PENDAHULUAN
Berdasarkan lembaran daerah no. 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administrasi
di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta
Utara, dilengkapi dengan 22 kecamatan dan 220 kelurahan. Pembentukan kecamatan dan
kelurahan berdasarkan asas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 371.335
jiwa untuk kecamatan, 30.000 jiwa untuk kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk
kelurahan pinggiran.
Kota Administrasi Jakarta Timur adalah nama sebuah kota administrasi di bagian
timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pusat Pemerintahannya berada di Cakung. Di
sebelah utara, ia berbatasan dengan kota administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
Sedangkan di sebelah timur, ia berbatasan dengan Bekasi. Kota ini, di bagian selatan,
berbatasan dengan Kota Depok. Dan di sebelah barat, ia berbatasan dengan kota
administrasi Jakarta Selatan. Jakarta Timur yang bermotto Bambu Apus - Sri Dunting ini
adalah salah satu dari 5 kota administrasi dan 1 kabupaten administrasi DKI.
1
Kelurahan Pekayon merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pasar Rebo Jakarta
Timur yang memiliki luas ± 317,73 ha dengan batas - batas sebagai berikut (Dinas
Kependudukan, 2016)
o Sebelah Barat : Kelurahan Kalisari dan Tugu, Jl. Lapan/ Kali Suwuk/ Jl. Kalisari II
o Sebelah Timur : Kecamatan Ciracas, Kali Cipinang/ Kali Cibubur
o Sebelah Utara : Kelurahan Cijantung, Jl. Belly
o Sebelah Selatan : Kecamatan Cimanggis, Kota Depok
•
2
1.1.2 Gambaran Umum Demografis
Kelurahan Pekayon adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta
Timur, Provinsi DKI Jakarta. Kelurahan Pekayon terdiri dari 10 Rukun Warga (RW) dan 116
Rukun Tetangga (RT), dan 8896 jumlah KK. Pada umumnya penduduk berasal dari luar
Jakarta yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai karyawan dan pedagang.
NO RW RT JUMLAH
1 01 14 6.700
2 02 13 6.456
3 03 11 4.683
4 04 6 4.236
5 05 12 3.015
6 06 8 3.154
7 07 10 4.275
8 08 14 4.096
9 09 16 5.526
10 10 12 3.062
JML 10 116 45.203
3
Tabel 2. Susunan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Pekayon, (Sumber
https://kelurahanpekayon.wordpress.com)
WNI WNA
NO UMUR TOTAL
LK PR LK PR
1 0-4 2.591 2.533 - - 5.124
2 5-9 2.124 2.127 4.251
3 10-14 1.864 1.822 3.686
4 15-19 1.688 1.746 3.434
5 20-24 2.662 2.704 5.366
6 25-29 3.138 3.129 6.267
7 30-34 2.922 2.641 5.563
8 35-39 2.442 2.257 4.699
9 40-44 1.889 1.747 3.636
10 45-49 1.165 1.223 2.388
11 50-54 966 892 1.858
12 55-59 561 453 1.014
13 60-64 495 477 972
14 65+ 632 530 1.162
Jumlah 25.139 24.281 45.203
4
Tabel 3. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pekayon
5
Di Kelurahan Pekayon terdapat 2 klinik 24 jam, 1 Puskesmas, 23 Posyandu, 4
Posbindu dan 9 Posyandu Lansia. Adapun kegiatan pokok yang dijalankan oleh Puskesmas
Kelurahan Pekayon adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Data Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan Februari 2018
6
Tabel 5. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan Maret 2018
No. Nama Penyakit Jumlah Penyakit
7
Tabel 7. Jumlah Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon Bulan April
No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-5 Bulan 123 140 263
2 6-11 Bulan 219 221 440
3 12-23 Bulan 402 391 793
4 24-59 Bulan 838 847 1685
Jumlah 1.582 1.599 3.181
8
Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Kelurahan Pekayon Bulan April 2018,
dari semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon, mencapai
87,3% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut tercatat balita dengan status gizi kurang
sebanyak 1,23% dan balita dengan gizi buruk sebanyak 0.31%. Target pemantauan
pertumbuhan balita untuk indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar
pelayanan minimal adalah sebesar 80%. Dari data ini diperkirakan masih ada balita
dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan
penanganan.
