Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum

1.1.1 Gambaran Umum Geografis

Berdasarkan lembaran daerah no. 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administrasi
di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta
Utara, dilengkapi dengan 22 kecamatan dan 220 kelurahan. Pembentukan kecamatan dan
kelurahan berdasarkan asas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 371.335
jiwa untuk kecamatan, 30.000 jiwa untuk kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk
kelurahan pinggiran.

Kota Administrasi Jakarta Timur adalah nama sebuah kota administrasi di bagian
timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pusat Pemerintahannya berada di Cakung. Di
sebelah utara, ia berbatasan dengan kota administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
Sedangkan di sebelah timur, ia berbatasan dengan Bekasi. Kota ini, di bagian selatan,
berbatasan dengan Kota Depok. Dan di sebelah barat, ia berbatasan dengan kota
administrasi Jakarta Selatan. Jakarta Timur yang bermotto Bambu Apus - Sri Dunting ini
adalah salah satu dari 5 kota administrasi dan 1 kabupaten administrasi DKI.

Secara administratif, wilayahnya terdiri atas 10 kecamatan, 65 kelurahan, 673 rukun


warga dan 7.513 rukun tetangga dan dihuni tidak kurang dari 1.959.022 jiwa, di mana
1.044.857 jiwa laki-laki dan 914.175 jiwa perempuan atau sebanding dengan 10% dari
jumlah penduduk DKI Jakarta. Kota ini memiliki wilayah seluas 187,75 km² (menurut
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur)[3], atau seluas 188,19 km² (menurut Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta)[4] dengan kepadatan mencapai
14.312 jiwa per km², menjadikannya kota administrasi terluas di provinsi DKI Jakarta. Kota
ini memiliki tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,4% per tahun dan pendapatan per
kapita sebesar Rp 5.057.040,-

1
Kelurahan Pekayon merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pasar Rebo Jakarta
Timur yang memiliki luas ± 317,73 ha dengan batas - batas sebagai berikut (Dinas
Kependudukan, 2016)

o Sebelah Barat : Kelurahan Kalisari dan Tugu, Jl. Lapan/ Kali Suwuk/ Jl. Kalisari II
o Sebelah Timur : Kecamatan Ciracas, Kali Cipinang/ Kali Cibubur
o Sebelah Utara : Kelurahan Cijantung, Jl. Belly
o Sebelah Selatan : Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Pekayon (Sumber : Google maps, 2017)

2
1.1.2 Gambaran Umum Demografis

Kelurahan Pekayon adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta
Timur, Provinsi DKI Jakarta. Kelurahan Pekayon terdiri dari 10 Rukun Warga (RW) dan 116
Rukun Tetangga (RT), dan 8896 jumlah KK. Pada umumnya penduduk berasal dari luar
Jakarta yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai karyawan dan pedagang.

Gambar 2. Puskesmas Kelurahan Pekayon (Sumber http://puskesmaspasarrebo.com,2017)

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Kelurahan Pekayon Sumber


(https://kelurahanpekayon.wordpress.com)

NO RW RT JUMLAH
1 01 14 6.700
2 02 13 6.456
3 03 11 4.683
4 04 6 4.236
5 05 12 3.015
6 06 8 3.154
7 07 10 4.275
8 08 14 4.096
9 09 16 5.526
10 10 12 3.062
JML 10 116 45.203

3
Tabel 2. Susunan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Pekayon, (Sumber
https://kelurahanpekayon.wordpress.com)

WNI WNA
NO UMUR TOTAL
LK PR LK PR
1 0-4 2.591 2.533 - - 5.124
2 5-9 2.124 2.127 4.251
3 10-14 1.864 1.822 3.686
4 15-19 1.688 1.746 3.434
5 20-24 2.662 2.704 5.366
6 25-29 3.138 3.129 6.267
7 30-34 2.922 2.641 5.563
8 35-39 2.442 2.257 4.699
9 40-44 1.889 1.747 3.636
10 45-49 1.165 1.223 2.388
11 50-54 966 892 1.858
12 55-59 561 453 1.014
13 60-64 495 477 972
14 65+ 632 530 1.162
Jumlah 25.139 24.281 45.203

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo membawahi 5 Kelurahan, dimana salah satu


diantaranya ialah Puskesmas Kelurahan Pekayon. Puskesmas Kelurahan Pekayon didirikan
tahun 1973 dan terakhir direnovasi tahun 2013. Bangunan 3 lantai dengan luas tanah 336 m2.
Puskesmas Kelurahan Pekayon terletak di Jl. Bulak Sari Rt 09/10 Kelurahan Pekayon
Kecamatan Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta, 13770 (Dinas
Kependudukan, 2016).

Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Pekayon


adalah poli umum, gigi, imunisasi, poli ibu dan anak, poli KB, poli paru TB. Berdasarkan
jenis pelayanan yang tersedia, Puskesmas Kelurahan Pekayon diharapkan mampu
memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat di Kelurahan Pekayon dan
sekitarnya. Jumlah sumber tenaga kesehatan sebagai berikut.

4
Tabel 3. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pekayon

NO JENIS TENAGA JUMLAH


1. Dokter Umum 1
2. Dokter Gigi 1
3. Perawat 4
4. Bidan 2
5. Asisten Apoteker 1
6. Admin 2
7. Tim KPLDH Dokter Umum 2
Perawat: 3
Bidan : 2
8. Petugas Keamanan 1
9. Petugas Kebersihan 1

Visi Puskesmas Kelurahan Pekayon :


o Terwujudnya Masyarakat Pekayon Yang Sehat Dan Mandiri

Misi Puskesmas Kelurahan Pekayon :


o Meningkatkan Kualitas Pelalyanan Sesuai Standar Mutu Kesehatan

o Meningkatkan Derajat Kesehatan dan Peran Serta Masyarakan Melalui Upaya


Promotif dan Preventif Dengan Menjalin Kerjasama Lintas Sektor

o Mengembangkan Sistem Informasi Puskesmas Terintegrasi

Gambar 3. Struktur Organisasi Puskesmas Kelurahan Pekayon

5
Di Kelurahan Pekayon terdapat 2 klinik 24 jam, 1 Puskesmas, 23 Posyandu, 4
Posbindu dan 9 Posyandu Lansia. Adapun kegiatan pokok yang dijalankan oleh Puskesmas
Kelurahan Pekayon adalah sebagai berikut:

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas, meliputi :


a. Promosi Kesehatan masyarakat
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Menular
serta Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas :


a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan gigi dan mulut
c. Upaya kesehatan jiwa
d. Kesehatan usia lanjut
e. Kesehatan dan gizi balita

Berdasarkan data laporan bulanan Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan Juni-Agustus


2017, berikut merupakan penyakit terbanyak berdasarkan jumlah pasien yang berobat.

Tabel 4. Data Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan Februari 2018

No. Nama Penyakit Jumlah Penyakit

1. Essential (primary) hypertension 287


2. Acute upper respiratory infection, unspecified 138
3. Tuberculosis of lung, bacteriogically and historically negative 105
4. Non-insulin dependent diabetes mellitus 80
5. Necrosis of pulp 41
6. Myalgia 32
7. Supervision of normal pregnancy, unspecified 30
8. Dyspepsia 27
9. Non-insulin dependent diabetes mellitus without 19
complications
10. Diarrhea and gastroenteritis of presumed infection origin 16

6
Tabel 5. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan Maret 2018
No. Nama Penyakit Jumlah Penyakit

1. Essential (primary) hypertension 259


2. Acute upper respiratory infection, unspecified 181
3. Tuberculosis of lung, bacteriogically and historically negative 115
4. Non-insulin dependent diabetes mellitus 88
5. Necrosis of pulp 66
6. Dyspepsia 40
7. Supervision of normal pregnancy, unspecified 30
8. Myalgia 29
9. Paratyphoid fever, unspecified 24
10. Non-insulin dependent diabetes mellitus without 22
complications

Untuk meningkatkan upaya kesehatan dan gizi balita puskesmas kelurahan


pekayon memiliki 23 posyandu di wilayah kerjanya.

Tabel 6. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon

No Rukun Warga Jumlah


1 RW 1 3
2 RW 2 4
3 RW 3 2
4 RW 4 1
5 RW 5 1
6 RW 6 1
7 RW 7 2
8 RW 8 2
9 RW 9 4
10 RW 10 3

7
Tabel 7. Jumlah Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon Bulan April
No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-5 Bulan 123 140 263
2 6-11 Bulan 219 221 440
3 12-23 Bulan 402 391 793
4 24-59 Bulan 838 847 1685
Jumlah 1.582 1.599 3.181

1.2 Latar Belakang


Gizi buruk atau gizi dibawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan karena rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sebanyak 13,9% berstatus gizi
kurang dan 5,7% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 6,8% anak kurus,
diantaranya 5,3% anak sangat kurus dan 18% anak memiliki kategori sangat pendek.
Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh
karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan menjadi
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO). Kejadian gizi buruk
apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Dampak yang
terjadi antara lain terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti
seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal, kematian dan infeksi kronis.
Deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan
pemeriksaan BB/U untuk memantau berat badan anak. Selain itu pamantauan tumbuh
kembang anak dapat juga menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat).
Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan.
Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk masih banyak tersebar di
seluruh tanah air. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keadaan tersebut, antara lain
adalah asupan makanan, ASI eksklusif, pendidikan ibu, penyakit infeksi, berat bayi saat
lahir, kelengkapan imunisasi, dan status ekonomi.

8
Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Kelurahan Pekayon Bulan April 2018,
dari semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon, mencapai
87,3% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut tercatat balita dengan status gizi kurang
sebanyak 1,23% dan balita dengan gizi buruk sebanyak 0.31%. Target pemantauan
pertumbuhan balita untuk indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar
pelayanan minimal adalah sebesar 80%. Dari data ini diperkirakan masih ada balita
dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan
penanganan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan adalah
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya status gizi anak demi kepentingan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
o Memantau salah satu rukun warga yang memiliki kasus gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pekayon
o Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi anak
2. Tujuan khusus
o Penemuan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk secara tepat oleh tenaga kesehatan.
o Meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat mengenai kemungkinan gizi kurang
pada anak-anak mereka

1.5 Manfaat
1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang pentingnya gizi
untuk anak terutama saat balita karena pada masa ini adalah masa emas mereka untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Serta meningkatkan kesadaran ibu untuk memantau
perkembangan balitanya di posyandu setiap satu bulan sekali.

9
2. Bagi puskesmas

Program ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan untuk program
selanjutnya, khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dalam menangani balita
gizi kurang dan gizi buruk sesuai pedoman pelayanan.

3. Bagi penulis

Menjadi pengalaman untuk terjun langsung di lapangan dan berkomunikasi dengan


masyarakat sekitar dan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan untuk
memahami permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Pada Balita


2.1.1 Epidemiologi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sebanyak 13,9% berstatus gizi
kurang dan 5,7% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 6,8% anak kurus,
diantaranya 5,3% anak sangat kurus dan 18% anak memiliki kategori sangat pendek.
Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk.
Kejadian gizi buruk ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dan prevalensinya lebih
tinggi di Indonesia bagian timur.

2.1.2 Definisi Gizi Buruk


Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight (Kemenkes RI,
2011), sedangkan menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak
dikategorikan berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3SD dan
atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
11
2.1.3 Faktor Risiko
Permasalahan gizi merupakan masalah yang kompleks dan meliputi banyak
faktor. Beberapa faktor risiko penting terjadinya gizi buruk antara lain (Novitasari, 2012)
:
1. Asupan Makanan
Asupan makanan sebagai salah satu faktor risiko gizi buruk bisa disebabkan
karena tidak tersedianya makanan secara adekuat, makanan tidak mengandung kadar zat
gizi mikro yang cukup, pola makan yang salah, pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan,
pemberian makanan padat terlalu lambat, serta makanan tidak higienis (Atmawkarta,
2007). Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam sehingga komposisi makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi gizi seimbang.
Makanan gizi seimbang adalah makanan yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi yang
mencakup karbohidrat, protein hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur (Soekirman,
2000).
2. ASI ekslusif
(UNICEF) dan World Health Oraginization (WHO) telah merekomendasikan
sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makan
padat seharusnya diberikan setelah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan
sampai anak berumur 2 tahun (WHO, 2005). Adanya faktor protektif dan nutrien yang
sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun.
3. Pendidikan Ibu
Peran ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting.
Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menjadi salah satu
faktor terjadinya gizi buruk. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan dan kualias pengasuhan anak. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang
mudah untuk menyerap informasi dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan yang tinggi juga akan meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan
daya beli makanan.

12
3. Penyakit Infeksi
Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak
yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak rentan
terhadap penyakit infeksi.
5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebab terjadinya BBLR antara lain bayi lahir
prematur karena berbagai sebab (<37 minggu), bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
akibat hambatan pertumbuhan dalam kandungan maupun akibat keadaan gizi ibu yang
kurang baik. Bayi BBLR pada umumnya lebih rentan terkena penyakit karena sistem
kekebalan tubuh yang belum sempurna dan fungsi organ tubuh yang berfungsi optimal.
Penyakit ini akan mempengaruhi asupan gizi yang masuk sehingga dapat menyebabkan
gizi buruk.
6. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu
antigen. Imunisasi juga dapat mencegah dan mengurangi penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit. Apabila kekebalan tubuh meningkat, balita tidak rentan terkena penyakit.
Hal ini berhubungan tidak langsung dengan kejadian gizi buruk.
7. Status Ekonomi
Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada
keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan,
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial
ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita
dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi.

13
Permasalahan gizi merupakan masalah yang kompleks dan meliputi banyak
sektor. Haltersebut dapat dilihat pada bagan di bawajh ini :

(Atmawkarta, 2007)

2.1.4 Penegakan Diagnosis


Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:
o Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh perubahan-
perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,rambut,atau mata.
Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada balita
kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda (crazy
pavement dermatosis).
o Pengukuran antropometri : metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran
antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar lengan atas.
Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas
sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Di dalam ilmu
14
gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai
dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat
merupakankombinasi dari ketiganya.

Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori (Kementrian


Kesehatan RI, 2011) :
a. Gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD
b. Gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gizi lebih jika hasil ukur ≥ 2 SD

Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0
bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD
b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD

Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang


Badan:3
a. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD
b. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan
balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.

Penemuan anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan
anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas, Rumah Sakit, dan doker/bidan praktek swasta, hasil laporan masyarakat,
maupun dari skrining aktif.

15
Kemudian dilakukan pemeriksaan sesuai dengan alur berikut :

(Bagan Tata Laksana Gizi Buruk, 2011)

2.1.5 Penatalaksanaan Gizi Buruk

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia

Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat
menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak
tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
16
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o Celcius. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya
lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan
lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada
dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus
dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.

3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada
riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan
kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan:

a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral (ReSoMal)
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok.

b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit yang
diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus)
RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit yaitu
kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah dan defisiensi Kalium
(K) dan Magnesium (Mg). Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu.

Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit
1 liter yang diencerkan 2x ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa

17
makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat

5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum
luar.

6. Pemberian makanan, balita KEP berat

Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:

a. Fase Stabilisasi (1–2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan
protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula
WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan harus
disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5
gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila
anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco
½ dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula
WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus
sesuai dengan kebutuhan anak.

b. Fase Transisi (minggu II)

Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk menghindari
resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak. Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0
gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml)
dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal
18
kandungan energi dan protein sama. Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya
sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian
(200 ml/kg bb/hari).

c. Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)

1) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering.


2) Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.
3) Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.
4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan formula
5) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun anemia biasa
terjadi, jangan langsung memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan
dan BB nya mulai naik (pada minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya . Berikan setiap hari tambahan multivitamin lain. Bila
BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi. Bila anak diduga
menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal. Vitamin A oral 1 kali. Dosis
tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin A.

9. Berikan stimulasi dan dukungan emosional

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya
diberikan kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi bermain
terstruktur 15-330 menit/hari, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan
keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain).

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan
dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas/bidan di desa.

19
2.1.6 Pencegahan
Menurut Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
(RAN-PPGB) dari Departemen Kesehatan RI 2005-2009 :
1. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia, sesuai dengan kewenangan wajib danStandar
Pelayanan Minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah.
2. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali
dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan
melalui revitalisasi Posyandu.
3. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana
gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat
melalui revitalisasi Puskesmas.
4. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP-
ASI dan makanan tambahan.
5. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi
tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat.
6. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan
masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan daya beli
keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.
7. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui
revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, yang
dievaluasi dengan kajian data SKDN yaitu (S)emua balita mendapat (K)artu
menuju sehat, (D)itimbang setiap bulan dan berat badan (N)aik, data penyakit dan
data pendukung lainnya.

20
BAB III
METODE

3.1 Desain Penelitian

Kegiatan ini melibatkan dua kegiatan besar, yaitu penelitian dan intervensi.
Kegiatan penelitian dilakukan dengan metode observasional dengan fokus utama
melakukan observasi terhadap balita dengan status gizi dibawah garis merah dan analisis
mendalam terhadap faktor-faktor resiko terhadap BGM. Sementara intervensi dilakukan
dengan melakukan kunjungan rumah terhadap pasien tersebut.

3.2 Sasaran Penelitian

Sasaran kegiatan pada kegiatan ini adalah Balita dengan status gizi di bawah garis
merah yang berada di RW 06 wilayah Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo,
Jakarta Timur.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Tanggal : Maret – Mei 2018
Waktu : Menyesuaikan dengan pasien
Tempat : Rumah Pasien dan Posyandu RW 06

3.6 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder, yaitu dengan menggunakan
data-data yang telah disusun oleh kader posyandu RW 06, kemudian dilakukan analisis
khusus terhadap balita BGM mengenai data-data terinci.
Data-data pasien yang sudah dikumpulkan kemudian ditentukan besaran masalah,
terutama mengenai penentuan balita-balita BGM yang akan dijadikan sebagai sampel
data penelitian. Kemudian dilakukan pengumpulan data-data terhadap masing masing
subjek secara mendalam dengan melakukan kunjungan rumah untuk mendapatkan data-
data terkait status gizi pasien, seperti riwayat kelahiran, riwayat penyakit, pola makan,
status antropometri, dan faktor-faktor risiko lainnya.

21
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan melakukan analisis
status gizi menggunakan KMS yang sudah ditetapkan oleh Puskesmas selain itu, data-
data penunjang lagi kemudian dilakukan analisis pengkajian kasus untuk ditemukan
faktor etiologi dan faktor penyebab terjadinya kasus balita BGM untuk ditentukan
manajemen terapi yang sesuai untuk masing-masing balita.

3.6 Metode Pelaporan Data dan Intervensi


Intervensi dilakukan dengan melakukan kunjungan ulang ke rumah pasien-pasien
terkait, dengan melakukan pelaporan hasil pengkajian dan pemberian intervensi. Metode
intervensi yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi pasien, faktor etiologi, dan
faktor risiko yang ditemukan pada masing-masing pasien.
Selain pelaporan kepada keluarga pasien, pelaporan terhadap hasil penelitian serta
intervensi dilakukan kepada pihak Puskesmas, yaitu kepada kepala Puskesmas Kelurahan
Pekayon serta jajaran tenaga kesehatan puskesmas terkait.

22
BAB IV
HASIL

4.1 Kesehatan Primer


Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Kelurahan Pekayon Bulan April 2018,
dari semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon, mencapai
87,3% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut tercatat balita dengan status gizi kurang
sebanyak 1,23% dan balita dengan gizi buruk sebanyak 0.31%. Target pemantauan
pertumbuhan balita untuk indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar
pelayanan minimal adalah sebesar 80%. Dari data ini diperkirakan masih ada balita
dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan
penanganan. Dari kasus gizi buruk yang terdeteksi di wilayah kerja puskesmas kelurahan
pekayon terdapat 2 kasus gizi buruk di RW 6.

4.2 Hasil Kunjungan Rumah

PASIEN PERTAMA
Dilakukan kunjungan rumah

Identitas
Nama : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 28 bulan
Tanggal lahir : 22 Oktober 2015
Alamat : Pekayon Rt/Rw 005/006
Orang tua : ayah : Tn. A
Ibu : Ny. A

Anamnesis
Keluhan utama : ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak
berumur 2 bulan.

23
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien berusia 2 tahun 4 bulan dengan gizi buruk. Berdasarkan allo-anamnesis,
ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak berumur 2 bulan. Pada
bulan Februari 2018, BB pada KMS berada dibawah garis merah. Dari kader posyandu
didapatkan informasi bahwa ibu pasien kurang aktif membawa anaknya ke posyandu
untuk pemantauan BB, karena faktor pekerjaan. Petugas posyandu melaporkan hal ini
kepada pihak Puskesmas bahwa pasien diduga balita dengan gizi kurang.

Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat kejang demam : disangkal
- Riwayat diare : (-)
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat dirawat di RS : Demam berdarah

Riwayat penyakit keluarga :


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat kejang demam : disangkal
- Riwayat penyakit TB paru : disangkal
- Riwayat penyakit lain : disangkal

Riwayat pemeriksaan kehamilan dan prenatal :


Ibu pasien berusia 22 tahun saat mengandung an.A, Pemeriksaan kehamilan dilakukan
secara teratur ke bidan.
- Riwayat kelahiran :
BBL 3000 gram, BB 47 cm, lahir spontan ditolong oleh bidan, menangis setelah beberapa
saat, usia kehamilan 39 minggu.
- Riwayat pemeriksaan post natal :
Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 1 bulan sekali. Setelah itu
an. A jarang dibawa ibunya ke posyandu karena alasan kesibukan pekerjaan.
- Riwayat imunisasi : lengkap

24
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Berat badan : 8,3 kg Tinggi badan : 78 cm
Perkembangan an. A tampak kurang. Usia 8 bulan pasien sudah bisa merangkak,
10 bulan jalan merambat , 16 bulan berjalan dan usia 18 bulan bicara persuku kata.
- Riwayat nutrisi dan kebiasaan :
ASI diberikan sejak lahir, MPASI sejak usia 4 bulan. Nasi tim diberikan sejak
umur 9 bulan sampai umur 11 bulan. Saat ini pasien sudah makan makanan keluarga.
Makan 3x sehari dengan 2x makanan selingan, setiap makan 1 piring berisi nasi, lauk
bervariasi (telur, ayam, ikan), dan sayur (brokoli, sayur sop). Makanan selingan berupa
buah, biskuit, ataupun quacker oats. Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.

Pemeriksaan Fisis
KU : normal, CM, gizi buruk
Tanda vital : BB 8,3 kg, TB 80 cm, nadi 100x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu 37,2oC
(per axiler)
Kulit : warna sawo matang, kulit lembut, UKK (-)
Kepala : bentuk mesosefal, rambut jagung (-), ubun-ubun cekung (-)
Mata : mata cekung (+/+), sklera ikterik (-/-), conj anemis (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Tenggorok : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih cembung dari dinding dada , spasme (-)
Auskultasi : peristaltik tidak terdeteksi
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor normal.
Ekstremitas : dalam batas normal

25
Status gizi
Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (-)
Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (+/+)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)

Ekstremitas : akral dingin - - oedem - -


- - - -
Baggy pants : -
Status gizi secara klinis : gizi kesan buruk

Secara Antropometris
BB : 8,3 kg
Umur : 2 tahun 4 bulan
TB : 78 cm
BB : 8,3 ( z score < -3SD )
U 12,4

TB : 78 ( z score < -2SD )


U 89

BB : 8,3 ( z score < -3SD )


TB 78
Status gizi secara antropometri : gizi buruk

Diagnosis : gizi buruk

26
Manajemen :
- Pemberian PMT berupa biskuit dan PAN-ENTERAL berupa susu khusus untuk kondisi
mal nutrisi yang harus dikonsumsi setiap hari selama 90 hari tetapi kita kasih bertahap
setiap bulan dan setiap 2 minggu kita lakukan pemantauan.
- Edukasi :
Orang tua pasien diberikan informasi bahwa PMT dan susu PAN-ENTERAL hanya
bersifat sebagai tambahan. Makanan utama tetap harus diberikan. Disarankan untuk
memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. Keluarga pasien juga diberikan
informasi mengenai prinsip gizi seimbang. Ada 4 pilar gizi seimbang yaitu, makan
makanan beraneka ragam sesuai kebutuhan mencakup karbohidrat, protein hewani,
kacang-kacangan, buah dan sayur. Orang tua pasien juga diberikan motivasi agar rutin
membawa anaknya untuk ditimbang di posyandu, dan segera membawa anaknya ke
puskesmas apabila ditemukan berat badan tidak naik selama 2 kali penimbangan berturut-
turut, bawah garis merah, atau anak sakit.

Tabel perkembangan kunjungan berikutnya :


Hari/Tanggal Subjektif Objektif Assesment Plan
9 Maret 2018 Tidak ada KU : baik Gizi buruk Pemantauan
keluhan BB : 8,3 kg BB-TB
TB : 78 cm kunjungan
rumah
19 April 2018 Tidak ada KU : baik Gizi buruk Pemantauan
keluhan BB : 8,6 kg BB-TB rutin di
TB : 78 cm posyandu
17 Mei 2018 Tidak ada KU : baik Gizi buruk Pemantauan
keluhan BB : 8,7 kg BB-TB di
TB : 79 cm posyandu

27
PASIEN KEDUA
Dilakukan kunjungan rumah
Identitas
Nama : An. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 41 bulan
Tanggal lahir : 12 September 2014
Alamat : Pekayon Rt/Rw 003/006
Orang tua : ayah : Tn. A
Ibu : Ny. S

Anamnesis
Keluhan utama : Ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak
berumur bulan.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien berusia 3 tahun 6 bulan dengan Gizi Buruk. Berdasarkan allo-anamnesis,
ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak berumur 29 bulan. Saat
umur 29 bulan sampai dengan umur 40 bulan BB pada KMS berada di garis kuning. Pada
bulan Februari 2018, BB pada KMS berada dibawah garis merah. Dari kader posyandu
didapatkan informasi bahwa ibu pasien aktif membawa anaknya ke posyandu untuk
pemantauan BB.

Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat kejang demam : disangkal
- Riwayat diare : (+)
- Riwayat batuk lama : TB + pada umur 2 bulan dan sudah selesai pengobatan
- Riwayat dirawat di RS : (-)

Riwayat penyakit keluarga :


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat kejang demam : disangkal 28
- Riwayat penyakit TB paru : disangkal
- Riwayat penyakit lain : disangkal

Riwayat pemeriksaan kehamilan dan prenatal :


