Anda di halaman 1dari 17

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5

2.1 Definisi ................................................................................................................ 5

2.2 Epidemiologi ....................................................................................................... 5

2.3 Etiologi ................................................................................................................ 5

2.4 Patogenesis.......................................................................................................... 7

2.5 Gejala Klinis ....................................................................................................... 8

2.6 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 9

2.7 Diagnosis............................................................................................................. 9

2.8 Diagnosis Banding ............................................................................................ 10

2.9 Penatalaksanaan ................................................................................................ 10

2.10 Pencegahan ....................................................................................................... 13

2.11 Komplikasi ........................................................................................................ 14

2.12 Prognosis ........................................................................................................... 14

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulisan laporan kasus stase Ilmu Penyakit Dalam ini dapat

diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Laporan kasus yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai

“Pityrosporum Ovale”. Penulisan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas

individu stase Kulit dan Kelamin.

Dengan terselesaikannya laporan kasus ini kami ucapkan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada dr. Buih spesialis kulit dan kelamin, selaku pembimbing

kami, yang telah membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan laporan kasus

ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya,

semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.

Sepanjang,

November 2017

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Pedikulosis ialah Infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh

Pediculosis (dari family Pediculidae) dan yang menyerang manusia adalah

Pediculus humanus yang bersifat parasit obligat (di dasar rambut) yang artinya

harus menghisap darah manusia untuk mempertahankan hidup. Pedikulosis juga

sangat mudah untuk menular dan dapat menularkan tifus endemik dan gatal

kambuhan.

Ada beberapa klasifikasi pedikulosis, yaitu Pediculus humanus var. Capitis

yang menyebabkan pedikulosis kapitis, Pediculus humanus var. Corporis yang

menyebabkan pedikulus korporis dan Phthirus pubis yang menyebabkan pedikulus

pubis yang dulu disebut Pediculus pubis.

Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang

disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis. Penyakit ini dapat ditemukan di

seluruh dunia tanpa adanya batasan umur, jenis kelamin, ras, status ekonomi &

status sosial. Gejala utama yang sering ditemukan adalah gatal pada kulit kepala

terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk. Pedikulosis kapitis disebut juga

kutu kepala atau head lice.

Diperkirakan sekitar 15% anak Indonesia mengalami masalah kutu rambut,

serangga kecil tanpa sayap yang mengisap darah manusia lewat kulit kepala.

Meskipun kutu rambut tidak menimbulkan masalah kesehatan serius,

keberadaannya bisa sangat mengganggu dan menjengkelkan karena menimbulkan

gatal terus-menerus di kepala. Faktor-faktor resiko untuk infestasi yang disebarkan

kutu yaitu berbagi sisir, topi, dan sikat yang terinfestasi, sebagaimana juga setiap

3
kontak antar kepala (kutu kepala), Pakaian atau tempat tidur yang terinfestasi (kutu

badan, kutu kepala jika terjadi kontak dengan kepala). Kontak fisik yang dekat,

terutama seksual (kutu pubis, kutu kepala jika terjadi kontak dengan kepala).

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pedikulosis kapitis adalah Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan

Pediculus humanus var. capitis.

2.2 Epidemiologi

Penyakit ini lebih menyerang anak-anak yaitu 3 - 11 tahun tetapi dapat

terjadi pada semua umur. anak perempuan lebih sering dibandingkan anak laki-laki.

dan cepat meluas di lingkungan yang padat seperti asrama dan panti asuhan.

Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik (misalnya jarang membersihkan

rambut). Cara penularannya melalui peratntara, misalnya sisir, kasur, topi, dan

bantal. Di Amerika Serikat, lebih umum dalam putih dari kulit hitam. Kutu dapat

bertahan dari kulit kepala sampai 55 tahun.

Insidensi Paling umum pediculosis. Memperkirakan bahwa 6-12000000

orang di Amerika Serikat adalah penuh setiap tahun. Bordeaux, Perancis: sampai

49% dari anak-anak sekolah. Jerusalem, Israel: 20% pada tahun 1991. Bristol, UK:

25% pada tahun 1998. Ilorin, Nigeria: 3,7% pada tahun 1987.

2.3 Etiologi

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan

menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang

lebih besar (panjang 1,2 - 3,2 mm lebar lebih kurang setengah panjangnya) daripada

yang jantan (sekaligus jumlahnya lebih sedikit). Siklus hidupnya melalui stadium

5
telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan

mengikuti tumbuhnya rambut (makin ke ujung terdapat telur yang lebih panjang).

Satu kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 –

150 telur. Telur berbentuk oval dan umumnya berwarna putih atau kuning.

Siklus Hidup

Siklus hidup kutu rambut terdiri dari 3 tahap : telur, nimpa, dan dewasa.

Telur : telur kutu rambut berukuran 0,8 – 0,3 mm dan berbentuk oval. Telur

diletakkan oleh betina dewasa pada pangkal rambut yang terdekat dengan kulit

kepala. Telur membutuhkan waktu sekitar 1 minggu untuk menetas (6 – 9 hari).

Nimpa : telur yang menetas akan berubah menjadi nimpa. Nimpa terlihat seperti

kutu dewasa tetapi berukuran lebih kecil. Nimpa akan menjadi matang setelah 3

kali berubah dan menjadi dewasa dalam waktu 7 hari setelah menetas.

Dewasa : Kutu dewasa berukuran kira – kira sebesar biji wijen, memiliki 6 buah

kaki. Dewasa betina biasanya berukuran lebih besar dari jantan dan dapat

mengeluarkan 8 telur setiap hari. Untuk dapat bertahan hidup, kutu dewasa harus

menghisap darah beberapa kali sehari. Tanpa darah, kutu dewasa akan mati dalam

waktu 1 – 2 hari.

6
2.4 Patogenesis

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk rmenghilangkan

rasa gatal. Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu dewasa menyimpan

kotorannya di kulit kepala, yang akan menyebabkan timbulnya rasa gatal. Selain itu

gatal juga ditimbulkan oleh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam

kulit waktu menghisap darah. Garukan yang dilakukan untuk menghilangkan gatal

akan menyebabkan terjadinya erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan

terjadinya infeksi sekunder.

7
2.5 Gejala Klinis

Gejala yang dominan yaitu rasa gatal (terutama di daerah oksipital dan

temporal). Karena ada garukan, maka terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder

(ada pus dan krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena

banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah

bening regional (oksiput dan retroaurikular). Dalam keadaan ini menimbulkan bau

busuk.

8
2.6 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis, Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi

diagnosis. Dengan pemeriksaan mikroskop dapat terlihat kutu dewasa

dengan 6 kaki, yang tebalnya 1-4 mm, tidak bersayap, berwarna abu-abu

berkilat sampai merah jika menghisap darah.

 Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi

memperlihatkan fluoresensi kuning-hijau dari kutu dan telur

2.7 Diagnosis

Diagnosis dari kutu rambut dapat ditegakkan dengan menemukan nimpa

hidup atau kutu dewasa pada kulit kepala atau rambut seseorang. Nimpa hidup atau

kutu dewasa sangat sulit ditemukan. Hal ini disebabkan ukurannya yang kecil, cepat

berpindah tempat, dan sering menghindari cahaya.

Apabila nimpa atau kutu dewasa tidak ditemukan, dugaan terhadap kutu

rambut dapat dipikirkan apabila menemukan telur yang menempel kurang dari 1

cm dari pangkal rambut. Telur lebih mudah untuk ditemukan, terutama di daerah

leher atau belakang telinga. Telur harus dibedakan dengan ketombe sebab telur

lebih sulit dilepaskan akibat menempel karena perekat yang dihasilkan oleh kutu

rambut.

Apabila pada kulit kepala tidak ditemukan nimpa atau kutu dewasa, dan

telur ditemukan lebih dari 1 cm dari kulit kepala, maka kemungkinannya adalah

akibat infestasi terdahulu dan sudah tidak aktif, sehingga tidak memerlukan

pengobatan.

9
2.8 Diagnosis Banding

a. Dermatitis seboroika

Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan

skuama pada daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan

dengan pedikulosis kapitis dengan tidak ditemukannya telur atau kutu pada daerah

kepala yang gatal.19,20

b. Impetigo krustosa

Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus B hemolyticus ditandai dengan

eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat

yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu.

c. Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat

kelainan berupa lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan

dengan KOH, akan didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang

merupakan penyebab tinea kapitis.

2.9 Penatalaksanaan

Umum

- Hindari kontak dengan semua barang atau alat mungkin terkontaminasi

seperti topi, headset, pakaian pelapis, handuk, sisir, sikat rambut, tempat

tidur

10
- Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan

mesin cuci dalam air panas, kemudian keringkan dengan menggunakan

panas.

- Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama 5-10 menit, atau

Sisir dan sikat harus direndam dalam alkohol atau larutan Lysol 2% untuk

1 jam.

- Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati.

- Beritahu para guru sekolah bila ditemukan kasus

- Memangkas rambut, Bagi anak laki-laki yang memiliki masalah kutu

rambut parah, cara termudah untuk menghilangkannya adalah memangkas

rambut sampai plontos. Pencukuran sebaiknya dilakukan di rumah, bukan

di tempat pangkas rambut untuk menghindari kemungkinan penularan ke

orang lain, bagi anak perempuan rambut dipotong pendek jika kutu dan telur

terlalu banyak juga dapat dilakukan pemotongan rambut sampai plontos/

botak.

- Membuang telur untuk mencegah penyebaran setelah pengobatan

pedikulisid tidak diperlukan, karena hanya kutu hidup yang dapat

menyebarkan penyakit. Pedikulosida tidak dapat menghilangkan 100%,

oleh karena itu, telur dapat dihilangkan menggunakan sisir khusus / serit

(terutama 1 cm dari kulit kepala).

Khusus

- Malathion

Obat malathion organophosphate adalah suatu penghambat cholinesterase

dan telah digunakan selama 20 tahun untuk pengobatan kutu kepala.

11
Malathion 0,5% atau 1% yang digunakan dalam bentuk losio atau spray.

Caranya : malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian

dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya

rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan

rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika

masih terdapat kutu atau telur.

- Gameksan 1 %

Yang mudah didapat di Indonesia adalah krim gama benzene heksaklorida

(gameksan) 1%. Cara pemakaian: setelah dioleskan lalu didiamkan 12 jam,

kemudian dicuci dan disisir agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih

ada telur, pengobatan diulang secara berkala.

- Benzil benzoat 25%.

Obat lainnya adalah emulsi benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara setelah

dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir agar semua

kutu dan telur terlepas. Jika masih ada telur, pengobatan diulang secara

berkala.

- Untuk infeksi sekunder, sebaiknya rambut dicukur dan diobati dengan

antibiotika sistemik dan/atau topical, lalu disusul dengan obat yang telah

disebutkan sebelumnya dalam bentuk shampoo. Higiene merupakan syarat

supaya tidak terjadi residif.

Kegagalan terapi adalah disebabkan Kesalah pahaman instruksi, ketidak

patuhan, instruksi yang tidak tepat dari produk-kutu kepala atau dari profesional

12
kesehatan, biaya tinggi produk, misdiagnosis, gatal psikogenik, telur hidup tidak

dihapus atau di ambil setelah menghilangkan kutu.

2.10 Pencegahan

Kutu rambut akan mati dalam 1 – 2 hari setelah jatuh dari kepala manusia.

Kutu rambut umumnya menyebar melalui kontak langsung antara kepala dengan

kepala (rambut dengan rambut). Untuk mencegah penyebaran dari kutu rambut

maka hal yang dapat dilakukan adalah :

o Hindari kontak langsung rambut dengan rambut sewaktu bermain atau saat

aktifitas di sekolah dan di rumah.

o Jangan saling meminjam topi, skarf, mantel, seragam olahraga, jaket,

bandana atau topi baret .

o Jangan saling meminjam handuk, sisir , sikat. Cucilah menggunakan air

panas (minimal 710 C selama 5 – 10 menit) sisir atau sikat yang digunakan

oleh seseorang dengan kutu rambut.

o Jangan berbaring di kasur, sofa, bantal, karpet atau pada binatang berbulu

yang kontak dengan seseorang dengan kutu rambut.

o Bersihkan lantai dan perabotan menggunakan vakum, terutama pada tempat

dimana orang dengan kutu rambut duduk atau berbaring. Namun tidak perlu

menghabiskan banyak uang dan waktu untuk membersihkan rumah.

o Cucilah baju, sprei, dan barang lain yang digunakan oleh sejak 2 hari

sebelum pengobatan dimulai menggunakan air panas (540C). Baju dan

pakaian yang tidak dapar dicuci dapat dicuci kering ATAU dirapatkan

dalam kantong plastik dan disimpan selama 2 minggu.

13
o Jangan mencuci rambut dahulu selama 1-2 hari setelah pengobatan dengan

obat kutu rambut. Jangan gunakan sampo dengan kondisioner sebelum

pengobatan.

o Jangan gunakan semprotan fumigasi atau pengasapan; hal tersebut tidak

dapat mematikan kutu rambut dan dapat bersifat racun apabila terhirup atau

diserap melalui kulit.

2.11 Komplikasi

Beberapa orang akan berkembang menjadi suatu infeksi sekunder akibat

garukan. Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul

dan abses.

2.12 Prognosis

Baik bila hygiene diperhatikan dan tidak kontak dengan pasien yang

pedikukosis.

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pedikulosis ialah Infeksi kulit/rambut pada manusia yang

disebabkan oleh Pediculosis (dari family Pediculidae) dan yang menyerang

manusia adalah Pediculus humanus yang bersifat parasit obligat (di dasar

rambut) yang artinya harus menghisap darah manusia untuk

mempertahankan hidup. Pedikulosis juga sangat mudah untuk menular dan

dapat menularkan tifus endemik dan gatal kambuhan.

Ada beberapa klasifikasi pedikulosis, yaitu Pediculus humanus var.

Capitis yang menyebabkan pedikulosis kapitis, Pediculus humanus var.

Corporis yang menyebabkan pedikulus korporis dan Phthirus pubis yang

menyebabkan pedikulus pubis yang dulu disebut Pediculus pubis.

Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang

disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis. Penyakit ini dapat

ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur, jenis kelamin, ras,

status ekonomi & status sosial. Gejala utama yang sering ditemukan adalah

gatal pada kulit kepala terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, 2009, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi kelima,Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 119-121

2. Fitzpatrik’s. Dermatology in General Medicine Volume Three. Seventh

Edition. Mc GrawHill. USA;2008

3. Siregar, R.S., 2016, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ed. 3, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 195-196

4. Guenther LC, Pediculosis and Pthiriasis (Louse Infestation),

https://emedicine.medscape.com/article/225013-overview

5. Bramono K., Budimulja U., 2015. Nondermatofitosis. Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FKUI

6. Wasiatmaja, 2015. Erupsi Akneiformis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FKUI

7. James W.D. et al., 2011. Andrews’ Diseases of The Skin Clinical

Dermatology 7th Edition. Elsevier

16
17

Anda mungkin juga menyukai