net/publication/289531464
CITATIONS READS
0 2,916
1 author:
Samsul Maarif
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
9 PUBLICATIONS 13 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Learning Geometry: Introducing Geometrical Concept Based on Historical Perspective of Islam’s Geometrical Development View project
All content following this page was uploaded by Samsul Maarif on 22 November 2016.
Samsul Maarif
ABSTRAK
Geometri merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika. Akan
tetapi, perkembangan geometri pada pembelajaran geometri secara saat ini kurang
berkembang. Salah satu penyebabnya adalah kesulitan siswa dalam membentuk konstruksi
nyata secara teliti dan akurat, adanya anggapan bahwa untuk melukis bangun geometri
memerlukan ketelitian dalam pengukuran dan memerlukan waktu yang lama, serta tidak jarang
siswa mengalami kesulitan dalam proses pembuktian. Sementara itu, melukis memainkan
peranan yang penting dalam pembelajaran geometri di sekolah karena lukisan geometri
menghubungkan antara ruang fisik dan teori. Jika dikaji lebih lanjut mengenai kaitan antara
objek-objek geometri yang abstrak dengan kesulitan siswa dalam belajar geometri, maka akan
muncul dugaan bahwa sesungguhnya terdapat masalah dalam pembelajaran geometri di
sekolah berkaitan dengan pembentukan konsep-konsep yang abstrak. Mempelajari konsep
yang abstrak tidak dapat dilakukan hanya dengan transfer informasi saja, tetapi dibutuhkan
suatu proses pembentukan konsep melalui serangkaian aktivitas yang dialami langsung oleh
siswa. Rangkaian aktivitas pembentukan konsep abstrak tersebut selanjutnya disebut proses
abstraksi. Seiring perkembangan teknologi saat ini telah berkembang jenis alat peraga baru
yang dikenal dengan konsep alat peraga maya. Alat ini memiliki karakteristik benda-benda
semi kongkrit dan dapat dimanipulasi langsung oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Contohnya jenis Dynamic Geometry Software (perangkat lunak geometri dinamis). Dengan
demikian penggunaan teknologi berupa software telah dapat membantu meningkatkan
kemampuan matematis siswa, sehingga diharapkan dengan penggunaan software Cabri
Geometry dalam pembelajaran geometri juga akan mengembangkan kemampuan pembuktian
matematis, kemampuan penalaran matematis, kemampuan penalaran matematis dan
kemampuan pemecahan masalah matematis.
Kata Kunci: Kemampuan Matematis, Cabri Geometry II Plus
1. Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu tidak terlepas kaitannya dengan dunia pendidikan
terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memegang peranan penting.
Mengingat pentingnya matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sudah sewajarnya
matematika sebagai pelajaran wajib perlu dikuasai dan dipahami dengan baik oleh siswa di
sekolah-sekolah. Oleh sebab itu guru mempunyai peran penting membantu siswa agar dapat belajar
matematika dengan baik.
Menurut James dan James (Suherman, 2003: 31) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Mengingat objek-objek penelaahan dalam matematika bersifat abstrak dan harus dipelajari sejak
anak-anak, maka kegiatan pembelajaran matematika harus direncanakan sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 261
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
Geometri merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika. Namun dalam
beberapa tahun terakhir, geometri formal kurang begitu berkembang. Hal ini dapat disebabkan oleh
kesulitan siswa dalam membentuk konstruksi nyata yang diperlukan secara akurat, adanya
anggapan bahwa untuk melukis bangun geometri memerlukan waktu yang lama, dan kebanyakan
siswa mengalami kesulitan dalam proses pembuktian. Sementara itu, melukis memainkan peranan
yang penting dalam pembelajaran geometri di sekolah karena lukisan geometri menghubungkan
antara ruang fisik dan teori.
Geometri adalah materi pelajaran matematika yang membutuhkan kemampuan matematis yang
cukup baik untuk memahaminya. Menurut NCTM (Siregar, 2009) kemampuan yang harus dimiliki
siswa dalam mempelajari geometri adalah: 1) kemampuan menganalisis karakter dan sifat dari
bentuk geometri baik dua dimensi ataupun tiga dimensi, dan mampu membangun argumen-
argumen matematika mengenai hubungan geometri dengan yang lainnya; 2) kemampuan
menentukan kedudukan suatu titik dengan lebih spesifik dan gambaran hubungan spasial dengan
menggunakan koordinat geometri serta menghubungkannya dengan sistem yang lain; 3)
kemampuan aplikasi transformasi dan penggunaannya secara simetris untuk menganalisis situasi
matematis; 4) mampu menggunakan visualisasi, penalaran spasial, dan model geometri untuk
memecahkan masalah. Dengan menguasai kemampuan-kemampuan tersebut, diharapkan
penguasaan siswa terhadap materi geometri menjadi lebih baik.
Saat ini hampir setiap sekolah telah mempunyai laboratorium komputer. Komputer-komputer di
laboratorium sekolah tersebut pada umumnya hanya digunakan untuk kepentingan administrasi,
seperti mengetik surat, mengetik laporan, membuat daftar gaji, dan sebagainya. Masih jarang
sekolah yang menggunakan komputer untuk pembelajaran. Kalaupun ada, sebagian besar
komputer hanya digunakan untuk mata pelajaran komputer itu sendiri (TIK). Mungkin hal ini
disebabkan guru bidang studi (termasuk bidang studi Matematika), belum mampu menggunakan
program-program komputer tersebut dalam pembelajaran.
Kehadiran media mempunyai peran yang penting dalam proses pembelajaran matematika yang
objek kajiannya bersifat abstrak (termasuk materi geometri), terutama media yang dapat mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran geometri. Dewasa ini media pembelajaran berbasis komputer
telah berkembang pesat. Patsiomitou (2008) menyatakan bahwa pembelajaran geometri dengan
bantuan software geometri misalnya Cabri Geometry ada empat hal yang dapat dicapai siswa,
yaitu; (1) siswa dapat membangun kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan
software, (2) membangun skema mental melalui konstruksi dengan menggunakan skema, (3)
meningkatkan kemampuan reaksi visual mealalui kegiatan representasi visual, dan (4) membangun
proses pemikiran mengenai geometri berdasarkan teori Van Hiele melalui kombinasi aktifitas
representasi visual dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru saat proses belajar berlangsung.
Sunardi (2007) menyatakan bahwa dibandingkan dengan materi-materi matematika lainnya,
geometri menempati posisi yang paling memprihatinkan. Kesulitan siswa dalam belajar geometri
terjadi mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Sejalan dengan pendapat
tersebut, hasil penelitian Purniati (2009) juga menyebutkan bahwa kenyataan di lapangan, geometri
merupakan materi matematika yang menjadi masalah dari jenjang SD sampai SMP.
Jika dikaji lebih lanjut mengenai kaitan antara objek-objek geometri yang abstrak dengan kesulitan
siswa dalam belajar geometri, maka akan muncul dugaan bahwa sesungguhnya terdapat masalah
dalam pembelajaran geometri di sekolah berkaitan dengan pembentukan konsep-konsep yang
abstrak. Mempelajari konsep yang abstrak tidak dapat dilakukan hanya dengan transfer informasi
saja, tetapi dibutuhkan suatu proses pembentukan konsep melalui serangkaian aktivitas yang
dialami langsung oleh siswa. Rangkaian aktivitas pembentukan konsep abstrak tersebut selanjutnya
disebut proses abstraksi.
Nurhasanah (2010) menyatakan bahwa sesuai karakteristik geometri, proses abstraksi haruslah
terintegrasi dengan proses pembelajaran yang berlangsung sehingga harus memperhatikan
beberapa aspek seperti, metode pembelajaran, model pembelajaran, bahan ajar, ketersediaan dan
penggunaan alat peraga atau ketrampilan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Secara
262 Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
teori, pembentukan konsep yang terkait dengan objek-objek geometri dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu sudut pandang proses abstraksi dan sudut pandang teori Van Hiele.
Selain sudut pandang tersebut, dalam pembelajaran geometri perlu diperhatikan pula peranan alat
peraga yang berkaitan erat dengan objek geometri yang abstrak. Ketika teori Van Hiele muncul,
jenis alat peraga pembelajaran matematika masih sangat terbatas pada benda-benda kongkrit.
Namun, seiring perkembangan teknologi saat ini telah berkembang jenis alat peraga baru yang
dikenal dengan konsep alat peraga maya. Alat ini memiliki karakteristik benda-benda semi
kongkrit dan dapat dimanipulasi langsung oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Contohnya
jenis Dynamic Geometry Software (perangkat lunak geometri dinamis). Dengan demikian
penggunaan teknologi berupa Software Cabri Geometry II telah dapat membantu meningkatkan
kemampuan matematis siswa, sehingga diharapkan dengan penggunaan Software Cabri Geometry
II Plus dalam pembelajaran geometri juga akan mengembangkan kemampuan pembuktian
matematis, kemampuan penalaran matematis, dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
3. Dengan mengkonstriksi garis tersebut siswa telah membuktikan postulat dari sebuah garis
yaitu : Dua buah titik hanya dapat ditarik sebuah garis lurus. Selain itu, siswa juga dapat
membenarkan bahwa segmen AB itu ada yaitu erletak pada garis l dan seterusnya sesuai
dengan apa yang ada di dalam tabel.
4. Kemudian, setelah semua siswa melakukan konstruksi yang sama di Cabri Geometry, siswa
diminta untuk membandingkan langkah-langkah konstruksi dengan pernyataan dan
pembenaran bukti, yang memimpin mereka untuk menyertakan nomor langkah bukti
(diberikan dalam kurung) setelah setiap kalimat dan yang membantu mereka memahami
hubungan antara bukti dan konstruksi.
264 Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
2. Letakan titik P pada sisi AB dengan tombol Point on Object => Buat garis tegak lurus AC
melalui P dan garis tegak lurus AC melalui P dengan tombol Perpendiculer Line => Dengan
tombol Distance and Lengt tentiukan jarak P ke AC dan P ke BC=> kemudian jumlahkan kedua
jarak tersebut dengan tombol Calculate
3. Geser titik P kekanan dan kekiri biarlah siswa menyimpulkan sendiri. (Tentunya jawbanya
adalah jumlah keduanya akan selalu sama).
4. Setelah siswa dapat menyimpulkan eksplorasi tersebuat biarlah mereka melakukan eksplorasi
dengan pembuktin menggunakan aksioma atau postulat yang ada.
5. Tentunya jawaban yang kita inginkan dari siswa adalah sebagi berikut: dari gambar cabri
permasalahan di atas buatlah garis sejajar dengan salah satu garis tinggi tersebut dengan tombol
Parralel Line.
6. Dari gambar diatas segitiga BPQ kongruen dengan segitiga BPE sehingga PE (jarak P ke BC) =
BG. Dari konsep kesejajaran DP (jarak P ke AC) = FG, sehingga PE + DP = FG + BG = FB
(Selalu sama dimanapun titik P berada).
Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 265
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
2. Bangun geometri yang terbentuk adalah sebuah jajaran genjang sehingga dapat disimpulkan
“Dalam sebuah segiempat, jika diagonalnya membagi diagonal lainnya, maka segiempat
merupakan jajar genjang”.
266 Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
itu, dengan menggunakan Cabry II Plus siswa dapat menntukan sifat-sifat dari bangun geometri
karena dalam software keakuratan sangat tinggi.
Cabri geometri II Plus juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pemecahan masalah
geometri. Dengan Cabri geometri II Plus siswa mengkonstruksikan sebuah permasalahn yang
diberikan dan mengeksplorasi sehingga menemukan dugaan-dugaan sehingga siswa dapat
menemukan penyelesaian dari masalah yang telah diberikan.
Sebagai contoh: Diketahui sebuah bangun geometri yang berbentuk segitiga ABC,salah satu pojok
dari segitiga tersebut dipotong sehingga tampak seperti gambar di bawah ini:
Dengan tanpa memperpanjang garis yang melelui titik A dan B buatlah garis bagi sudut B!
Dengan menggunakan cabri geometri II plus kita dapat mengkonstruksi garis bagi sudut B dengan
langkah-langkah sebagi berikut:
1. Buatlah bangun yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tombol segment.
2. Kemudian, Buatlah garis bagi sudut A dan sudut C dengan tombol angle bisector
3. Tentukan titik potong dari kedua garis tersebut dengan menggunakan tombol intersection point
beri nama titik tersebut titik P
Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 267
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
4. Berikutnya tentukan sembarang titik pada segmen yg melalui A dan segmen yang melalui C
masing beri label D dan E dengan tombol point
5. Selanjutnya buatlah segmen DE dengan tombol segment
6. Langkah selanjutnya buatlah garis bagi pada sudut D dan E dengan tombol angle bisector,
kemudian tentukan titik potongnya beri label Q
268 Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
7. Kemudian buatlah garis yang melalui titik P dan Q dengan tombol line
8. Garis tersebut adalah garis bagi sudut B yang hilang untuk membuktikannya dengan
menggunkan tombol ray buat garis yang melalui titik A dan D dan melalui titik C dan E, maka
perpanjangan garis tersebut akan tepat berpotongan di garis yang telah dibuat yaitu di titik B.
6. Kesimpulan
Dengan segala kelebihan dari aplikasi sofware Cabri Geometry II Plus maka dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran geometri dengan aplikasi sofware Cabri Geometry daapat diterapkan dalam
pembelajaran karena memiliki ketelitian sehingga siswa dengan mudah mengeksplorasi
mengembangkan kemampuan matematis.
2. Kemampuan matematis seperti kemampuan pembuktian matematis, kemampuan penalaran
matematis, kemampuan penalaran matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis
dapat dikembangkan dengan permasalahan yang menarik dengan bantuan sofware Cabri
Geometry, siswa dapat mengembangkan kemampuan tersebut.
3. Pembelajaran dengan aplikasi sofware Cabri Geometry sangat cocok dilakukan pada siswa SMP
untuk mengeksplorasi kemampuan matematis tingkat tinggi seperti sofware Cabri Geometry.
Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 269
Volume I, Tahun 2013. ISSN 977-2338831
DAFTAR PUSTAKA
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA
Sunardi. (2007). Hubungan Tingkat Penalaran Formal dan Tingkat Perkembangan Konsep
Geometri Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jakarta: LPTK dan ISPI
Nurhasanah, F. (2010). Abstraksi Siswa SMP dalam Belajar Geometri melalui Penerapan Model
Van Hiele dan Geometer’s Sketchpad (Junior High School Students’ Abstraction in Learning
Geometry Through Van Hiele’s Model and Geometer’s Sketchpad). Tesis SPS UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan
Purniati. (2009). Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahapan Van Hiele dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP. Tesis SPs UPI Bandung:
Tidak Dipublikasikan
270 Prosiding Seminar Nasiona Matematika Dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi