Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lingkungan kerja fisik merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembannya. Jika seorang pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia
bekerja, maka karyawan tersebut akan betah berada di tempat kerjanya untuk
melakukan segala aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan
prestasi kerja karyawan tersebut juga akan meningkat. Faktor-faktor lingkungan
fisik ini mencakup suhu, udara, kebisingan, dan penerangan ditempat kerja.
Faktor-faktor fisik inilah yang akan sangat mempengaruhi kinerja dari karyawan
yang ada berada ditempat kerja tersebut. Salah satu faktor yang akan dibahas kali
ini adalah masalah suhu atau temperatur lingkungan kerja.
Kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman juga dapat disebabkan antara
lain terpaparnya hawa panas di lingkungan kerja. Paparan hawa panas terjadi
ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas lebih besar daripada yang
diterima melalui proses regulasi termal. Peningkatan pada suhu dalam tubuh yang
berlebihan dapat mengakibatkan penyakit dan kematian (Parsons, 1993). Panas
yang berlebihan di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan
panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Kegiatan operasional industri di Indonesia sebagian besar pasti
menggunakan dan mengeluarkan panas. Temperatur yang melebihi nilai ambang
batas (NAB) mengakibatkan panas yang dapat mempengaruhi performa kerja dan
juga kesehatan tubuh pekerja. Bila pekerja yang terpapar hawa panas tidak
mampu menjaga atau mengatur suhu normal dalam tubuhnya, hal ini bisa memicu
timbulnya tekanan panas atau heat stress. Dimana heat stress dapat dikatakan
sebagai reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang berada di luar
kenyamanan bekerja. Lebih fatal lagi, bila dibiarkan tanpa penanganan serius bisa
mengakibatkan kematian.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tekanan panas atau heat stress ?
2. Apa faktor penyebab terjadinya heat stress ?
3. Bagaimana proses terjadinya heat stress ?
4. Bagaimana keadaan kondisi tubuh saat kondisi panas ?
5. Apa gejala heat stress ?
6. Apa dampak dari tekanan panas atau heat stress ?
7. Bagaimana penanganan heat stress ?
8. Bagaimana pencegahan heat stress ?
9. Bagaimana sistem kerja yang aman dan sehat ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian tekanan panas atau heat stress
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya heat stress
3. Untuk mengetahui proses terjadinya heat stress
4. Untuk mengetahui keadaan kondisi tubuh saat kondisi panas
5. Untuk mengetahui gejala heat stress
6. Untuk mengetahui dampak dari tekanan panas atau heat stress
7. Untuk mengetahui penanganan heat stress
8. Untuk mengetahui pencegahan heat stress
9. Untuk mengetahui Bagaimana sistem kerja yang aman dan sehat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEKANAN PANAS ATAU HEAT STRESS


Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan
antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban udara, kecepatan
aliran udara, dan panas radiasi dengan produksi panas dari tubuh manusia akibat
pekerjaannya. Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari
proses pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolism). Apabila proses
pengeluaran panas tubuh terganggu maka suhu tubuh akan meningkat.
Lingkungan kerja dengan tubuh manusia selalu saling terjadi pertukaran panas,
pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja). Beban iklim
kerja yang diterima oleh tubuh manusia ini biasa disebut tekanan panas (heat
stress).
Bila pekerja yang terpapar panas tidak mampu menjaga atau mengatur suhu
normal dalam tubuhnya, hal ini bisa memicu timbulnya heat stress. Lebih fatal
lagi, bila dibiarkan tanpa penanganan serius bisa mengakibatkan kematian.
Tekanan panas atau heat stress dapat dikatakan sebagai reaksi fisik dan fisiologis
pekerja terhadap suhu yang berada di luar kenyamanan bekerja. Suhu yang
dimaksud adalah suhu panas yang ekstrem. Heat stress dapat ditemukan pada
operasi perusahaan yang menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi,
misalnya pengecoran biji besi atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler, atau
peralatan-peralatan lainnya yang dalam operasinya memerlukan suhu tinggi.
Umumnya heat stress dialami oleh pekerja konstruksi, pertambangan, pabrik kaca
dan pabrik karet, pabrik peleburan logam, pekerja di ruang boiler, dan pekerja yang
terpapar panas lainnya.

3
B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA HEAT STRESS
1. Faktor lingkungan
a. Suhu udara
Suhu udara di sekitar tubuh. Hal ini biasanya ditunjukkan dalam derajat
Celsius (°C) atau Fahrenheit (°F).
b. Suhu radiasi
Suhu radiasi memiliki pengaruh lebih besar dari suhu udara karena suhu
radiasi menentukan seberapa besar suatu lingkungan mendapatkan panas
dari sebuah sumber panas. Kulit manusia menyerap energi radiasi hampir
sama seperti benda hitam, meskipun hal ini dapat dikurangi dengan
memakai pakaian yang dapat memantulkan sebagian panas. Contoh
sumber radiasi termal adalah matahari, api, kebakaran listrik, tungku,
mesin uap, oven, kompor, pengering, mesin pelebur logam.
c. Kecepatan udara
Kecepatan udara merupakan faktor penting dalam kenyamanan termal
karena tubuh manusia sensitive terhadap hal tersebut. Udara yang tidak
bergerak dalam ruangan tertutup yang sengaja dipanaskan akan membuat
pekerja merasakan pengap dan dapat menimbulkan bau. Pergerakan udara
dalam suatu lingkungan yang bersuhu tinggi dapat mengurangi panas
karena pergerakan panas melalui konveksi tanpa ada perubahan suhu.
Aktivitas fisik yang dilakukan pekerja juga meningkatkan pergerakan
udara, sehingga kecepatan udara dapat dihitung untuk menegtahui tingkat
aktivitas fisik pekerja.
d. Kelembapan udara
Jika air dipanaskan dan menguap ke lingkungan sekitarnya, maka akan
meningkatkan jumlah air di udara dan menyebabkan kelembaban.
Kelembaban relative antara 40% dan 70% tidak berdampak besar terhadap
kenyamanan, kelembaban relatif lebih tinggi 70% pada siang hari atau
suhu panas. Lingkungan dengan kelembaban tinggi memiliki banyak uap
air pada udara disekitarnya. Pada lingkungan bersuhu panas dengan

4
kelembaban relatif di atas 80% dapat mengurangi pengeluaran keringat
oleh tubuh manusia. Pengeluaran keringat adalah cara utama untuk
mengurangi panas dalam tubuh.
2. Faktor personal
a. Pakaian
Pakaian, pada hakikatnya, mengganggu kemampuan manusia untuk
mengeluarkan panas ke lingkungan. Kenyamanan termal sangat
tergantung pada efek isolasi yang diberikan pakaian terhadap tubuh
pekerja. Menggunakan pakaian berlapis-lapis dapat menjadi penyebab
utama tekanan panas bahkan saat lingkungan tidak dianggap panas
sekalipun. Jika pakaian tidak memberikan isolasi yang cukup, pekerja
mungkin menghadapi risiko terluka.
b. Work Rate/ Metabolic Heat
Tingkat pekerjaan atau tingkat metabolisme, sangat penting untuk
penilaian risiko termal. Ini menggambarkan panas yang dihasilkan dalam
tubuh saat manusia melakukan aktivitas fisik. Semakin berat aktivitas fisik
yang dilakukan, semakin banyak panas yang dihasilkan. Semakin banyak
panas yang dihasilkan, semakin banyak pula panas yang harus dikeluarkan
tubuh agar tidak terjadi overheat. Tingkat metabolisme seseorang sangat
berdampak terhadap kenyamanan termal.
Dalam melakukan pertimbangan kenyaman termal, karakteristik personal
pekerja harus selalu disertakan, seperti usia, berat badan, tingkat
kebugaran dan gender, disamping faktor-faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban dan kecepatan udara.

C. PROSES TERJADINYA HEAT STRESS


Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor yang menunjang
timbulnya semangat kerja. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan
menurunkan produktivitas kerja, juga akan membawa dampak negatif terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja. Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan

5
keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dan mengakibatkan menurunnya
efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-
organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat
meningkat.

Faktor iklim kerja dan non iklim tersebut yang dapat meningkatkan risiko
pekerja terkena heat stress. Sebetulnya heat stress terjadi apabila tubuh pekerja
sudah tidak mampu lagi menyeimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya
paparan panas dari luar. Sederhananya, heat stress bisa terjadi ketika tubuh gagal
mengendalikan suhu internal. Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada di
dalam tubuh akan mempertahankan suhu tubuh internal agar tetap berada pada
suhu normal (36-37,5°C) dengan cara mengeluarkan keringat dan mengalirkan
darah lebih banyak ke kulit.

Dalam kondisi demikian, jantung bekerja keras memompa darah ke kulit


bagian luar (permukaan tubuh) dan kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan
yang mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi
cara efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.

Namun, jika suhu di luar dan kelembaban terlampau tinggi, maka keringat tidak
dapat menguap dan tubuh akan gagal mempertahankan suhu internalnya, dalam
kondisi inilah tubuh mulai terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bekerja di lingkungan panas.

6
Dengan banyaknya darah mengalir ke kulit, maka pasokan darah ke otak, otot-
otot aktif dan organ tubuh lainnya menjadi berkurang, sehingga kelelahan dan
permasalahan kesehatan akibat panas pun lebih cepat terjadi. Kegagalan tubuh
menyeimbangkan suhu tubuh internal ini yang pada akhirnya bisa memicu
timbulnya heat stress pada pekerja.

D. KEADAAN KONDISI TUBUH SAAT KONDISI PANAS

1. 37°C (98.6°F) – Suhu tubuh normal (36-37.5°C / 96.8-99.5°F).


2. 38°C (100.4°F) – berkeringat, sangat tidak nyaman, sedikit lapar.
3. 39°C (102.2°F) – Berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung
bedenyut kencang, kelelahan, merangsang kambuhnya epilepsi.
4. 40°C (104°F) – Pingsang, dehidrasi, lemah, sakit kepala, muntah, pening dan
berkeringat.
5. 41°C (105.8°F) – Keadaan gawat. Pingsan, pening, bingung, sakit kepala,
halusinasi, napas sesak, mengantuk mata kabur, jantung berdebar.
6. 42°C (107.6°F) – Pucat kulit memerah dan basah, koma, mata gelap, muntah
dan terjadi gangguan hebat. Tekanan darah menjadi tinggi/rendah dan detak
jantung cepat.
7. 43°C (109.4°F) – Umumnya meninggal, kerusakan otak, gangguan dan
goncangan hebat terus menerus, fungsi pernafasan kolaps.
8. 44°C (111.2°F) or more – Hampir dipastikan meninggal namun ada beberapa
pasien yang mampu bertahan hingga diatas 46°C (114.8°F).

E. GEJALA HEAT STRESS


Gejala–gejala umum heat stress yaitu :

1. Kenaikan suhu tubuh


2. Kehausan, kelelahan, kelesuan
3. Mual dan sakit kepala
4. Hampir pingsan dan sejenak kemudian kehilangan kesadaran

7
5. Kulit yang lembab dan pucat
6. Lemah dan detak nadi yang cepat, dan bahkan kekejangan otot
7. Emosi tidak stabil
8. Pernapasan pendek dan cepat.

F. DAMPAK DARI TEKANAN PANAS ATAU HEAT STRESS


Tekanan panas dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia antara
lain seperti heat exhaustion, heat cramps, heat rash, fainting, transient heat
fatigue dan yang paling buruk dapat menyebabkan kematian yaitu heat stroke.
Pekerja yang sedang hamil dan terpapar panas, apabila suhu inti tubuhnya
mencapai lebih dari 39oC, dapat menyebabkan kecacatan pada bayinya. Selain itu,
suhu tubuh lebih dari 38oC dapat mengakibatkan kemandulan baik bagi pria
maupun wanita. Adapun penjelasan dari beberapa efek heat stress di atas antara
lain sebagai berikut :
1. Heat stroke
Heat stroke adalah efek heat stress yang paling berat. Hal ini terjadi karena
sistem pengatur suhu tubuh (thermoregulatory) tidak mampu
mempertahankan suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat (keringat
terhenti). Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh naik
secara dramatis mencapai 40oC atau lebih, panas, kulit kering dan tampak
kebiruan atau kemerahan, tidak ada keringat di tubuh korban, pening,
menggigil, mual, pusing, gangguan mental dan pingsan/hilangnya kesadaran.
Jika hal ini terjadi, korban harus segera dikeluarkan dari area panas dan
ditempatkan diarea dingin,tubuhnya harus dibasahi dengan kain basah untuk
menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama. Selanjutnya korban
harus dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Jangan
sampai terlambat karena bisa berakibat kematian.
2. Heat exhaustion
Disebut juga kelelahan panas, diakibatkan oleh hilangnya sejumlah besar
cairan tubuh melalui keringat, terkadang juga disertai kehilangan cairan

8
elektrolit yang berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih
berkeringat tetapi mengalami kelelahan, pusing, mual atau sakit kepala.
Dalam kasus yang lebih serius, korban bisa muntah atau hilang kesadaran,
kulit basah atau lembab, pucat atau memerah. Suhu tubuh antara (37oC -
40°C). Pada kondisi ini korban harus segera dipindahkan ketempat yang
dingin untuk mendapatkan perawatan dan istirahat yang cukup.
3. Heat cramps
Heat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada otot-
otot akibat kehilangan cairan elektrolit, meskipun sudah minum air
secukupnya namun tidak bisa menggantikan garam didalam tubuh, bahkan air
yang diminum mengencerkan cairan elektrolit yang ada didalam tubuh dan
semakin mempermudah cairan elektrolit tersebut keluar dari tubuh sehingga
kadar cairan elektrolit makin rendah,dan hal ini menyebabkan otot mengalami
kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki, lengan,
atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Kram dapat
terjadi selama satu atau setengah jam, dan dapat dipulihkan dengan meminum
cairan yang mengandung elektrolit atau garam.
4. Heat Rash
Heat Rash atau preckly heat atau mikaria rubra dapat terjadi pada lingkungan
panas yang lembab. Gejala ini terjadi karena fungsi kelenjar keringat
terganggu dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel di kulit atau
kulit tetap basah, sehingga memunculkan biang keringat (bintik-bintik merah
di kulit dan agak gatal). Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa
beristirahat di ruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan
kulit. Jika biang keringatnya parah, maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.

5. Heat Train
Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres yang
direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan gangguan
perasaan tidak nyaman sampai terjadi heat disorder.

9
6. Fainting
Fainting atau pingsan bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa bekerja di
lingkungan panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh
darah dibawah kulit dan bagian bawah tubuh untuk mempertahankan suhu
tubuh,sehingga darah terkumpul disana dan otak mengalami kekurangan
suplai darah. Untuk menanganinya, pekerja yang pingsan dipindahkan ke
ruangan yang lebih dingin dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir
ke otak agar korban sadar kembali.
7. Transient Heat Fatigue
Transient heat fatigue adalah kelelahan panas sementara yang terjadi karena
ketidaknyamanan akibat paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan
mental atau psikologis. Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap
panas,dan dapat mengganggu kinerja, koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat
ketahanan terhadap panas dari pekerja yang suka mengalami transient heat
fatigue dapat dinaikkan secara bertahap dengan menyesuaikan diri dengan
lingkungan panas.

G. PENANGANAN HEAT STRESS


1. Mencari pertolongan dan menurunkan suhu tubuh penderita
a. Hubungi layanan darurat

Hubungi layanan darurat segera jika penderita mengalami demam


hingga suhu 40 derajat Celcius atau lebih. Namun, meski mungkin suhu

10
tubuh penderita masih berada sedikit di bawah ambang batas ini, Anda
harus menghubungi ambulans, karena pengukuran suhu tubuh bisa saja
tidak sepenuhnya akurat, dengan nilai deviasi mencapai 1/2--1 derajat
Celcius ddi atas atau di bawah angka suhu yang terukur.

