Pengampu:
Oleh:
RETNO PUSPITASARI, STr.Keb
NIM: 15.C2.0069
SEMARANG
2017
PEMANFAATAN PAJAK ROKOK UNTUK BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
Latar belakang
Rumusan masalah
Regulasi pajak rokok ibarat dua mata pisau yang menjebak dalam situasi
dilematis. Satu sisi pemerintah diuntungkan dengan adanya penerimaan Negara
dari Cukai dan PPN. Akan tetapi disisi lain pemerintah juga menanggung
dampak negatif merokok yang meningkatkan anggaran kesehatan. Faktanya
pendapatan negara dari cukai rokok, ternyata tak sebanding dengan nilai
kerugian yang ditimbulkan karena merokok. Dalam rangka meningkatkan
kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi khususnya
yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah menetapkan
berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan UU
No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru
disahkan oleh DPR pada 18 Agustus 2009. Diharapkan dapat lebih mendorong
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, kebijakan
pajak daerah dan retribusi daerah untuk kemudian dilaksanakan berdasarkan
prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan
akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah.
Secara efektif pemberlakuan Pajak Rokok ini diterapkan pada tahun 2014.
Dasar Pengenaan Pajak Rokok adalah cukai rokok dan besarnya tarif ditetapkan
sebesar 10 persen dari cukai rokok. Pajak Rokok masuk dalam kategori pajak
provinsi yang menjadi penyempurna kebijakan dan peraturan pajak daerah
dalam bentuk perluasaan objek pajak daerah. Artinya, Pajak Rokok ini
nantinya akan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Terdapat alokasi
(earmark tax) paling sedikit 50 persen dari hasil penarikan Pajak Rokok,
dipakai untuk mendanai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan
penegakan hukum. Di bidang kesehatan keputusan ini diambil sebagai langkah
pengimbangan antara konsumsi rokok dengan kesehatan masyarakat. dan di
bidang penegakan hukum terkait permasalahan rokok illegal.
Tingginya kesadaran bahaya rokok di negara maju juga memacu perusahaan
rokok mengalihkan pasar ke Indonesia. Anak-anak dan generasi muda menjadi
target potensial mereka sebagai kunci kelanggengan bisnis. Anak-anak dan
generasi muda dapat diubah menjadi perokok pemula, menggantikan perokok
lama yang berhenti merokok atau meninggal karena penyakit akibat rokok.
Salah satu jenis pajak yang baru bagi propinsi adalah pajak
rokok.Pengaturan pajak rokok dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dalam pasal 1, 2, 26-31, 94,
dan 181. Tujuan Pajak Rokok sebagai sumber utama untuk pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan suatu negara. Secara umum tujuan adanya
pajak adalah sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke Kas
Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Memperoleh
dana yang digunakan untuk pembangunan, pertahanan negara, kesejahteraan
dan pelayanan umum masyarakat serta biaya rutin administrasi negara. Selain
untuk tujuan umum, pajak dapat pula digunakan oleh pemerintah sebagai alat
mencapai untuk tujuan-tujuan tertentu (regulerend), seperti membatasi dan
mengurangi konsumsi barang yang berdampak negatif secara sosial salah
satunya bahaya rokok.
Profil pajak rokok mempunyai definisi : Pungutan atas cukai rokok yang
dipungut oleh Pemerintah. Objek pajak rokok adalah konsumsi rokok meliputi
rokok sigaret, cerutu, dan rokok daun, kecuali rokok yang tidak dikenai cukai
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang cukai. Subjek pajak
rokok adalah konsumen rokok, dan wajib pajaknya adalah pengusaha pabrik
rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai. Tarif pajak rokok sebesar 10% dari cukai rokok,
dan dasar pengenaannya cukai yang ditetapkan Pemerintah terhadap rokok.
Pajak rokok dipungut Kantor Pelayanan Bea dan Cukai bersamaan dengan
pemungutan cukai rokok. Hasil pemungutan (penerimaan) pajak rokok
ditampung sementara dalam rekening kas negara, untuk selanjutnya disetor ke
Rekening Kas Umum Daerah provinsi sesuai proporsi jumlah penduduk masing-
masing provinsi. Penyetoran ke provinsi dilaksanakan secara triwulanan, yakni
pada bulan pertama triwulan berikutnya. Khusus untuk penyetoran triwulan IV
hanya mencakup penerimaan pajak rokok bulan Oktober dan Desember,
sedangkan penerimaan bulan Desember akan disetor ke provinsi setelah
ditetapkannya hasil audit Laporan Arus Kas Pemerintah oleh BPK. Ketentuan
mengenai pemungutan dan penyetoran pajak rokok telah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara
Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok.
Objek pajak
(2) Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sigaret, cerutu, dan
rokok daun.
(3) Dikecualikan dari objek Pajak Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah rokok yang tidak dikenai cukai berdasarkan peraturan perundang-
undangan di bidang cukai.
(2) Wajib pajak rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importer
rokokyang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena
Cukai.
(3) Pajak Rokok dipungut oleh instansi Pemerintah yang berwenang memungut
cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok.
(4) pajak rokok yang dipungut oleh instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disetor ke rekening kas umum daerah secara proporsional
berdasarkan jumlah penduduk.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan dan penyetoran
Pajak Rokok diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah
terhadap rokok.
Tarif pajak
Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok.
Besaran pajak terutang Disebutkan dalam UU PDRD No 28 tahun 2009 Pasal 30
bahwa:
Besaran pokok pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tariff pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dengan dasar pengenaan
pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 28.
Earmarking Tax
Kapasitas SDM
Bina Suasana
2) Menyelenggarakan sosialisasi/lokakarya/orientasi/sarasehan/semiloka
dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha/swasta, media massa,
organisasi profesi kesehatan dan institusi pendidikan di masing-masing
daerah dalam rangka upaya gerakan dan mobilisasi sosial pencegahan dan
pengendalian konsumsi rokok dan produk tembakau lainnya.
Advokasi
Berikut ini adalah pilihan kegiatan dalam rangka advokasi upaya pencegahan
dan penanggulangan konsumsi rokok termasuk sisha dan e-cigarette di masing-
masing daerah,antara lain:
Pemberdayaan Masyarakat
Berikut ini adalah pilihan kegiatan dalam rangka pemberdayaan yang dapat
dilakukan untuk upaya pencegahan dan pengendalian konsumsi rokok dan
produk tembakau lainnya, termasuk sisha dan e-cigarette di masing-masing
daerah.
Kegiatan pemberdayaan ini dapat diterapkan, baik untuk pemberdayaan
perorangan, kelompok maupun pemberdayaan masyarakat secara umum:
Kemitraan
KESIMPULAN
Siahaan, SE., M.T, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Edisi Revisi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Internet
http://lifestyle.okezone.com/read/2014/06/02/482/992980/alokasi-pajak-
rokok-menkes-minta-perbanyak-kegiatan-kesehatan
http://gitacintanyawilis.blogspot.com/2010/07/pajak-rokok.html
Peraturan Perundang-Undangan