Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’alamin,banyak nikmat yang Allah Swt berikan,tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya untuk Allah atas segala berkat,rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun akan selalu ada kekurangan karena manusia tak lepas dari yang namanya khilaf. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membacanya.

Solok,01 Oktober 2018

1
Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………….……………..1

Daftar Isi……………………………………………………………………………….………………2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….……….………3

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….………….……3

C. Tujuan………………………………………………………………………….………………4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ISPA………………………………………………………………..5
B. Tanda dan gejala ISPA……………………………………………………..…..6
C. Patofisiologi ISPA………………………………………………………….....….8
D. Penyebab ISPA…………………………………………………………………9
E. ASKEP ISPA…………………………………………………………………..12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….23

B. Saran…………………………………………………………………………………...…………23

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….…….……24

2
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti
membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang
terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu
hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Salah satu penyakit yang diderita oleh
masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut
saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah
suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun
dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak
dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan
dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih
sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit
pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Untuk
mengurangi terjadinya ISPA pada anak dan balita maka dilakukan deteksi dini oleh masyarakat
atau kader dengan cirri balita dan anak dalam keadaan batuk, sukar bernafas, segera dibawa ke
puskesmas atau UPK terdekat untuk mendapatkan pengobatan.

3
b. Rumusan masalah
1. Apa pengertian ISPA?
2. Apa saja tanda dan gejala ISPA?
3. Bgaimana patofisiologi ISPA?
4. Apa saja penyebab ISPA?
5. Bagaimana ASKEP ISPA?
c. tujuan
1. untuk menjelaskan pengertian ISPA
2. untuk Menjelaskan tanda dan gejala ISPA
3. untuk Menjelaskan patofisiologi ISPA
4. untuk Menyebutklan penyebab ISPA
5. untuk menjelaskan ASKEP ISPA

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritis
1) Defenisi

Saluran pernapasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara.


Bersama udara, masuk berbagai pathogen, yang dapat nyangkut di hidung, farings (tongsila),
larings, atau trakea dan dapat berproliferasi, bila daya tahan tubuh menurun. Penyebaran infeksi
(bila terjadi) terhantung pada pertahanan tubuh pula, dan dari virus lensi kuman yang
bersangkutan. Contoh ISPA adalah nasofaringitis, influenza (virus) yaitu radang nasofarings,
farings, larings, trakea disertai pembengkakan mebran mukosa dan keluarnya eksudat
mukopurulen (infeksi sekunder). (Tambayong, Jan. 2000 : 110)

Penyebab utama ISPA adalah virus. Virus ini biasanya menyebabkan gejala menyerupai flu
(flu-like syndrome),seperti demam dengan batuk,hidung berair/selesma,sakit kepala,mulas/diare
dan lemas.

Penyakit ISPA dapat berkembang menjadi radang tenggorokan (faringitis) yang


menyebabkan nyeri pada tenggorokan,peradangan pada pita suara (laryngitis) yang
menyebabkan suara serak,serta radang saluran pernafasan yang menuju paru-paru (bronchitis).

Tips mencegah infeksi pernafasan :

1. hindari daerah yang padat dengan kerumunan orang,terutama jika sudah terjadi wabah
atau sudah ada banyak orang yang mengalami infeksi pernafasan (demam,batuk.sesak).
2. jangan kontak langsung dengan penderita yang menunjukkan gejala yang diatas.
3. Jangan terpapar langsung oleh udara dari AC.
4. Jangan minum air dingin/es
5. Vaksinisasi (misalnya vaksin influenza) dapat mencegah dan memperingati gejala
penyakit.

5
Ispa merupakan penyakit yang menyerang sistem pernafasan manusia bagian atas,yaitu
hidung,laring (tekak),dan tenggorokan. Penyakit ini sering dijumpai pada masa peralihan cuaca.
Penyebab munculnya ispa hampir sama dengan influenza,yaitu karena kekebalan tubuh yang
menurun. Gejala ispa sedang berupa demam tinggi hingga 39 derajat C,tenggorokan merah,pada
kulit terdapat bercak-bercak berwarna merah menyerupai campak,telinga sakit dan mengeluarkan
darah,serta pernafasan berbunyi mendecit. Sementara itu,pada ispa berat gejala –gejalanya
berupa bibir dan kulit mulai membiru,kesadaran menurun,gelisah dan pernafasan berbunyi keras.

Pemberian antibiotic adalah untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah. Pada kasus
ispa,ketika ingus dan dahak sudah berwarna hijau,disarankan pemberian antibiotic kepada
penderita karena artinya sudah ada infeksi akibat bakteri.

Cara menjaga kesehatan alat pernafasan:


1. Menjaga jarak dengan penderita penyakit pernafasan tbc,fli dan sars
2. Menghirup udara bersih (tidak tercemar)
3. Menghindari menjadi perokok aktif maupun pasif
4. Memakan makanan yang bergizi (susilowati, Tina 2010 : 105-106)

2) Manifestasi klinis

Tanda dan gejala

- Pilek biasa

- Keluar sekret cair dan jernih dari hidung

- Kadang bersin-bersin

- Sakit tenggorokan

- Batuk

- Sakit kepala

- Sekret menjadi kental

- Demam

6
- Nausea

- Muntah

- Anoreksia

Gejala gejala ISPA :

Gejala-gejala ISPA biasanya muncul lebih kurang 3 hari setelah seseorang terkena infeksi
dan mereda secara komplit sekitar 7-12 hari.

Gejala-gejala ISPA bervariasi tergantung dari penyebabnya.

 ISPA yang disebabkan oleh alergi dan virus biasnya menimbulkan gejala rhinitis dengan
gejala pada hidung berair, hidung mampet, bersin, lelah, demam dan kemudian diikuti
dengan sakit tenggorokan dan suara menjadi serak.
 ISPA yang disebabkan oleh bakteri biasanya menimbulkan taringitis dengan gejala sakit
tenggorokan tanpa gejala pilek dan bersin.
 ISPA yang disebabkan oleh jamur biasanya menimbulkan sinusitis.

Gejala-gejala umum seperti sakit kepala, demam, mual, muntah, perasaan lemas dan capek
dan nyeri seluruh badan bisa merupakan gajala-gajala umum dari ISPA. (Krishna, A :128)

Tanda Dan Gejala Yang Muncul Ialah:

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,


biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala,
kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.

7
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya


lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan.

3) Patofisiologi

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

• Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

• Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

• Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga

8
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah
rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau
lebih).

4) Etiologi

Penyebab ISPA bisa terjadi karena serangan mikroorganisme virus, bakteri dan jamur. Dari
tiga penyebab ISPA ini, viruslah yang sering menimbulkan ISPA. Berikut beberapa
mikroorganisme yang membuat ISPA muncul:

1. Adenovirus

Adenovirus merupakan virus yang tidak memiliki selubung dengan diameter 70


hingga 80 nanometer. Virus ini memiliki jenis lebih dari lima puluh dan menyebabkan
infeksi saluran pernafasan bagian atas, infeksi kandung kemih dan ginjal, hingga infeksi
selaput bola mata. Selain itu, pasien memiliki daya tahan tubuh yang sedang hingga
rendah, biasanya rentan terhadap komplikasi adenovirus.

2. Rhinovirus

Rhinovirus merupakan virus yang memiliki RNA dan merupakan bagian dari
Picornaviridae famili. Virus ini memiliki jenis yang banyak hingga 99 jenis dalam famili
tersebut. Masalah pilek merupakan gangguan yang juga bisa diakibatkan oleh Rhinovirus.
Faktanya, 30% hingga 80% pada semua kasus rhinovirus, virus inilah yang sering dan
banyak ditemukan pada penderita pilek. Namun pada anak-anak, pilek ini bisa berubah
menjadi ISPA yang serius jika sistem kekebalan tubuhnya lemah.

3. Coronavirus

Coronavirus merupakan virus yang bisa menyebabkan penyakit ISPA. Virus ini
ditemukan pada manusia pertama kali tahun 1960-an. Bukan hanya manusia, hewan pun

9
juga bisa terinfeksi oleh virus ini. Pada manusia, siapapun bisa terserang virus ini.
Namun, anak-anaklah yang paling rentan terinfeksi. Penyebaran virus ini bisa terjadi
melalui udara pada penderita batuk dan bersin, serta melalui kontak langsung dengan
menyentuh atau berjabat tangan yang kemudian bisa terkontaminasi jika menyentuh
mulut, hidung, ataupun mata kita sendiri.

4. Pneumokokus

Pneumokokus merupakan bakteri yang sering mengancam anak-anak. Ciri khas


dari bakteri ini adalah kapsul polisakarida yang selalu menyelubunginya. Bakteri ini
datang dengan mudah melalui percikan air ludah. Kalau sudah begini, bakteri bisa masuk
ke paru-paru hingga menyebabkan radang paru. Pada penelitian di Bandung, sebanyak
2000 anak yang mengalami radang paru menunjukkan 65% diantaranya mengandung
pneumokokus pada tenggorokannya. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang sangat
menular dan pengobatannya juga sulit. Cara yang terbaik untuk mencegah bakteri ini
adalah dengan memberikan vaksin yang sangat efektif untuk mengurangi jumlah
pembawa bakteri.

5. Streptokokus

Streptokokus adalah salah satu genus pada bakteri nonmotil dan mengandung sel
gram positif. Nama lain dari virus ini adalah Step Throat. Bentuknya bulat, bisa
berpasangan ataupun membentuk rantai. Sampai saat ini, sudah sekitar 20 jenis bakteri
Streptokokus yang ditemukan. Infeksi Streptokokus bisa menyerang siapa termasuk anak-
anak, orang dewasa hingga lansia. Bakteri ini merupakan bakteri yang bisa menyebabkan
ISPA karena bakteri ini sering menimbulkan meningitis, pneumonia, erisipelas, radang
tenggorokan, radang paru-paru dan endokarditis.

6. Respiratory Syncytial Virus

Respiratory syncytial merupakan virus yang bisa mengakibatkan seseorang


terserang gejala bersin-bersin, batuk, hidung berair hingga demam. Hal ini bisa terjadi
karena virus ini menginfeksi paru-paru dan saluran pernafasan. Virus ini bisa
menginfeksi semua kalangan dari orang dewasa hingga anak-anak. Namun, anak-anaklah

10
yang paling rentan terhadap virus ini sebab anak-anak merupakan masa untuk proses
pembentukan kekebalan tubuh. Dengan sifatnya yang menular, virus ini bisa saja
membutuhkan perawatan yang lebih serius sebab bisa mengakibatkan komplikasi seperti
pneumonia dan bronkiolitis, serta munculnya masalah pernafasan berat yang berujung
pada kematian.

7. Virus Influenza

Virus Influenza merupakan virus yang sangat menular terutama jika seseorang
sedang mengalami batuk atau bersin. Virus ini juga merupakan virus penyebab terjadinya
influenza atau yang dikenal dengan penyakit flu yang biasanya merupakan gejala dari
penyakit ISPA. Dengan tiga tipe yang dimiliki, virus ini mampu menyerang manusia
hingga hewan sekalipun. Bahkan pada alam, virus ini biasa ditemukan pada unggas liar.

Penyebab ISPA Selain Virus

8. Debu dan ASAP

Selain karena serangan mikroorganisme, penyakit ISPA juga bisa terjadi karena
terkena debu dan asap. Debu atau asap yang halus dan tidak terlihat, dapat masuk ke
lapisan mukosa hingga terdorong menuju faring karena tidak dapat disaring oleh rambut
yang ada pada hidung.

Umumnya udara yang tercemar bisa menyebabkan pergerakan silia hidung


lambat, kaku, hingga dapat berhenti. Akibatnya, saluran pernafasan teriritasi karena tidak
dapat membersihkannya dari bahan yang tercemar. Saluran pernafasan juga bisa
mengalami penyempitan dan sel pembunuh bakteri bisa rusak pada saluran pernafasan
jika produksi lendir terus meningkat. Kalau hal ini sudah terjadi, seseorang akan sulit
bernafas hingga bakteri tidak bisa dikeluarkan, benda asing tertarik masuk ke saluran
pernafasan dan terjadilah infeksi saluran pernafasan.

9. Perokok dan Koki

Hal ini tentu juga berlaku untuk perokok dan pemasak. Perlu diketahui, penyebab
lainnya yang bisa menyebabkan ISPA semakin meningkat adalah kebiasaan merokok dan

11
kebiasaan memasak, walaupun kebiasaan memasak ini sendiri jarang terbukti. Hal ini
terjadi karena asap yang timbul dari rokok maupun dari dapur, bisa membuat silia dalam
saluran pernafasan menjadi rusak sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, perlu kebiasaan
baik yang terpola untuk menanggulangi penyebab ISPA.

Virus dan bakteri yang menyebabkan ISPA pada anak ini dapat menginfeksi anak dengan cara:

 Anak dekat dengan seseorang yang terinfeksi ISPA. Saat seseorang dengan virus yang
menyebabkan ISPA bersin dan batuk tanpa menutup hidung dan mulutnya.
 Anak berada di ruangan tertutup dan penuh sesak, dan ada orang yang terinfeksi virus
ISPA di dekat anak.
 Saat orang yang terinfeksi virus menyentuh hidung dan mata anak. Infeksi dapat
ditularkan saat cairan yang terinfeksi bersentuhan dengan hidung dan mata.
 Udara di sekitar anak sangat lembab. Virus yang menyebabkan ISPA sangat senang
berada di lingkungan lembab.
 Saat kekebalan tubuh anak sedang lemah, anak lebih mudah tertular ISPA
WOC

12
2. Askep Teoritis
1. Pengkajian teoritis

Riwayat kesehatan:

- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).

- Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa).

- Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit sepertiyang


dialaminya sekarang).

- Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernahmengalami


sakit seperti penyakit klien).

- Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).

Pemeriksaan fisik :

Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan:

a. Inspeksi :

- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

- Tonsil tampak kemerahan dan edema

- Tampak batuk tidak produktif

- Tidak ada jaringan parut pada leher

- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasancuping


hidung.

b. Palpasi :

- Adanya demam.

13
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeritekan pada
nodus limfe servikalis.

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c. Perkusi :

o Suara paru normal (resonance).

d. Auskultasi :

o Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

Ø PENGKAJIAN (Menurut Khaidir Muhaj (2008):

ü Identitas Pasien.

ü Umur :Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih
lanjut.

ü Jenis kelamin :Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara
Denmark .

ü Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003)
membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit
gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar
rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang
sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan
mempermudah terjadinya ISPA anak .

14
Riwayat Kesehatan :

1) Keluhan Utama:

Klien mengeluh demam.

2) Riwayat penyakit sekarang:

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang.

4) Riwayat penyakit keluarga:

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.

5) Riwayat sosial:

ien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.

Pemeriksaan Persistem

B1 (Breath) :

· Inspeksi :

o Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.

o Tonsil tanpak kemerahan dan edema.

o Tampak batuk tidak produktif,

o Tidak ada jaringna parut pada leher,

15
o Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,
tachypnea, dan hiperventilasi.

· Palpasi :

o Adanya demam.

o Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis.

o Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.

· Perkusi :

o Suara paru normal (resonance).

· Auskultasi :

o Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi.

B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi
gangguan penciuman.

B4 (Bladder) :perkemihan Tidak ada kelainan.

B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit,
nyeri telan pada tenggorokan.

B6 (Bone): Warna kulit kemerahan(Benny:2010).

Pemeriksaan Penunjang :

1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman.

16
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.

3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

2. Diagnosa keperawatan

1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi

Tujuan :

- suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C.

- Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi panas,


peningaktan panas, dan kehilangna panas).

Kriteria Hasil : Suhu tubuh kembali normal

Nadi : 60-100 denyut per menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg

RR : 16-20 kali per menit

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan :

- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BBnormal.

- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan

- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi

- Nutrisi kembali seimbang

Kriteria hasil : A. Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

Berat badan tidak turun (stabil)

17
B. Biokimia:

- Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)

- Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl)

C. Clinis:

- Tidak tampak kurus

- Rambut tebal dan hitam

- Terdapat lipatan lemak subkutan

D. Diet:

- Makan habis satu porsi

- Pola makan 3X/hari

3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol

Kriteria hasil : Nyeri berkurang skala 1-2

4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanansekunder (adanya infeksi
penekanan imun).

Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi

Meminimalisir penularan infeksi lewat udara

Kriteria hasil : Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA

3. Intervensi

1. Intervensi:

a.Observasi tanda-tanda vital

18
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila

c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat

menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.

d. Atur sirkulasi udara

e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari

f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.

g. Kolaborasi dengan dokter:

- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial

- Antipiretika

Rasionalisasi:

a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukanperkembangan


perawatan selanjutnya.

b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proseskonduksi/perpindahan


panas dengan bahan perantara.

c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebaldan tidak
akan menyerap keringat.

d. Penyediaan udara bersih.

e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.

g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas.

2. Intervensi:

a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.

19
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.

c. Tingkatkan tirah baring

d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuaikebutuhan klien.

Rasionalisasi:

a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BBdan evaluasi


keadekuatan rencana nutrisi.

b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.

c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, danmenyenangkan.

d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.

e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi ataukebutuhan


individu untuk memberikan nutrisi maksimal.

3. Intervensi:

a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktoryang


memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dankarakteristiknya.

b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahankimia, asap


rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.

c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.

d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

Rasionalisasi:

a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubunganmerupakan suatu


hal yang amat penting untuk memilih intervensi yangcocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.

20
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.

c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta menguranginyeri


tenggorokan.

d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi


alergi/menghambatpengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik
untukmengurangi nyeri.

4. Intervensi:

a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.

c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.

d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun,lansia, dan
penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A danmineral seng atau anti oksidan
jika kondisi tubuh menurun/asupanmakanan berkurang.

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasionalisasi:

a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.

b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaikipertahanan klien


terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan

c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan

d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap


infeksi.

e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengankultur dan


sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.

21
4.Implementasi Keperawatan

I . Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi

 Mengukur tanda tanda vital


 Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
 Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian
berbahan tipis
 Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu

II. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia

o Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien


o Membuat catatan makanan harian
o Monitor lingkungan selama klien makan.
o Monitor intake nutrisi

III . Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil

 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.

IV . Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder

 Membatasi pengunjung
 Mempertahankan teknik isolasi
 Memperbanyak istirahat

5.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

22
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis Sadalah :

1. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C.

2. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.

3. Nyeri hilang atau terkontrol.

4. Tidak terjadi komplikasi pada klien.

23
BAB III
PENUTUP

. Kesimpulan

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita,
Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.

Saluran pernapasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara.


Bersama udara, masuk berbagai pathogen, yang dapat nyangkut di hidung, farings (tongsila),
larings, atau trakea dan dapat berproliferasi, bila daya tahan tubuh menurun. Penyebaran infeksi
(bila terjadi) terhantung pada pertahanan tubuh pula, dan dari virus lensi kuman yang
bersangkutan. Contoh ISPA adalah nasofaringitis, influenza (virus) yaitu radang nasofarings,
farings, larings, trakea disertai pembengkakan mebran mukosa dan keluarnya eksudat
mukopurulen (infeksi sekunder).

. Saran

Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka
diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.

Krishna,A. Mengenali keluhan anada, informasimkesehatan umum untuk masyarakat. Www,


informasimedika.com

Susilowati, Tina. 2010. Inti sari superpintar RPAL. Yogyakarta: PT Benteng Pustaka.

https://halosehat.com/penyakit/ispa/9-penyebab-ispa-pada-anak-dan-dewasa

https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/tips-mencari-dokter-anak-yang-tepat/

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai