net/publication/292843154
CITATIONS READS
0 2,886
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Humanities sociological approach to the management of small-scale fishery on the west coast of Aceh View project
Ipteks bagi Masyarakat (IbM) perangkap lipat untuk nelayan kepiting bakau View project
All content following this page was uploaded by Hafinuddin Bin Hasaruddin on 03 February 2016.
Abstrak
Penggalian isu strategis dan mengamati kondisi existing adalah bagian dari
strategi untuk melahirkan skenario atau program yang bertujuan peningkatan
operasional pelabuhan perikanan. Oleh karena itu, pegamatan kondisi
existing dan penggalian isu strategis terhadap pembangunan PPI Meulaboh
pasca tsunami adalah sangat penting agar diperoleh informasi yang akurat
untuk merancang program yang efektif dan berkesinambungan sebagai
upaya peningkatan operasional PPI Meulaboh. Studi ini dilakukan untuk
menentukan prioritas program peningkatan operasional PPI Meulaboh
setelah satu darsawarsa tsunami terjadi (2004-2014). Penelitian ini
dilaksanakan dengan metode suvei. Untuk menentukan strategi peningkatan
operasional PPI Meulaboh, maka sebuah Analysis hierarchy process (AHP)
telah digunakan. Hasil studi menunjukkan bahwa normalisasi kolam
pelabuhan/alur keluar masuk kapal motor nelayan Sungai Krueng Cangkoi
sebagai prioritas utama dengan nilai (0.255). Adapun arah pengembangan
PPI Meulaboh kedepan disarankan pada aktivitas peningkatan fungsi dan
operasional PPI Meulaboh seperti pendaratan, pemasaran, penanganan dan
pengolahan mutu hasil tangkapan serta perbekalan melaut dan
pengembangan masyarakat nelayan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pelaku dunia usaha (nelayan, pedagang dan pengolah) merupakan
pihak yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis untuk
peningkatan operasional PPI Meulaboh. Namun sinergitas dan kolaborasi
antara Pemerintah/legislatif, pelaku dunia usaha dan lembaga perikanan
adalah sangat dibutuhkan dan penting untuk mencapai operasional PPI
Meulaboh yang optimal.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Pasar Sirombu. Selain PPI, 19 unit tempat
pelelangan ikan (TPI) atau sekitar 0.37% juga terkena imbas dari bencana tsunami
(Peraturan Presiden RI No. 30 tahun 2005).
Di Kabupaten Aceh Barat, pangkalan pendaratan ikan (PPI) Meulaboh
merupakan PPI yang memiliki aktivitas perikanan yang paling tinggi. Letaknya yang
strategis di Ibukota Kabupaten menjadikan PPI Meulaboh sebagai sentral perikanan
tangkap. Bencana tsunami telah mengakibatkan kerusakan yang menyeluruh terhadap
sarana dan prasarana di PPI tersebut. Namun pasca tsunami pemerintah bekerjasama
dengan badan rekontruksi dan rehabilitasi (BRR) Aceh dan Non Government
Organisation (NGO) telah membangun kembali infrastrukstur PPI Meulaboh.
Pembangunan PPI yang tidak hanya investasi perangkat saja melainkan harus
memberikan jasa pelayanan optimal kepada pengguna seperti nelayan, pedagang dan
pengolah perikanan, sehingga pangkalan pendaratan ikan (PPI) Meulaboh ini mampu
memberikan kontribusi yang riil dalam sektor perikanan tangkap, baik saat ini maupun
di masa yang akan datang. Namun, terbatasnya anggaran Pemerintah dan waktu
pembangunan sehingga penyusunan prioritas program yang akan diimplementasikan
adalah diperlukan (Edi et al., 2006). Selain itu, untuk mengantisipasi kebutuhan yang
krusial dan mendesak sehingga pemenuhannya dapat direalisasikan dalam masa yang
relatif singkat. Di sisi lain, pembangunan pelabuhan perikanan yang berkesinambungan
dan tepat sasaran dapat diketahui dengan analisa kondisi existing dan penggalian isu
strategis, dengan tujuan akhir adalah peningkatan operasional pelabuhan perikanan.
Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk menentukan prioritas program peningkatan
operasional PPI Meulaboh, dimana Kondisi dan isu strategis PPI Meulaboh telah
diperoleh sebelum menentukan berbagai alternatif program pengembangan.
Kajian Kepustakaan
Definisi Pelabuhan Perikanan
Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor 16 tahun 2006,
Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem
bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan.
Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan
lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan
(Lubis, 2007).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994 ) diacu dalam Lubis (2007) bahwa
aspek-aspek tersebut secara terperinci adalah:
1) Produksi : bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan
perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya.
2) Pengolahan : bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang
dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.
3) Pemasaran : bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan
tempat awal pemasaran hasil tangkapanya.
memanfaatkan fasilitas pada pelabuhan perikanan agar budidaya guna secara optimal
bagi “fasilitas itu sendiri” maupun “fasilitas terkait”.
Dalam lingkup operasionalisasi PP/PPI permasalahannya terfokus kepada faktor
sumber daya manusianya yaitu personal atau siapa yang mengerjakan tugas dan
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan untuk menjalankan fasilitas yang tersedia
dan melaksanakan fungsinya, bagaimana ia melaksanakan pekerjaannya dengan cara
prosedur yang benar sehingga mencapai tujuan yang direncanakan dengan
memperhatikan untuk kepentingan siapa itu dilaksanakan.
Kegiatan operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan adalah
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1994 diacu dalam Lubis, 2007):
1) Pendaratan ikan
Pendaratan ikan di pelabuhan perikanan sebagian besar berasal dari kapal
penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan itu, hanya
sebagian kecil berasal dari PP/ PPI yang dibawa ke pelabuhan itu dengan
menggunakan sarana transportasi darat.
2) Penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan
Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan dan pengawasan
mutu hasil perikanan, penanganan ikan segar di pelabuhan perikanan dilakukan
dengan metode pendinginan yang dapat dikelompokkan nenjadi tiga kategori yaitu
pendinginan dengan es, pendinginan dengan udara dingin, dan pendinginan
dengan air dingin.
Pengolahan ikan dimaksudkan untuk mempertahankan mutu sehingga waktu
pemasaran menjadi lebih lama serta meninggikan nilai jual ikan. Kegiatan
pemasaran yang dilakukan di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional, dan
ekspor. Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di
Indonesia, antara lain :
(1) TPI Pedagang besar Pedagang lokal Pengecer Konsumen
(2) TPI Pedagang besar Pedagang lokal Konsumen
(3) TPI Pengecer Konsumen
3) Penyaluran perbekalan
Pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini
adalah penyaluran BBM, penjualan air bersih, penjualan es dan suku cadang.
Pelayanan perbekalan ini umumnya diadakan oleh pihak UPT Pelabuhan, KUD,
koperasi pegawai pelabuhan, BUMN, dan pihak swasta.
Pelabuhan dikelola oleh suatu perusahaan swasta atau suatu grup perusahaan swasta.
Pengelolaan dilakukan sebagaimana halnya mengelola suatu perusahaan. Pengelola
bertujuan mencari keuntungan semata-mata, dalam hal ini kepentingan umum
terabaikan. Pelayanan atau kegiatan yang memberikan keuntungan saja yang
dilakukan, sementara kegiatan yang tidak mendatangkan keuntungan walaupun
diperlukan oleh masyarakat jarang dilakukan.
Metode Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di PPI Meulaboh (Gambar 1) pada bulan Juli-
Oktober 2008. Pada Januari 2014, pengamatan kondisi existing menunjukkan kebutuhan
peningkatan operasional PPI Meulaboh cenderung memiliki kesamaan dan isu strategis
juga masih relavan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2008. Oleh karena itu,
hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi positif untuk peningkatan operasional PPI
Meulaboh ke depannya.
Analisis data
Analisis pengembangan PPI Meulaboh dalam penelitian ini menggunakan metode
Analisis Hierarki Proses (AHP). Adapun langkah-langkah penggunaan AHP dalam
studi ini adalah (Saaty, 1993): 1) Menyusun hierarki, 2) menetapkan prioritas dan 3)
konsistensi logis, dimana nilai rasio konsistensi harus 10 % atau kurang. Jika rasio
lebih dari 10 % pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu diperbaiki (Saaty, 1993;
Nurani, 2002). Analisis ini dilakukan secara bertahap dan sistematis dengan
mengurutkan prioritas berbagai faktor yang berpengaruh dalam pengembangan PPI
Meulaboh yang didapatkan dari penggalian isu strategis yang menjadi acuan atribut
hierarki. Perhitungan dalam analisis ini berasal dari isian kuesioner responden ahli.
Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 142
ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin
Temuan
Keadaan umum lokasi penelitian
Letak geografis
Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara geografis terletak pada 040 06’ – 040 – 47’
LU dan 950 52’ – 960 30’ BT. Wilayah Kabupaten Aceh Barat memiliki batas
administrasi Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dengan Aceh Tengah dan
Nagan Raya di sebelah timur, dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya
di sebelah barat dan selatan. Luas wilayah daratan Kabupaten Aceh Barat mencapai
2.927,95 km2 atau seluas 292.795 ha, sedangkan panjang garis pantai diperhitungkan
50,55 km dengan luas laut 12 mil atau 233 km2 daratan (DKP, 2007).
Kabupaten ini memiliki empat kecamatan yang berbatasan lansung dengan
Samudera Indonesia dan merupakan Kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Johan
Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Kecamatan Arongan Lambalek. Serta 8 kecamatan
daratan yaitu Kaway XVI, Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla,
Woyla Barat dan Woyla Timur (BPS, 2008).
PPI Meulaboh berlokasi di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan. Luas
Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan adalah 44,91 Km2 atau 1,53 % dari luas kabupaten
(BPS, 2008).
Hasil dari kondisi existing dan penggalian isu strategis, kemudian disusun
hierarki terdiri dalam 3 tingkatan (Tabel 2); 1) tujuan yang ingin dicapai (goal) dari
peningkatan operasional PPI Meulaboh; 2) aktor yang bertanggung jawab dalam
peningkatan operasional PPI Meulaboh; 3) program pengembangan PPI Meulaboh.
Tabel 2: Faktor yang berpengaruh dan isu strategis tentang kondisi operasional PPI
Meulaboh dan prioritas program pengembangannya
No Faktor/Isu Strategis
Goal/tujuan yang ingin dicapai dari skenario pengembangan PPI
Meulaboh
Memperlancar aktifitas keluar masuk kapal nelayan pada Pangkalan
1
Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh
2 Peningkatan Fasilitas PPI Meulaboh
Peningkatan fungsi dan operasional PPI Meulaboh seperti pendaratan,
3 pemasaran, penanganan, dan pengolahan mutu dan pengembangan
masyarakat nelayan
Meningkatkan kenyamanan bagi para pengguna PPI Meulaboh (nelayan,
4 pedagang, pengolah ikan, konsumen) dalam memaksimalkan keberadaan
PPI Meulaboh
Aktor dan sub aktor yang bertanggung jawab dan pemegang otoritas
dalam pengembangan PPI Meulaboh
1 Pemerintah
2 Legislatif (DPRK)
3 Pelaku Dunia Usaha
4 Kelembagaan
Skenario program pengembangan PPI Meulaboh
Normalisasi kolam pelabuhan/alur keluar masuk kapal motor nelayan
1
Sungai krueng Cangkoi
2 Pembangunan stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN)
3 Perluasan lahan PPI
Peningkatan sosialisasi dan edukasi terhadap kebersihan/hieginis PPI
4
Meulaboh
5 Pelatihan penanganan mutu dan pengolahan hasil tangkapan
Peningkatan sarana PPI Meulaboh terutama dalam aktifitas pendaratan dan
6
pelelangan serta pemasaran hasil tangkapan
Merekontruksi jembatan penghubung Desa Ujong Baroh-Padang Seurahet
7
yang menjadi hambatan pendaratan hasil tangkapan di PPI Meulaboh
Gambar 3: Hasil kombinasi AHP untuk tujuan program pengembangan PPI Meulaboh
(A), aktor yang terlibat (B) dan prioritas skenario pengembangan PPI Meulaboh (C).
Pembahasan
Pelaksanaan skenario pengembangan dengan menitikberatkan pada tujuan
peningkatan fungsi dan operasional PPI Meulaboh merupakan sebuah upaya
pengembangan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER. 16/MEN/2006, dimana pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan
pemasaran.
HaFin perikanan akan berjalan dengan
Selain itu, strategi pengembangan pelabuhan
optimal apabila pihak-pihak yang memegang otoritas saling bersinergi. Dalam konsep
triple reward system, pemerintah/legislatif, masyarakat (kelembagaan) dan swasta
(pelaku dunia usaha) harus mampu mewujudkan kesinergisan dalam gerak untuk
HaFin
pencapaian tujuan bersama.
Hasil dari studi ini menunjukkan prioritas program pengembangan adalah
normalisasi Sungai Krueng Cangkoi sebagai jalur keluar masuk kapal perikanan dengan
kedalaman yang sesuai untuk pelabuhan perikanan tipe D yaitu lebih dari 2 meter (PER.
16/MEN/2006). Menurut Lubis (2007) alur pelayaran dan kolam pelabuhan adalah
fasilitas pokok di pelabuhan perikanan. Selain itu, penyempurnaan terhadap sarana dan
Kesimpulan
Sebagai upaya peningkatan operasional PPI Meulaboh setelah 10 tahun tsunami,
maka skenario atau prioritas program yang dapat dilaksanakan oleh otoritas perikanan
dan kelautan adalah 1) pengerukan jalur pelayaran PPI Meulaboh, yaitu Sungai Krueng
Cangkoi, 2) pembangunan SPBN dan 3) merekotruksi jembatan penghubung antar desa
Ujong Baroh-Padang Seurahet. Hal ini diharapkan dapat meminimumkan pengeluaran
nelayan PPI Meulaboh dan meningkatkan pelayanan PPI Meulaboh terutama untuk
nelayan, pedagang dan pengolah ikan.
Daftar Pustaka
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat. (2008). Aceh Barat Dalam Angka
2008. BPS Kabupaten Aceh Barat.
[DKP] Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. (2007). Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). DKP Kabupaten Aceh Barat.
Danial. (2007). Evaluasi rencana pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Soreang ditinjau dari aspek teknis dan biologis di Kota Parepare Sulawesi
Selatan. Jurnal Protein, 14, 93–102.
Edi, I. B. P., Anggoro, S., & Susilowati, I. (2006). Analisis efisiensi pelabuhan
perikanan dan strategi pengembangan (pokok bahasan pelabuhan perikanan
samudera cilacap). Jurnal Pasir Laut, 2, 64–78.
Hafinuddin. (2010). Tingkat operasional PPI Meulaboh pasca tsunami dan dan prioritas
program pengembangannya. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Lubis, E. (2009). Saatnya benahi pelabuhan perikanan di Indonesia. Majalah Samudera.
Retrieved from http://majalahsamudra.blogspot.com/2009/07/saatnya-benahi-
pelabuhan-perikanan-di.html
Lubis, E. (2007). Buku I : Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bagian Pelabuhan
Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor : Bogor
Mardiyanto, B. 2004. Pelabuhan Perikanan : Fungsi, Fasilitas, Panduan Operasional,
Antrian Kapal. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Menteri Kelautan dan Perikanan. (2006). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
NOMOR PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta :
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Nurani, Tri Wiji. (2002). Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process) Suatu
Metode untuk Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan
Kelautan. Laboratorium Sistem dan Optimasi Perikanan Tangkap. Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. 47 hal.
Peraturan Presiden. (2005). Peraturan Presiden Republik Indonesia NOMOR 30 Tahun
2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekontruksi Wilayah dan
Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan
Nias Provinsi Sumatera Utara. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Saaty, TL. (1993). Proses Hirarki untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
Kompleks. Binaman Pressindo. Jakarta.