Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CAIRAN TUBUH DAN DARAH

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Sigit Nugroho, Amd. Kep
2. Wamin Muhaemin, Amd. Kep
3. Yatno, Amd. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CIREBON


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan asam basa didalam
tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan saluran air dan elektrolit,
serta pengaturan komponen – komponen tersebut oleh ginjal dan paru. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbangai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut ) dan zat tertentu ( zat terlarut ). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel
– partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuma, dan cairan intravena ( IV ) dan distribusi
keseluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam sveluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan cairan dan elektrolit,salah satunya adalah
penyakit. Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak dan memiliki orientasi yang baik biasanya
dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa yang normal karena
mekanisme adaftaif tubuhnya. Namun bayi, bayi, orang dewasa yang menderita penyakit
berat, klien dengan gangguan orientasi atau klien yang imobilitasi, serta lansia sering kali tidak
mampu merespon secara mandri dan seiring dengan waktu kemampuan adaptif tubuh mereka
tidak lagi dapat mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit, da asam basa tanpa
adanya bantuan oleh karena itu, asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi
pengkajian dan perbaikan ketidak seimbangan atau upaya mempertahankan ketidak
seimbangan cairan, elektolit dan asam basa.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cairan dalam tubuh
2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
3. Untuk mengetahui bagaimana cara perpindahan cairan tubuh
4. Mampu mendreskipsikan bagian-bagian darah
5. Mengetahui fungsi darah
6. Mengetahui hubungan darah dengan kesehat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan Tubuh


Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.
Distribusi Cairan Tubuh
Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.
Cairan Ekstrasel
tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan interstisial mengisi
ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan
tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.
Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak
berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun
5% berat tubuh.
Cairan Intrasel
adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut yang penting untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40%
berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan
yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
2. Dewasa 60%
3. Anak-anak 60 – 77%
4. Infant 77%
5. Embrio 97%
6. Manula 40 – 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami
kehilangan jaringan tubuh.
Fungsi Cairan Tubuh
1. Memberi bentuk pada tubuh
2. Berperan dalam pengaturan suhu tubuh
3. Berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
4. Sebagai bantalan
5. Sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
6. Media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
7. Untuk performa kerja fisik
Pengaturan Cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa
haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan
darah.
Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang
dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal
dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga
dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan
pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa
keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan
sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar
atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga
sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500
cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada
output cairan.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan
pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman,
keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah
secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih).
Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring
pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran
darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam
sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali ke
ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.
2. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat
banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat
yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses
merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui
feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata
pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

2.2 Keseimbangan Cairan


Komposisi cairan tubuh
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Kebutuhan cairan tubuh
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan.
Pergerakan cairan tubuh
Difusi : proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.
Osmosis : bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui membran semipermeabel dari larutan
yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
Filtrasi : perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon
terhadap adanya tekanan cairan.
Transpor aktif : bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena daya aktif tubuh
seperti pompa jantung.
2.3 Cara Perpindahan Cairan Tubuh
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Osmosis proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat.
Transport aktif Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis.
2.4 Gangguan Mempengaruhi Cairan Tubuh
Hipovolume/Dehidrasi : Ringan, Sedang, Berat
.Hipervolume/ Overhidrasi
2.5 Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
B. Komposisi Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah).
Gambar 1.1 Skema susunan darah manusia

C. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)


Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi
sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana kekuning-kuningan yang
didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen.
Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa
metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
a. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
b. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
c. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.
Plasma darah terdiri atas serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas,
fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah,
sedangkan serum adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat
antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.
D. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
a. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu,
erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian sel
darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat
oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap
dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke
sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah
merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula
zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah
merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan
oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit
terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih
seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya
sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada
tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan
jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah
merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per miliketer kubiknya sebanyak 4,5
juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh
limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari
hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk
sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi
sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO)
yang disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai
doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang
berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang
beredar.
Gambar 1.2 gambar sel darah merah (eritrosit)
b. Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah sel darah
putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm 3 darah
terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki
inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat
menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan
limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap
(ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
1. Leukosit Bergranula (Granulosit)
· Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya
bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah
kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia
untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya
· Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%.
Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing.
Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi
dengan eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk
memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
· Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar
1%. Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa,
maka akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil
mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.

2. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)


· Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan
terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah
putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
· Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau
bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh, maka
tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya tubuh
memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen. Glikoprotein
yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila glikoprotein tersebut
disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap
sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri kita sendiri. Hal
tersebut juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
1. S Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan (fagositosis). Fagosit
terdiri dari dua macam:
a. Neutrofil, terdapat dalam darah
b. Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam jaringan atau
rongga tubuh

2. S Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
a. T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar leher)
b. B Limfosit (B Sel)
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke
dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui
kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak berdiam
diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat
penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini dapat mencengah
terjadinya serangan virus.
c. Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam
sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat
200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000
disebut trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8 hari. Meskipun demikian
trombosit mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya
trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di dalamnya.
Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di
dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk
anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.
Gambar 1.3 Skema pembekuan darah
E. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:
a) Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
b) Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke
organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 – 37oC.
c) Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
d) Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)
F. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah
Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah manusia.
Di bawah ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang disebabkan oleh sel – sel darah
:
a) Anemia
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
sel darah merah hingga di bawah normal sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah yang diperlukan tubuh. Penyakit tersebut dapat disebabkan dari pendarahan
hebat, seperti akibat kecelakaan, berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan
meningkatnya penghancuran sel darah merah.
Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena
setiap satu bulan sekali perempuan mengalami pendarahan yang lumayan banyak yaitu saat
menstruasi. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala
terasa melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia berupa tranfusi darah. Salah
satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi, misalnya bayam, atau bisa juga dengan mengonsumsi suplemen
penambah darah.
b) Leukemia
Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah. Penyakit tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel darah putih yang tak terkendali. Leukemia terjadi jika proses pematangan
dari stem sel menjadi sel darah putih dalam sumsum tulang menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kemoterapi, kemoterapi
berguna untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain kemoterapi, penderita
leukimia bisa juga melakukan transplantasi sumsum tulang, namun transplantasi sumsum
tulang adalah proses yang cukup rumit karena memerlukan pendonor sumsum tulang dengan
tingkat kecocokan yang cukup tinggi.
c) Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit yang bersifat menurun (genetik), maksudnya dapat
diturunkan pada keturunannya. Penderita penyakit ini tidak dapat menghentikan pendarahan
akibat luka karena darahnya sukar membeku. Untuk pengobatan penderita hemofilia sepertinya
agak sulit dilakukan, karena penyakit ini adalah penyakit keturunan. Pada pendarahan yang
cukup serius, misalnya saja mengalami kecelakaan, maka penderita hemofilia bisa saja
mengalami kematian karena darahnya sukar membeku. Sebaiknya para penderita hemofilia
berhati-hati dengan benda-benda tajam ataupun sesuatu yang bisa menyebabkan mereka
mengeluarkan darah. Hemofilia hanya diderita oleh kaum laki-laki, tetapi gen ini dibawa oleh
perempuan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut ) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada di
dalam larutan.
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan.
Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat
mengakibatkan kematian.
Sistem peredaran darah pada manusia merupakan sistem yang tertutup karena selalu
beredar di dalam pembuluh darah saja. Peredaran darah pada manusia juga disebut sistem
peredaran darah ganda karena beredar ke seluruh bagian tubuh serta melewati jantung sebanyak
dua kali.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

3.2 Saran
Dari makalah ini kami selaku penulis menyarankan kepada pembaca untuk selalu
memenuhi kebutuhan dan keseimbangan cairan dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta :
Dian Rakyat.
Pearce, Evelyn. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Communication Limited, Cambridge. 1996. Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-instruksional.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi Pelajaran Biologi untuk SMA/MA. JakartaGaneca Exact.
Gabriel, Dr.J.F. 2005. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta.
Nomi, Toshitaka. 2009. Membaca Karaktek Melalui Golongan Darah. Gramedia: Jakarta
Syarifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta.
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai