Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perencanaan merupakan suatu kegiatan pemikiran yang sistematis,


berjangka panjang dan tindakan tindakan pelaksanaan yang perlu ditempuh dalam
persiapan sebelumnya, guna mencapai sasaran yang telah di tetapkan secara
optimal.

Perencanaan transmisi yang terdiri atas kriteria listrik dan kriteria mekanis,
mempunyai tujuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengadaaan saluran
transmisi secara optimal, baik untuk memenuhi kebutuhan listrik di kota besar
maupun di pedesaan. Kebutuhan akan tenaga listrik yang terus menerus
meningkat, membuat perusahaan listrik yang ada lebih memaksimalkan potensi
yang ada, antara lain dengan mengurangi rugi-rugi yang timbul pada saat
penyaluran tenaga listrik mulai dari pembangkit sampai kepada konsumen.

Salah satu cara adalah dengan memperhatikan sistem transmisi, yang


merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Hal ini menjadi bagian dari sistem
tenaga listrik, untuk menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit listrik ke
gardu induk yang kemudian disalurkan kepada konsumen. Pada perencanaan
mekanis, adanya gaya-gaya mekanis pada menara dan penghantar perlu
diperhitungkan. Penghantar yang digunakan harus memiliki kekuatan mekanis
yang sangat baik. Penggunaan kawat penghantar dibatasi oleh karakteristik
mekanis serta beratnya sendiri, yang dapat menyebabkan andongan yang
berlebihan pada suatu rentangan pada suatu saluran transmisi. Disamping itu
penghantar dapat berayun melebihi batas-batas yang telah ditetapkan bila ditiup
angin dan akan mempengaruhi jarak bebas.

Pada daerah permukaan bumi yang tidak rata misalnya daerah


pegunungan, andongan kawat penghantar dapat mendekati permukaan bumi pada
bagian-bagian yang tinggi diantara 2 menara. Untuk mencegah hal ini diperlukan
penampang peta lokasi saluran udara, supaya pemasangan kawat pada suatu
rentangan, diperoleh andongan maksimum dengan jarak bebas dari permukaan
bumi.

Pada skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan satu bagian dari


perencanaan satu saluran transmisi listrik yaitu menghitung besar andongan kawat
penghantar ACSR ( Aluminum Cable Steel Reinforced) pada saluran transmisi
150 KV dengan menggunakan program komputer, untuk mempermudah
perhitungan. Skripsi ini mempunyai judul yaitu ‘Menghitung Andongan (Sagging)
Kawat Penghantar Saluran Transmisi 150 KV Dengan Program Matlab”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini dapat dirumuskan :

1. Bagaimana menghitung besar andongan kawat penghantar saluran


transmisi 150 KV yang terbentuk bila dipengaruhi oleh perubahan
suhu dan adanya tekanan angin.

2. Bagaimana cara menghitung besar andongan pada saluran transmisi


dengan bantuan program Matlab.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui besar andongan maksimum kawat penghantar


yang terbentuk pada saluran transmisi 150 KV.

2. Dapat menggunakan program Matlab untuk menghitung besar


andongan kawat penghantar saluran transmisi 150 KV.
1.4 Batasan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi ini yaitu ” Menghitung Andongan Kawat


Penghantar Saluran Transmisi 150 KV Dengan Program Matlab”, maka penulis
hanya membatasi pada aspek-aspek yang berhubungan dengan perencanaan
saluran transmisi khususnya dalam perhitungan andongan kawat penghantar, yang
disesuaikan dengan menggunakan program Matlab.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir, maka penulis


menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menerangkan tentang latar belakang permasalahan,


batasan masalah, tujuan, dan sitematika laporan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini membahas tentang teori umum saluran transmisi,


perencanaan saluran udara tegangan tinggi, perhitungan andongan
dan tegangan, dan teori Matlab.

BAB III : Metodologi Penulisan

Bab ini membahas tentang alat penelitian, data penelitian serta


jalanya proses penelitian.

BAB IV : Analisa dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang pembahasan penelitian dan hasil


perhitungan dalam pemakaian program Matlab.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab akhir dari penulisan yang merupakan inti
sari penulisan skripsi ini.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 UMUM

Tenaga listrik sangat berguna karena tenaga listrik itu dapat dengan
mudah disalurkan dan dapat membuat hidup manusia menjadi sejahtera. Tenaga
listrik dibangkitkan di PLT (Pusat Listrik Tenaga), seperti : PLTA (Pembangkit
Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTP (Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLTD
(Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir),
dan lain sebagainya.

