Anda di halaman 1dari 13

Praktek Kerja Profesi Apoteker

Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA


Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

PRODUKSI
Tinjauan
Unit produksi merupakan suatu unit kerja yang berada di bawah garis komando dari
IFRS berperan dalam kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit. Tujuan dari adanya unit produksi di rumah sakit adalah untuk menghasilkan suatu
sediaan obat yang memenuhi syarat dan sesuai standar sehingga dapat digunakan dalam
pengobatan pasien, menjamin ketersediaan dosis yang dibutuhkan oleh pasien. Kegiatan
produksi meliputi permintaan bahan baku, proses pengolahaan produk atau sediaan farmasi,
pencampuran obat sitostatika, TPN, pengenceran elektrolit pekat, sediaan epidural injeksi
dan pengemasan sediaan jadi sampai sediaan siap didistribusikan. Kriteria sediaan yang
diproduksi oleh unit produksi menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 yaitu:
1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus).
Di Unit Produksi dan Onkologi RSUD Saiful Anwar memiliki sumber daya manusia
(SDM) yaitu sebanyak 12 orang yang terdiri dari 2 apoteker, 9 Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK) dan 1 caraka. Berikut Stuktur Organisasi di Unit Produksi dan UPF Onkologi:

Gambar 1. Struktur Organisasi UPF Onkologi dan Unit Produksi RSSA


Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

Kegiatan unit produksi RSSA meliputi :


1. Produksi Steril
Produksi steril adalah kegiatan produksi yang bebas dari kontaminasi bahan
pirogen (termasuk endotoksin) dan bebas dari partikel partikulat asing. Produksi
steril yang ada di RSSA meliputi :
a. Pencampuran Obat Sitostatika dan Penanganan Sediaan Oral Sitostatika Dosis
Terbagi
Pencampuran obat sitostatika yang dulunya dilakukan oleh perawat sekarang
dikembalikan ke petugas farmasi (Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian) yang
tersertifikasi yang boleh untuk mencampur obat sitostatika untuk mengurangi
kesalahan saat pencampuran obat sitostatika dan menjamin sterilitas sediaan.
Pencampuran obat sitostatika dilakukan di Unit Produksi yang berada dibawah
naungan UPF onkologi dalam ruang steril dengan teknik aseptik dan menggunakan
alat yang disebut BSC (Biological Safety Cabinet) kelas IIB. Peran Apoteker dalam
handling sitostatika yaitu menyiapkan sediaan sitostatika secara aman dan aseptis,
menghitung dosis obat sitostatika, menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat
sitostatika ketika disimpan, hingga distribusi dari unit produksi sampai ke pasien
yang benar serta mencegah keterpaparan lingkungan dari cemaran sitostatika.
Pencampuran obat sitostatika harus dilakukan oleh Apoteker dan TTK yang terlatih
dan bersertifikat dikarenakan efek bahaya yang ditimbulkan oleh obat sitostatika
yaitu efek sitotoksik, mutagenic, teratogenik, dan genotoksik (Kastan et al., 2004),
serta toksik terhadap organ dikarenakan terpapar obat sitostatika secara terus
menerus. Selain SDM yang terlatih, dalam melakukan pencampuran sedian steril
diperlukan ruangan dan peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang
dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya. Ruang dan
peralatan yang harus dimiliki rumah sakit untuk rekonstitusi sitostatika meliputi :
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)
 CYT (Cytotoxic Safety Cabinet )
Cytotoxic Safety Cabinet (CYT) dilengkapi dengan HEPA Filter. sehingga
aliran udara yang dalam CYT menjadi lebih bersih. CYT dapat menghasilkan
aliran udara vertikal yang menyediakan aliran udara dari bagian atas mengalir
kebawah sehingga memberikan keamanan untuk operator dan lingkungan kerja
dan apabila ada percikan obat sitostatika maka tidak akan mengenai petugas.
Syarat tekanan udara di dalam CYT harus lebih negatif dari pada tekanan udara
diruangan steril.
 Ruang steril
Rekonstitusi sitostatika harus dilakukan di dalam ruang steril yang
memiliki konstruksi khusus, tidak memiliki sudut, dengan bahan yang bisa
dibersihkan alkohol 70% dan dinding mudah dibersihkan, partikel udara sangat
dibatasi kelas 10000 partikel/lt udara, aliran udara diketahui dan dapat dikontrol,
tekanan ruangan diatur meliputi suhu (18o-22oC) dan kelembaban (35-50%)
udara terkontrol serta dilengkapi HEPA filter. Ruang steril sitostatika harus
bertekanan lebih negatif dari ruangan lainnya agar tidak mencemari lingkungan
sekitar (grey and black area) sedangkan untuk ruang steril non sitostatika
bertekan lebih positif untuk menghindari pencemaran dari luar kedalam ruang
steril.
 APD (Alat Pelindung Diri)
Alat pelindung diri yang dapat digunakan untuk rekonstitusi sitostatika
meliputi cap kepala disposable; kaca mata pelindung; masker disposable
(surgical dan N95); baju pelindung terdiri dari 2 lapis (apron dan jumpsuit)
sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak tembus cairan), tidak
mudah melepaskan serat kain, dengan lengan panjang, bermanset dan tertutup di
bagian depan; sarung tangan sebanyak 2 lapis (steril, bebas talk dan
impermeabel), sepatu dan shoe cover. Alat pelindung diri digunakan untuk
melindungi petugas yang melakukan rekonstitusi sitostatika dari bahaya
sitostatika salah satunya percikan langsung yang dapat diminimalisir dengan
adanya alat pelindung diri.
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)
 Pass box
Salah satu jenis fasilitas yang terletak di dinding partisi ruang steril dan
fungsinya untuk mentransfer barang antara di dalam dan di luar ruang steril
sehingga dapat mencegah gangguan aliran udara dan tekanan udara di dalam
ruang steril dan meminimalisir kontaminasi yang disebabkan oleh pembukaan
pintu untuk mentransfer barang.

