Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan suatu akta kelahiran bagi suatu bangsa, demikian halnya
konstitusi bagi suatu negara sangat erat. Tidak ada satu negarapun yang tidak memiliki
konstitusi. Dalam konstitusi juga terdapat berbagai dokumen hukum, politik, dan ekonomi
yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi negara. Konstitusi juga berisi tentang aturan
utama antara pusat pemerintahan yang memungkinkan kepastian bagi pemerintahan yang
efektif dan koordinasi. Konstitusi berawal dari kata dasar merupakan yang berasal dari
bahasa Latin "constituo; konstitutumcon, dan patung, untuk mengatur, STATUE; STATUTE".
Untuk menyelesaikan, memperbaiki, atau menetapkan, untuk membentuk, untuk
membentuk atau menyusun, untuk membuat: untuk membuat sesuatu seperti apa; untuk
menunjuk, mewakilkan, atau memilih ke kantor atau pekerjaan; untuk membuat dan
memberdayakan "(mengatur, mencari, mengundangkan, membentuk, membentuk ,
membenahi, membuat sesuatu, menunjukkan, mewakilkan, atau memilih seorang pejabat
atau menggunakan, memberikan kekuasaan), sedangkan yang disetujui dengan "Konstitusi
adalah Sistem prinsip-prinsip dasar yang dengannya suatu negara, perusahaan negara, dll.
Diperintah; dokumen tersebut mewujudkan; prinsip-prinsip ini "(sistem prinsip-prinsip dasar
yang mengatur suatu bangsa, negara, dan perkumpulan; sebuah dokumen yang memuat
prinsip-prinsip dasar) Konstitusi juga d apat berarti "Hukum dasar negara, yang memuat
prinsip-prinsip yang mendasari pemerintah mendirikan

mengatur pembagian kekuasaan kedaulatan dan mengarahkan kepada orang apa masing-
masing kekuatan ini dijalankan "(Hukum dasar dari negara mana saja yang memuat prinsip-
prinsip pembentukan pemerintahan, pengaturan pembagian kekuasaan, dan pedoman
perujukan sehubungan dengan kekuasaan-pemerintahan tersebut) nila dal bay Inc Pa
Dikaitkan dengan resolusi tersebut, dapat disetujui jika sebuah konstitusi ada sebelum
negara dibentuk, serta memiliki aturan yang mengatur dipatenkan yang harus dipatuhi oleh
pemerintah dan negara negara di negara lain. Perundang-undangan yang mengatur "mercu
suar" yang memberikan arahan, Arah, dan petunjuk tentang perundingan yang lebih rendah
derajatnya dari konstitusi. Dengan demikian, peran konstitusi bagi negara sangat penting
bagi terselengaranya kisah ketatanegaraan yang mendukung dan efektif. Indonesia,
Undang-Undang Das Negara Republik Indonesia 1945 merupakan konstitusi yang pertama
dan ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945. Pada perkembangan selanjutnya Negara Indonesia telah meningkatkan pergantian
konstitusi, sejak 1949 1950 dengan Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan 1950-1959
dengan Undang-Undang Dasar Sementara 1950, serta Undang-Undang Dasar 1945
diberlakukan kembali pada tanggal 5 Juli 1959 melalui Keputusan Presiden Republik
1
Indonesia Nomor 150 Tahun 1959 Dan sejak tahun 1999 sampai dengan 2002 dilakukan
perubahan Undang-Undang Dasar 1945 melalui periodik melalui Perubahan Pertama (1999),
Perubahan Kedua (2000), Perubahan Ketiga (2001), darn Perubahan Keempat (2002).
Selanjutnya dengan peralihan konstitusi tersebut, sementara pergantjan konstitusi telah
dilakukan empat kali pergantian konstitusi, namun satu hal yang permanen dalam empat
konstitusi, yaitu nilai-nilai Pancasila tetap diterapkan sebagai Pembukaan, dapat disesuaikan
dengan nilai-nilai tersebut.

Merupakan kesepakatan nasional bangsa Indonesia menata kehidupan ketatanegaraannya.


Dengan demikian, Pancasila masih tetap meminta nilai-nilai yang harus diajukan sesuai
dengan ketentuan pasal-pasal konstitusi. Hal ini pula yang harus menjadi perhatian bagi
segenap komponen bangsa menata kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Berdasarkan
berbagai peraturan perundang-undangan Pancasila masih menjadi sumber pembentuk
(rechtsidee) hukum positif di Indonesia, maka dengan demikian konkretisasi nilai-nilai
Pancasila harus ditingkatkan dalam substansi peraturan perundang-undangan di bawah
konstitusi. Undang-Undang Dasar 1945. Konsistensi menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kaitannya dengan konstitusi yang terkait dengan norma-norma sistemik. -nilai Pembukaan
dengan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat ini bangsa Indonesia mulai
mempersulit perbaikan terhadap kehidupan ketatanegaraan, sehingga perlu dikaji melalui
perspektif Pancasila. Oleh karena itu, sebagai salah satu bentuk sumbangsih dan
pertanggungjawaban moral kepada bangsa Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional
yang membentuk Tim Pengkajian Konstitusi yang memfasilitasi untuk menginventarisasi,
memfasilitasi dan membantu menyelesaikan, mengembangkan, memandu, menyusun, dan
menyusun, berdasarkarn, Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia. : PHN.09-LT.02.01 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Pengkajian Konstitusi
Badan Pembinaan Hukum Nasional Tahun Anggaran 2009 pada tanggal 9 Januari 2009.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konstitusi ?
2. Apa saja istilah konstitusi ?
3. Apa saja sifat dan fungsi konstitusi ?
4. Apa tujuan konstitusi ?
5. Bagaimana pentingnya konstitusi dalam negara ?
6. Bagaimana perubahan konstitusi di Indonesia ?
7. Bagaimana sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia ?
8. Bagaimana klasifikasi konstitusi ?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi ?
2. Untuk mengetahui istilah konstitusi ?
3. Untuk mengetahui sifat dan fungsi konstitusi ?
4. Untuk mengetahui tujuan konstitusi ?
5. Untuk mengetahui pentingnya konstitusi dalam negara ?
6. Untuk mengetahui perubahan konstitusi di Indonesia ?
7. Untuk mengetahui sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia ?
8. Untuk mengetahui klasifikasi konstitusi ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs. Belanda) –
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa
Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan
peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis
berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1. Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.
2. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti
bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas
dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
4. terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan DUSTUS
yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar sesame
anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5. Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata
lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:


Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum
dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran

4
dari dua unsur tersebut. Sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan
hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :
a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan bearjalan
sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara.Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum
dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih
bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma
hukum dibawahnya.
Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau UUD,
yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah
UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal tersebut
dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi
tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis,
sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum
dasar yang tidak tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
 Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.
 Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari
konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu
kaidah hukum.
 Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah
sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu
negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

5
B. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur atau memerintah
negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara terjadi
perbedaan pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari undang-
undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
(Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan sebagai
suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan berlaku dalam
suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang mungkin
terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan harapan
untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara bagian.

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi


Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi negara
memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan
sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi
negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah sebagai suatu
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa
6
pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan
untuk memerintah itu tidak disalahgunakan.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi. Sesuai dengan istilah
konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan sebagai:
1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi
merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi
penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategis
dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu
sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara ( the founding fathers
). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan
negara menuju tujuannya.

D. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun
setiap penduduk dipihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan menjamin
hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang berdaulat.
Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan
bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
7
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari
asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah yang
konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut demokratis
tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan aturan dan
prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata
pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut
paham konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi tiga
tujuan, yaitu :
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;
3. berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.

E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat
tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het
Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu,
sekaligus ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan
kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin.
Semua agenda penting kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau
konstitusi merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.

8
Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo, baru riel
ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin
terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang
mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau Undang-Undang
Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi sisi
(naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi negara.
Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan
sembarangan orang atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya,
badan konstituante atau lembaga diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi
dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan
kekuatan hukum pada konstitusi.

F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan UUD,
yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
 Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus hadir;
 Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota yang
hadir.

Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:


 Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi
negara;
 Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh 2/3
dari sejumlah anggota MPR;

9
 Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk
konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena
dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-
perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang
diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di
Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 - 5Juli
1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember
2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001 - 10
Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).
G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai
Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11
orang wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan,

10
Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23
bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka
yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh perumusnya antara lain Dr.Rajman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran
Soerjohamindjojo dan lain-lain.
UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian
hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak
bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan sehingga lengkaplah Indonesia menjadi
sebuah Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar
kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang
pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil dari
rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni
1945.
2. menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil
dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden dan
wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).

Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia sempurna menjadi
sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada,
yaitu adanya :
1. Rakyat .
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak zaman
yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum pada 624 – 404
11
SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal sebagai
UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan
penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas
pokok badan ini sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik
persidangannya berjalan berkepanjangan khususnya pada saat membahas masalah dasar
Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia
sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk
menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II
BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal
16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang.
Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI
pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi
suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD
1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian
baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1. UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
2. Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi
RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3. UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4. UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia
dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

H. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada
sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan
tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa
untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.
2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang
misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.
12
b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2) Ciri-ciri konstitusi yang kaku
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang
lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.
c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
1) Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang paling
tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.
2) Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta
derajat.
d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
1) Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan
antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian.
2) Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.
e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan
parlementer.
Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan presidensial dapat
diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi
3. Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis
(undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi
seluruh warga Negara.
5. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk
dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Kusnardi, Moh. et.ai., 2000. Ilmu Negara. Jakarta:Gaya Media Pratama.

Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM
dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

15

Anda mungkin juga menyukai