Saluran transmisi biasanya dibedakan dari saluran distribusi karena


teganganya. Di Jepang, saluran transmisi mempunyai tegangan 7 KV ke atas,
sedang saluran distribusi 7 KV ke bawah. Di Amerika Serikat, dikenal 3 jenis
saluran, yaitu :

1. Saluran distribusi dengan tegangan primer 4 sampai 23 KV.

2. Saluran subtransmisi dengan tegangan 13 sampai 138 KV.

3. Saluran transmisi dengan tegangan 34,5 KV ke atas.

Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar
dari saluran yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga memperkecil
rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran. Penurunan tegangan dari tingkat
tegangan transmisi pertama-tama dilakukan pada gardu induk (GI), dimana
tegangan diturunkan ke tegangan yang lebih rendah, misalnya : dari 500 kV ke
150 KV atau 150 KV ke 70 KV. Kemudian penurunan kedua dilakukan pada
gardu induk distribusi dari 150 KV ke 20 KV atau dari 70 KV ke 20 KV.
Tegangan 20 KV ini disebut dengan tegangan distribusi primer.
Ada dua kategori saluran transmisi : saluran udara (overhead lines) dan
saluran kabel tanah (underground cable). Yang pertama menyalurkan tenaga listrik
melalui kawat-kawat yang digantung pada menara atau tiang transmisi dengan
perantaraan isolator-isolator, sedang kategori kedua menyalurkan tenaga listrik
melalui kabel-kabel yang ditanam dibawah permukaan tanah. Kedua cara
penyaluran di atas mempunyai untung ruginya sendiri-sendiri. Dibandingkan
dengan saluran udara, saluran bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk,
taufan , hujan angin, bahaya petir dan sebagainya. Lagi pula, saluran bawah tanah
lebih estetis karena tidak menggangu pandangan. Karena alasan terakhir ini,
saluran-saluran bawah tanah lebih disukai, terutama untuk daerah yang padat
penduduknya dan kota-kota besar. Namun biaya pembangunanya jauh lebih mahal
dibandingkan dengan saluran udara,dan perbaikanya lebih sukar bila terjadi
gangguan hubung singkat dan kesukaran-kesukaran lainya.

2.2 Sistem Tenaga Listrik

Menurut jenis arusnya dikenal sistem arus bolak-balik (AC= Alternating


Current) dan sistem arus searah (DC= Direct Current). Di dalam sistem AC
penaikan dan penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan
transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini saluran transmisi di dunia
sebagian besar adalah saluran AC. Di dalam sistem AC ada sistem satu fasa dan
sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
sistem satu fasa karena :

1. Daya yang disalurkan lebih besar.

2. Nilai sesaatnya (Instantaneous Value) konstan.

3. Mempunyai medan magnet putar.

Berhubung dengan keuntungan-keuntungannya, hampir seluruh


penyaluran tenaga listrik di dunia dewasa ini dilakukan dengan arus bolak balik.
Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus searah mulai
dikembangkan di beberapa bagian di dunia ini. Penyaluran DC mempunyai
keuntungan karena misalnya, isolasinya yang lebih sederhana, daya guna
(efficiency) yang lebih tinggi (karena faktor dayanya 1) serta tidak adanya
masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Tetapi
persoalan ekonominya masih harus diperhitungkan. Penyaluran tenaga listrik
dengan sistem DC baru dapat dianggap ekonomis (dapat bersaing dengan sistema
AC) bila jarak saluran udara lebih jauh, antara 400 sampai 600 km, atau untuk
saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan karena biaya
peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter dan inverter
equipment) mahal. Dalam skripsi ini hanya dibicarakan sistem arus bolak balik.
Penyaluran sistem tenaga listrik dapat kita lihat pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Penyaluran Sistem Tenaga Listrik

2.3 Klasifikasi Saluran Transmisi

Sesuai dengan fungsi, kebutuhan dan tegangan kerjanya maka saluran


transmisi dapat dikelompokkan dalam beberapa macam diantaranya :

2.3.1 Klasifikasi saluran transmisi untuk keperluan diagram


pengganti
Untuk keperluan analisa maka diagram pengganti biasanya dibagi dalam 3
kelas saluran yaitu :
 Saluran Transmisi Pendek (< 80 Km)

 Saluran Transmisi Jarak Menengah (80-250 Km)

 Saluran Transmisi Panjang (>250 Km)


Klasifikasi saluran transmisi harus didasarkan atas besar kecilnya
kapasitansi ke tanah. Maksudnya jika kapasitansi kecil maka arus bocor ke tanah
kecil terhadap arus beban, sehingga kapasitansi ke tanah dapat diabaikan. Hal ini
dapat disebut dengan saluran transmisi pendek. Tetapi jika kapasitansi mulai besar
sehingga tidak dapat diabaikan, tetapi jika kapasitansi belum begitu besar dapat
dianggap sebagai kapasitansi terpusat (lumped capacitance) dan hal ini sering
disebut dengan saluran transmisi jarak menengah. Dan jika kapasitansi tersebut
sangat besar sekali dan tidak dapat dianggap sebagai kapasitansi terpusat dan
harus dianggap terbagi rata sepanjang saluran maka hal ini dapat disebut dengan
saluran transmisi panjang.

2.3.2 Klasifikasi saluran transmisi menurut tegangan kerja


Di Indonesia standar tegangan transmisi adalah 70 KV, 150 KV,275
KV dan 500 KV, dan klasifikasi menurut tegangan ini masih belum nyata.
Tetapi di Negara-negara maju terutama dibidang transmisi listrik, seperti :
USA, Rusia, Canada dimana tegangan pada saluran transmisi bisa
mencapai 1000 KV. Maka disana klasifikasi berdasarkan tegangan adalah :
 Tegangan Tinggi bisa mencapai 138 KV

 Tegangan Extra Tinggi (Extra High Voltage) antara 220-765 KV

 Tegangan Ultra Tinggi (Ultra High Voltage) diatas tegangan 765


KV

2.3.3 Klasifikasi saluran transmisi berdasarkan fungsinya dalam


operasi
Berdasarkan fungsinya dalam operasi saluran transmisi dapat
disebutkan dengan :
 Transmisi : yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat
pembangkit ke daerah beban antara dua atau lebih sistem.
 Sub transmisi : transmisi percabangan dari saluran yang tinggi ke
saluran yang rendah.

 Distribusi : di Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan


distribusi adalah 20 KV.

2.4 Parameter-Parameter Saluran Tranmisi


Adapun parameter-perameter pada saluran transmisi diantaranya
adalah :
2.4.1 Induktansi
Ada 2 persamaan dasar yang dipakai untuk menjelaskan dan
merumuskan induktansi yaitu :
Persamaan yang pertama menghubungan tegangan imbas dengan
kecepatan perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian. Tegangan imbas
dapat dinyatakan dengan persamaan :

e= ...........................................2.1

dimana :
e = Tegangan imbas (volt)
τ = Banyaknya fluks gandeng rangkaian (weber- turns)
dt = Perubahan waktu (s)

Persamaan kedua dapat dinyatakan apabila arus pada rangkaian berubah-


ubah, maka medan magnet yang ditimbulkan juga akan berubah-ubah. Dan
apabila medan magnet yang ditimbulkan memiliki permebialitas yang
konstan, maka banyaknya fluks gandeng berbanding lurus dengan arus,
sehingga tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan arus.
Hal ini dapat dinyatan dengan persaman berikut :

e =L ...........................................2.2

dimana :

e = Tegangan imbas (Volt)

L = Induktansi rangkaian (H)

di/dt = kecepatan perubahan arus (A/s)

2.4.2 Kapasitansi
Kapasitansi saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara
penghantar (konduktor), kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut
bermuatan seperti yang terjadi pada plat kapasitor bila terjadi beda
potensial diantaranya. Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per
unit beda potensial. Kapasitansi antara penghantar sejajar adalah suatu
konstanta yang tergantung pada ukuran dan jarak pemisah dan penghantar.
Untuk saluran daya yang panjangnya kurang dari 80 km (50 mil),
pengaruh kapasitansinya kecil dan biasanya dapat diabaikan. Untuk
saluran-saluran yang lebih panjang dengan tegangan yang lebih tinggi,
kapasistansinya menjadi bertambah kering. Kapasitansi antara dua
penghantar pada saluran dua kawat didefenisikan sebagai muatan pada
penghantar itu per unit beda potensial diantara keduanya. Dalam bentuk
persamaan, kapasitansi per satuan panjang saluran adalah :
C= ...............................................2

dimana :

C = kapasitansi per satuan panjang (F/m)

q = muatan pada saluran (C/m)

v = beda potensial antara kedua penghantar (Volt)

2.4.3Resistansi
Resistansi penghantar saluran transmisi adalah penyebab terpenting
dari rugi daya (power loss) pada saluran transmisi. Jika tidak ada
keterangan lain maka resistansi yang dimaksud adalah resisitansi efektif.
Resistansi efektif dari suatu penghantar dinyatakan dengan persamaan
berikut :

R= ...............................2.4

dimana :

R = resistensi efektif dari suatu penghantar (Ω)

I = arus rms (A)

Daya = watt (w)


Sedangkan resistansi dc dinyatakan dengan persamaan :

R0= ρ ...........................................2.5

dimana :

R0 = resistensi dc (Ω)

ρ = resistivitas penghantar (ohm – meter)

l = panjang ( m)

A = luas penampang ( m2)

2.4.4Konduktansi

Konduktansi antar penghantar dan tanah, menyebabkan terjadinya


arus bocor pada isolator-isolator dari udara yang melalui isolasi dan kabel.
Karena kebocoran pada isolator saluran udara sangat kecil dan dapat
diabaikan, dengan demikian konduktansi antar penghantar pada saluran
udara sangat kecil dan diabaikan. Alasan untuk mengabaikan konduktansi
adalah karena konduktansi ini selalu berubah-ubah yakni kebocoran pada
isolator yang merupakan sumber utama. Konduktansi berubah dengan
cukup besar menurut atmosfer dan kotoran yang berkumpul pada isolator.

2.5 Tegangan Transmisi


Transmisi adalah sub sistem tenaga listrik, yang berperan menyalurkan
energi listrik dari pusat pembangkit ke gardu induk. Saat sistem beroperasi pada
sub-sistem transmisi selalu terjadi rugi- rugi daya. Jika tegangan transmisi adalah
tegangan bolak- balik tiga fasa, maka besarnya rugi- rugi daya tersebut adalah
sebagai berikut :

∆Pt = 3I2R (Watt) ...........................................2.6

dimana :

I = arus jala- jala transmisi (Ampere)

R = tahanan kawat transmisi per fasa (Ohm)

Arus pada jala- jala suatu transmisi arus bolak- balik tiga fasa adalah
sebagai brikut:

I = P/ .Vr.Cos φ ......................................2.7

dimana :

P = daya beban pada ujung penerima transmisi (watt)


Vr = tegangan fasa ke fasa pada ujung penerima transmisi

(Volt)

Cos φ = faktor daya beban

Jika persamaan 6 disubsitusikan ke persamaan 7, maka rugi- rugi daya


transmisi dapat ditulis sebagai berikut :
ΔPt = P2.R/Vr2.cos2 φ ..................................2.8

Terlihat bahwa rugi- rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan cara
meningggikan tegangan transmisi, memperkecil tahanan konduktor, dan
memperbesar faktor daya beban. Tetapi cara yang cenderung dilakukan adalah
meninggikan tegangan transmisi dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Memperkecil tahanan konduktor dengan memperbesar luas penampangnya


ada batasnya karena penambahan luas penampang panghantar juga ada
batasnya.
2. Perbaikan faktor daya beban dapat dilakukan dengan pemasangan
kapasitor kompensasi (shunt capacito).
3. Rugi- rugi transmisi berbanding lurus dengan besar tahanan konduktor dan
berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga
pengurangan rugi- rugi yang diperoleh, karena peninggian tegangan
transmisi jauh lebih besar, daripada pengurangan rugi- rugi karena
pengurangan tahanan konduktor.
Pertimbangan inilah yang mendorong perusahaan pembangkit
tenaga listrik lebih cenderung menaikkan tegangan transmisi.
Kecenderungan itu terlihat dari semakin meningkatnya tegangan transmisi
dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 2.1

Perkembangan tegangan transmisi Tenaga Listrik di Eropa, Amerika dan


Indonesia

Tahun Negara Tegangan

1882 Miesbach - Munchen 1,5 - 2 kV DC

1890 Deptford 10 kV

1892 Lauffen - Frankfurt 15-30 kV AC


1907 Stadwerke Munchen 50 kV AC

1912 Lauchhammer - Riesa 110 kV AC

1926 N. Pennsylvania 220 kV

1936 Boulder Dam 287 kV AC

1952 Hasspranget - Hallsberg 380 kV AC

1959 USSR 525 kV AC

1965 Manicouagan - Montreal 735 kV AC

1966 Indiana - W. Virgina 765 kV AC

1966 USA, Celile - Sylmar 800 kV DC

Namun peninggian tegangan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan


biaya peralatan dan gardu induk. Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi
dilakukan dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian,
jarak penyaluran, keandalan, biaya peralatan untuk tegangan tertentu serta
tegangan- tegangan yang sekarang ada dan yang direncanakan. Kecuali itu
penentuan tegangan harus juga dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada.
Penentuan tegangan merupakan bagian dari perancangan sistem secara
keseluruhan.

2.6 Komponen- Komponen Utama dari Saluran Transmisi Udara


Komponen utama dari saluran transmisi udara terdiri dari :

2.6.1 Menara transmisi atau tiang transmisi serta pondasinya


Pada suatu “Sistem Tenaga Listrik”, energi listrik yang
dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat
pengatur beban melalui suatu saluran transmisi. saluran transmisi tersebut
dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada
umumnya berupa saluran udara.
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada
umumnya menggunakan kawat telanjang, sehingga mengandalkan udara
sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda
sekelilingnya, dan untuk menyanggah/merentang kawat penghantar
dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu
konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara / tower.

Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi Saluran


Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ataupun Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena
mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh
dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah.
Namun demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-besinya
rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di
Indonesia, dimana pencurian besi-besi baja pada menara/tower listrik
mengakibatkan menara/tower listrik tersebut roboh, dan penyaluran energi
listrik ke konsumen pun menjadi terganggu.

Suatu tower harus kuat terhadap kuat terhadap beban yang bekerja
padanya antara lain, yaitu :

 Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).


 Gaya tarik akibat rentangan kawat.
 Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan
tower.

2.6.2 Jenis- Jenis Menara/ Tower Listrik


Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara/tower listrik
dibagi atas 4 macam, yaitu :
a. Menara Lattice, ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2 Menara Lattic

b. Menara Tubular steel pole, ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut


ini :
Gambar 2.3 menara Tubular steel pole

c. Menara 2 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan),


ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini :

Gambar 2.4 Menara 2 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).

d. Menara 4 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan),


ditunjukkan pada gambar 2.5 berikut ini :
Gambar 2.5 Menara 4 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).

2.6.3 Klasifikasi tower menurut dari tipe tower ditunjukkan pada


tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini :

Tabel 2.2 Tipe tower 150 kV

Tabel 2.3 Tipe tower 500 kV

2.7 Komponen-Komponen Menara / Tower listrik


Secara umum suatu menara / tower listrik terdiri dari:

 Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki


tower (stub) dengan bumi.
 Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan
pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi.
 Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada
tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan
tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama tinggi permukaannya.
 Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg
dengan badan tower bagian atas (super structure).
 Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan
common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir.
 Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan
atau mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada
umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang
mempunyai sudut belokan besar.
 “K” frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan
bridge maupun cross arm. “K” frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang
simetri. “K” frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.
 Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada
tengah-tengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak
dikenal di tower jenis pyramida.
 Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa
instalasi SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar
petir dan tulisan “AWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI”.
Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah
sebanyak dua buah, dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil
dan sisi yang menghadap nomor besar.
 Rambu identifikasi tower dan penghantar / jalur, berfungsi untuk
memberitahukan identitas tower seperti: Nomor tower, Urutan fasa,
Penghantar / Jalur dan Nilai tahanan pentanahan kaki tower.
 Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang
tidak berkepentingan untuk naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak
10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah
Rambu tanda bahaya.
 Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan
tower hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk
pijakan petugas sewaktu naik maupun turun dari tower.
 Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi
keatas tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar
stub tergantung pada jenis tower.

2.8 Isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin
atau gelas. Menurut penggunaan dan kontruksinya dikenal tiga jenis isolator
yaitu : Isolator jenis pasak, isolator jenis pos saluran dan isolator gantung. Isolator
keramik ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini :

Gambar 2.6 Isolator Keramik

Isolator jenis pasak dan isolator pos saluran digunakan pada saluran
transmisi dengan tegangan relatif rendah, sedangkan isolator gantung dapat di
gandeng menjadi rentengan isolator yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Isolator gantung ditunjukkan pada gambar 2.7 berikut ini :
Gambar 2.7 Isolator jenis Gantung

Isolator jenis pasak dan isolator pos saluran ditunjukkan pada gambar 2.8
dan gambar 2.9 berikut ini :

Gambar 2.8 Isolator jenis Pasak Gambar 2.9 Isolator jenis Pos Saluran

2.9 Kawat penghantar.


Penghantar untuk saluran transmisi lewat udara adalah kawat- kawat tanpa
isolasi yang padat, berlilit atau berongga dan terbuat dari logam biasa, logam
campuran atau logam paduan. Untuk tiap- tiap fasa penghantarnya dapat
berbentuk tunggal maupun sebagai kawat berkas. Menurut jumlahnya ada berkas
yang terdiri dari dua, tiga atau empat kawat. Kawat berkas dianggap ekonomis
untuk tegangan Extra High Voltage (EHV) dan Ultra High Voltage (UHV).

Jenis- jenis kawat penghantar yang digunakan pada saluran transmisi


adalah tembaga dangan konduktifitas 100 %, tembaga dengan konduktifitas 97,5
%, atau alumunium dengan konduktifitas 61 %.
Kawat penghantar alumunium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang
sebagai berikut :

AAC = ”All- Alumunium Conductor”, yaitu kawat penghantar yang


seluruhnya terbuat dari alumunium.

AAAC = ”All- alumunium – Alloy Conductor”, yaitu kawat penghantar


yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

ACSR = ”Alumunium ConductorSteel- Reinforced”, yaitu kawat


penghantar alumunium ber- inti baja.

ACAR = ”Alumunium Conductor Alloy- Renforced”, yaitu kawat


penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam
campuran.

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan


dengan kawat penghantar alumunium karena konduktivitas dan kuat tariknya
lebih tinggi. Tetapi kelemahanya ialah untuk besar tahanan yang sama, tembaga
lebih berat dari alumunium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat
penghantar alumunium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk
memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium digunakan campuran alumunium.
Untuk saluran- saluran transmisi tegangan tinggi dimana jarak antara kedua tiang /
menara jauh , dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat
penghantar ACSR.

2.10 Kawat Tanah.

Kawat tanah atau ground wires juga disebut dengan kawat pelindung
(shield wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat fasa
terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa. Sebagian
kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih murah tetapi
tidaklah jarang digunakan ACSR.
2.11 Andongan

Meskipun perhitungan andongan listrik dapat dimasukkan ke dalam


golongan ‘klasik’ kelistrikan, dan tiap ‘orang listrik’ mengetahui, bahwa kawat
yang digantung pada dua titik penggantungan akan merupakan suatu garis rantai,
namun penguraian dari rumus yang diperoleh dalam kebanyakan buku pedoman,
sulit ditemukan. Dibawah ini pertama-tama akan dijelaskan penurunan dari rumus
untuk garis rantai. Dari rumus ini akan ‘ditelurkan’ rumus-rumus yang praktisdan
sederhanayang biasa dipergunakan dalam praktek sehari-hari. Perlu dikemukakan,
bahwa rumus-rumus ini, terutama yang khusus, akan disesuaikan dengan VAB
(Voorschriften Voor De Aanleg Van Buitenleidingen) yang merupakan peraturan
sementara untuk saluran transmisi. Sehingga cocok untuk keadaan di Indonesia.

2.11.1 Rumus-Rumus Umum

Pada suatu penghantar, yang digantungkan pada dua titik gantungan yang
sama tingginya, diberi sistem koordinat sedemikian rupa, hingga titik nol terletak
bersamaan dengan titik terendah dari pada penghantar tersebut. Kemudian kawat
ini dipotong di dua tempat, yaitu pada x dan pada (x+∆x), hingga bagian ∆ℓ
terpotong (seperti terlihat pada gambar 2.10).

Gambar 2.10 Kawat Digantung pada Dua Titik sama tinggi


Pada potongan kawat ∆ℓ bekerja gaya-gaya :

1. Px dengan komponen-komponen Vx dan Hx.

2. Px+∆x dengan komponen-komponen V x+∆x dan H x+∆x.

3. B ∆ℓ, yaitu berat kawat ∆ℓ itu, bilamana B merupakan berat per satuan
panjang.

Agar kawat ∆ℓ itu tidak ‘melayang’, harus ada keseimbangan antara gaya-
gaya itu. Syaratnya adalah bahwa jumlah semua gaya sama dengan nol. Sehingga
dapat ditulis :

ΣX = 0 : → Hx = Hx+∆x = H

ΣY = 0 : → Vx + B ∆ℓ = Vx+∆x

Bilamana ∆ℓ menjadi sangat kecil, dapat ditulis :

dVx = Vx+ dx – Vx = Bdℓ

Karena :

Vx = H maka d ( H ) = Bdℓ

Karena :

(dℓ) 2 = (dy)2 + (dx)2 dapat ditulis :

dℓ = dx )2

Sehingga :

d(H ) = Bdx )2
Integrasi memberikan :

ln = ( + )2 ) = x+ K

dimana K merupakan konstanta integrasi, yang ditetapkan lebih jauh.

Untuk x = 0 berlaku = 0, sehingga :

K = lnl = 0

Dengan demikian persamaan di atas menjadi :

ln = ( + )2 ) = x

Pengkuadratan :

1+( )2 = є 2 -2є . +( )2

Integrasi sekali lagi memberikan :

x x
y= + + K1

Karena x = 0 dan y = 0 maka K1 =

Sehingga :

y= [cos x -1]

Rumus ini dikenal dengan nama ‘garis rantai’.


Tapi rumus ini masih perlu ditinjau lebih jauh dengan memisahkan titik-titik
penggantungan P (xp, yp) dan Q (xq, yq) tidak sama tinggi, jadi :

xp ≠ xq dan yp ≠ yq

dalam gambar 2.11 berlaku:

x1 = (xp +xq) : 2

(x1 berada di tengah xp dan xq)

Maka diperoleh :

yp = [ cos xp -1]

Gambar 2.11 Kawat Digantung Pada Dua Titik Dengan Tinggi Tidak Sama

yp = [ cos xq -1]

yt = [ cos xt -1]

Kemudian berlaku :

f = (yp + yq) : 2 – yt = ½ yt + ½ yq + yt

= [cos xp + cos xq] - - yt

Karena :
Cos a + cos b = 2 cos cos

Diperoleh :

f= cos ( xp + xq). Cos ( xp + xq) - - yt

= [ yt + ] [ cos - 1]

Perbedaan tinggi antara titik-titik penggantungan P dan Q, yaitu :

b = yq – yy menjadi

b= ( cos xp – cos xq)

Karena :

Cos a – cos b = 2 sin . sin

Maka :

b= sin ( xq + xp) x sin (xq + xp)

Dengan demikian :

b= sin ( xq – x p) .a

Selanjunya :

yt = cos xt =

Dengan demikian :

f= ( cos .a – 1).

Rumus ini berlaku secara umum yaitu kedua titik gantungan boleh berbeda tinggi.
Bilamana penggantungan sama tinggi artinya
a = am atau am : a = 1

maka berlaku :

f= (cos a – 1)

Penyesuaian rumus lebih lanjut maka dapat disimpulkan bahwa andongan tidak
tergantung dari penampang. Sehingga rumus untuk andongan adalah :

f=

dimana :

f = andongan, m.

b = kerapatan, kg/m. mm2 = kg/cm2.

a = jarak tiang, m.

p = tarikan, kg/mm2

Kemudian ditinjau rumus untuk panjang kawat :

1 = a (1+ ) = a (1 + )

Karena :

= maka diperoleh :

ℓ = a (1 + )

2.11.2 Pengaruh Suhu Terhadap andongan


Bilamana suhu to merupakan suhu permulaan, maka pada suhu itu
andongan adalah sebesar :

f = fo = = a (1+ )

Bilamana suhu naik ∆t = t –to oC, maka :

ℓ1 = ℓo (1 + α∆t) = a (1 + )

Bilamana : α ˂˂ t ˂˂ 1, maka dapat ditulis :

ft = f o

Dapat dikemukakan, bahwa menurut VAB ayat 2bagian A 1, harus diperhitungkan


dengan :

1. Suhu tertinggi dari 600 C.

2. Suhu terendah, dalam derajat celcius, dihitung menurut rumus : 15- 0,55 h,
dimana adalah tinggi diatas permukaan laut dinyatakan dalam hektometer.

2.11.3 Pengaruh Tekanan Angin

Tekanan angin mempengaruhi berat spsifik kawat. Berat sendiri kawat


bekerja vertikal sedangkan tekanan angin dianggap seluruhanya bekerja
horizontal.

Anda mungkin juga menyukai