Alur permintaan handling sitostatika di RSSA ditunjukkan di gambar 2.

Resep, protokol resep dan protokol kemoterapi dituliskan dokter

Diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien

Pasien atau keluarga pasien melengkapi persyaratan:

a. Resep
b. Protokol resep
c. Protokol rekonstitusi
d. Persyaratan JKN (untuk pasien JKN) meliputi foto copy
kartu peserta, KTP, casemix dan Surat Eligibitas Pasien
(SEP)
e. Persyaratan penunjang kemoterapi seperti hasil
laboratorium biopsi

Memenuhi syarat

Pasien kemo lebih dari satu kali, regimen kemo Pasien kemo pertama kali, regimen kemo lebih
tidak lebih dari 1 hari, kondisi pasien baik dari 1 hari, kondisi pasien tidak cukup baik

Pasien rawat jalan (poli): daftar untuk Resep diserahkan ke apoteker ruangan lalu
mendapatkan jadwal dilakukan skrining resep termasuk kesesuaian
diagnosis dan dosis
LANJUTAN DIBELAKANG..
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

Setelah mendapatkan jadwal, resep diserahkan Pasien rawat inap (ruangan): daftar untuk
ke apoteker (rawat jalan umum atau JKN) mendapatkan kamar

Apoteker atau TTK melakukan skrining resep Dicatat di log book selanjutnya dibawa ke UPF
termasuk kesesuaian diagnosis dan dosis masing-masing IRNA

Dicatat di log book apotek rawat jalan/ JKN Dicek administrasi di UPF dan log book

Setiap 1 minggu disetorkan ke unit produksi UPF menyerahkan resep ke UPF onkologi

Dicek administrasi oleh apoteker atau TTK di Dicek administrasi oleh apoteker atau TTK di
unit produksi sekaligus dicatat di log book unit produksi sekaligus dicatat di log book

Petugas poli konfirmasi pasien yang akan


kemoterapi setiap pagi ke unit produksi

Dilakukan pengecekan kembali (double check)

Resep dientry dan disiapkan obat, pelarut, serta alat di unit produksi

Petugas membuat etiket di unit produksi

Petugas unit produksi melakukan rekonstitusi sesuai yang tercatata di log book

Caraka unit produksi mengantar ke poli Caraka UPF mengambil di unit produksi

Masuk di UPF ruangan dan Dicek oleh Apoteker, TTK

Diserahkan kepada perawat ruangan

Di administrasikan kepada pasien


Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

Denah ruangan rekonstitusi sediaan sitostatika di RSSA seperti gambar 3.

Keterangan :
1. Pintu masuk ke UPF Onkologi
2. Lemari dan Kulkas untuk menyimpan obat sitostatika
3. Pass box
4. Meja administrasi
5. Wastafel
6. Ruang ganti pakaian
7. Pintu masuk ruang rekonstitusi
8. BSC (Biological Safety Cabinet)
9. Ruang rekonstitusi
10. Lemari penyimpanan APD

A (pada kemasan Infus) B (Pada plastik hitam)

C (pada kemasan infus) D (pada kemasan infus)

Gambar 4. Etiket di kemasan sitostatika


Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)
Cara menangani tumpahan obat sitostatika
 Tumpahan yang terjadi di dalam LAF meliputi :
a. Menggunakan perlengkapan pelindung.
b. Blower LAF harus tetap dihidupkan.
c. Tampung tumpahan dengan underpad (tumpahan cair) atau kasa basah
untuk tumpahan serbuk.
d. Angkat hati-hati pecahan benda tajam (vial atau ampul) menggunakan
pinset, dan buang ke kontainer buangan.
e. Cuci dan bilas permukaan LAF dengan larutan sabun dan alkohol 70%
hingga bersih.
f. Buang seluruh pembersih ke dalam kantong buangan khusus limbah
sitostatika.
 Tumpahan yang terjadi di luar LAF
a. Petugas harus menggunakan Chemoterapy spill kit.
b. Tempatkan tanda peringatan di lokasi tumpahan.
c. Tampung tumpahan dengan underpad (tumpahan cair) atau kasa basah
untuk tumpahan serbuk.
d. Angkat hati-hati pecahan tajam, dan buang ke kontainer buangan.
e. Cuci dan bilas permukaan LAF dengan detergent dan alkohol 70%.
f. Buang seluruh pembersih ke dalam kantong buangan.

Penanganan kecelakaan kerja

 Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:


1) Kontak dengan kulit
(a) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
(b) Bilas kulit dengan air mengalir.
(c) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan
larutan Klorin 5 % dan bilas dengan air hangat
(d) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %
(e) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)
(f) Laporkan ke supervisor
(g) Lengkapi format kecelakaan
2) Kontak dengan mata
(a) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
(b) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat
selama 5 menit
(c) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan
larutan NaCl 0,9%
(d) Aliri mata dengan larutan pencuci mata
(e) Catat jenis obat yang tumpah
(f) Laporkan ke supervisor
(g) Lengkapi format kecelakaan kerja
3) Tertusuk jarum
(a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk
menghisap obat yang mungkin terinjeksi
(b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang
(c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat
dalam jaringan yang tertusuk
(d) Tanggalkan semua APD, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat
(e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat
(f) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi
(g) Laporkan ke supervisor
(h) Lengkapi format kecelakaan kerja
(i) Segera konsultasikan ke dokter
Pembuatan sediaan steril sitostatika dosis terbagi tidak boleh digerus. Namun,
obat hanya dilarutkan di pelarut yang cocok saja. Selain itu, tahapan pelarutan juga
dilakukan didalam CYT. Contoh sediaan obatnya yaitu hydroxyurea.
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

b. Produksi steril non sitostatika


Unit produksi dan UPF onkologi tidak hanya melakukan produksi steril yaitu
rekonstitusi sedian sitostatika, namun juga melakukan produksi steril non sitostatika.
Pencampuran sediaan steril non sitostatika juga harus dilakukan oleh petugas farmasi
yang telah tersertifikasi. Gambar 4 menunjukkan denah ruang produksi steril non
sitostatika.
1. Pengenceran elektrolit pekat
Contoh elektrolit pekat yaitu KCl dan Dextrose 40%. konsentrasi KCL
yang ada di pasaran hanya 10 dan 20 Meq sehingga perlu dilakukan pengemasan
kembali (repacking) dikarenakan berdasarkan permintaan dokter yang variatif
misalnya KCl dengan konsentrasi 12,5 Meq, 25 Meq dan 50 Meq. Pengenceran
premix KCl dulunya dikerjakan oleh perawat dan sekarang dilakukan oleh unit
produksi. Pengenceran premix KCl dilakukan di LAF dengan teknik aseptis serta
menggunakan pelarut yang kompatibel. Sterilitas KCl yang telah direpacking
yaitu 1 minggu di suhu ruangan, berdasarkan pengujian di laboratorium
Mikrobiologi Universitas Brawijaya. KCl yang sudah di repacking dapat stabil
selama 30 jam di suhu ruang setelah dicampur dlm pelarut.

Gambar 5. Etiket premiks elektrolit pekat


2. Pencampuran Total Nutrisi Parenteral (TPN)
Unit produksi juga melakukan pencampuran nutrisi parenteral total (TPN)
sesuai permintaan. Nutrisi parenteral total sendiri dapat didefinisikan sebagai
cara pemberian nutrisi melalui rute parenteral guna memenuhi kebutuhan
metabolism dan pertumbuhan. Cara ini umumnya digunakan pada kondisi
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)
dimana pemberian nutrisi melalui saluran cerna baik secara oral maupun enteral
masih belum mencukupi atau tidak diperbolehkan. Terapi ini merupakan salah
satu cara pemberian nutrisi yang optimal baik pada pasien neonatus, pediatrik,
maupun pasien dewasa pada kondisi tertentu. TPN dapat mengandung beberapa
komponen diantaranya glukosa, lipid, asam amino, vitamin, dan mineral. Di
RSSA sendiri pencampuran. TPN baru dimulai sejak tanggal 11 Desember 2017
dan hanya melayani permintaan pencampuran TPN untuk ruang PICU, NICU,
Perinatologi, dan HCU anak. Gambar 6 menunjukkan form permintaan dan
etiket TPN. Stabilitas TPN yaitu 2 hari dalam kulkas. Apabila mau dipakai harus
didiamkan 4 jam di suhu ruang terlebih dahulu.

Gambar 6. Form permintaan dan etiket TPN


3. Pembuatan injeksi epidural
Unit produksi melakukan pembuatan injeksi epidural untuk kebutuhan di
Rumah sakit, adapun bahan-bahan obat untuk membuat sediaan injeksi epidural
yang digunakan seperti morfin, bupivacaine dan naropin (BMN) serta water for
injection (WFI) sebagai pelarut. Dosis yang dibuat disesuaikan dengan resep dari
dokter. Kombinasi paling sering yaitu bupivacaine-morfin. Stabilitas sediaan
tergantung campuran obat (30 hari).

2. Produksi Non Steril


Kegiatan produksi non-steril yang dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
antara lain meliputi:
 Pembuatan handrub dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan di Rumah Sakit. Formula handrub terdiri dari alkohol 96%
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

yang berfungsi sebagai antiseptic, gliserin sebagai pelembab, parfum sebagai


corigen odoris, dan aquadest digunakan sebagai pengencer alkohol. Formula
handrub ini mengacu pada formula sesuai rekomendasi WHO.
 Pengenceran savlon, alkohol, formalin 37%, H2O2 (perhidrol) 50% dari sediaan
pekatnya dan natrium bikarbonat, asam sitrat.
 Repacking alkohol 96%, KMNO4, savlon air, savlon alkohol.
 Repacking clorhexidin 4% digunakan untuk mandi pasien Methicillin-Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA) dan pembuatan clorhexidin 1,5 % digunakan
untuk rawat luka pada pasien
 Pembuatan sirup kloralhidrat 20%.
 Pembuatan salep: levertraan (untuk luka bakar), boorzalf (rawat luka setelah
operasi).

Kegiatan rutin dilakukan oleh unit produksi adalah pembuatan handrub


pengemasan ulang alkohol, kreolin, savlon, dan spiritus. Sediaan non steril yang
telah diproduksi kemudian disalurkan ke ruangan yang membutuhkan berdasarkan
surat pesanan. Kegiatan pengemasan kembali, pembuatan salep dan pengenceran
dilakukan hanya jika ada permintaan dalam bentuk surat pesanan yang ditujukan
langsung kepada unit produksi.

3. Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di UPF Onkologi RSSA


a. Permintaan
Permintaan obat dan bahan kimia serta alat oleh unit produksi ke gudang
obat dan alkes dilakukan ketika barang/bahan yang dibutuhkan tinggal sedikit
ataupun sudah habis.
b. Distribusi
Pada unit produksi steril, obat yang sudah siap untuk digunakan
didistribusikan oleh caraka masing-masing UPF untuk rawat inap. Sistem
distribusi untuk pasien rawat jalan obat didistribusikan oleh caraka dari unit
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)
produksi. Sedangkan untuk produksi non steril sediaan dapat diambil langsung
oleh petugas/caraka dari masing-masing UPF/ruangan/poli.
c. Pelaporan
Pelaporan terdiri dari laporan rekonstitusi sediaan sitostatika, laporan
pengenceran elektrolit pekat, dan laporan pembuatan TPN. Laporan rekonstitusi
sediaan sitostatika terdiri dari pelaporan jumlah pasien yang ditangani serta
jumlah regimen obat sesuai dengan resep dan protokol. Laporan pengenceran
elektrolit pekat terdiri dari daftar permintaan UPF lain, jumlah permintaan dan
konsentrasi pengenceran elektrolit pekat. Laporan TPN terdiri dari laporan
jumlah pasien yang ditangani serta jumlah sediaan yang dibuat. Pelaporan pada
produksi non steril meliputi jumlah sediaan yang diproduksi, jumlah bahan yang
diproduksi dan jumlah yang dilakukan pengemasan ulang. Pelaporan ditujukan
pada Kepala Urusan Farmasi Klinis.
d. Pembuangan limbah
Limbah yang akan dibuang dimasukkan dalam wadah terpisah, untuk
limbah tajam dimasukkan dalam container khusus yg anti bocor dan tdk tembus
benda tajam. Semua limbah kemoterapi harus dibakar dalam incenerator pd suhu
1000°C.

Gambar 7. Wadah yang digunakan untuk membuang limbah


Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PSPA
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
(Periode 03 Desember 2018 – 31 Januari 2019)

4. Manfaat
Praktek kerja di Unit produksi dan UPF Onkologi RSSA menambah wawasan
terkait unit produksi di rumah sakit serta dapat memahami peran apoteker dalam unit
produksi dan onkologi, kegiatan yang dilakukan di unit produksi, mengetahui produk

steril dan non steril yang diproduksi, aturan dalam produksi sediaan steril dan non
steril serta aplikasi dari aturan tersebut, alur pelayanan serta kegiatan manajerial dari
UPF onkologi.

Anda mungkin juga menyukai