Kelompok:
Immaria Verolita
2019
Tanggal pengkajian : 8 Januari 2019
Laporan Pendahuluan
A. Post Partum
Pengertian
a. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yanag diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
b. Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009)
c. Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuain terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani,2009)
Adaptasi fisiologis pada ibu post partum
a. involusi rahim : terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, yang disebabkan
karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi dan
kemudian dibuang melalui air kencing.
b. inovasi tempat plasenta : setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat
permukaan kasar tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini
mengecil pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c. perubahan pada serviks dan vagina : pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru, karena
adanya kontraksi dan retraksi, vagina tegang pada waktu persalinan namun lambat laun
akan mencapai ukuran yang normal.
d. perubahan pembuluh darah rahim : dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-
pembuluh darah yang besar, teteapi karena setelah persalinan tidak diperlakukan bagi
peredaran darah yang banyak, maka arteri tersebut harus menegcil lagi saat nifas.
e. dinding perut dan peritoneum : setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama, tetapi biasaya pulih kembali dalam 6 minggu.
f. saluran kencing : dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal
dalam 2 minggu
g. laktasi : keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini. Buah dada belum mengandung susu melinkan colostrums.
Colostrums adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Adaptasi psikologis pada ibu post partum
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu :
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey
moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dalam menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai 4 dari hari persalinan. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi.
Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, misalnya buang air
kecil atai buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi. Sedangkan stress emosioal pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan
dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi
pada hari ke 3-5 post partum.
Penatalaksaan Medis
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan –perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi
tentang senam nifas.
B. Sectio Caesarea
Pengertian
Etiologi
a. Indikasi ibu
a) Panggul sempit
b) HAP (Hemoragic Ante Partum) seperti placenta abruption, plasenta previa
c) Partus lama
d) Partus tak maju
e) Pre eklampsia dan hipertensi
f) Ketidakmampuan ibu untuk mengejan
b. Indikasi janin
a) Kelainan Letak
- Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka SC adalah jalan / cara yang terbaik dalam
melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janin nya hidup dan besarnya
biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan SC walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Namun multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara lain.
- Letak belakang
SC disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit, primigravida
dan janin besar.
b) Gawat janin
Didefinisikan sebagai manifestasi patologis dari hasil produk konsepsi, yang terjadi
selama kehamilan dan persalinan dikarenakan perubahan dari faktor-faktor
intrauterin. Penyebab gawat janin:
1. Faktor maternal (contohnya: hipertensi, penyakit jantung terdekompensasi,
kerusakan paru kronis, kerusakan ginjal, anemia, gagal nafas, preeklampsi,
eklampsi, kehamilan postterm)
2. Faktor plasenta (contohnya: perlengketan plasenta, hematoma retroplasental,
terletak di bawah plasenta, insufisiensi plasenta, gangguan sirkulasi, kembar)
3. Patologi pada tali pusat Beberapa keadaan dimana tali pusat dikaitkan dengan
gawat janin, yaitu:
a. Kelainan pada panjang tali pusat. Panjang tali pusat merefleksikan pergerakan
janin dalam rahim. Tali pusat yang pendek dikaitkan dengan solusio plasenta,
ruptur tali pusat, kelainan pergerakan janin, mendesak intrauterin, dan
primiparitas. Sedangkan pada tali pusat yang panjang dikaitkan dengan
trombus atau simpul nyata
b. Kelainan pada diameter tali pusat. Pembesaran tali pusat pada bagian
proksimal disebabkan oleh abnormalitas yang dikaitkan dengan
perkembangan saluran vitelin dan/atau saluran alantois, pembesaran diameter
tali pusat yang terlokalisir dikaitkan dengan edema (10%), neoplasma, dan
kelainan vascular.
c. Aspek tali pusat yang lemah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
aliran yang melalui pembuluh darah tali pusat dikaitkan dengan
oligohidramnion, kecil usia kehamilan, air ketuban yang bercampur
mekonium, dan asfiksia perinatal.
c) Faktor janin
(contohnya: oligohidramnion, intrauterine growth restricrion, profil biofisik yang
buruk).
Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau
sedikit kembung
- Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering terjadi
dijumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartum kerena ketuban yang telah pecah terlalu lama
b. Perdarahan
- banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- atonia uteri
- pendarahan pada plasenta
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
- Luka kandung kemih
- Embolisme paru – paru
Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
f. Laju endap darah digunakan untuk menilai kondisi peradangan atau infeksi di tubuh.
Prosedur ini dilakukan dengan pengambilan darah, yang kemudian diperiksa untuk
mengukur pengendapan sel darah merah sebagai gambaran peradangan yang terjadi.
PENGUMPULAN DATA
a. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Ny. H
Umur : 27 thn
Suku / bangsa : Sulawesi / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Riwayat menstruasi
Tgl
Usia Komplikasi Bayi Nifas
NO Lahir Jenis Tempat
Umur Kehami Persalinan Persalinan Ibu Bayi Penolong BB / Keadaan Keadaaan Lakta
lan PB
Dr. Obgyn,3285 Caput
8-1-19/ 1 bidan &gr/ 50 suscadeum Kontraksi Asi
1 hari 39-40 mgg SC RS - - perawat cm & RDS uterus baik sedikit
6. Aktivitas sehari-hari:
Pola istirahat & tidur: sebelum masuk rumah sakit tidur malam 6-7 jam, jarang
tidur siang. Saat masuk rumah sakit, tidak bisa tidur nyenyak
Pola makan : sebelum masuk rumah sakit jarang makan sayur hijau,
minum ± 2liter sehari, saat masuk rumah sakit makan 3x sehari, nasi lauk pauk,
sayur, buah, minum sekitar 1 liter, diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Pola mandi : sebelum masuk rumah sakit, mandi mandiri, mandi 2x
sehari. Saat masuk rumah sakit, mandi bantu oleh bidan dan perawat.
Seksualitas : pasien sudah menikah, belum pernah bercerai dan tinggal
dengan suami.
Pekerjaan : sebelum masuk rumah sakit sering bekerja hingga lupa
waktu istirahat. Saat masuk rumah sakit, tidak melakukan aktifitas pekerjaan.
1. Tanda vital:
- Tekanan darah : 125/85 mmHg
- Denyut nadi : 86x/mnt
- Pernapasan : 19x/mnt
- Suhu : 36,8
- BB sekarang : 68 kg
- LiLa : 35 cm
- TB : 156 cm
- BB : sebelum hamil 51 kg
2. Muka
Oedema : ada tidak ada
Conjunctiva : berwarna merah muda
Sklera mata : tidak ikterik
3. Dada
- Simetris : simetris tidak simetris
- Mamae : kondisi aerola hiperpigmentasi, puting converted
Bendungan : ada tidak ada
Colostrum / ASI : ada, berwarna kuning keruh
4. Pinggang (periksa ketuk: Costro-vertebra-angel tenderness)
Nyeri : ada tidak ada
5. Ektremitas
Oedema tangan dan jari : tidak ada
Oedema tibia, kaki : tidak ada
Betis merah/lembek/keras : tidak ada
Varices tungkai : tidak ada
Refleks patela : kanan (postif) kiri (positif)
6. Abdomen
Bekas luka : luka bekas SC dibagian bawah umbilikus, kondisi
luka kering tertutup kassa / perban
Diatasis rect.abd : tidak ada
Bentuk perut : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
tidak ada ruam kulit, terdapat linea gravida, terdapat
tanda lahir saja seperti tahi lalat
Oedema : tidak ada
7. Genitalia
Inspeksi
Vulva dan vagina
Varices: tidak ada
Luka : tidak ada
Kemerahan : sedikit
Nyeri : ada
Perineum
Bekas luka : episiotomi, ±2 jahitan, lokasi jahitan di bagian perineum
Lain-lain : tidak ada
D. ASPEK PSIKOLOGIS
1. Taking in : pasien cenderung diam, selalu tertidur dan berperilaku
pasif, perawat memotivasi untuk mandi
2. Taking hold : sesekali menayakan kepada perawat mengenai kondisi
anaknya, termotivasi untuk memerah asi untuk bayi yang sedang di rawat di ruang
NICU
3. Letting go : tidak dapat terkaji karena 4 hari pasca partum pasien di
rencanakan pulang.
E. RIWAYAT SOSIAL
Perkawinan : I (pertama), lama perkawinan 1.5 tahun
Kehamilan : direncanakan
Perasaan tentang kehamilan saat ini: pasien mengatakan senang, namun
sedih dengan kondisi anaknya saat ini.
Status perkawinan : kawin
G. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (8/1/2019)
Hemoglobin : (L) 10,2 g/dL
Golongan darah :O
Hematokrit : (L) 32,3
Rhesus : positif (+)
,
2. pasien sesekali
merintih kesakitan
saat mencoba
bergerak
3. pasien sangat
berhati-hati saat
hendak bergerak
4. pasien sering
memegang pada
area perut
(9/1/2018)
jam 20.00-08.00
DS:
1. P (provokating) :
nyeri saat bergerak
2. Q (quality): seperti
disayat
3. R (regio): nyeri
berkisar perut
bawah (luka bekas
operasi)
4. S (skala): 4/3
(aktifitas/istirahat)
5. T (time): nyeri
hilang timbul
DO:
1. keadaan umum
tampak sakit
sedang, kesadaran
compos mentis
(E4M6V5) tekanan
darah 112/78
mmHg, nadi
90x/menit,
pernafasan
19x/menit, suhu
36,8
2. pasien tampak
merintih kesakitan
3. pasien berhati-hati
saat mobilisasi
(9/1/2018)
jam 20.00-08.00
DS:
1. pasien mengatakan
tidak bisa tidur
dengan nyenyak
2. pasien mengatakan
khawatir dengan
kondisi anaknya di
ruang observasi anak
pasien memiliki
caput dikepala
setelah gagal vacum
3 x, SpO2 : 80-90 %
3. suami klien
mengatakan bahwa
terbeban biaya jika
anaknya masuk ruang
NICU, dan berencana
membawa pulang
bayinya atas
permintaan sendiri
DO:
1. keadaan umum tampak
sakit sedang,
kesadaran compos
mentis (E4M6V5),
tekanan darah 112/78
mmHg, nadi 90x/mnt,
pernafasan 19x/mnt,
suhu 36,8
2. kontak mata buruk
(tidak mampu
mempertahankan
kontak mata saat
berbicara)
3. tampak gelisah
(9/1/2018)
jam 20.00-08.00
DS:
-pasien mengatakan
tidak ada tanda gatal,
panas pada bekas
operasi
DO:
1. tekanan darah
112/78 mmH, nadi
90x/mnt, pernafasan
19x/mnt, suhu 36,8
ASUHAN KEPERAWATAN
No ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi Paraf
dx.
(SMART)
kep
Pembahasan Kasus
Kondisi yang dialami ibu H merupakan suatu peristiwa pertama kali yang kami temui
selama praktik menjadi mahasiswa keperawatan. Ibu H, merupakan primigravida 39-40
minggu dengan persalinan SC atas indikasi 3x gagal vakum. Seperti yang dikatakan oleh
Sarwono, 2013, Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus.
Kondisi yang melatarbelakangi, pada tgl 7/1/19 pukul 21.10, Ibu H mulai masuk ke ruang
LDS untuk observasi inpartu ditandai dengan pemeriksaan VT oleh bidan memasuki
pembukaan 8-9 kepala janin masuk Hodge 1. Jelang observasi inpartu, dokter obgyn mulai
memimpin persalinan normal sekitar pukul 22.30 sampai pukul 00.13 (8/1/19). Selama
persalinan, dokter melakukan 3x vakum untuk mengeluarkan janin dalam rahim ibu, namun
janin tidak kunjung keluar. Lalu dokter obgyn menyarankan untuk SC cito untuk
menghindari kondisi yg tidak di inginkan, dan karena ibu H tidak mampu dalam mengejan
serta kelelahan dalam proses persalinan normal.
Setelah dilakukan tindakan operasi cito section cesarea, ibu H melahirkan seorang bayi
perempuan dengan berat 3285 gram dan panjang 50 cm dengan keadaan caput suscadeum
dan RDS. Setelah diobservasi beberapa jam di ruang bayi, dokter spesialis anak memutuskan
agar bayi dirawat di ruang intensive care, dan bayi tersebut dirawat di NICU level 1.
Keadaan umum saat post sc Ibu H tampak sakit sedang, dengan kesadaran compos mentis,
nilai GCS = 15, tampak luka operasi horizontal dibawah umbilicus, tertutup dengan kassa
dan terlihat kering, dikaji lokhea tampak rubra, areola tampak converted dan ASI hanya
sedikit. Ketika ditanyakan tentang keluhannya, pasien mengatakan nyeri pada area bekas
jahitan episiotomi dan SC, pasien juga mengatakan cemas akan kondisi anaknya, tidak hanya
tentang biaya, tetapi pasien juga sedih karena anak ini adalah anak pertama mereka, tetapi
harus lahir dengan kondisi seperti itu.
Daftar Pustaka
Ayuningtyas, D. (2018). Etika Kesehatan pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis.
Jurnal MKMI, 9-16.
Damayanti, T. (2017). Analisis Unit Cost Sectio Caesaria dengan Metode Activity Based Costing di Rumah
Sakit Bhayangkara Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 16-23.
Doengoes, M. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal atau Bayi. Jakarta: EGC.
Gloria M. Bulechek, e. a. (2013). Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
Gynaecologists, R. C. (2011, November). Antepartum Haemorrhage. Green–top Guideline No. 63, pp. 1-
23.
Lukman, T. V. (2013). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA
GORONTALO.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC.
Nurhayati, E. E., Herniyatun, & Safrudin. (2011). PENGARUH TEKNIK DISTRAKSI RELAKSASI TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI PKU
MUHAMMADSIYAH GOMBONG. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan , 35-42.
Rampengan, S., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI DAN TEKNIK
DISTRAKSI TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG
IRIANA A ATAS RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO.
Sarwono, P. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Jakarta.
Sulistiyowati, D. (2009). EFEKTIFITAS TERAPI AROMA LAVENDER TERHADAP TINGKAT NYERI DAN
KECEMASAN PERSALINAN PRIMIPARA KALA 1 DI RUMAH SAKIT DAN KLINIK BERSALIN
PURWOKERTO.