1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
o Memantau salah satu rukun warga yang memiliki kasus gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pekayon
o Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi anak
2. Tujuan khusus
o Penemuan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk secara tepat oleh tenaga kesehatan.
o Meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat mengenai kemungkinan gizi kurang
pada anak-anak mereka
1.5 Manfaat
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang pentingnya gizi
untuk anak terutama saat balita karena pada masa ini adalah masa emas mereka untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Serta meningkatkan kesadaran ibu untuk memantau
perkembangan balitanya di posyandu setiap satu bulan sekali.
9
2. Bagi puskesmas
Program ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan untuk program
selanjutnya, khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dalam menangani balita
gizi kurang dan gizi buruk sesuai pedoman pelayanan.
3. Bagi penulis
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
3. Penyakit Infeksi
Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak
yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak rentan
terhadap penyakit infeksi.
5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebab terjadinya BBLR antara lain bayi lahir
prematur karena berbagai sebab (<37 minggu), bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
akibat hambatan pertumbuhan dalam kandungan maupun akibat keadaan gizi ibu yang
kurang baik. Bayi BBLR pada umumnya lebih rentan terkena penyakit karena sistem
kekebalan tubuh yang belum sempurna dan fungsi organ tubuh yang berfungsi optimal.
Penyakit ini akan mempengaruhi asupan gizi yang masuk sehingga dapat menyebabkan
gizi buruk.
6. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu
antigen. Imunisasi juga dapat mencegah dan mengurangi penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit. Apabila kekebalan tubuh meningkat, balita tidak rentan terkena penyakit.
Hal ini berhubungan tidak langsung dengan kejadian gizi buruk.
7. Status Ekonomi
Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada
keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan,
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial
ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita
dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi.
13
Permasalahan gizi merupakan masalah yang kompleks dan meliputi banyak
sektor. Haltersebut dapat dilihat pada bagan di bawajh ini :
(Atmawkarta, 2007)
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0
bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD
b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD
Penemuan anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan
anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas, Rumah Sakit, dan doker/bidan praktek swasta, hasil laporan masyarakat,
maupun dari skrining aktif.
15
Kemudian dilakukan pemeriksaan sesuai dengan alur berikut :
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat
menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak
tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
16
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o Celcius. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya
lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan
lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada
dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus
dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada
riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan
kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral (ReSoMal)
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok.
b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit yang
diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus)
RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.
Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit yaitu
kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah dan defisiensi Kalium
(K) dan Magnesium (Mg). Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu.
Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit
1 liter yang diencerkan 2x ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa
17
makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum
luar.
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan
protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula
WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan harus
disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5
gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila
anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco
½ dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula
WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus
sesuai dengan kebutuhan anak.
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk menghindari
resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak. Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0
gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml)
dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal
18
kandungan energi dan protein sama. Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya
sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian
(200 ml/kg bb/hari).
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun anemia biasa
terjadi, jangan langsung memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan
dan BB nya mulai naik (pada minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya . Berikan setiap hari tambahan multivitamin lain. Bila
BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi. Bila anak diduga
menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal. Vitamin A oral 1 kali. Dosis
tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin A.
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya
diberikan kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi bermain
terstruktur 15-330 menit/hari, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan
keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain).
Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan
dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas/bidan di desa.
19
2.1.6 Pencegahan
Menurut Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
(RAN-PPGB) dari Departemen Kesehatan RI 2005-2009 :
1. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia, sesuai dengan kewenangan wajib danStandar
Pelayanan Minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah.
2. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali
dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan
melalui revitalisasi Posyandu.
3. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana
gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat
melalui revitalisasi Puskesmas.
4. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP-
ASI dan makanan tambahan.
5. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi
tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat.
6. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan
masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan daya beli
keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.
7. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui
revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, yang
dievaluasi dengan kajian data SKDN yaitu (S)emua balita mendapat (K)artu
menuju sehat, (D)itimbang setiap bulan dan berat badan (N)aik, data penyakit dan
data pendukung lainnya.
20
BAB III
METODE
Kegiatan ini melibatkan dua kegiatan besar, yaitu penelitian dan intervensi.
Kegiatan penelitian dilakukan dengan metode observasional dengan fokus utama
melakukan observasi terhadap balita dengan status gizi dibawah garis merah dan analisis
mendalam terhadap faktor-faktor resiko terhadap BGM. Sementara intervensi dilakukan
dengan melakukan kunjungan rumah terhadap pasien tersebut.
Sasaran kegiatan pada kegiatan ini adalah Balita dengan status gizi di bawah garis
merah yang berada di RW 06 wilayah Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo,
Jakarta Timur.
21
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan melakukan analisis
status gizi menggunakan KMS yang sudah ditetapkan oleh Puskesmas selain itu, data-
data penunjang lagi kemudian dilakukan analisis pengkajian kasus untuk ditemukan
faktor etiologi dan faktor penyebab terjadinya kasus balita BGM untuk ditentukan
manajemen terapi yang sesuai untuk masing-masing balita.
22
BAB IV
HASIL
PASIEN PERTAMA
Dilakukan kunjungan rumah
Identitas
Nama : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 28 bulan
Tanggal lahir : 22 Oktober 2015
Alamat : Pekayon Rt/Rw 005/006
Orang tua : ayah : Tn. A
Ibu : Ny. A
Anamnesis
Keluhan utama : ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak
berumur 2 bulan.
23
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien berusia 2 tahun 4 bulan dengan gizi buruk. Berdasarkan allo-anamnesis,
ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak berumur 2 bulan. Pada
bulan Februari 2018, BB pada KMS berada dibawah garis merah. Dari kader posyandu
didapatkan informasi bahwa ibu pasien kurang aktif membawa anaknya ke posyandu
untuk pemantauan BB, karena faktor pekerjaan. Petugas posyandu melaporkan hal ini
kepada pihak Puskesmas bahwa pasien diduga balita dengan gizi kurang.
24
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Berat badan : 8,3 kg Tinggi badan : 78 cm
Perkembangan an. A tampak kurang. Usia 8 bulan pasien sudah bisa merangkak,
10 bulan jalan merambat , 16 bulan berjalan dan usia 18 bulan bicara persuku kata.
- Riwayat nutrisi dan kebiasaan :
ASI diberikan sejak lahir, MPASI sejak usia 4 bulan. Nasi tim diberikan sejak
umur 9 bulan sampai umur 11 bulan. Saat ini pasien sudah makan makanan keluarga.
Makan 3x sehari dengan 2x makanan selingan, setiap makan 1 piring berisi nasi, lauk
bervariasi (telur, ayam, ikan), dan sayur (brokoli, sayur sop). Makanan selingan berupa
buah, biskuit, ataupun quacker oats. Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.
Pemeriksaan Fisis
KU : normal, CM, gizi buruk
Tanda vital : BB 8,3 kg, TB 80 cm, nadi 100x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu 37,2oC
(per axiler)
Kulit : warna sawo matang, kulit lembut, UKK (-)
Kepala : bentuk mesosefal, rambut jagung (-), ubun-ubun cekung (-)
Mata : mata cekung (+/+), sklera ikterik (-/-), conj anemis (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Tenggorok : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih cembung dari dinding dada , spasme (-)
Auskultasi : peristaltik tidak terdeteksi
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor normal.
Ekstremitas : dalam batas normal
25
Status gizi
Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (-)
Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (+/+)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)
Secara Antropometris
BB : 8,3 kg
Umur : 2 tahun 4 bulan
TB : 78 cm
BB : 8,3 ( z score < -3SD )
U 12,4
26
Manajemen :
- Pemberian PMT berupa biskuit dan PAN-ENTERAL berupa susu khusus untuk kondisi
mal nutrisi yang harus dikonsumsi setiap hari selama 90 hari tetapi kita kasih bertahap
setiap bulan dan setiap 2 minggu kita lakukan pemantauan.
- Edukasi :
Orang tua pasien diberikan informasi bahwa PMT dan susu PAN-ENTERAL hanya
bersifat sebagai tambahan. Makanan utama tetap harus diberikan. Disarankan untuk
memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. Keluarga pasien juga diberikan
informasi mengenai prinsip gizi seimbang. Ada 4 pilar gizi seimbang yaitu, makan
makanan beraneka ragam sesuai kebutuhan mencakup karbohidrat, protein hewani,
kacang-kacangan, buah dan sayur. Orang tua pasien juga diberikan motivasi agar rutin
membawa anaknya untuk ditimbang di posyandu, dan segera membawa anaknya ke
puskesmas apabila ditemukan berat badan tidak naik selama 2 kali penimbangan berturut-
turut, bawah garis merah, atau anak sakit.
27
PASIEN KEDUA
Dilakukan kunjungan rumah
Identitas
Nama : An. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 41 bulan
Tanggal lahir : 12 September 2014
Alamat : Pekayon Rt/Rw 003/006
Orang tua : ayah : Tn. A
Ibu : Ny. S
Anamnesis
Keluhan utama : Ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak
berumur bulan.
29
Pemeriksaan Fisis
KU : Baik, CM, gizi buruk
Tanda vital : BB 9,5 kg, TB 93,7 cm, nadi 100x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu
36,9oC (per axiler)
Kulit : warna sawo matang, kulit agak kering, UKK (-)
Kepala : bentuk mesosefal, rambut jagung (-), ubun-ubun cekung (-)
Mata : mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), conj anemis (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Tenggorok : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih cembung dari dinding dada , spasme (-)
Auskultasi : peristaltik tidak terdeteksi
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor normal.
Ekstremitas : dalam batas normal
Status gizi
Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (-)
Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (-/-)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)
30
Secara Antropometris
BB : 9,5 kg
Umur : 3 tahun 5 bulan
TB : 93,7 cm
BB : 9,5 ( z score < -3SD )
U 15,2
Manajemen :
- Pemberian PMT berupa biskuit dan PAN-ENTERAL berupa susu khusus untuk kondisi
malnutrisi yang harus dikonsumsi setiap hari selama 90 hari tetapi kita kasih bertahap
setiap bulan dan setiap 2 minggu kita lakukan pemantauan.
- Edukasi :
Orang tua pasien diberikan informasi bahwa PMT dan susu PAN-ENTERAL hanya
bersifat sebagai tambahan. Makanan utama tetap harus diberikan. Disarankan untuk
memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. Keluarga pasien juga diberikan
informasi mengenai prinsip gizi seimbang. Ada 4 pilar gizi seimbang yaitu, makan
makanan beraneka ragam sesuai kebutuhan mencakup karbohidrat, protein hewani,
kacang-kacangan, buah dan sayur. Orang tua pasien juga diberikan motivasi agar rutin
membawa anaknya untuk ditimbang di posyandu, dan segera membawa anaknya ke
puskesmas apabila ditemukan berat badan tidak naik selama 2 kali penimbangan berturut-
turut, bawah garis merah, atau anak sakit.
31
Tabel perkembangan kunjungan berikutnya :
32
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data gizi Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan April 2018 terdapat 3.181
anak balita di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon. Sedangkan jumlah
balita yang ditimbang sebesar 87,3% yaitu 2.777 anak. Dari balita yang ditimbang,
didapatkan balita dengan gizi kurang sebesar 1,23 % dan balita dengan gizi buruk sebesar
0,31%. Apabila melihat target pemantauan pertumbuhan balita untuk indikator balita
yang datang dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 80%,
maka angka 87,3% sudah diatas target. Dari data ini juga dapat diperkirakan masih ada
balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak
mendapatkan penanganan.
Pada kasus balita yang diangkat dalam laporan ini, kunjungan rumah dilakukan
sebanyak 3 kali. Kunjungan pertama dilakukan setelah mendapat laporan dari kader
bahwa an. K tidak pernah datang ke posyandu serta adanya laporan bahwa an.K dan an. R
adalah anak yang memiliki status gizi dibawah garis merah berdasarkan KMS. Pada
kunjungan ini dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik singkat, juga pemberian
konseling mengenai kondisi anak saat ini, dan langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk perbaikan gizi anak dan untuk menstimulasi tumbuh kembangnya. Pada kunjungan
berikutnya berat badan anak sudah mengalami peningkatan. Dari wawancara ibu
mengaku nafsu makan anak mulai membaik.
Penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Kelurahan Pekayon
sudah berjalan baik. Akan tetapi karena faktor sumber daya manusia yang terbatas,
follow-up dengan kunjungan rumah kepada setiap balita gizi kurang atau gizi buruk tidak
dapat rutin dilakukan. Disini peran kader dan bidan desa setempat menjadi sangat penting
untuk membantu melakukan skrining dan memberikan motivasi kepada keluarga balita
dengan gizi kurang atau gizi buruk.
33
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia. Menurut
WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk.
Cakupan balita yang ditimbang di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Pekayon masih dibawah target. Dengan demikian bisa dipastikan masih banyak balita
gizi kurang maupun gizi buruk yang belum terdeteksi dan mendapatkan penanganan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dua kasus balita dengan kasus gizi buruk
(KMS dan z score ). Setelah dilakukan wawancara terhadap ibu pasien didapatkan bahwa
pola makan yang diberikan tidak sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Oleh karena itu,
peneliti melakukan intervensi dengan pemberiann penyuluhan mengenai pola makan
dengan prinsip gizi seimbang derta didukung dengan pemberian makanan tambahan
berupa MPASI beserta susu pan-enteral dan dilakukan follow-up selama 3 bulan.
Berdasarkan hasil follow-up terlihat adanya perkembangan berupa peningkatana berat
badan sebanyak kurang lebih 0,5kg selama pemantauan.
6.2 Saran
Untuk meningkatkan kesadaran keluarga mengenai tumbuh kembang dan gizi
balita diperlukan peran pro-aktif dari tenaga kesehatan untuk terus memberikan informasi
dan motivasi baik secara langsung (Home Visite) kepada ibu atau keluarga balita yang
bersangkutan, maupun dengan penyuluhan kepada kader Posyandu. Selain itu juga
diperlukan tambahan sumber daya manusia agar kegiatan pelacakan maupun follow-up
dapat berjalan lancar dan berkelanjutan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta : Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Depkes RI. 2007. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang
Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang : FK UNDIP.
Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.
Berhman dkk. Nelson Ilmu kesehatan anak Edisi 15 volume I. Jakarta : EGC.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: EGC
Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat
IDAI.
35
KUESIONER UNTUK IBU DENGAN BALITA BGM
IDENTITAS :
NAMA ORANG TUA :
a. Ayah :______________________________________
b. Ibu :______________________________________
USIA ORANG TUA :
A. Ayah :______________________________________
B. Ibu :______________________________________
PENDIDIKAN TERAKHIR :
a. Ayah :______________________________________
b. Ibu :______________________________________
PEKERJAAN ORANG TUA
a. Ayah :______________________________________
b. Ibu :______________________________________
PENGHASILAN KELUARGA dalam sebulan :
a. 0 – 2.499.999 / bulan
b. 2.500.000 – 4.999.999 / bulan
c. > 5.000.0000 / bulan
Bulan Maret
BB Makan Pagi
TB Cemilan Pagi
Makan siang
Cemilan sore
Makan Malam
36
Bulan April
BB Makan Pagi
TB Cemilan Pagi
Makan siang
Cemilan sore
Makan Malam
Bulan Mei
BB Makan Pagi
TB Cemilan Pagi
Makan siang
Cemilan sore
Makan Malam
37
FOTO KEGIATAN
38
39