PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di rumah sakit tidak hanya
prevalensi yang cukup tinggi, dengan laporan dari Australia dan penelitian
beberapa studi yang dilakukan di Jakarta (1995 – 1999) menunjukan bahwa 20% –
60% pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum dalam kondisi malnutrisi saat masuk
perawatan. Data lain juga menyebutkan bahwa sebanyak 69% dari pasien rawat inap
Pada dasarnya, setiap individu sebelum memasuki rumah sakit, telah memiliki
dilakukan skrining gizi.Skrining gizi adalah proses yang sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasi individu yang mengalami kekurangan gizi atau yang berisiko
dokter maupun ahli gizi (RD). Dari pengertian ini dapat diambil simpulan bahwa
skrining gizi bertujuan untuk menentukan seseorang beresiko malnutrisi atau tidak,
agar seseorang yang masih sehat tidak menderita masalah gizi, dan menghindari
Skrining gizi merupakan akses masuk kedalam siklus PAGT, tujuannya adalah
dengan masalah gizi (Lacey & Pritchett, 2003). Pasien yang teridentifikasi malnutrisi
membutuhkan asuhan gizi melalui proses skrining dan rujukan (AsDI & PERSAGI,
2011). Skrining gizi harus menjadi proses yang sederhana dan cepat yang dapat
dilakukan oleh perawat dan staf medis (Barendregt, 2008). Penilaian status gizi yang
baik pada pasien rawat inap di rumah sakit akan menghasilkan ketepatan dalam
rawat inap dan mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit (Wyszynskiet al., 1998).
Langkah pertama dalam proses skrining adalah pengumpulan data primer yang
diperoleh melalui alat skrining, dengan cara mewawancarai pasien sesuai pertanyaan
yang ada pada alat skrining yang digunakan. Kemudian, hasil dari wawancara
tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk tabel. Proses skrining harus berjalan
efektif. Adapun proses skrining dikatakan efektif jika memenuhi kriteria berikut ini :
1. Sederhana
Proses skrining tidak memerluan alat – alat yang mahal ( modern), dan
Proses skrining dilakukan dalam waktu yang singkat, agar pasien dapat
atau tidak.
adalah ukuran keakuratan tes yaitu seberapa besar kemungkinan tes untuk
Nilai prediktif negatif adalah kemungkinan bahwa orang dengan hasil tes
orang dengan hasil tes positif benar-benar beresiko malnutrisi.Semakin nilai prediksi
tinggi positif (misalnya, 90 persen), semakin berguna tes tersebut untuk memprediksi
Skrining gizi memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu tinggi
badan, berat badan, adanya alergi makanan tertentu, diet, adanya kecenderungan
pasien untuk mual atau muntah, dan kemampuan pasien dalam menelan dan
maka proses skrining ini sangat bermanfaat untuk mengatur pola diet serta
lain.Hal ini berguna agar seseorang yang mempunyai suatu penyakit dapat dijaga
kondisinya agar tidak timbul penyakit lain yang muncul karena penyakit yang ia
miliki.
3. Skrining juga merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya malnutrisi
4. Skrining mendukung NCP karena sebelum seorang pekerja medis member suatu
tindakan pada pasien, pasti selalu dilakukan proses skrining untuk menentukan
Skrining merupakan suatu tindakan medis yang sangat popular dan sudah diakui
Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan dalam proses skrining, yaitu
meliputi MUST, NRS, MNA, SNAQ, MST, dan SGA. Alat Skrining harus memiliki
derajat validitas yang tinggi, maka harus mencakup semua komponen yang
berhubungan dengan masalah gizi yang akan dihadapi, sehingga dapat didapatkan
solusi dan terapi yang paling tepat. Alat skrining juga harus praktis, tidak berlebihan,
dan harus terkait dengan langkah-langkah khusus sebagai tindak lanjut dari hasil
skrining.Dari alat skriningbisa didapatkan tiga macam hasil, yaitu pasien tidak
berisiko malnutrisi, tetapi harus dilakukan skrining ulang setelah jangka waktu
tertentu, pasien berisiko malnutrisi, sehingga dibutuhkan rencana terapi gizi untuk
Tujuan utama dari alat-alat skrining ini adalah untuk melihat apakah gizi rendah
dapat terjadi atau malah menjadi lebih buruk pada pasien untuk saat ini dan ke
depannya.
1. Apa kondisinya sekarang?
Tinggi badan dan berat badan dapat menentukan pengukuran IMT (indeks
Masa Tubuh). Range normal adalah pada IMT 20-25. Obesitas adalah pada IMT
> 30. Underweight adalah pada range <18,5. Pada kondisi-kondisi tertentu,
terutama pada orang yang sakit dan tidak dapat diukur berat badan dan tinggi
Penurunan berat badan dapat dilihat dari histori pasien, atau lebih baik, dari
pengukuran yang telah tercatat di catatan medis. Penurunan berat badan yang
signifikan lebih dari 5% selama tiga bulan dapat menjadi indicator terjadinya
malnutrisi.
3. Apakah kondisinya akan menjadi lebih buruk di masa yang akan datang ?
asupan gizi sejak dilakukan screening, dan apabila memang terjadi, maka
rumah sakit. Apabila ditemukan bahwa kebutuhan normal pasien, maka sangat
kebutuhan asupan gizi karena terjadi stress metabolisme dan penurunan nafsu
II. Tujuan
Melakukan skrining gizi pada pasien untuk mengukur kategori risiko malnutrisi
III. Manfaat
1. Bagi pembaca
2. Bagi mahasiswa
skrining gizi.
3. Bagi pasien
skrining gizi
BAB II
Strong Kids. Skrining di RS Emanuel yang melakukan skrining adalah perawat, metode
skrining Simple Nutrition Screening Tool (SNST) mempunyai kemampuan yang sama
dengan skrining gizi lainya ( NRS, MUST, NST) sehinnga dapat diterapkan ke semua
pasien dewasa yang baru masuk RS untuk mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi
dan untuk mencegah malnutrisi di rumah sakit dan pemberian intervensi dini sedini
mungkin skrinng gizi perlu dilakukan 1 x 24 jam pada saat pasien masuk kerumah sakit,
perawat dalam mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi. Untuk anak anak sendiri
Pada tanggal 2 maret 2017 sampai 6 maret 2017 dilakukan skrining gizi dengan
No No. RM Nama Usia Jenis Ruang Diagnosa Total Skor Hasil Skrining Skrining
(th) kelamin Skrining
1 00488409 Ny. SW 76 P Nakula 2.4 CKR, HT 2 Tidak Beresiko SNST
2 00488489 Ny.K 42 P Pergiwa 11 Post Infisi, Soft Tissu, 0 Tidak Beresiko SNST
Tumor Punggung
3 00282571 Tn. SH 26 L Gatot Kaca 10 Colic Renal 0 Tidak Beresiko SNST
KESIMPULAN
digunakan adalah SNST (Simple Nutrition Screening Tool) dan Strong Kids
2. Dari 15 pasien yang dilakukan skrining gizi. Pasien yang berisiko malnutrisi
sebanyak 10 orang (66,7 %) dan yang tidak berisiko malnutrisi sebanyak 5 orang
(33,3 %). Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka