untuk


mengoperasionalkan IPAL dan cara memelihara IPAL.
8. Pengumpulan sampah medis adalah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan
sampah medis dari semua ruangan yang menghasilkan sampah medis,
selanjutnya dikumpulkan diruang TPS LB-3.
9. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan
secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan
berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan
kualitas lingkungan yang sehat.
10. Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan,
dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.

11. Pengambilan Sampel Air untuk uji bakteriologis adalah Serangkaian kegiatan
untuk mengambil air sebagai contoh yang digunakan untuk pemeriksaan
laboratorium, guna mengetahui jumlah bakteri E.Coli/Fecal Coli per 100 ml
sampel.

12. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah pendekatan kepada


masyarakat untuk merubah bahkan membuat fasilitas sanitasinya dengan
biayanya sendiri melalui metode pemicuan. Penyadaran untuk melakukan
perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat

13. Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan
minimal Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan Lingkungan


Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yang diijinkan
berprofesi minimal berijazah Diploma Tiga (D III). Berikut ini Kualifikasi Sumber
Daya Manusia kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Kademangan
adalah :
Kegiatan Kualifikasi SDM

Kesehatan Pendidikan Diploma I + S1 Kesmas


Minat kesehatan lingkungan
Lingkungan

B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan Kesehatan
Lingkungan. Sebagai koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas adalah petugas Sanitarian.
Pengaturan dan penjadwalan tenaga Puskesmas dalam upaya kesehatan
Lingkungan dilaksanakan lintas program dan dikoordinir oleh Petugas Kesling
sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi


C. Kesehatan Sanitarian Seluruh karyawan
Lingkungan
Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan lingkungan dilakukan bersama oleh para
pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/lintas sektor, dengan persetujuan kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan lingkungan dibuat untuk jangka waktu satu
tahun, dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan
pada awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan upaya kesehatan
lingkungan di koordinasikan oleh Kepala Puskesmas.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
DENAH PUSKESMAS KADEMANGAN

GEDUNG ATAS GEDUNG BAWAH POJOK TB


PARKIR IPAL
RUANG GUDANG DAPUR KM GUDANG R. R. ODGJ KARYAWAN
ATK K K
KAPUS OBAT FARMAS
I KIA/KB M M R.
LAKTASI DAPUR TINDAKA

RUANG 26 GUDANG
TATA USAHA R. VAKSIN TOGA
R. TUNGGU

INFORMASI
INFORMASI
RAMAH
ANAK
TPS
40 NON
MEDIS
TANGGA
LABORAT TPS
SEKRETARIA MEDI
LOKET
TITIK KUMPUL
R. KM
T S
PEMERIKSAAN RUANGBIDAN KM
PASIEN
RUANG PERTEMUAN R. PROMKES, UMUM R.BERSALIN
ADMINISTRASI R.
GUDANG SANITASI, R. PONED JAGA
R.
ALKES GIZI GILUT STERILISA
BIDAN
TOR
KM
PASIEN
R.
RUANG MUSHOLA
JAGA RUANG RUANG
GARASI UGD PERAWATAN RUANG JAGA
ANAK PERAWATAN
KM R. NIFAS
PERA PERAWATAN PASIE

AMBU LAKI LAKI N


WARAT PEREMPUAN
LANCE KM KM

K KM PASIEN PASI

PASIEN
Ruang Konseling Terpadu

Wastafel
Pintu Masuk

MEJA
KESLI D
si
ur si
K ur

MEJA
A
K

NG

Kursi
PROM

rsi
T

Ku
KES
MEJA A
rsi
Kursi
Ku

GIZI Meja D
I
Komputer

Kursi
N

rsi

Ku
Lemari
Lemari D
I
N
G
Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di dalam gedung dilakukan oleh
penanggung jawab program Kesehatan Lingkungan yang menempati ruang yang
bersebelahan dengan ruang Loket dan Poli Gigi berada dalam satu ruang dengan
ruang Gizi ruang promkes UPT Puskesmas Kademangan. .
Sedang kegiatan di luar gedung petugas dapat mengunjungi sasaran dengan
ikut kegiatan ke desa, ke tempat-tempat umum (sekolah, tempat ibadah dll) dan
kegiatan lain yang bersifat dan berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
1. Ukurang ruang konseling terpadu
a. Luas ruangan 3 m x 6m
b. Pintu ukuran 3 m x 1 m
c. Atap dan langit-langit kuat dan berwarna terang, mudah dibersihkan dan
ketinggian dari lantai 2,5 m.
d. Dinding terbuat dari material keras, rata dan tidak berpori, tidak silau, kedap
air dan mudah dibersihkan.
e. Lantai kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah
dibersihkan.
f. Pintu dan jendela lebar dan dapat dibuka secara maksimal

2. Prasarana
a. Dilengkapi dengan tempat sampah tertutup.
b. Ventilasi cukup dan sirkulasi udara terjaga.
c. Pencahayaan cukup terang

Skema Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan :

PASIEN DATANG

LOKET
PENDAFTARAN

LABABORATORIUM BP, KIA, GIGI


RUANG OBAT KONSELING TERPADU

PASIEN PULANG

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Kademangan memiliki sarana penunjang antara lain :
Pelayanan kesehatan Sarana Prasana
Lingkungan
 Meja
(Dalam Gedung)  Kursi
 Media informasi cetak atau elektronik
Konseling  Buku panduan
 Buku catatan kegiatan
 Senter
(Luar Gedung)  Leaflet
 Form check
Inspeksi Sanitasi  Buku catatan kegiatan.
Intervensi/Tindakan
Pengawasan Kebersihan  Form/checklist
Kebersihan Ligkungan  Semua alat dan bahan kebersihan

BAB IV
TATA LAKSANA UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kesehatan Lingkungan yang dilakukan meliputi :
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
1) Konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan
2) Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit dan
atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan perawatan dan
pengobatan
3) Dalam hal pasien yang menderita penyakit dan atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan
tidak memungkinkan untuk menerima Konseling, konseling dapat
dilakukan terhadap keluarga yang mendampingi.
4) Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan,
media cetak atau elektronik.
b. Pemeriksaan Kebersihan
1) Pemeriksaan kebersihan dilakukan oleh tenaga Kesehatan Lingkungan
2) Pemeriksaan kebersihan mencakup seluruh bagian Puskesmas baik
dalam gedung maupun luar gedung
3) Pemeriksaan kebersihan dengan melihat ceck list kebersihan
c. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL dilakukan oleh petugas kebersihan
d. Pengelolaan Sampah Medis
1. Pemilahan Sampah Medis
a) Didalam ruangan penghasil sampah medis (Poli umum, UGD,
Perawatan, Poli Gigi, Laborat dan lain-lain) terdapat tempat sampah
yang dibedakan antara sampah medis tajam didalam safety box dan
non tajam dalam plastik berwarna kuning
b) Dilakukan oleh petugas di ruangan tersebut, yang dipilah antara
sampah medis tajam di dalam safety box dan non tajam di kresek
warna kuning
c) Tersedia pula tempat sampah non medis kering yang digunakan untuk
menampung sampah pembungkus alat-alat medis
2. Pengumpulan sampah medis
a. Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh petugas kebersihan
lingkungan.
b. Pengumpulan sampah medis dilakukan setiap hari dari poli atau ruang
tindakan
c. Pengumpulan sampah medis dikumpulkan di TPS B3.
d. Pemusnahan sampah medis dilakukan kerjasama dengan pihak ke 3
yaitu PT PRIA Mojokerto
2. Kegiatan Luar Gedung
a. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
1) Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan (sanitarian) yang membawa surat tugas dari Kepala
Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap.
2) Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan
Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang
menangani program terkait atau mengajak petugas dari Puskesmas
Pembantu, Bidan desa, Naping.
3) Kegiatan meliputi Perumahan (termasuk hasil konseling), TTU, TPM.
b. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan,
dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
c. Pengambilan sampel air
1) Pengambilan sampel air dilakukan oleh petugas Kesehatan Lingkungan
(sanitarian) yang membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dengan
rincian tugas yang lengkap.
2) Pengambilan sampel air dilakukan dititik titik yang telah ditentukan.
d. Penyuluhan STBM
1) Penyuluhan STBM dilakukan oleh petugas Kesehatan Lingkungan
(sanitarian) dengan melibatkan Bidan Desa, Naping, Kader dengan
membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang
lengkap.
2) Penyuluhan STBM dilakukan di Desa untuk meningkatkan derajat
kesehatan manusia yang mencakup lima pilar STBM (stop BABS, CTPS,
pengolahan air, pengelolaan sampah, pengelolaan limbah).

B. Strategi/Metode
1. Metode Konseling
a. identifikasi prilaku/kebiasaan;
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab;
d. saran dan rencana tindak lanjut.
2. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
3. Metode Intervensi Kesehatan Lingkungan
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
b. Perbaikan dan Pembangunan Sarana
c. Pengembangan Teknologi Tepat Guna
d. Rekayasa Lingkungan

C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
1) Perencanaan (P1)
1). Membuat Jadwal
2) Persiapan
 Menyiapkan ruangan;
 Menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
1. Menyiapkan media informasi dan alat peraga bila diperlukan seperti
poster, leaflet (rumah sehat, jamban sehat, dan lain-lain).
2. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali
data/informasi kepada Pasien atau keluarganya, sebagai berikut:
1). umum, berupa data individu/keluarga dan data lingkungan;
2). khusus, meliputi:
a). identifikasi perilaku/kebiasaan;
b). identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c). dugaan penyebab; dan
d). saran dan rencana tindak lanjut.
Ada enam langkah dalam melaksanakan Konseling yang biasa disingkat
dengan "SATU TUJU" yaitu :
SA - Salam, Sambut :
1) Beri salam, sambut Pasien dengan hangat.
2) Tunjukkan bahwa Anda memperhatikannya, mengerti keadaan dan
keperluannya, bersedia menolongnya dan mau meluangkan waktu.
3) Tunjukkan sikap ramah.
4) Perkenalkan diri dan tugas Anda.
5) Yakinkan dia, bahwa Anda bisa dipercaya dan akan menjaga
kerahasiaan percakapan anda dengan Pasien.
6) Tumbuhkan keberaniannya untuk dapat mengungkapkan diri.
T - tanyakan :
1) Tanyakan bagaimana keadaan atau minta Pasien untuk
menyampaikan masalahnya pada Anda.
2) Dengarkan penuh perhatian dan rasa empati.
3) Tanyakan apa peluang yang dimilikinya.
4) Tanyakan apa hambatan yang dihadapinya.
5) Beritahukan bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk
menolong mencari cara pemecahan masalah yang terbaik bagi
pasien.
U - Uraikan :
Uraikan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya atau anda
menganggap perlu diketahuinya agar lebih memahami dirinya,
keadaan dan kebutuhannya untuk memecahkan masalah. Dalam
menguraikan anda bisa menggunakan media Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi (KIE) supaya lebih mudah dipahami.
TU - Bantu :
Bantu Pasien mencocokkan keadaannya dengan berbagai
kemungkinan yang bisa dipilihnya untuk memperbaiki keadaannya
atau mengatasi masalahnya.
J - Jelaskan :
Berikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai cara mengatasi
permasalahan yang dihadapi Pasien dari segi positif dan negatif serta
diskusikan upaya untuk mengatasi hambatan yang mungkin terjadi.
Jelaskan berbagai pelayanan yang dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
U – Ulangi :
Ulangi pokok-pokok yang perlu diketahui dan diingatnya. Yakinkan
bahwa Anda selalu bersedia membantunya. Kalau pasien memerlukan
percakapan lebih lanjut yakinkan dia bahwa anda siap menerimanya.
3. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)
a. Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) melakukan penilaian terhadap komitmen Pasien (Formulir tindak lanjut
konseling) yang telah diisi dan ditandatangani untuk mengambil
keputusan yang disarankan, dan besaran masalah yang dihadapi;
2) menyusun rencana kunjungan untuk Inspeksi Kesehatan Lingkungan
sesuai hasil Konseling; dan
3) menyiapkan langkah-langkah untuk intervensi.
b. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
4. Persiapan (P1)
1) Membuat jadwal Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
2) Menyiapkan dan membawa form kegiatan pemeriksaan dan alat
tulis
5. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1) Memeriksa Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
2) Mengisi form kegiatan pemeriksaan dan alat tulis yang sudah ada
6. Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

2. Kegiatan di Luar Gedung


a. Inspeksi Kesehatan Lingkungan (sanitasi)
1. Perencanaan (P1)
1) Membuat jadwal Inspeksi Sanitasi baik dari hasil Konseling maupun
hasil tahun sebelumnya
2) Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya apabila dari hasil
konseling memerlukan tindak lanjut. (Jika Hasil Konseling)
3) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan
lapangan yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan,
formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan,
alat pengukur parameter kualitas lingkungan)
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala
desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan/bidan di desa.

2. Penggerakan dan
Pelaksanaan (P2)
1) Melakukan pengamatan media/pemeriksaan :
 Lingkungan sarana usaha/pasien dan perilaku pelaku
usaha/masyarakat sekitar.
 Pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan
analisis risiko sesuai kebutuhan. (Jika diperlukan)
 Melakukan penemuan penderita lainnya. (Jika dari Konseling)
 Melakukan pemetaan populasi berisiko. (Jika dari Konseling)
2) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (TTU, TPM, TP3,
keluarga pasien dan keluarga sekitar). Saran tindak lanjut dapat
berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan yang bersifat segera. Saran
tindak lanjut disertai dengan pertimbangan tingkat kesulitan, efektifitas
dan biaya.

3. Pengawasan Pengendalian
Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil kegiatan
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

b. Intervensi Kesehatan Lingkungan


1. Perencan
aan ( P1)
1) Membuat jadwal dengan dasar hasil Konseling dan hasil Inspeksi
Sanitasi
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan
lapangan yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan,
formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan,
alat pengukur parameter kualitas lingkungan)
3) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala
desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan/bidan di desa.

2. Pengger
akan dan
Pelaksan
aan (P2)
a) Intervensi Kesehatan Lingkungan harus mempertimbangkan tingkat
risiko berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan.
b) Intervensi Kesehatan Lingkungan dilakukan oleh Pasien sendiri.
c) Dalam hal cakupan Intervensi Kesehatan Lingkungan menjadi luas,
maka pelaksanaannya dilakukan bersama pemerintah, dan
masyarakat/swasta

3. Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )


Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil kegiatan
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti
Adapun untuk kegiatan pemantauan evaluasi upaya kesehatan
lingkungan :
1) Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
2) Untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan Lingkungan
dilakukan pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas.
3) Pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas mencakup Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
dan pelaksanaan pengawasan kualitas media lingkungan dalam
rangka program kesehatan.
4) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dibahas
dalam pertemuan integrasi lintas program Puskesmas secara berkala.
5) Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas yang sekaligus
menjadi indikator dalam penilaian akreditasi Puskesmas.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan
Lingkungan direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas
sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
 Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
antara lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan kegiatan
- Leaflet
- Buku panduan
- Komputer
 Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi :
- Senter
- Alat pembasmi nyamuk
- Swim fog
- Leaflet
- Form check
- Fly grill
- Lux meter
- PH meter
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator kesehatan lingkungan
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan
mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas.
Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh
koordinator kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan bendahara Puskesmas
dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya Puskesmas untuk selanjutnya dibuat
perencanaan kegiatan (POA – Plan Of Action).

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko
yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran
harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan
dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan
dimulai sejak membuat perencanaan.Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang
terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan perlu diperhatikan
keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan
untuk tiap tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

Upaya Identifikasi Resiko Pencegahan Resiko

Konseling

Inspeksi Kesehatan
Lingkungan

Intervensi kesehatan Terpapar bahan kimia Menggunakan APD


Lingkungan
(Masker, Sarung Tangan)
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada
perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor dengan melakukan identifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

Upaya Identifikasi Resiko Pencegahan Resiko

Konseling Resiko tertular penyakit Menggunakan APD

CTPS

Inspeksi Kesehatan Terpapar bahan kimia Menggunakan APD


Lingkungan

Intervensi kesehatan Kecelakaan kerja Menggunakan APD


Lingkungan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan di monitor dan di evaluasi dengan menggunakan
indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Kesling
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan kesehatan lingkungan ini dibuat untuk memberikan


petunjuk dalam pelaksanaan kegiatankesehatan lingkungan di Puskesmas
Kademangan, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di
Puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan
pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih
diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang
optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/Menkes/Per/VI/2010 tentang
Tatalaksana Pengawasan Kualitas Air Minum
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene
Sanitasi
9. Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian
10. Peraturan menteri pendayagunaan aparatur Negara dan reformasi Birokrasi
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2017 tentang pedoman penyusunan survey
kepuasan masyarakat unit penyelenggara pelayanan public
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
715/Kemenkes/SK/V/2003 tentang Persyaratam Hygine Sanitasi Jasaboga
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum
3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 10 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Antikempal
4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.02.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
651/MPP/KEP/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
924/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higine Sanitasi
Makanan Jajanan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Hygiene Sanitasi Depo Air minum
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatang Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman penyelenggaraan Pasar Sehat
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Lingkungan
Sekolah
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higyne Sanitasi Kolam Renang Solus Per Aqua dan Pemandian Umum
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Kualitas Air Minum
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor:P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai