Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/292843154

STRATEGI PENINGKATAN OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN TIPE D


(STUDI KASUS PPI MEULABOH): SATU DARSAWARSA BENCANA TSUNAMI
ACEH

Article · October 2014

CITATIONS READS

0 2,886

2 authors:

Hafinuddin Bin Hasaruddin Iin Solihin


Teuku Umar University Bogor Agricultural University
14 PUBLICATIONS   1 CITATION    13 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Humanities sociological approach to the management of small-scale fishery on the west coast of Aceh View project

Ipteks bagi Masyarakat (IbM) perangkap lipat untuk nelayan kepiting bakau View project

All content following this page was uploaded by Hafinuddin Bin Hasaruddin on 03 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

STRATEGI PENINGKATAN OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN


TIPE D (STUDI KASUS PPI MEULABOH): SATU DARSAWARSA BENCANA
TSUNAMI ACEH
Hafinuddin Hasaruddin*1, Iin Solihin2

1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar; 2) Departemen


Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor

*Corresponding author: hafidipb@yahoo.co.id

Abstrak

Penggalian isu strategis dan mengamati kondisi existing adalah bagian dari
strategi untuk melahirkan skenario atau program yang bertujuan peningkatan
operasional pelabuhan perikanan. Oleh karena itu, pegamatan kondisi
existing dan penggalian isu strategis terhadap pembangunan PPI Meulaboh
pasca tsunami adalah sangat penting agar diperoleh informasi yang akurat
untuk merancang program yang efektif dan berkesinambungan sebagai
upaya peningkatan operasional PPI Meulaboh. Studi ini dilakukan untuk
menentukan prioritas program peningkatan operasional PPI Meulaboh
setelah satu darsawarsa tsunami terjadi (2004-2014). Penelitian ini
dilaksanakan dengan metode suvei. Untuk menentukan strategi peningkatan
operasional PPI Meulaboh, maka sebuah Analysis hierarchy process (AHP)
telah digunakan. Hasil studi menunjukkan bahwa normalisasi kolam
pelabuhan/alur keluar masuk kapal motor nelayan Sungai Krueng Cangkoi
sebagai prioritas utama dengan nilai (0.255). Adapun arah pengembangan
PPI Meulaboh kedepan disarankan pada aktivitas peningkatan fungsi dan
operasional PPI Meulaboh seperti pendaratan, pemasaran, penanganan dan
pengolahan mutu hasil tangkapan serta perbekalan melaut dan
pengembangan masyarakat nelayan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pelaku dunia usaha (nelayan, pedagang dan pengolah) merupakan
pihak yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis untuk
peningkatan operasional PPI Meulaboh. Namun sinergitas dan kolaborasi
antara Pemerintah/legislatif, pelaku dunia usaha dan lembaga perikanan
adalah sangat dibutuhkan dan penting untuk mencapai operasional PPI
Meulaboh yang optimal.

Kata kunci: PP tipe D, tsunami, perikanan tangkap, AHP

Pelabuhan perikanan adalah pusat kegiatan perikanan (central base of fisheries)


(Lubis, 2007). Pelabuhan perikanan tipe D atau pangkalan pendaratan ikan (PPI)
(Permen. 16/MEN/2006) merupakan tipe pelabuhan perikanan yang terbanyak di Aceh
dan telah rusak total akibat bencana tsunami di antaranya PPI yang terletak Kabupaten
Aceh Besar (5 unit), Kabupaten Pidie (6 unit), Kabupaten Aceh Utara (10 unit) dan
Kabupaten Aceh Barat (8 unit), sedangkan di Nias Sumatera Utara, terdapat 1

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 134


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Pasar Sirombu. Selain PPI, 19 unit tempat
pelelangan ikan (TPI) atau sekitar 0.37% juga terkena imbas dari bencana tsunami
(Peraturan Presiden RI No. 30 tahun 2005).
Di Kabupaten Aceh Barat, pangkalan pendaratan ikan (PPI) Meulaboh
merupakan PPI yang memiliki aktivitas perikanan yang paling tinggi. Letaknya yang
strategis di Ibukota Kabupaten menjadikan PPI Meulaboh sebagai sentral perikanan
tangkap. Bencana tsunami telah mengakibatkan kerusakan yang menyeluruh terhadap
sarana dan prasarana di PPI tersebut. Namun pasca tsunami pemerintah bekerjasama
dengan badan rekontruksi dan rehabilitasi (BRR) Aceh dan Non Government
Organisation (NGO) telah membangun kembali infrastrukstur PPI Meulaboh.
Pembangunan PPI yang tidak hanya investasi perangkat saja melainkan harus
memberikan jasa pelayanan optimal kepada pengguna seperti nelayan, pedagang dan
pengolah perikanan, sehingga pangkalan pendaratan ikan (PPI) Meulaboh ini mampu
memberikan kontribusi yang riil dalam sektor perikanan tangkap, baik saat ini maupun
di masa yang akan datang. Namun, terbatasnya anggaran Pemerintah dan waktu
pembangunan sehingga penyusunan prioritas program yang akan diimplementasikan
adalah diperlukan (Edi et al., 2006). Selain itu, untuk mengantisipasi kebutuhan yang
krusial dan mendesak sehingga pemenuhannya dapat direalisasikan dalam masa yang
relatif singkat. Di sisi lain, pembangunan pelabuhan perikanan yang berkesinambungan
dan tepat sasaran dapat diketahui dengan analisa kondisi existing dan penggalian isu
strategis, dengan tujuan akhir adalah peningkatan operasional pelabuhan perikanan.
Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk menentukan prioritas program peningkatan
operasional PPI Meulaboh, dimana Kondisi dan isu strategis PPI Meulaboh telah
diperoleh sebelum menentukan berbagai alternatif program pengembangan.

Kajian Kepustakaan
Definisi Pelabuhan Perikanan
Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor 16 tahun 2006,
Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem
bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan.

135 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan
lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan
(Lubis, 2007).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994 ) diacu dalam Lubis (2007) bahwa
aspek-aspek tersebut secara terperinci adalah:
1) Produksi : bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan
perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya.
2) Pengolahan : bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang
dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.
3) Pemasaran : bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan
tempat awal pemasaran hasil tangkapanya.

Klasifikasi Pelabuhan Perikanan


Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16/MEN/2006
tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama
yaitu kriteria teknis antara lain:

1) Tipe A : PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)


Faktor kriteria:
(1) Melayani kapal perikanan berukuran >60 GT;
(2) Menampung 100 unit kapal atau 6000 GT;
(3) Melayani kapal yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE Indonesia, dan
perairan internasional;
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton/tahun;
(5) Memberi pelayanan untuk ekspor;
(6) Tersedia lahan untuk industri perikanan.

2) Tipe B : PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)


Faktor kriteria:
(1) Melayani kapal perikanan berukuran 15-16 GT;
(2) Melayani kapal yang beroperasi di ZEE Indonesia, dan perairan nasional;
(3) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 8000-15000 ton/tahun.

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 136


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

3) Tipe C : PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai)


Faktor kriteria:
(1) Melayani kapal perikanan berukuran 5-15 GT;
(2) Menampung 50 unit kapal atau 500 GT;
(3) Melayani kapal yang beroperasi di perairan pantai;
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 4000 ton/tahun.

4) Tipe D : PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)


Faktor kriteria:
(1) Melayani kapal perikanan berukuran >10 GT;
(2) Melayani kapal yang beroperasi di perairan pantai;
(3) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 2000 ton/tahun.

Fasilitas Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan perikanan merupakan tempat yang memiliki berbagai fasilitas yang
berguna didalam pelaksanaan fungsi dan peranannya sebagai pelabuhan (Lubis, 2007).
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan
terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan.
Fasilitas tersebut masing-masing sekurang-sekurangnya memiliki fasilitas
(Lubis, 2007) antara lain:
1) Fasilitas Pokok, sekurang-kurangnya memiliki pelindung seperti breakwater,
revetment, groin, dermaga, kolam, alur pelayaran, jalan, drainase, dan lahan
pelabuhan;
2) Fasilitas Fungsional, sekurang-kurangnya memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
navigasi pelayaran, air bersih, es, bahan bakar, listrik, bengkel, laboratorium
pembinaan mutu, kantor administrasi pelabuhan, alat angkut ikan dan es, dan
pengolahan limbah;
3) Fasilitas penunjang atau tambahan, sekurang-kurangnya memiliki tempat
pembinaan nelayan, pos jaga, pos pelayanan terpadu, peribadatan, MCK, kios Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Operasional Pelabuhan Perikanan


Menurut Mardiyanto (2004) operasional pelabuhan perikanan merupakan
tindakan atau gerakan sebagai pelaksana rencana yang telah dikembangkan untuk

137 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

memanfaatkan fasilitas pada pelabuhan perikanan agar budidaya guna secara optimal
bagi “fasilitas itu sendiri” maupun “fasilitas terkait”.
Dalam lingkup operasionalisasi PP/PPI permasalahannya terfokus kepada faktor
sumber daya manusianya yaitu personal atau siapa yang mengerjakan tugas dan
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan untuk menjalankan fasilitas yang tersedia
dan melaksanakan fungsinya, bagaimana ia melaksanakan pekerjaannya dengan cara
prosedur yang benar sehingga mencapai tujuan yang direncanakan dengan
memperhatikan untuk kepentingan siapa itu dilaksanakan.
Kegiatan operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan adalah
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1994 diacu dalam Lubis, 2007):
1) Pendaratan ikan
Pendaratan ikan di pelabuhan perikanan sebagian besar berasal dari kapal
penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan itu, hanya
sebagian kecil berasal dari PP/ PPI yang dibawa ke pelabuhan itu dengan
menggunakan sarana transportasi darat.
2) Penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan
Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan dan pengawasan
mutu hasil perikanan, penanganan ikan segar di pelabuhan perikanan dilakukan
dengan metode pendinginan yang dapat dikelompokkan nenjadi tiga kategori yaitu
pendinginan dengan es, pendinginan dengan udara dingin, dan pendinginan
dengan air dingin.
Pengolahan ikan dimaksudkan untuk mempertahankan mutu sehingga waktu
pemasaran menjadi lebih lama serta meninggikan nilai jual ikan. Kegiatan
pemasaran yang dilakukan di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional, dan
ekspor. Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di
Indonesia, antara lain :
(1) TPI  Pedagang besar  Pedagang lokal  Pengecer  Konsumen
(2) TPI  Pedagang besar  Pedagang lokal  Konsumen
(3) TPI  Pengecer  Konsumen
3) Penyaluran perbekalan
Pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini
adalah penyaluran BBM, penjualan air bersih, penjualan es dan suku cadang.

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 138


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Pelayanan perbekalan ini umumnya diadakan oleh pihak UPT Pelabuhan, KUD,
koperasi pegawai pelabuhan, BUMN, dan pihak swasta.

Beberapa prinsip penting bilamana pengoperasian suatu pelabuhan perikanan


dikatakan berhasil (Lubis, 2007) adalah:
1) Sangat baik dipandang dari dari sudut ekonomi, yang berarti hasil pengoperasian
pelabuhan itu dapat menguntungkan baik bagi pengelola pelabuhan itu sendiri
maupun bagi pemiliknya. Disamping itu hasil dari pengoperasian pelabuhan tersebut
mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan kota khususnya dan nasional
umumnya;
2) Sistem penanganan ikan yang efektif dan efisien. Dengan kata lain pembongkaran
ikan dapat dilakukan secara cepat disertai penseleksian yang cermat, pengangkutan
dan penanganan yang cepat;
3) Fleksibel dalam perkembangan teknologi. Dalam hal ini pengembangan suatu
pelabuhan perikanan misalnya seringkali diperlukan mekanisasi dari fasilitas-
fasilitas pelabuhan tersebut. Misalnya perlunya Vessel lift pada fasilitas dock,
tanggal berjalan (tapis roulant) untuk pembongkaran dan penseleksian ikan.
Disamping itu diperlukan fasilitas pelabuhan karena semakin meningkatnya
produksi perikanan pelabuhan, misalnya perluasan gedung pelelangan, perluasan
dermaga, dsb;
4) Pelabuhan dapat berkembang tanpa merusak lingkungan sekitarnya (lingkungan
alam dan lingkungan sosial);
5) Organisasi serta pelaku-pelaku didalam pelabuhan bekerja secara aktif dan
terorganisasi baik dalam kegiatannya.

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan


Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ada, terdapat tiga kelompok kegiatan utama
yang berkaitan erat dengan pengelolaan pelabuhan (Lubis, 2007) yaitu:
1) Pengelolaan infrastruktur, suprastruktur dengan semua aktivitas penunjang, antara
lain: investasi pelabuhan, penyusunan anggaran, perencanaan pembangunan, pajak,
perbaikan, dan pemeliharaan fasilitasnya seperti alur pelayaran, mercusuar, dan
jalan-jalan di lingkungan pelabuhan;
2) Adanya kontak antara penjual dan pemakai jasa pelabuhan (klien), terhadap kapal
dan barang-barang/komoditi perikanan serta pemeliharaannya. Kontak ini secara

139 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

eksplisit dapat berupa kegaitan-kegiatan ataupun jasa-jasa yang diberikan oleh


pelabuhan;
3) Peraturan-peraturan kepelabuhan antara lain: peraturan-peraturan lokal, nasional
maupun internasional dalam menentukan sirkulasi maritim, peraturan dalam hal
keduanya, perhitungan statistik, pencatatan keluar masuknya kapal, pencatatan dan
pemeliharaan kesehatan awak kapal.

Pengelolaan pelabuhan perikanan sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi


suatu negara khususnya kondisi para pelaku di pelabuhan tersebut, dengan kata lain
pengelolaan suatu pelabuhan ada kalanya berbeda antara negara satu dengan negara
lainnya untuk jenis pelabuhan yang sama. Berdasarkan Lubis (2007), pada dasarnya ada
4 tipe pengelolaan pelabuhan, dimana masing-masing tipe mempunyai pola yang
berbeda. Keempat tipe tersebut adalah:
1) Pengelolaan oleh pemerintah daerah
Pemerintah daerah merupakan pengelola sekaligus pemiliknya. Biaya pengoperasian
dapat ditunjang oleh pemeintah daerah, ada juga bantuan finansial dari pemerintah
pusat. Pelabuhan perikanan yang dikelola oleh pemerintah daerah adalah PP skala
D, dimana pemerintah daerah melaui Dinas Perikanan tingkat 1 atau tingkat II
adalah pengelolanya. Ada beberapa hal seperti aktivitas pelelangan ikan yang
dipercayakan kepada koperasi unit desa (KUD) Mina untuk mengelolanya.
2) Pengelolaan oleh perusahaan umum (semi-publik)
Pengelolaan pelabuhan dilakukan oleh perusahaan umum yang dipercayakan oleh
pemerintah setempat. Tipe pengelolaan ini terdapat di negara-negara Asia, Amerika
dan negara persemakmuran. Pengelola pelabuhan berkewajiban mencari keuntungan
untuk dapat menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan.
3) Pengelolaan oleh pemerintah pusat
Pengelola dan pemilik pelabuhan adalah pemerintah pusat dalam hal ini adalah unit
pelaksana teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap c/q Bina
Prasarana Perikanan yang bertugas memberikan bimbangan, melaksanakan
koordinasi dan pengendalian terhadap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
kepelabuhanan.
4) Pengelolaan oleh Swasta

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 140


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Pelabuhan dikelola oleh suatu perusahaan swasta atau suatu grup perusahaan swasta.
Pengelolaan dilakukan sebagaimana halnya mengelola suatu perusahaan. Pengelola
bertujuan mencari keuntungan semata-mata, dalam hal ini kepentingan umum
terabaikan. Pelayanan atau kegiatan yang memberikan keuntungan saja yang
dilakukan, sementara kegiatan yang tidak mendatangkan keuntungan walaupun
diperlukan oleh masyarakat jarang dilakukan.

Metode Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di PPI Meulaboh (Gambar 1) pada bulan Juli-
Oktober 2008. Pada Januari 2014, pengamatan kondisi existing menunjukkan kebutuhan
peningkatan operasional PPI Meulaboh cenderung memiliki kesamaan dan isu strategis
juga masih relavan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2008. Oleh karena itu,
hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi positif untuk peningkatan operasional PPI
Meulaboh ke depannya.

Gambar 1: Lokasi penelitian Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh, Kabupaten


Aceh Barat.

141 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Metode pengambilan data


Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei. Pemilihan
responden didasarkan pada pertimbangan banyaknya informasi yang diketahui atau
dikuasai responden (Saaty, 1993). Oleh karena itu, pengisian kuesioner dan wawancara
ditujukan lansung kepada pihak petugas Dinas Perikanan dan Kelautan, Bappeda Aceh
Barat, pengelola PPI, pihak petugas TPI, nelayan, dan pengusaha perikanan.
Wawancara dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk
mendapat informasi terkait operasional PPI Meulaboh pasca tsunami, sekaligus untuk
mendapatkan informasi strategis kondisi eksisting PPI Meulaboh saat ini, yang akan
digunakan sebagai acuan hierarki indentifikasi atribut hierarki pada proses AHP.
Sedangkan tahap kedua adalah untuk mendapatkan strategi pengembangan PPI
Meulaboh ke depannya. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan aspirasi dan persepsi
stakeholder/responden terhadap prioritas program pengembangan PPI Meulaboh. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2: Desain penelitian prioritas pengembangan PPI Meulaboh (AHP).

Analisis data
Analisis pengembangan PPI Meulaboh dalam penelitian ini menggunakan metode
Analisis Hierarki Proses (AHP). Adapun langkah-langkah penggunaan AHP dalam
studi ini adalah (Saaty, 1993): 1) Menyusun hierarki, 2) menetapkan prioritas dan 3)
konsistensi logis, dimana nilai rasio konsistensi harus 10 % atau kurang. Jika rasio
lebih dari 10 % pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu diperbaiki (Saaty, 1993;
Nurani, 2002). Analisis ini dilakukan secara bertahap dan sistematis dengan
mengurutkan prioritas berbagai faktor yang berpengaruh dalam pengembangan PPI
Meulaboh yang didapatkan dari penggalian isu strategis yang menjadi acuan atribut
hierarki. Perhitungan dalam analisis ini berasal dari isian kuesioner responden ahli.
Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 142
ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

pengolahan data dilakukan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak kumputer,


yaitu Expert Choice 2000 for Windows.

Temuan
Keadaan umum lokasi penelitian
Letak geografis
Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara geografis terletak pada 040 06’ – 040 – 47’
LU dan 950 52’ – 960 30’ BT. Wilayah Kabupaten Aceh Barat memiliki batas
administrasi Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dengan Aceh Tengah dan
Nagan Raya di sebelah timur, dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya
di sebelah barat dan selatan. Luas wilayah daratan Kabupaten Aceh Barat mencapai
2.927,95 km2 atau seluas 292.795 ha, sedangkan panjang garis pantai diperhitungkan
50,55 km dengan luas laut 12 mil atau 233 km2 daratan (DKP, 2007).
Kabupaten ini memiliki empat kecamatan yang berbatasan lansung dengan
Samudera Indonesia dan merupakan Kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Johan
Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Kecamatan Arongan Lambalek. Serta 8 kecamatan
daratan yaitu Kaway XVI, Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla,
Woyla Barat dan Woyla Timur (BPS, 2008).
PPI Meulaboh berlokasi di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan. Luas
Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan adalah 44,91 Km2 atau 1,53 % dari luas kabupaten
(BPS, 2008).

Keadaan perikanan tangkap


Menurut Hafinuddin (2010), armada penangkapan ikan yang beroperasi di
Kabupaten Aceh Barat terdiri dari sampan (perahu tanpa motor) dan perahu motor
(PM). Perahu tanpa motor (PTM) terbagi dalam perahu tanpa motor (PTM) kecil,
sedang dan besar. Sedangkan perahu motor terbagi dalam perahu motor tempel dan
kapal motor (KM). Adapun pertumbuhan rata-rata per tahun (tahun 2001-2007) armada
penangkapan ikan di Kabupaten Aceh Barat adalah 5,65 %. Sedangkan jenis alat
tangkap yang dominan di Kabupaten Aceh Barat adalah pukat tarik (34%), kemudian
jaring kelitik (23%) dan pancing ramit (15%). Pada tahun 2007, nelayan di kabupaten
ini mencapai 2970 jiwa. Pada tahun yang sama, volume produksi perikanan tangkap
mencapai 16.060,30 ton dengan nilai produksi Rp 198.471.700,-

Kondisi existing dan isu strategis PPI Meulaboh


143 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id
ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Hasil penggalian isu strategis terhadap kondisi pembangunan PPI Meulaboh


pasca gempa dan tsunami yang dilakukan dengan wawancara mendalam (in depht
interview) menunjukkan masih terdapat banyak persepsi di tengah-tengah masyarakat
mengenai eksistensi dan efektivitas program. Melalui analisis deskriptif yang dilakukan
terhadap data yang ada, diperoleh isu strategis yang menjadi persepsi mayoritas
responden seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Isu strategis tentang kondisi PPI Meulaboh pasca tsunami


No Isu Strategis
1 Masih menimbulkan hambatan pengembangan usaha perikanan
Pembangunan PPI Meulaboh yang telah dilakukan dirasa belum tepat
sasaran dan kurang efektif disebabkan instansi terkait yang menjadi
2
pelaksana (pemerintah) dengan pelaku dunia usaha dan kelembagaan
belum terpadu, kurang koordinasi
Karena upaya pemerintah belum maksimal untuk menfasilitasi dunia usaha
3 perikanan di PPI Meulaboh maka program ke depan harus lebih memihak
pelaku dunia usaha (nelayan, pedagang dan pengolah)

Hasil dari kondisi existing dan penggalian isu strategis, kemudian disusun
hierarki terdiri dalam 3 tingkatan (Tabel 2); 1) tujuan yang ingin dicapai (goal) dari
peningkatan operasional PPI Meulaboh; 2) aktor yang bertanggung jawab dalam
peningkatan operasional PPI Meulaboh; 3) program pengembangan PPI Meulaboh.

Strategi peningkatan operasional PPI Meulaboh


Penerapan program peningkatan operasional PPI Meulaboh dikelompokkan
dalam empat capaian besar (Tabel 2). Hasil perhitungan nilai prioritas elemen (Gambar
2) dari tujuan penerapan program diperoleh bahwa peningkatan fungsi dan operasional
PPI Meulaboh seperti pendaratan, pemasaran, penanganan dan pengolahan mutu hasil
tangkapan serta perbekalan melaut dan pengembangan masyarakat nelayan merupakan
tujuan utama pengembangan PPI Meulaboh (0.297). Sedangkan untuk aktor yang
memegang peranan strategis dalam peningkatan operasional PPI Meulaboh adalah
pelaku dunia usaha (0.471). Sebagai skenario peningkatan operasional PPI Meulaboh ke
depan, maka hasil mengerucut pada usaha normalisasi kolam pelabuhan/alur keluar
masuk kapal motor nelayan Sungai Krueng Cangkoi sebagai prioritas utama (0,255).
Pembangunan SPBN sebagai prioritas pemgembangan yang kedua (0.164) dan
merekontruksi jembatan penghubung Desa Ujong Baroh-Padang Seurahet sebagai
alternatif skenario yang ketiga (0.138) (Gambar 3).

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 144


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Tabel 2: Faktor yang berpengaruh dan isu strategis tentang kondisi operasional PPI
Meulaboh dan prioritas program pengembangannya
No Faktor/Isu Strategis
Goal/tujuan yang ingin dicapai dari skenario pengembangan PPI
Meulaboh
Memperlancar aktifitas keluar masuk kapal nelayan pada Pangkalan
1
Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh
2 Peningkatan Fasilitas PPI Meulaboh
Peningkatan fungsi dan operasional PPI Meulaboh seperti pendaratan,
3 pemasaran, penanganan, dan pengolahan mutu dan pengembangan
masyarakat nelayan
Meningkatkan kenyamanan bagi para pengguna PPI Meulaboh (nelayan,
4 pedagang, pengolah ikan, konsumen) dalam memaksimalkan keberadaan
PPI Meulaboh
Aktor dan sub aktor yang bertanggung jawab dan pemegang otoritas
dalam pengembangan PPI Meulaboh
1 Pemerintah
2 Legislatif (DPRK)
3 Pelaku Dunia Usaha
4 Kelembagaan
Skenario program pengembangan PPI Meulaboh
Normalisasi kolam pelabuhan/alur keluar masuk kapal motor nelayan
1
Sungai krueng Cangkoi
2 Pembangunan stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN)
3 Perluasan lahan PPI
Peningkatan sosialisasi dan edukasi terhadap kebersihan/hieginis PPI
4
Meulaboh
5 Pelatihan penanganan mutu dan pengolahan hasil tangkapan
Peningkatan sarana PPI Meulaboh terutama dalam aktifitas pendaratan dan
6
pelelangan serta pemasaran hasil tangkapan
Merekontruksi jembatan penghubung Desa Ujong Baroh-Padang Seurahet
7
yang menjadi hambatan pendaratan hasil tangkapan di PPI Meulaboh

7/12/2009 9:22:51 AM Page 1 of 1

Model Name: Pengembangan PPI MBO

Priorities with respect to: A Combined


Goal: Alternatif Pengembangan PPI Me...

Peningkatan fungsi dan operasi .297


Memperlancar aktivitas keluar .266
Peningkatan Fasilitas PPI Meul .259
meningkatkan kenyamanan bagi p .178
Inconsistency = 0.01
with 0 missing judgments.

145 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id


ISSN : 2355-5564
7/12/2009 9:28:04 AM Page 1 of 1
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin
Model Name: Pengembangan PPI MBO

Priorities with respect to: Combined


Goal: Alternatif Pengembangan PPI Meulaboh
>Memperlancar aktivitas kel...
B

Pelaku Dunia Usaha .471


Pemerintah Daerah .221
7/12/2009 9:51:35 AM Page 1 of 1
Kelembagaan .180
Legislatis (DPRK) .128
Inconsistency = 0.02
with 0 missing judgments. Model Name: Pengembangan PPI MBO

Priorities with respect to: Combined


Goal: Alternatif Pengembangan PPI Meulaboh
C
>Memperlancar aktivitas keluar masuk kapal nelayan pada PPI Meulaboh
>Kelembagaan
>Koperasi

Pengerukan kolam pelabuhan/alu .255


Mempercepat penyelesaian pemba .164
merekontruksi jembatan penghub .138
peningkatan sarana PPI Meulabo .137
Perluasan lahan PPI .121
Pelatihan penanganan mutu dan .098
Peningkatan sosialisasi dan ed .087
Inconsistency = 0.01
with 0 missing judgments.

Gambar 3: Hasil kombinasi AHP untuk tujuan program pengembangan PPI Meulaboh
(A), aktor yang terlibat (B) dan prioritas skenario pengembangan PPI Meulaboh (C).

Pembahasan
Pelaksanaan skenario pengembangan dengan menitikberatkan pada tujuan
peningkatan fungsi dan operasional PPI Meulaboh merupakan sebuah upaya
pengembangan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER. 16/MEN/2006, dimana pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan
pemasaran.
HaFin perikanan akan berjalan dengan
Selain itu, strategi pengembangan pelabuhan
optimal apabila pihak-pihak yang memegang otoritas saling bersinergi. Dalam konsep
triple reward system, pemerintah/legislatif, masyarakat (kelembagaan) dan swasta
(pelaku dunia usaha) harus mampu mewujudkan kesinergisan dalam gerak untuk
HaFin
pencapaian tujuan bersama.
Hasil dari studi ini menunjukkan prioritas program pengembangan adalah
normalisasi Sungai Krueng Cangkoi sebagai jalur keluar masuk kapal perikanan dengan
kedalaman yang sesuai untuk pelabuhan perikanan tipe D yaitu lebih dari 2 meter (PER.
16/MEN/2006). Menurut Lubis (2007) alur pelayaran dan kolam pelabuhan adalah
fasilitas pokok di pelabuhan perikanan. Selain itu, penyempurnaan terhadap sarana dan

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 146


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

prasarana pelabuhan harus terus dilakukan, di antaranya pembangunan SPBN dan


merekontruksi jembatan penghubung antar desa. Namun untuk implementasi program
tersebut memerlukan dana yang memadai, sehingga komitmen stakeholder sangat
diperlukan dan mencari investor dalam upaya pembinaan sarana dan prasarana adalah
sebuah upaya yang logis (Edi et al., 2006).
Kebutuhan setiap pelabuhan perikanan cenderung beragam. Namun, pengelolaan
dan kebijakan pengembangan yang diambil oleh stakeholder seharusnya berorientasi
pada upaya peningkatan pelayanan kepada konsumen (Danial, 2007). Selain itu, Lubis
(2009) menjelaskan bahwa pengelolaan yang baik terhadap aktivitas dan fasilitas
pelabuhan perikanan serta proses modernisasi akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas ikan, nilainya bertambah, sehingga dampak positifnya dirasakan oleh para
nelayan.

Kesimpulan
Sebagai upaya peningkatan operasional PPI Meulaboh setelah 10 tahun tsunami,
maka skenario atau prioritas program yang dapat dilaksanakan oleh otoritas perikanan
dan kelautan adalah 1) pengerukan jalur pelayaran PPI Meulaboh, yaitu Sungai Krueng
Cangkoi, 2) pembangunan SPBN dan 3) merekotruksi jembatan penghubung antar desa
Ujong Baroh-Padang Seurahet. Hal ini diharapkan dapat meminimumkan pengeluaran
nelayan PPI Meulaboh dan meningkatkan pelayanan PPI Meulaboh terutama untuk
nelayan, pedagang dan pengolah ikan.

Daftar Pustaka

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat. (2008). Aceh Barat Dalam Angka
2008. BPS Kabupaten Aceh Barat.
[DKP] Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. (2007). Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). DKP Kabupaten Aceh Barat.
Danial. (2007). Evaluasi rencana pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Soreang ditinjau dari aspek teknis dan biologis di Kota Parepare Sulawesi
Selatan. Jurnal Protein, 14, 93–102.

147 Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id


ISSN : 2355-5564
PERIKANAN TROPIS Volume .1, Nomor.1, 2014
Strategi Peningkatan Operasional Pelabuhan Hasaruddin & Solihin

Edi, I. B. P., Anggoro, S., & Susilowati, I. (2006). Analisis efisiensi pelabuhan
perikanan dan strategi pengembangan (pokok bahasan pelabuhan perikanan
samudera cilacap). Jurnal Pasir Laut, 2, 64–78.
Hafinuddin. (2010). Tingkat operasional PPI Meulaboh pasca tsunami dan dan prioritas
program pengembangannya. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Lubis, E. (2009). Saatnya benahi pelabuhan perikanan di Indonesia. Majalah Samudera.
Retrieved from http://majalahsamudra.blogspot.com/2009/07/saatnya-benahi-
pelabuhan-perikanan-di.html
Lubis, E. (2007). Buku I : Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bagian Pelabuhan
Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor : Bogor
Mardiyanto, B. 2004. Pelabuhan Perikanan : Fungsi, Fasilitas, Panduan Operasional,
Antrian Kapal. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Menteri Kelautan dan Perikanan. (2006). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
NOMOR PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta :
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Nurani, Tri Wiji. (2002). Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process) Suatu
Metode untuk Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan
Kelautan. Laboratorium Sistem dan Optimasi Perikanan Tangkap. Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. 47 hal.
Peraturan Presiden. (2005). Peraturan Presiden Republik Indonesia NOMOR 30 Tahun
2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekontruksi Wilayah dan
Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan
Nias Provinsi Sumatera Utara. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Saaty, TL. (1993). Proses Hirarki untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
Kompleks. Binaman Pressindo. Jakarta.

Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan www.utu.ac.id 148


ISSN : 2355-5564

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai