1. Diskusikan pengertian belajar, mengajar/pengajaran dan pembelajaran.
Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian yang berasal dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan dalam lingkup sekolah (formal), namun juga bisa dalam lingkup nonformal maupun informal. Belajar dalam lingkup nonformal misalnya mengikuti kegiatan belajar di bimbingan belajar. Belajar dalam lingkup informal terjadi di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Mengajar merujuk pada tugas seorang guru dalam mentraformasikan informasi pada siswa. Jadi sasaran mengajar lebih difokuskan pada pengoptimalan domain kognitif atau intelektual siswa dalam menguasai berbagai informasi yang disampaikan. Sedangkan pengajaran merupakan kata benda dari mengajar dimana di dalamnya terkandung makna interaksi antara guru dan siswa. Namun, di dalamnya peran guru lebih dominan. Pembelajaran diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Di sini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
2. Diskusikan hakekat universal dari Belajar.
Learning to know (Belajar untuk mengetahui). Berkaitan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk mengetahui berimplikasiterhadap diakomodasikannya konsep belajar tentang bagaimana belajar, (learning how to learn), dengan mengembangkan seluruh potensi konsentrasi pembelajar, ketrampilan mengingat dan kecakapan untuk berpikir. Sesuai fitrahnya, sejak bayi, anak kecil harus belajar bagaimana berkonsentrasi terhadap suatu objek dan orang-orang lain. Proses untuk memperbaiki ketrampilan berkonsentrasi ini dapat dimanifestasikan dengan berbagai cara dan dapat dibantu oleh berbagai kesempatan belajar yang berbeda-beda, yang muncul di sepanjang khidupannya. Learning to do (Belajar untuk bekerja) adalah belajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Pada perkembangannya, dunia usaha/ dunia industry menuntut agar setelah lulus, para siswa pembelajar siap memasuki lapangan kerja, sehingga seharusnya ada link and match antara sekolah dengan dunia usaha. Maknanya, sekolah wajib menyiapkan berbagai ketrampilan dasar yang diperlukan untuk siap bekerja. Leraning to live together (Bekerja untuk hhidup bersama) mengisyaratkan keniscayaan interaksi berbagai kelompok dan golongan dalam kehidupan global yang dirasakan semakin menyempit akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Agar dapat berinteraksi, berkomunikasi, saling berbagi, bekerja sama dan hidup bersama, saling menghargai dalam dalam kesetaraan, sejak kecil anak-anak harus dilatih, dibiasakan hidup berdampingan bersama. Sepanjang sejarah, kehidupan manusia secara konstan memperoleh ancaman dari berbagai konflik, tetapi risiko menghadapi konflik itu saat ini semakin tinggi terutama karena dua faktor penyebab. Penyebab pertama adalah potensi luar biasa untuk merusak yang berkembang dari diri manusia sendiri. Penyebab kedua , perkembangan media informasi yang luar biasa canggih sehingga berita tentang konflik di berbagai belahan bumi ini cepat tersebar luas, dan hal ini sedikit banyak telah berpengaruh pada diri manusia, sayangnya justru pengaruh negatif semacam ini yang mudah ditiru. Learning to be (Belajar untuk menjadi manusia utuh). Manusia yang utub adalah manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang baik aspek ketaqwaan terhadap Tuhanm intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Pembelajaran secara ringkasnya harus mampu menemukan orang lain (to discover other people), sebagai bagian dari diriya sendiri. Ikatan antarmanusia semacam ini akan lebih diperkuat lagi jika sejak kecil anak sudah dibiaskan, dilatih, dihadapkan kepada situasi, bahwa manusia di seluruh dunia ini harusnya memang menuju ke tujuan umum bersama (toward the common goals), yaitu trcapinya kondisi dunia sejahtera, aman, adil, makmur dala kesetaraan dan saling menghormati.
3. Diskusikan peran filsafat dalam pengembangan teori belajar.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebiakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu – rambu dari teori pendidik. Filsafat juga berfungsi memberikan arah dan pujakan berfikir agar teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup denga pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupny. Filsafat pendidikan juga berperan dalam memilih dan mengarahkan teori – teori belajar dan dapat juga merevisi teori belajar tersebut yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup dari masyarakat. Ada beberapa pendekatan dalam menggolongkan aliran filsafat yang terkait dengan konsep pendidikan, yaitu : a. Nativisme, berasal dari kata nativis yang artinya terlahir/pembawaan sejak lahir. b. Naturalisme, berasal dari kata natura yang artinya alam/kodrat. c. Empirisme, berasal dari kata empiris atau pengalaman. d. Konvergensi, pandangan ini memadukan antara pandangan nativisme dan empirisme.