DAMAR PRAMUSINTA
TUBERKULOSIS
➲ Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi.
➲ Tuberkulosis umumnya menyerang paru-
paru namun bisa juga menyerang bagian
tubuh lainnya.
➲ Infeksi kebanyakan asimtomatis dan laten,
namun 1 dari 10 infeksi laten tersebut ber-
progresi menjadi penyakit aktif yang jika
tidak diobati membunuh > 50% orang yang
terinfeksi.
Etiologi
Obat Anti TB (OAT)
● Fase awal:untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat
● Fase lanjutan: untuk kegiatan sterilisasi kuman
pada jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik
pada pengobatan konvensional.
● OAT yang biasa digunakan Isoniazid (INH), Ri-
fampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S)
dan Etambutol (E)
● Dosis INH: 5mg/kg; R=10mg/kg; P=15-30mg/kg;
S= 15mg/kg; E= 15-30mg/kg
➲ Pengawasan minum obat dengan strategi
DOT (Directly Observed Therapy) agar
pasien minum obat secara teratur selama 6
bulan.
Prognosis
➲ Xenopsilla
cheopis (ori-
ental rat flea)
➲ Jenis tikus di pulau Jawa yang hidupnya di
pemukiman penduduk (domestik) dan ber-
fungsi sebagai reservoir adalah Rattus-rat-
tus.
➲ Di kabupaten Boyolali di mana terjadi wa-
bah terakhir pada tahun 1970, juga R.exu-
lans, R.tiomaticus dan Suncus marinus ber-
peran sebagai reservoir ke 2.
➲ Kutu tikus selain X.cheopis juga Stivalius
cognatus dan Neopsylla sondaica.
➲ Penularan dengan kontak langsung melalui
sentuhan dengan jaringan atau pus dari
korban, atau dapat melalui inhalasi.
Patogenesis
➲ Y. pestis masuk tubuh manusia melalui
gigitan pinjal, yang kemudian mengikuti alir-
an getah bening dan selanjutnya menyebar
melalui sirkulasi darah.
➲ Sel-sel mononuklear tidak dapat membunuh
kuman tersebut dan bahkan mampu
berkembang biak membentuk dinding-dind-
ing sel yang merupakan endotoksin.
➲ Di kelenjar getah bening regional timbul
reaksi inflamasi dan supurasi, dikelilingi
daerah yang mengalami edema hemoragik
(bubo)
➲ Bubo: edema hemoragik pada
kelenjar getah bening
➲ Dalam perkembangan selanjutnya terjadi
proses nekrosis.
➲ Penyebaran hematogen dapat memberi ge-
jala yang jelas pada paru berupa pneumo-
nia sekunder. Hal ini menyebabkan penu-
laran aerogen.
➲ Pada kulit tempat gigitan pinjal dapat timbul
papula, pustula, karbunkel atau tak menun-
jukkan reaksi jaringan setempat sama
sekali.
➲ Penyebaran di daerah kulit dapat menim-
bulkan petekie, vaskulitis dan perdarahan
yang disebabkan oleh trombositopenia.
➲ Ulserasi akibat gigitan pinjal/kutu pembawa
bakteri Y. pestis
Manifestasi Klinis
➲ Waktu inkubasi 2-8 hari, untuk yang tipe
pneumonik antara 2-4 hari.
➲ Gejala prodromal ditemukan pada semen-
tara kasus yang ditandai dengan adanya ke-
luhan anoreksia, rasa dingin, palpitasi, nyeri
di daerah inguinal. Kadang diikuti peru-
bahan mental berupa depresi sampai deliri-
um.
➲ Berdasarkan aspek klinis, pes dapat dibe-
dakan atas beberapa tipe: bubonik, sep-
tikemik, pneumonik, meningeal dan ku-
taneal.
1) Tipe bubonik
● Kasus terbanyak yaitu ¾ penderita pes
● Di tandai adanya bubo, limfadenitis yang tampak besar
dengan diameter 2-5cm disertai edema dan eritema
disekitarnya.