Ibu pasien berusia 22 tahun saat mengandung an.F, Pemeliharaan kehamilan dilakukan
secara teratur ke bidan.
- Riwayat kelahiran :
BBL 2900 gram, BB 47 cm, lahir spontan ditolong oleh bidan, langsung menangis setelah
lahir, usia kehamilan 40 minggu.
- Riwayat pemeriksaan post natal :
Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 1 bulan sekali, ibu pasien
rutin membawa anaknya ke posyandu untuk memantau berat badan anaknya dan untuk
melakukan imunisasi.
- Riwayat imunisasi : lengkap
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Berat badan : 9,5 kg Tinggi badan : 93,7 cm
Perkembangan an. R tampak kurang. Usia 12 bulan pasien sudah bisa merangkak,
18 bulan jalan merambat , 30 bulan berjalan dan usia 22 bulan bicara persuku kata.
- Riwayat nutrisi dan kebiasaan :
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 1 tahun 8 bulan. MPASI sejak usia 6 bulan
kurang 1 minggu. MPASI berupa bubur nestle cerelac. Nasi tim diberikan sejak umur 9
bulan sampai umur 11 bulan. Saat ini pasien sudah makan makanan keluarga. Dalam
sehari pasien makan hanya 2x sehari namun komposisi makanan kurang diperhatikan
karena menu makanan pasien mengikuti apa yang diinginkan oleh pasien, jika tidak akan
dimuntahkan oleh pasien. Menu yang biasa dimakan hanya nasi dan telor ceplok. Lebih
sering memakan jajanan seperti beng-beng dan chiki. Pasien sering meminum susu
sebagai nutrisi tambahannya, yaitu susu indomilk coklat.
Kesan : kualitas dan kuantitas kurang.

29
Pemeriksaan Fisis
KU : Baik, CM, gizi buruk
Tanda vital : BB 9,5 kg, TB 93,7 cm, nadi 100x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu
36,9oC (per axiler)
Kulit : warna sawo matang, kulit agak kering, UKK (-)
Kepala : bentuk mesosefal, rambut jagung (-), ubun-ubun cekung (-)
Mata : mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), conj anemis (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Tenggorok : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih cembung dari dinding dada , spasme (-)
Auskultasi : peristaltik tidak terdeteksi
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor normal.
Ekstremitas : dalam batas normal

Status gizi
Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (-)
Mata : edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (-/-)
Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)

Ekstremitas : akral dingin - - oedem - -


- - - -
Baggy pants : -
Status gizi secara klinis : gizi kesan kurang

30
Secara Antropometris
BB : 9,5 kg
Umur : 3 tahun 5 bulan
TB : 93,7 cm
BB : 9,5 ( z score < -3SD )
U 15,2

TB : 93,7 ( z score normal )


U 99

BB : 9,5 ( z score < -3SD )


TB 93,7
Status gizi secara antropometri : gizi buruk

Diagnosis : gizi buruk

Manajemen :
- Pemberian PMT berupa biskuit dan PAN-ENTERAL berupa susu khusus untuk kondisi
malnutrisi yang harus dikonsumsi setiap hari selama 90 hari tetapi kita kasih bertahap
setiap bulan dan setiap 2 minggu kita lakukan pemantauan.

- Edukasi :
Orang tua pasien diberikan informasi bahwa PMT dan susu PAN-ENTERAL hanya
bersifat sebagai tambahan. Makanan utama tetap harus diberikan. Disarankan untuk
memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. Keluarga pasien juga diberikan
informasi mengenai prinsip gizi seimbang. Ada 4 pilar gizi seimbang yaitu, makan
makanan beraneka ragam sesuai kebutuhan mencakup karbohidrat, protein hewani,
kacang-kacangan, buah dan sayur. Orang tua pasien juga diberikan motivasi agar rutin
membawa anaknya untuk ditimbang di posyandu, dan segera membawa anaknya ke
puskesmas apabila ditemukan berat badan tidak naik selama 2 kali penimbangan berturut-
turut, bawah garis merah, atau anak sakit.

31
Tabel perkembangan kunjungan berikutnya :

Hari/Tanggal Subjektif Objektif Assesment Plan


9 Maret 2018 Tidak ada KU : baik Gizi kurang Pemantauan
keluhan BB : 10 kg BB-TB
TB : 89 cm kunjungan
rumah
19 April 2018 Tidak ada KU : baik Gizi kurang Pemantauan
keluhan BB : 10,9 kg BB-TB rutin di
TB : 90 cm posyandu
17 Mei 2018 Tidak ada KU : baik Gizi kurang Pemantauan
keluhan BB : 11,6 kg BB-TB rutin di
TB : 91 cm posyandu

32
BAB V
PEMBAHASAN

Dari data gizi Puskesmas Kelurahan Pekayon bulan April 2018 terdapat 3.181
anak balita di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekayon. Sedangkan jumlah
balita yang ditimbang sebesar 87,3% yaitu 2.777 anak. Dari balita yang ditimbang,
didapatkan balita dengan gizi kurang sebesar 1,23 % dan balita dengan gizi buruk sebesar
0,31%. Apabila melihat target pemantauan pertumbuhan balita untuk indikator balita
yang datang dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 80%,
maka angka 87,3% sudah diatas target. Dari data ini juga dapat diperkirakan masih ada
balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak
mendapatkan penanganan.
Pada kasus balita yang diangkat dalam laporan ini, kunjungan rumah dilakukan
sebanyak 3 kali. Kunjungan pertama dilakukan setelah mendapat laporan dari kader
bahwa an. K tidak pernah datang ke posyandu serta adanya laporan bahwa an.K dan an. R
adalah anak yang memiliki status gizi dibawah garis merah berdasarkan KMS. Pada
kunjungan ini dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik singkat, juga pemberian
konseling mengenai kondisi anak saat ini, dan langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk perbaikan gizi anak dan untuk menstimulasi tumbuh kembangnya. Pada kunjungan
berikutnya berat badan anak sudah mengalami peningkatan. Dari wawancara ibu
mengaku nafsu makan anak mulai membaik.
Penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Kelurahan Pekayon
sudah berjalan baik. Akan tetapi karena faktor sumber daya manusia yang terbatas,
follow-up dengan kunjungan rumah kepada setiap balita gizi kurang atau gizi buruk tidak
dapat rutin dilakukan. Disini peran kader dan bidan desa setempat menjadi sangat penting
untuk membantu melakukan skrining dan memberikan motivasi kepada keluarga balita
dengan gizi kurang atau gizi buruk.

33
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia. Menurut
WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk.
Cakupan balita yang ditimbang di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Pekayon masih dibawah target. Dengan demikian bisa dipastikan masih banyak balita
gizi kurang maupun gizi buruk yang belum terdeteksi dan mendapatkan penanganan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dua kasus balita dengan kasus gizi buruk
(KMS dan z score ). Setelah dilakukan wawancara terhadap ibu pasien didapatkan bahwa
pola makan yang diberikan tidak sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Oleh karena itu,
peneliti melakukan intervensi dengan pemberiann penyuluhan mengenai pola makan
dengan prinsip gizi seimbang derta didukung dengan pemberian makanan tambahan
berupa MPASI beserta susu pan-enteral dan dilakukan follow-up selama 3 bulan.
Berdasarkan hasil follow-up terlihat adanya perkembangan berupa peningkatana berat
badan sebanyak kurang lebih 0,5kg selama pemantauan.

6.2 Saran
Untuk meningkatkan kesadaran keluarga mengenai tumbuh kembang dan gizi
balita diperlukan peran pro-aktif dari tenaga kesehatan untuk terus memberikan informasi
dan motivasi baik secara langsung (Home Visite) kepada ibu atau keluarga balita yang
bersangkutan, maupun dengan penyuluhan kepada kader Posyandu. Selain itu juga
diperlukan tambahan sumber daya manusia agar kegiatan pelacakan maupun follow-up
dapat berjalan lancar dan berkelanjutan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta : Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Depkes RI. 2007. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang
Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang : FK UNDIP.

Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.

Berhman dkk. Nelson Ilmu kesehatan anak Edisi 15 volume I. Jakarta : EGC.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: EGC

Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat
IDAI.

35
KUESIONER UNTUK IBU DENGAN BALITA BGM

IDENTITAS :
NAMA ORANG TUA :
a. Ayah :______________________________________
b. Ibu :______________________________________
USIA ORANG TUA :
A. Ayah :______________________________________
B. Ibu :______________________________________
PENDIDIKAN TERAKHIR :
a. Ayah :______________________________________
b. Ibu :______________________________________
PEKERJAAN ORANG TUA
a. Ayah :______________________________________
b. Ibu :______________________________________
PENGHASILAN KELUARGA dalam sebulan :
a. 0 – 2.499.999 / bulan
b. 2.500.000 – 4.999.999 / bulan
c. > 5.000.0000 / bulan

Bulan Maret

No Nama Pemeriksaan Fisik Pola makan

BB Makan Pagi

TB Cemilan Pagi

Makan siang

Cemilan sore

Makan Malam

36
Bulan April

No Nama Pemeriksaan Fisik Pola makan

BB Makan Pagi

TB Cemilan Pagi

Makan siang

Cemilan sore

Makan Malam

Bulan Mei

No Nama Pemeriksaan Fisik Pola makan

BB Makan Pagi

TB Cemilan Pagi

Makan siang

Cemilan sore

Makan Malam

37
FOTO KEGIATAN

38
39

Anda mungkin juga menyukai