Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

H (27 TAHUN) P1A0 DENGAN


POST SC ATAS INDIKASI 3X GAGAL VAKUM DI RUANG LDS
MATERNITY

RUMAH SAKIT SILOAM LIPPO CIKARANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners

Stase Keperawatan Maternitas

Kelompok:

Immaria Verolita

Ivana Lola Saur

Amesti Ratna Sari

Yacinta Adna Dewanti

Sindi Sagita Tasiabe

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2019
Tanggal pengkajian : 8 Januari 2019

Ruangan / RS: LDS Maternity / Siloam Hospital Lippo Cikarang

Laporan Pendahuluan

Post Partum dengan Sectio Caesaria

A. Post Partum

Pengertian

a. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yanag diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
b. Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009)
c. Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuain terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani,2009)
Adaptasi fisiologis pada ibu post partum
a. involusi rahim : terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, yang disebabkan
karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi dan
kemudian dibuang melalui air kencing.
b. inovasi tempat plasenta : setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat
permukaan kasar tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini
mengecil pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c. perubahan pada serviks dan vagina : pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru, karena
adanya kontraksi dan retraksi, vagina tegang pada waktu persalinan namun lambat laun
akan mencapai ukuran yang normal.
d. perubahan pembuluh darah rahim : dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-
pembuluh darah yang besar, teteapi karena setelah persalinan tidak diperlakukan bagi
peredaran darah yang banyak, maka arteri tersebut harus menegcil lagi saat nifas.
e. dinding perut dan peritoneum : setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama, tetapi biasaya pulih kembali dalam 6 minggu.
f. saluran kencing : dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal
dalam 2 minggu
g. laktasi : keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini. Buah dada belum mengandung susu melinkan colostrums.
Colostrums adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Adaptasi psikologis pada ibu post partum

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu :
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey
moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dalam menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai 4 dari hari persalinan. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi.
Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, misalnya buang air
kecil atai buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi. Sedangkan stress emosioal pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan
dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi
pada hari ke 3-5 post partum.

Penatalaksaan Medis

1. observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan –perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi
tentang senam nifas.

4. Hari ke 2 : mulai latihan duduk

5. Hari ke 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B. Sectio Caesarea

Pengertian

 Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka


dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2013).
 Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh bila ada indikasi
medis (Damayanti, 2017)
 Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk membantu
persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan ibu
atau kondisi janin. (Ayuningtyas, 2018)

Etiologi
a. Indikasi ibu
a) Panggul sempit
b) HAP (Hemoragic Ante Partum) seperti placenta abruption, plasenta previa
c) Partus lama
d) Partus tak maju
e) Pre eklampsia dan hipertensi
f) Ketidakmampuan ibu untuk mengejan
b. Indikasi janin
a) Kelainan Letak
- Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka SC adalah jalan / cara yang terbaik dalam
melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janin nya hidup dan besarnya
biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan SC walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Namun multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara lain.
- Letak belakang
SC disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit, primigravida
dan janin besar.
b) Gawat janin
Didefinisikan sebagai manifestasi patologis dari hasil produk konsepsi, yang terjadi
selama kehamilan dan persalinan dikarenakan perubahan dari faktor-faktor
intrauterin. Penyebab gawat janin:
1. Faktor maternal (contohnya: hipertensi, penyakit jantung terdekompensasi,
kerusakan paru kronis, kerusakan ginjal, anemia, gagal nafas, preeklampsi,
eklampsi, kehamilan postterm)
2. Faktor plasenta (contohnya: perlengketan plasenta, hematoma retroplasental,
terletak di bawah plasenta, insufisiensi plasenta, gangguan sirkulasi, kembar)
3. Patologi pada tali pusat Beberapa keadaan dimana tali pusat dikaitkan dengan
gawat janin, yaitu:
a. Kelainan pada panjang tali pusat. Panjang tali pusat merefleksikan pergerakan
janin dalam rahim. Tali pusat yang pendek dikaitkan dengan solusio plasenta,
ruptur tali pusat, kelainan pergerakan janin, mendesak intrauterin, dan
primiparitas. Sedangkan pada tali pusat yang panjang dikaitkan dengan
trombus atau simpul nyata
b. Kelainan pada diameter tali pusat. Pembesaran tali pusat pada bagian
proksimal disebabkan oleh abnormalitas yang dikaitkan dengan
perkembangan saluran vitelin dan/atau saluran alantois, pembesaran diameter
tali pusat yang terlokalisir dikaitkan dengan edema (10%), neoplasma, dan
kelainan vascular.
c. Aspek tali pusat yang lemah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
aliran yang melalui pembuluh darah tali pusat dikaitkan dengan
oligohidramnion, kecil usia kehamilan, air ketuban yang bercampur
mekonium, dan asfiksia perinatal.
c) Faktor janin
(contohnya: oligohidramnion, intrauterine growth restricrion, profil biofisik yang
buruk).

Manifestasi Klinis (tanda & gejala)


Persalinan dengan Sectio Caesarea memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis
Sectio Caesarea menurut (Doengoes, 2001)antara lain:
a. Nyeri akibat prosedur bedah
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
d. Aliran lochea sedang dan bebas
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira0kira 600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan terhadap
situasi baru
g. Terpasang kateter urin
h. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i. Bonding dan attachment pada anak yang baru dilahirkan

Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau
sedikit kembung
- Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering terjadi
dijumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartum kerena ketuban yang telah pecah terlalu lama
b. Perdarahan
- banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- atonia uteri
- pendarahan pada plasenta
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
- Luka kandung kemih
- Embolisme paru – paru

Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
f. Laju endap darah digunakan untuk menilai kondisi peradangan atau infeksi di tubuh.
Prosedur ini dilakukan dengan pengambilan darah, yang kemudian diperiksa untuk
mengukur pengendapan sel darah merah sebagai gambaran peradangan yang terjadi.

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan SC


1. Pengkajian
Pengkajian pasien post partum meliputi (Biodata klien, keluhan utama, riwayat haid, riwayat
perkawinan, riwayat obsterti (riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB dan
perencanaan keluarga, riwayat penyakit dahulu, riwayat psikososial-kultural, riwayat
kesehatan keluarga, profil keluarga, kebiasaan sehari-hari, seksualitas, konsep diri, peran,
serta pemeriksaan fisik (Keadaan umum, TTV, kepala, breast, abdomen, dan anogenital, serta
muskuloskeletal.). Pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit
dan Trombosit)
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
- Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
- Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasic.
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi
- Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
- Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
3. Intervensi
- Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri
teratasi dengan kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak tampak meringis, klien tampak rileks,
dapat beristirahat dan beraktivitas.
Intervensi:
 Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
Rasional: Memperngaruhi pilihan kefektifan intervensi.
 Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional: Tingkat ansietas dapat memperngaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
 Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup.
Rasional: Mengetahui sejauh mana pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien.
 Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi nafas dalam)
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan harga diri kemapuan
koping.
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional: Memberikan ketenangan kepada pasien sehingga nyeri tidak bertambah
 Kolaborasi pemberian Analgetik
Rasional: Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
- Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasic.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x24 jam diharapkan klien tidak
mengalami infeksi dengan
Kriteria hasil:
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi, TTV dalam batas normal, dan WBC dalam batas
normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi:
 Catat waktu pecah ketuban.
Rasional: Pecah ketuban yang terjadi 24 jam sebelum pembedahaan dapat
menimbulkan koriamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mempengaruhi
proses penyembuhan.
 Kaji adanya tanda infeksi
Rasional: mengetahui secara dini terjadiny infeksi sehingga dapat dilakukan
pemilihan intervensi secara tepat dan cepat.
 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
Rasional: Meminimalisir adanya kontaminasi pada luka yang dapat menimbulkan
infeksi.
 Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC/sel darah
putih
Rasional: Peningkatan suhu tubuh dan WBC adalah salah satu data penunjang yang
mengidentifikasi adanya bakter di dalam darah.
 Kolaborasi untuk pemeriksaan HB dan HT. Catat perkiraan kehilangan darah selama
prosedur pembedahan
Rasional: Resiko infeksi pasca melahirkan dan proses penyembuhan akan buruk bila
kadar Hb rendah dan terjadi kehilangan darah berelebihan.
 Anjurkan intake nutrisi yang cukup.
Rasional: Mempertahankan keseimbangan nutrisi untuk endukung perpusi jaringan
dan penyembuhan jarigan.
 Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional: Antibiotik dapat menghambat proses infeksi
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan ansietas pasien
berkurang.
Kriteria hasil: Pasien terlihat tenang dan tidak gelisah, klien mengungkapkan bahwa
ansietasnya berkurang.
Intervensi:
 Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
Rasional: Keberadaan sistem pendukung klien dapat memberikan dukungan secara
psikologis dan membantu klien dalam mengungkapkan masalahnya.
 Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati
Rasional: keberadaan perawat dapat memberikan dukungan dan perhatian pada klien
 Observasi nonverbal klien (gelisah, berkaitan dengan anasietas yang dirasakan.
Rasional: Ansietas seringkali tidak dilaporkan secara verbal, namun tampak pada pola
perilaku klien secara nonverbal.
 Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping
Rasional: mendukung mekanisme koping dasar, meningkatkan rasa percaya diri
sehingga menurunkan ansietas.
 Berikan informasi yang bemar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan
perwatan post operasi.
Rasional: Kurangnya informasi klien dapat mempengaruhi ansietas yang diarsakan.
 Diskusikan pengalaman harapan kelahiran anak pada masa lalu
Rasional: Klien dapat mengalami penyimpangan memori dari melahirkan.
 Evaluasi perubahan ansisetas yang dialami klien secara verbal.
Rasional: Identifikasi keefektifan intervensi yang telah diberikan.

ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL

PENGUMPULAN DATA

a. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Ny. H
Umur : 27 thn
Suku / bangsa : Sulawesi / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

Alamat rumah : Jl. Pinus 20, Meadow Green


Telp. : 087779296xxx
Alamat kantor : Bekasi Selatan
Telp. :-

Nama suami : Tn. M


Umur : 30 thn
Suku / bangsa : Sulawesi / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Jl. Pinus 20, Meadow Green
Telp : 081284233xx
Alamat kantor : Bekasi Selatan
Telp :-
b. ANAMNESA (Data Subjektif)
Riwayat persalinan sekarang
Tanggal / jam : 8 Januari 2019 jam 01.15 wib
Tipe persalinan : SC
Masuk ruang nifas

< 24 jam 24 jam > 24 jam



1. Keluhan utama saat pengkajian (8 Januari 2019)
Pasien mengatakan nyeri pada area bekas jahitan episiotomi dan SC dikarenakan 3x
gagal vakum sehingga diputuskan SC cito, pasien juga mengatakan cemas akan
kondisi anaknya.

2. Riwayat menstruasi

 Haid pertama :± umur 13 tahun  Teratur : ya


 Siklus : teratur  Lamanya : 30 hari
 Banyak nya : ± 60 cc  Sifat darah : kental ke encer
 Dismenorrhea : ya
 Kebersihan
Keputihan : ya
Jenis : kental
Warna : bening
Bau : tidak
 Hemoroid : tidak

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:

Tgl
Usia Komplikasi Bayi Nifas
NO Lahir Jenis Tempat
Umur Kehami Persalinan Persalinan Ibu Bayi Penolong BB / Keadaan Keadaaan Lakta
lan PB
Dr. Obgyn,3285 Caput
8-1-19/ 1 bidan &gr/ 50 suscadeum Kontraksi Asi
1 hari 39-40 mgg SC RS - - perawat cm & RDS uterus baik sedikit

4. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita:


Jantung : tidak ada
Ginjal : tidak ada
Asma / TBC paru : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
DM : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
Epilepsi : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

5. Riwayat penyakit keluarga:


Jantung : tidak ada
DM : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
Alergi : tidak ada

6. Aktivitas sehari-hari:
Pola istirahat & tidur: sebelum masuk rumah sakit tidur malam 6-7 jam, jarang
tidur siang. Saat masuk rumah sakit, tidak bisa tidur nyenyak
Pola makan : sebelum masuk rumah sakit jarang makan sayur hijau,
minum ± 2liter sehari, saat masuk rumah sakit makan 3x sehari, nasi lauk pauk,
sayur, buah, minum sekitar 1 liter, diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Pola mandi : sebelum masuk rumah sakit, mandi mandiri, mandi 2x
sehari. Saat masuk rumah sakit, mandi bantu oleh bidan dan perawat.
Seksualitas : pasien sudah menikah, belum pernah bercerai dan tinggal
dengan suami.
Pekerjaan : sebelum masuk rumah sakit sering bekerja hingga lupa
waktu istirahat. Saat masuk rumah sakit, tidak melakukan aktifitas pekerjaan.

C. PEMERIKSAAN FISIK (data objektif)

1. Tanda vital:
- Tekanan darah : 125/85 mmHg
- Denyut nadi : 86x/mnt
- Pernapasan : 19x/mnt
- Suhu : 36,8
- BB sekarang : 68 kg
- LiLa : 35 cm
- TB : 156 cm
- BB : sebelum hamil 51 kg
2. Muka
Oedema : ada tidak ada
Conjunctiva : berwarna merah muda
Sklera mata : tidak ikterik 
3. Dada
- Simetris : simetris tidak simetris
- Mamae : kondisi aerola hiperpigmentasi, puting converted
Bendungan :  ada tidak ada
Colostrum / ASI : ada, berwarna kuning keruh

4. Pinggang (periksa ketuk: Costro-vertebra-angel tenderness)
Nyeri : ada tidak ada

5. Ektremitas
Oedema tangan dan jari : tidak ada
Oedema tibia, kaki : tidak ada
Betis merah/lembek/keras : tidak ada
Varices tungkai : tidak ada
Refleks patela : kanan (postif) kiri (positif)
6. Abdomen
Bekas luka : luka bekas SC dibagian bawah umbilikus, kondisi
luka kering tertutup kassa / perban
Diatasis rect.abd : tidak ada
Bentuk perut : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
tidak ada ruam kulit, terdapat linea gravida, terdapat
tanda lahir saja seperti tahi lalat
Oedema : tidak ada
7. Genitalia
Inspeksi
Vulva dan vagina
Varices: tidak ada
Luka : tidak ada
Kemerahan : sedikit
Nyeri : ada
Perineum
Bekas luka : episiotomi, ±2 jahitan, lokasi jahitan di bagian perineum
Lain-lain : tidak ada

D. ASPEK PSIKOLOGIS
1. Taking in : pasien cenderung diam, selalu tertidur dan berperilaku
pasif, perawat memotivasi untuk mandi
2. Taking hold : sesekali menayakan kepada perawat mengenai kondisi
anaknya, termotivasi untuk memerah asi untuk bayi yang sedang di rawat di ruang
NICU
3. Letting go : tidak dapat terkaji karena 4 hari pasca partum pasien di
rencanakan pulang.
E. RIWAYAT SOSIAL
 Perkawinan : I (pertama), lama perkawinan 1.5 tahun
 Kehamilan : direncanakan
 Perasaan tentang kehamilan saat ini: pasien mengatakan senang, namun
sedih dengan kondisi anaknya saat ini.
 Status perkawinan : kawin

F. ASPEK SPIRITUAL (keyakinan tentang pemahaman proses nifas)


Pasien mengatakan, tidak ada keyakinn khusus yang diyakini pada masa nifas, hanya
berharap semua berjalan sesuai Allah SWT

G. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (8/1/2019)
Hemoglobin : (L) 10,2 g/dL
Golongan darah :O
Hematokrit : (L) 32,3
Rhesus : positif (+)

ANALISA DATA Untuk Rumusan DIAGNOSA

NO Data senjang Etiologi (patofisiologi) Masalah keperawatan


1 (8/1/2019) Prosedur bedah (SC) Nyeri akut post SC
jam 07.00-16.00
DS: Terputusnya jaringan, pembuluh
1. P (provokating) : darah saraf pada tubuh
nyeri saat bergerak
2. Q (quality): seperti
Histamin dan prostaglandin keluar
disayat
3. R (regio): nyeri
Merangsang pada reseptor nyeri
berkisar perut
ujung-ujung perifer
bawah (luka bekas
operasi)
4. S (skala): 5/4 Nyeri dihantarkan ke dorsal spinal
(aktifitas/istirahat) cord
5. T (time): nyeri
konsisten
Thalamus
DO:
1. keadaan umum
tampak sakit Cortex Serebri
sedang, kesadaran
compos mentis Persepsi nyeri
(E4M6V5) tekanan
darah 125/85 Nyeri akut
mmHg, nadi
86x/mnt, pernafasan
19x/mnt, suhu 36,8

,
2. pasien sesekali
merintih kesakitan
saat mencoba
bergerak
3. pasien sangat
berhati-hati saat
hendak bergerak
4. pasien sering
memegang pada
area perut

(9/1/2018)
jam 20.00-08.00
DS:
1. P (provokating) :
nyeri saat bergerak
2. Q (quality): seperti
disayat
3. R (regio): nyeri
berkisar perut
bawah (luka bekas
operasi)
4. S (skala): 4/3
(aktifitas/istirahat)
5. T (time): nyeri
hilang timbul
DO:
1. keadaan umum
tampak sakit
sedang, kesadaran
compos mentis
(E4M6V5) tekanan
darah 112/78
mmHg, nadi
90x/menit,
pernafasan
19x/menit, suhu

36,8
2. pasien tampak
merintih kesakitan
3. pasien berhati-hati
saat mobilisasi

2. (8/1/2019) Stressor (kondisi anaknya) Cemas


jam 07.00-16.00
DS: Kondisi yang dapat mengancam
1. pasien sesekali
menanyakan Ibu merasa tidak berdaya
kondisi anaknya
2. pasien mengatakan
cemas
semalam sering
terbangun dari
tidur
3. pasien mengatakan
khawatir dengan
kondisi anaknya
DO:
1. keadaan umum
tampak sakit sedang,
kesadaran compos
mentis (E4M6V5)
tekanan darah 125/85
mmHg, nadi
86x/mnt, pernafasan
19x/mnt, suhu 36,8

2. kontak mata buruk


(tidak mampu
mempertahankan
kontak mata saat
berbicara)
3. pasien tampak
gelisah
4. pasien tampak
mengantuk dan lelah

(9/1/2018)
jam 20.00-08.00
DS:
1. pasien mengatakan
tidak bisa tidur
dengan nyenyak
2. pasien mengatakan
khawatir dengan
kondisi anaknya di
ruang observasi anak
pasien memiliki
caput dikepala
setelah gagal vacum
3 x, SpO2 : 80-90 %
3. suami klien
mengatakan bahwa
terbeban biaya jika
anaknya masuk ruang
NICU, dan berencana
membawa pulang
bayinya atas
permintaan sendiri
DO:
1. keadaan umum tampak
sakit sedang,
kesadaran compos
mentis (E4M6V5),
tekanan darah 112/78
mmHg, nadi 90x/mnt,
pernafasan 19x/mnt,

suhu 36,8
2. kontak mata buruk
(tidak mampu
mempertahankan
kontak mata saat
berbicara)
3. tampak gelisah

3 (8/1/2019) prosedur invasif (tindakan SC) Risiko infeksi


Jam 07.00 – 16.00
DS: terputusnya jaringan pembuluh
-pasien mengatakan darah, saraf
tidak merasakan tanda
gatal pada lokasi terjadi luka post SC
operasi
DO: sebagai pintu masuk
1. tekanan darah mikroorganisme
125/85 mmHg, nadi bakteri/kuman/virus
86x/mnt, pernafasan
19x/mnt, suhu 36,8 risiko infeksi

2. tampak luka post-


op di abdomen
bagian bawah yang
tertutup perban
3. tanda REEDA:
-R (kemerahan): tidak
ada
-E (Edema): tidak ada
-E (ekimosis): tidak
ada
-D (discharge
serum/pus/darah):
tidak ada
-A (approximate):
tampak bekas luka
operasi
4. -tidak ada rembesan
darah atau nanah
dari bekas sayatan
operasi SC

(9/1/2018)
jam 20.00-08.00
DS:
-pasien mengatakan
tidak ada tanda gatal,
panas pada bekas
operasi
DO:
1. tekanan darah
112/78 mmH, nadi
90x/mnt, pernafasan
19x/mnt, suhu 36,8

2. tampak luka post-op


di abdomen bagian
bawah yang tertutup
perban
3. tanda REEDA:
-R (kemerahan):
tidak ada
-E (Edema): tidak
ada
-E (ekimosis): tidak
ada
-D (discharge
serum/pus/darah):
tidak ada
-A (approximate):
tampak bekas luka
operasi
3. tidak ada rembesan
darah atau nanah
dari bekas sayatan
operasi SC
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Prioritas masalah keperawatan


Nyeri bd agen cedera fisik
2. Rumusan diagnosa keperawatan (aktual / risiko)
Cemas bd stressor (kondisi anaknya)
Risiko infeksi bd prosedur invasif

ASUHAN KEPERAWATAN

No ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi Paraf
dx.
(SMART)
kep

1. Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui 1. Mengobservas (8 januari 2019)


dilakukan tingkat tingkat skala i tingkat nyeri
asuhan nyeri nyeri yang 2. Mengobservas S:
keperawat 2. Observasi dirasakan i tanda-tanda -pasien mengatakan nyeri
an selama tanda- pasien vital klien pada area bekas operasi
2x24 jam tanda 2. Mengetahui 3. Mengatur menurun skala 4/3. nyeri
didapati vital klien keadaan posisi seperti tersayat, nyeri hilang
skala 3. Atur umum klien senyaman timbul
nyeri pada posisi dimana klien O:
senyaman nyeri dapat 4. Mengajarkan
pasien -keadaan umum sakit sedang,
pasien berpengaruh teknik
berkurang kesadaran compos mentis
4. Ajarkan pada tanda- relaksasi
atau (C4M6V5), tekanan darah
teknik tanda vital dengan nafas
hilang. 125/85mmHg, nadi
relaksasi klien dalam saat
Kriteria 86x/menit, pernafasan
dengan 3. Dengan nyeri timbul
hasil: 19x/menit, suhu 36,8 ℃
nafas mengatur 5. Mengkolabora
1. Keadaa -pasien masih sesekali
dalam posisi dapat sikan
n merintih kesakitan dan sering
saat nyeri mengetahui pemberian
umum memegang perutnya
timbul posisi yang analgesik:
baik A:
5. Kolabora menurut injeksi
2. Skala -masalah keperawatan nyeri
si dalam pasien Remopain
nyeri belum teratasi
pemberia nyaman /
berada P:
n inginkan
pada 1- -lanjutkan intervensi 1-5
analgesik 4. Dengan
2
: injeksi teknik nafas
(ringan) 9 januari 2019
3. Ekpresi remopain dalam saat S:
wajah nyeri timbul -klien mengatakan nyeri
rileks membantu pada bekas operasi, kala
otot-otot nyeri 4/3, nyeri seperti
rileks tersayat, hilang timbul
sehingga O:
nyeri -keadaan umum sakit sedang,
berkurang kesadaran compos mentis
5. Membantu (C4M6V5), tekanan darah
mengurangi 112/78 mmHg, nadi
rasa nyeri 90x/menit, pernafasan
klien 19x/menit, suhu 36,8 ℃
-pasien tampak sesekali
merintih
-pasien tampak berhati-hati
saat mobilisasi
A:
-masalah keperawatan nyeri
belum teratasi
P:
-lanjutkan intervensi 1 - 5
2. Setelah 1. Pantau 1. Perubahan 1. Memanta 8 januari 2019
dilakukan perubahan tanda-tanda u perubahan S:
asuhan tanda- vital dapat TTV dan
-pasien mengatakan cemas
keperawat tanda vital menjadi kondisi yang akan kondisi anaknya
an selama dan indikator menunjukkan O:
2x24 jam kondisi terjadinya peningkatan -tekanan darah
didapati yang cemas pada kecemasan 125/85mmHg, nadi
cemas menunjuk klien klien 86x/menit, pernafasan
klien kan 2. Mempersiap 2. Memberi 19x/mnt, suhu 36,8 ℃
berkurang peningkat kan klien kan infirmasi-kontak mata yang buruk
/ an dan keluarga serta -melamun
menghilan kecemasa untuk bimbingan A:
g. n klien menghadapi tentang segala
masalah keperawatan cemas
Kriteria 2. Berikan segala bentuk belum teratasi
hasil: informasi kemungkina kemungkinan P:
1. Klien serta n yang akan yang akan
lanjutkan intervensi 1 - 3
mampu bimbinga terjadi terjadi dengan
mengid n tentang 3. Teknik melibatkan 9 januari 2019
entifika segala menenangka dokter sp.anak S:
si dan bentuk n diri dapat dan dokter GP -pasien mengatakan susah
mengun kemungki digunakan yang berjaga tidur
gkapka nan yang untuk 3. Mengajark -suami pasien meminta ingin
n gejala terjadi meredakan an teknik membawa bayi nya pulang
cemas dengan kecemasan menenangk atas permintaan sendiri karna
2. Tanda- melibatka pada klien an diri jika terbeban biaya perawatan
tanda n dokter ada hal anaknya
vital spesialis negatif O:
dalam anak dan yang -tekanan darah 112/78
kondisi dokter GP dirasakan mmHg; nadi 90x/mnt;
normal yang klien pernafasan 19x/mnt; suhu
3. Ekspres berjaga 36,8 ℃
i wajah 3. Ajarkan -raut wajah tampak sedih
dan teknik A:
tingkat menenang masalah keperawatan cemas
aktifitas kan diri belum teratasi
menunj dan P:
ukkan pengendal lanjutkan intervensi 1 - 3
berkura ian
ngnya perasaan
kecema negatif
san atas hal
yang
dirasakan
klien
3. Setelah Monitor Deteksi dini 1. Memonitor (8 januari 2019)
dilakukan tanda- terhadap TTV serta S:
asuhan tanda adanya tanda- tanda infeksi -pasien mengatakan tidak
keperawat vital tanda infeksi. 2. Merawat area merasakan gatal, panas pada
an selama serta sekitar luka lokasi operasi
2x24 jam tanda 3. Mengajurkan O:
didapati infeksi klien untuk -tekanan darah 125/85
tidak Rawat mengkonsums mmHg, nadi 86x/menit,
terjadinya area i tinggi pernafasan 19x/menit, suhu
risiko sekitar protein 36,8 ℃
luka 4. Menganjurkan
infeksi -perban penutup luka operasi
Mencegah klien untuk
pada klien kering, tidak ada rembesan
Anjurkan adanya mobilisasi
Kriteria A:
klien mikroorganism secara
hasil: -masalah keperawatan risiko
untuk e melalui bertahap
1. Perbaik infeksi belum teratasi
mengkon sekitar luka 5. Menganjurkan
an luka P:
sumsi operasi. klien untuk
tepat lanjutkan intervensi 1-6
2. Tidak makanan Protein menjaga
ada tinggi berperan kebersihan 9 januari 2019
tanda- protein mengganti sel- tubuh untuk S:
tanda sel dan baik meminimalka -pasien tidak merasakan gata,
infeksi dalam n risiko rasa panas pada lokasi
(REED membantu infeksi operasi
A) jaringan sekitar nasokomial O:
operasi untuk 6. Kolaborasi -tekanan darah 112/78
cepat pulih / pemberian mmHg, nadi 90x/mnt,
kering antibiotik: pernafasan 19x/mnt, suhu
Injeksi 36,8 ℃
Anjurkan Mobilisasi cefotaxime 1 -luka post SC tertutup perban
klien meningkatkan gr -tidak ada rembesan darah /
untuk sirkulasi darah pus pada lokasi operasi
mobilisa sehingga A:
si secara meningkatkan -masalah keperawatan risiko
bertahap penyembuhan infeksi belum teratasi
luka P:
Anjurkan Lanjutkan intervensi
Mencegah
klien keperawatan 1-6
faktor risiko
untuk penularan
menjaga nasokomial
kebersih
an tubuh
untuk
memini
malkan
infeksi
nasokom
ial
dengan
menjaga
kebersih
an Memblok
invasi
Kolabora
berkembang
si
biaknya
pemberia
mikroorganism
n
e dengan
antibioti
merubah pH
k: Injeksi jaringan sesuai
cefotaxi dengan
me 1 gr spektrum
antibiotik yang
digunakan

Pembahasan Kasus

Kondisi yang dialami ibu H merupakan suatu peristiwa pertama kali yang kami temui
selama praktik menjadi mahasiswa keperawatan. Ibu H, merupakan primigravida 39-40
minggu dengan persalinan SC atas indikasi 3x gagal vakum. Seperti yang dikatakan oleh
Sarwono, 2013, Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus.

Kondisi yang melatarbelakangi, pada tgl 7/1/19 pukul 21.10, Ibu H mulai masuk ke ruang
LDS untuk observasi inpartu ditandai dengan pemeriksaan VT oleh bidan memasuki
pembukaan 8-9 kepala janin masuk Hodge 1. Jelang observasi inpartu, dokter obgyn mulai
memimpin persalinan normal sekitar pukul 22.30 sampai pukul 00.13 (8/1/19). Selama
persalinan, dokter melakukan 3x vakum untuk mengeluarkan janin dalam rahim ibu, namun
janin tidak kunjung keluar. Lalu dokter obgyn menyarankan untuk SC cito untuk
menghindari kondisi yg tidak di inginkan, dan karena ibu H tidak mampu dalam mengejan
serta kelelahan dalam proses persalinan normal.

Setelah dilakukan tindakan operasi cito section cesarea, ibu H melahirkan seorang bayi
perempuan dengan berat 3285 gram dan panjang 50 cm dengan keadaan caput suscadeum
dan RDS. Setelah diobservasi beberapa jam di ruang bayi, dokter spesialis anak memutuskan
agar bayi dirawat di ruang intensive care, dan bayi tersebut dirawat di NICU level 1.

Keadaan umum saat post sc Ibu H tampak sakit sedang, dengan kesadaran compos mentis,
nilai GCS = 15, tampak luka operasi horizontal dibawah umbilicus, tertutup dengan kassa
dan terlihat kering, dikaji lokhea tampak rubra, areola tampak converted dan ASI hanya
sedikit. Ketika ditanyakan tentang keluhannya, pasien mengatakan nyeri pada area bekas
jahitan episiotomi dan SC, pasien juga mengatakan cemas akan kondisi anaknya, tidak hanya
tentang biaya, tetapi pasien juga sedih karena anak ini adalah anak pertama mereka, tetapi
harus lahir dengan kondisi seperti itu.

Daftar Pustaka

Ayuningtyas, D. (2018). Etika Kesehatan pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis.
Jurnal MKMI, 9-16.

Damayanti, T. (2017). Analisis Unit Cost Sectio Caesaria dengan Metode Activity Based Costing di Rumah
Sakit Bhayangkara Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 16-23.

Doengoes, M. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal atau Bayi. Jakarta: EGC.

Gloria M. Bulechek, e. a. (2013). Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.

Gynaecologists, R. C. (2011, November). Antepartum Haemorrhage. Green–top Guideline No. 63, pp. 1-
23.

Lukman, T. V. (2013). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA
GORONTALO.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurhayati, E. E., Herniyatun, & Safrudin. (2011). PENGARUH TEKNIK DISTRAKSI RELAKSASI TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI PKU
MUHAMMADSIYAH GOMBONG. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan , 35-42.

Rampengan, S., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI DAN TEKNIK
DISTRAKSI TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG
IRIANA A ATAS RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO.
Sarwono, P. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Jakarta.

Sulistiyowati, D. (2009). EFEKTIFITAS TERAPI AROMA LAVENDER TERHADAP TINGKAT NYERI DAN
KECEMASAN PERSALINAN PRIMIPARA KALA 1 DI RUMAH SAKIT DAN KLINIK BERSALIN
PURWOKERTO.

Anda mungkin juga menyukai