● Febris merupakan gejala awal dan suhu dapat men-
capai lebih dari 41o C disertai takikardia, gejala-ge-
jala neurologis seperti konvulsi sampai koma, gejala
gastrointestinal berupa vomitus, konstipasi ataupun
diare.
● Bakteri Y. pestis dapat membentuk endotoksin yang
menimbulkan keadaan toksemia yang bila berat
dapat mengakibatkan koagulasi intra vaskular (DIC)
dengan ditemukan gejala-gejala perdarahan di sa-
luran napas, saluran makan, saluran kencing serta
rongga-rongga badan.
2) Tipe Septikemik
● Pada tipe ini tidak terdapat adanya pembesaran
kelenjar limfe dan gejala yang timbul akibat sep-
tikemia biasanya terjadi dalam waktu yang
singkat berupa pucat, lemah, delirium atau
stupor sampai koma.
● Penderita dapat meninggal dunia pada hari per-
tama sampai ketiga setelah timbulnya gejala
febris.
● Kenaikan suhu badan hanya ringan
3) Tipe pneumonik
● Diawali dengan gejala-gejala kelemahan badan,
sakit kepala, vomitus, febris dan frustasi.
● Batuk, sesak napas disertai sputum yang produktif
dan cair.
● Gangguan kesadaran dapat timbul sejak awal dan
penderita dapat meninggal dunia pada hari ke-4
dan 5
4) Tipe meningeal
● Komplikasi tipe bubonik yang terjadi pada hari ke 7
sampai ke 9.
● Gejala seperti meningitis: sakit kepala, neck stiff-
ness dan tanda Kernig positif.
● Dapat berlanjut dengan konvulsi dan koma.
5) Tipe Kutaneal
● Papula, pustula, karbunkel juga adanya purpura
yang dapat meluas menjadi nekrotik.
● Keadaan ini dapat berlanjut menjadi gangren ter-
utama di daerah tungkai dan menimbulkan
warna kehitam-hitaman (black death).
➲ Akral Ga-
ngren: ne-
krosis pada
jari tangan
akibat
penyakit pes.
Diagnosis
➲ Febris dan limfadenitis merupakan tanda
utama pes walaupun tidak patognomik.
➲ Kemudahan diagnosis penyakit ini di-
dasarkan pada sifat penularannya yang ter-
kumpul di suatu tempat.
➲ Adanya bubo juga mirip dengan limfadenitis
yang disebabkan oleh kuman lain seperti si-
filis, streptokokus atau stafilokokus.
➲ Diagnosis ditegakkan dengan biakan kuman
dari aspirat nodus limfe, darah atau kadang
dari tinja.
➲ Secara serologis diukur titer antibodi akut
dan konvalesensi 2 - 4 minggu kemudian,
walaupun tetap harus dipikirkan kemungk-
inan adanya reaksi silang dengan Salmon-
ella, Brucella dan Escherichia coli. Titer an-
tibodi yang kurang dari 1:160 dianggap
tidak bermakna.
➲ Leukosit darah tepi antara 10.000-20.000
per mm3 dan pada kasus-kasus yang berat
bisa terjadi DIC.
Penatalaksanaan
➲ Perawatan
● Isolasi ketat terutama tipe pneumonik
● Pasien dengan tipe bubonik yang telah mengalami
drainase harus dijaga agar pus yang kering
tidak berhamburan karena banyak mengandung
kuman
● Kebutuhan cairan dan kalori dapat diberikan se-
cara parenteral apabila tidak dapat diberikan
secara oral
➲ Pengobatan
● Antibiotik tergantung gambaran klinis penderita
● Untuk tipe septikemik dan pneumonik: streptomisin
30 mg/kgBB/hari IM dalam dosis terbagi 2-4 kali
sehari. Maksimum 5-7 hari
● Tetrasiklin merupakan pilihan kedua dengan dosis
15 mg/kgBB sampai 1 gr peroral, diikuti dalam
24 jam pertama dengan 40-50mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 kali pemberian sampai hari ke
10-14
● Kloramfenikol dan Trimetroprim-sulfametoksazol
juga dapat diberikan dengan hasil baik.
Prognosis
● Kerusakan Saraf:
Hanya satu cabang
saraf
Diagnosis