Jika petugas ambulans memutuskan untuk memberikan panduan


melalui telepon dan menuntun Anda dalam langkah-langkah penanganan
penderita heatstroke, ikuti langkah-langkah tersebut dan abaikan langkah-
langkah yang ada dalam artikel ini. Bawalah penderita langsung ke rumah
sakit setempat. Terkadang, Anda perlu menunggu sekian lama sebelum
ambulans tiba, sedangkan heatstroke adalah masalah yang serius dan
merupakan kondisi medis yang kritis serta berkejaran dengan waktu. Jika
lokasi Anda dekat dengan rumah sakit, bawalah penderita langsung ke
sana agar menghemat waktu.

b. Pindahkan penderita dari sorotan sinar matahari ke tempat yang teduh


atau ruangan ber-AC

Ruangan ber-AC adalah tempat yang ideal, karena suhu dingin dari AC
akan segera menurunkan suhu tubuh penderita. Saat penderita berada di
tempat yang teduh atau ruangan ber-AC, lepaskan pakaian yang tidak
dibutuhkan yang dikenakan oleh penderita.

11
Jika Anda tidak memiliki ruangan ber-AC, kipasilah penderita dengan
buku atau kertas yang cukup tebal. Anda dapat mendudukkan penderita di
bangku belakang mobil dengan menyalakan AC pada suhu yang dingin.
c. Tutupi tubuh dengan kain dingin

Tutupi tubuh penderita dengan kain atau selimut yang dibasahi dengan air
dingin. Carilah sehelai kain basah yang cukup besar untuk menutupi
tubuh penderita dari leher sampai ujung kaki. Tutupi penderita dengan
kain basah dan kipasi tubuhnya dengan buku atau kertas tebal. Jika tidak
ada kain, gunakan semprotan air yang diisi dengan air dingin dan
semprotkan pada tubuh penderita. Anda juga dapat membasahi tubuh
penderita dengan menggunakan spons atau kain yang dicelupkan air.
d. Kompres es batu

Kompreskan es batu pada tubuh penderita, jika tersedia. Letakkan es batu


di bawah ketiak, di belakang lekukan lutut, di leher, dan di punggung

12
penderita. Ini adalah area-area kulit yang paling dekat dengan pembuluh
darah. Mengompreskan es pada area-area ini dapat membantu
menurunkan suhu tubuh penderita dengan lebih cepat.
e. Bantulah penderita masuk ke dalam bak mandi atau ke bawah pancuran
air dingin, jika Anda berada di dekat kamar mandi.

Bantulah penderita untuk duduk di bawah pancuran dan arahkan pancuran


air ke tubuhnya, karena mungkin penderita tidak kuat untuk berdiri. Jika
Anda berada di luar ruang dan tidak berdekatan dengan kamar mandi,
danau, kolam, aliran air atau bahkan selang air juga dapat membantu
menurunkan suhu tubuh penderita. Jika Anda memiliki bak mandi,
tambahkan es batu sesuai kebutuhan ke dalamnya, agar airnya menjadi
dingin.

f. Lakukan upaya rehidrasi

Lakukan upaya rehidrasi dengan memberikan sebanyak mungkin cairan


kepada penderita. Minuman olahraga adalah pilihan yang ideal karena

13
mengandung cairan serta garam yang dibutuhkan untuk pemulihan tubuh.
Jika Anda tidak memiliki minuman olahraga, Anda dapat membuatkan
larutan air garam dengan mencampurkan satu sendok teh garam ke dalam
empat cangkir air. Pastikan penderita minum sekitar setengah gelas setiap
15 menit. Buat penderita tidak minum dengan tergesa-gesa. Beri tahu
penderita agar minum perlahan-lahan saja. Jangan tuangkan cairan ke
dalam mulut penderita jika ia telah berada dalam keadaan tidak
sepenuhnya sadar. Anda dapat membuatnya tersedak, atau justru
memperbesar bahaya pada kondisinya yang sudah kritis. Jika Anda tidak
memiliki minuman olahraga atau larutan air garam, Anda dapat
memberinya air minum biasa yang sejuk atau dingin. Jangan berikan
minuman penambah energi atau minuman bersoda kepada penderita.
Kafein akan mengganggu kemampuan tubuhnya untuk mengatur suhu
tubuh, sehingga minuman ini hanya akan memperburuk kondisinya.

g. Pastikan bila penderita mulai gemetar dan suhu tubuhnya sulit turun

Perhatikan bila penderita mulai gemetar dan suhu tubuhnya sulit


turun. Gemetar adalah mekanisme alami tubuh untuk menghangatkan
suhu tubuh, yang merupakan kebalikan dari hal yang dibutuhkan pada
situasi ini. Jika terjadi gemetar, ini adalah tanda bahwa proses penurunan
suhu tubuh yang Anda lakukan berhasil dengan terlalu cepat. Maka,
perlambat ata u kurangi prosesnya, demi menghentikan gemetar

14
2. Bersiap-siap sebelum kedatangan paramedic
a. Ukurlah suhu tubuh

Ukurlah suhu tubuh penderita untuk mengetahui apakah ia


menderita heatstroke. Gejala utama dari heatstroke adalah suhu tubuh
yang mencapai di atas 40 derajat Celcius. Untuk mengukur suhu tubuh,
ambillah termometer dan letakkan ke dalam mulut atau ketiak penderita.
Biarkan termometer selama kurang lebih 40 detik, lalu lihat petunjuk
angkanya. Suhu tubuh normal pada manusia adalah 37 C, dengan kisaran
½ sampai 1 derajat Celcius di bawah atau di atasnya.

b. Amati gejala-gejala

Amati gejala-gejala lainnya jika Anda tidak memiliki termometer. Ada


beberapa tanda lain yang menunjukkan gejala heatstroke selain suhu
tubuh yang tinggi. Gejala-gejala tersebut misalnya adalah kulit memerah,
napas terengah-engah, laju jantung yang terlalu cepat, sakit kepala,

15
bingung, gelisah, dan cara bicara yang tidak jelas. Yang terakhir adalah
kulit penderita akan mengeluarkan titik-titik keringat seperti baru selesai
melakukan aktivitas fisik atau kulitnya lengket seolah-oleh baru saja
berada di tempat yang panas. Berbicaralah kepada penderita untuk
mengetahui apakah ia mengalami sakit kepala, cara bicara yang tidak
jelas, bingung, dan/atau gelisah. Letakan tangan Anda pada dada
penderita untuk mengetahui apakah ia sulit bernapas, mengalami laju
jantung yang terlalu cepat, dan/atau kulitnya memerah, menghangat, atau
lengket.

c. Berikan laporan lengkap kepada tim paramedis

Berikan laporan lengkap kepada tim paramedis saat mereka tiba. Beri
tahu mereka apa yang telah Anda lakukan saat memberi pertolongan
pertama sebelum kedatangan mereka, dan informasikan setiap detail
mengenai gejala-gejala penderita.

H. PENCEGAHAN HEAT STRESS


Pada kebanyakan kasus, heat stress dapat dicegah atau setidaknya risiko
terkena heat stress dapat diminimalkan. Berikut rekomendasi pencegahan heat
stress menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA):
1. Membuat program pencegahan heat stress
Perusahaan harus memilih dan menentukan pekerja yang terlatih dan kompeten
dalam menangani bahaya di tempat kerja, salah satunya bahaya paparan panas.

16
Selanjutnya, pekerja ini yang akan bertanggung jawab dalam merencanakan,
mengembangkan, melaksanakan dan mengelola program terkait paparan panas
di tempat kerja.
2. Melakukan identifikasi bahaya
Perusahaan dan pekerja wajib melakukan identifikasi bahaya paparan panas
untuk meminimalkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan penurunan
produktivitas kerja. Kegiatan identifikasi bahaya ini meliputi:
a. Mengenali bahaya paparan panas dan risiko penyakit akibat panas bagi
pekerja
b. Menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor
eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, yaitu suhu,
kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi.
c. Melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan panas, yaitu
dengan mengukur tekanan darah, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja
d. Menentukan langkah pengendalian dan perbaikan untuk meminimalkan
bahaya paparan panas.
3. Melakukan pengendalian teknik
Pengendalian teknik yang dapat dilakukan adalah memasang ventilasi umum,
memasang exhaust fan, memasang dust collector, penggunaan penyekat
(shielding) terutama untuk mengurangi panas radiasi serta mengurangi suhu
dan kelembaban melalui pendingin udara.
4. Melindungi pekerja dari risiko terkena heat stress
Untuk mencegah pekerja dari heat stress, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan. Hindari melakukan aktivitas fisik berat, lingkungan panas yang
ekstrem, paparan sinar matahari, dan lingkungan dengan kelembaban tinggi
bila memungkinkan. Jika tidak memungkinkan, lakukan langkah-langkah
pencegahan berikut ini:
a. Awali hari dengan minum air putih secukupnya. Hindari alkohol dan
minuman yang mengandung kafein karena dapat menyebabkan dehidrasi

17
b. Gunakan pakaian berwarna cerah, ringan/ tipis, dan menyerap keringat
(bahan katun). Hindari pakaian berbahan sintetis.
c. Lakukan diet seimbang. Konsumsi buah, sayuran, protein, serat akan
sangat membantu.
d. Konsumsi cairan elektrolit, namun tidak melebihi air minum biasa
e. Gunakan pelindung wajah dan leher
f. Pastikan di area kerja terdapat stasiun air minum dan mudah diakses
g. Minumlah satu gelas air setiap 15 menit, sekalipun Anda belum merasa
haus
h. Lakukan istirahat secara berkala saat melakukan pekerjaan berat di
lingkungan dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Beristirahatlah di
tempat sejuk dan teduh.
i. Pertimbangkan untuk menyediakan wadah air bertanda khusus yang berisi
air dan es untuk membasahi handuk leher, lengan dan lainnya
j. Pantau kondisi fisik Anda dan rekan kerja untuk mengetahui adanya tanda
atau gejala penyakit akibat panas. Laporkan kepada supervisor bila Anda
atau menemukan rekan kerja yang mengalami gejala heat stress.
5. Aklimatisasi
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan proses penyesuaian diri
seseorang terhadap lingkungannya. Aklimatisasi terhadap panas ditandai
dengan penurunan suhu tubuh dan pengeluaran garam dari dalam tubuh. Proses
aklimatisasi ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa
waktu. Aklimatisasi panas biasanya tercapai setelah dua minggu, tergantung
faktor lingkungan kerja dan faktor pribadi individu (konsumsi obat, kondisi
fisik, usia dan berat badan). Setiap pekerja baru dan pekerja lama yang absen
selama dua minggu atau lebih dari pekerjaannya harus dimulai dengan 20%
beban kerja di hari pertama, lalu meningkat secara bertahap tidak lebih dari
20% beban kerja di hari berikutnya.
6. Mengatur waktu kerja

18
Perubahan jadwal kerja dan pengaturan frekuensi istirahat dilakukan dalam
upaya untuk meminimalkan risiko paparan. Perusahaan dapat mengatur jadwal
kerja dan istirahat dengan memperhatikan NAB paparan panas.
Di Indonesia, mengenai kegiatan kerja di industri yang dapat menimbulkan
iklim kerja panas di atur dalam SNI 16-7063-2004 dan Permenakertrans No.
PER. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.

Indeks Suhu Basa dan Bola (ISBB °C)


Pengaturan Waktu Kerja
Setiap Jam
Beban Kerja

Waktu Waktu
Ringan Sedang Berat
Kerja Istirahat

75% 25% 30.6 28.0 25.9

50% 50% 31.4 29.4 27.9

25% 75% 32.2 31.1 30.0

Kriteria beban kerja menurut SNI:

a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 Kkal/jam.


b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori >200 – 350 Kkal/jam.
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori >350–500 Kkal/jam.

NAB ini membatasi pemaparan panas lingkungan kerja 8 jam/ hari terhadap
tenaga kerja dengan mempertimbangkan kategori beban kerja dan pembagian
waktu kerja – istirahat.

* Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011 juga memberikan NAB yang


sama dengan SNI tersebut di atas.

19
7. Memberikan pelatihan kepada pekerja
Perusahaan juga wajib memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai bahaya
dan efek paparan panas, gejala penyakit akibat panas, bagaimana cara dan
kapan harus merespons bila timbul gejala awal dan bagaimana cara mencegah
penyakit akibat panas.
8. Melakukan pengawasan untuk tanda dan gejala awal
Pekerja bisa membuat sebuah sistem untuk memantau dan melaporkan tanda
dan gejala awal penyakit akibat panas. Hal ini dapat membantu perusahaan
juga manajemen dalam mendeteksi secara dini penyakit akibat panas dan
melakukan tindakan pengendalian sesegera mungkin.
9. Membuat perencanaan dan pelaksanaan tanggap darurat
Buatlah prosedur tanggap darurat terkait penyakit akibat panas.
Komunikasikan prosedur tanggap darurat tersebut kepada supervisor dan
pekerja. Perencanaan tanggap darurat meliputi:
a. Apa yang harus dilakukan seseorang bila mengalami atau melihat rekan
kerja menunjukkan tanda-tanda penyakit akibat panas
b. Cara menghubungi unit tanggap darurat
c. Memperhitungkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk petugas
tanggap darurat tiba ke lokasi dan melatih pekerja dalam melakukan
pertolongan pertama sampai bantuan tiba.

Dalam menyusun perencanaan tanggap darurat ini Anda bisa melibatkan


seorang profesional guna mendapatkan masukan tentang pembuatan prosedur
tanggap darurat terkait penyakit akibat panas.

I. SISTEM KERJA YANG AMAN DAN SEHAT


1. Lingkungan Kerja
a. Memisahkan fasilitas peralatan kerja yang dapat menimbulkan panas di
tempat bekerja dan menggunakan material yang sudah diisolasi untuk
meminimalkan pengeluaran panas pada area kerja yang lainnya;

20
b. Meningkatkan aliran udara dengan menggunakan ventilasi yang memadai
atau sistem mesin pendingin ruangan yang memadai, terutama di tempat–
tempat kerja seperti dapur–dapur dan peti–peti logam kontener.
c. Hindarilah bekerja di bawah sinar terik matahari langsung dan memasang
alat pencegah panas matahari sementara jika memungkinkan.
2. Pengaturan Kerja
a. Hindari bekerja di lingkungan yang panas dalam waktu yang lama.
Perhatikan laporan cuaca, dan semua ataupun sebagian besar pekerjaan
haruslah dijadwalkan pada: -
1) periode waktu yang lebih dingin, seperti di pagi hari; dan –
2) tempat yang lebih dingin, seperti area yang sudah ada pelindungnya
atau area yang teduh
b. Meminimalkan pekerjaan fisik yang mengharuskan menggunakan alat–
alat mekanik di tempat kerja.
c. Membuat pengaturan kerja bagi para pekerja untuk istirahat di tempat
yang sejuk atau daerah teduh selama periode waktu panas.
d. Memperbolehkan karyawan untuk istirahat secara teratur atau merotasi ke
sisi lain tempat kerja dalam jam kerja untuk mengurangi serangan panas
pada lingkungan kerja yang panas.
3. Sediakan Air Minum Botol Dingin
a. Sediakan air minum botol dingin untuk para pekerja setiap waktu selama
kerja.
b. Mendorong para pekerja untuk minum air secukupnya atau minuman lain
yang layak untuk menambah cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh
karena keringat.
4. Pakaian Yang Cocok
a. Pakaian dengan warna cerah akan mengurangi penyerapan panas dan
membantu pengeluaran panas.

21
b. Pakaian yang longgar dapat membantu penguapan keringat, tapi pakaian
yang terlalu longgar dapat menyebabkan terselip atau terseret ke bagian–
bagian mesin yang bergerak.
c. Pakaian yang terbuat dari bahan alami dapat membantu pengeluaran
panas.
d. Helm dengan pinggiran yang lebar atau topi dengan tepi yang lebar dapat
mencegah terik sinar matahari langsung di bagian wajah, leher dan
punggung
5. Kesehatan Pekerja
a. Perhatian khusus harus diberikan pada setiap laporan yang disampaikan
oleh pekerja yang menderita gejala serangan hawa panas. Para pekerja
harus dilatih untuk memperhatikan respon tubuhnya. Bilamana terjadi
gejala serangan hawa panas, mereka harus segera menginformasikan
kepada atasannya dan mengambil tindakan–tindakan memadai secepatnya.
b. Beberapa pekerja mungkin mempunyai kesulitan–kesulitan dalam
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang panas karena keadaan kondisi
kesehatan mereka atau efek dari obat – obatan. Para majikan harus
memikirkan hal ini dan mempertimbangkan pemberian rekomendasi bagi
para pekerja untuk pergi ke dokter saat akan memberikan tugas kerja bagi
para pekerja tersebut

22
23

Anda mungkin juga menyukai